Anda di halaman 1dari 12

KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BADAN PENGEMBANGA SUMBER DAYA MANUSIA


POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
Jl. Prof. Soedarto, SH. – Tembalang Telp. / Fax (024)747248, Semarang 50275

LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN BANGUNAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA – III


TEKNIK KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Bahan Bangunan Semester I


Program Studi Diploma III Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan
Politeknik Pekerjaan Umum

Telah diperiksa dan disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Dosen Asisten

( ) ( )
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL
2. HALAMAN PENGESAHAN
3. DARTAR ISI
BAB I : PERCOBAAN ANALISA SARINGAN
BAB II : PERCOBAAN KNDUNGAN LUMPUR DAN KOTORAN ORGANIS PASIR
BAB III : PEMERKSAAN DAYA SERAP GENTING
BAB IV : MENENTUKAN KONSISTENSI NORMAL DAN PERMULAAN
PENGIKATAN AWAL SEMEN.
4. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PERCOBAAN ANALISA SARINGAN

1. Tujuan
1.1. Membuat diagram butiran dari pasir atau kerikil, dimana sebagai absis diameter lubang
saringan dan sebagai ordinat prosentase pasir/kerikil yang melalui lubang saringan.
1.2. Menentukan modulus kehalisan (FM) dapat dicari dengan menjumlahkan prosentase
jumlah sisa kumulatif dari saringan berdiameter paling atas/besa sampai dena saringan
berdiameter 0,105. Kemudian dari jumlah prosentase sisa kumulatif tadi dibagi 100
(seratus)
2. Alat dan bahan
- Pasir
- Saringan dengan diameter : (9,50 ; 4,75 ; 3,25 ; 2,36 ; 0,6 ; 0,25 ; 0,150 ; 0,075 dan
0,00) mm
- Timbangan dengan ketelitian 1 gram
- Sikat kawat, kwas cat yang halus, ovan/alat pemanas
3. Cara kerja
3.1. Mengambil pasir yang sudah kering dari oven sebanyak 000 gram dan dibersihkan dari
kotoran-kotoran seperti pecahan gelas, pecahan genteng, sampah dan sebagai-nya.
3.2. Kmudian kita susun saringan satu sama lain dengan diameter terbesar untuk paling atas
dan berurutan sehingga diameter yang terkecil untuk paling bawah.
3.3. Pasir dituangkan dalam saringan lalu kita tutup. Penyaringan dilakukan dengan tliti
sehingga tidak banak ang hilang (kehilangan berat yang siijinkan 1%) dan diusahakan agar
pasir dapat tersaring dengan baik maka dengan cara menggoyang-goyang saringan tersebut
ke kanan/ke kiri, untuk memperoleh ketelitian maka penyaringan dilakukan sedikit demi
sedikit.
3.4. Kemudia sisa pasir tersebut kita timbang dari tiap-tiap saringan sampai ketelitian 1
gram.
3.5. Mencatat hasil timbangan dalam daftar yang ada.
3.6. Penyaringan dilakukan dua kali, agar percobaan yang diperoleh hasilnya akurat.
Kemudian kedua hasil percobaan tersebut dirata-rata.
4. Daftar hasil percobaan
Berat pasir

Diameter Sisa saringan (gram)


Jumlah Jumlah
saringan Percobaan Percobaan Prosentase
Rata-rata sisa (%) lolos (%)
(mm) 1 2 rata-rata
9,50 45,7 74,7 60,1 6,04 6,04 93,96
4,75 79,5 82,4 80,95 8,13 14,17 85,83
3,25 90,1 107,8 98,95 9,94 24,11 75,89
2,36 172 215,3 193,65 19,45 43,56 56,44
0,60 181,1 205,3 193,2 19,42 42,98 37,02
0,25 121,8 80,5 101,15 10,16 73,14 26,86
0,150 204,9 134,5 169,7 17,05 90,19 9,81
0,075 15,5 64 39,75 3,99 94,18 5,82
0,000 81,8 34,1 57,95 5,82 100 0
jumlah 992,4 998,6 995,4 100

5. Dasar teori
Syarat-syarat pasir yang baik menurut PBI 71, bab 3, pasal 3.3 :
5.1. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang tajam, keras dan halus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh [engaruh cuaca.
5.2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering) artinya lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan diameter 0,063
mm. Bila kadar lumpur melalui 5% maka agregat halus harus dicuci.
5.3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus
dibuktikan dengan percobaan warna, dapat juga dipakai asal kekuatan adukan agregat
tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan agregat yang sama,
tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH.
5.4. Agregat harus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alam dari
batu-batuan atau berupa pasir batuan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.
5.5. Agregat harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam besaran besarnya dan apabila
diayak dengan susunan yang ditentukan dalam pasal 3.3 ayat 5 dalam PBI harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
- Sisa diatas Ø 4,70 mm minimal 2% dari beratnya.
- Sisa diatas Ø 0,84 mm minimal 10% dari beratnya.
- Sisa diatas Ø 0,25 mm minimal 80-95% dari beratnya.
5.6. Pasir laut tidak boleh diapakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali
dengan petunjuk dari lembaga pemeriksa bahan-bahan yang diakui.
5.7. Ketentuan-ketentuan jenis modulus/modulus kehalusan.

JENIS MODULUS SISA DI


PASIR KEHALUSAN ATAS Ø 0,6
Sangat kasar 3.6 75% - 80%

Kasar 2.4 – 3.6 50% - 75%

Sedang 1.9 – 3.6 35% - 50%

Halus 1.5 – 2.0 20% - 35%

Sangat halus 1.1 – 1.6 7% - 20%


BAB II
PERCOBAAN KANDUNGAN LUMPUR AN KOTORAN ORGANIS PASIR

PERCOBAAN KANDUNGAN LUMPUR


1. Tujuan
Mengetahui kandungan lumpur dan pasir
2. Alat dan bahan
- Gelas ukur 250 cc
- Alat pengaduk
- Pasir kering
- Air PDAM
3. Cara kerja
3.1. Ambil pasir kering dan masukkan kedalam gelas ukur 250 cc setinggi 130 cc.
3.2. Air dituangkan kedalam gelas ukur tadi sampai penuh 250 cc dan tunggu sampai air
meresap kedalam pasir. Kemudian tutup dengan plastik dan ikat dengan karet, kocok
kurang lebih 30 menit dan diamkan selama 5 jam.
3.3. Setelah didiamkan catatlah tinggi pasir dan lumpur. Tebal lapisan lumpur
memperlihatkan prosentase kandungan lumpur dari pasir yang dipakai dalam percobaan.
4. Data percobaan kandungan lumpur
- Tinggi pasir + lumpur = 136 cc
- Tinggi pasir = 120 cc
- Tinggi lumpur = 16 cc

PENENTUAN KADAR LEBIH HALUS DARI 50 MICRON UNTUK PASIR ADUKAN DAN
PASIR BETON
1. Tujuan
Untuk mengetahui dan menentukan kadar butiran lebih halus dari 50 micron yang sering
disebut slip. Dalam agregat halus atau pasir untuk adukan spesi dan pasir untuk beton.
2. Alat dan bahan
- Timbangan dengan ketelitian 1 gram
- Oven
- Silinder daro gelas Ø 4 cm dan tinggi 20 cm
- Pasir kering
- Mangkok dan cairan pengering
- Air PDAM
3. Cara kerja
3.1. Menimbang pasir sebanyak 200 gram.
3.2. Lalu pasir dimaksukkan gelas ukur kemudian dituangkan air setinggi 12 cm dari
permukaan pasir. Diamkan kurang lebih satu jam dan diadu sampai air keruh.
3.3. Diamkan 1 menit agar buturan yang kasar mengendap, kemudian bagian yang keruh
dituangkan perlahan-lahan, sampai setengahnya agar butiran kasar tidak ikut terbuang.
3.4. Diulang lag penambahan air setinggi 12 cm, dari permukaan pasir, diaduk dan diamkan
selama 1 menit dan buang bagian yang keruh sehingga tinggal setengah.
3.5. Pekerjaan ini diulang berturut-turut sehingga pengadukan cairan di atas pasir tetap
jernih.
3.6. Sisa pasir yang ada dalam silinder ditampung dalam cawan pengering dan oven.
3.7. Kemudian ditimbang dengan teliti
3.8. Selisih antara contoh semula dan setelah dcuci adalah bagian yan hilang (50 micron)
dan dihitung prosentase dari contoh aslinya.
4. Data percobaan kandungan lumpur sistem lebih kecil dari 50 micron
- Berat pasir mula-mula = 200
- Berat setelah dicuci = 196,3
- Berat lumpur = 3,7

PERCOBAAN KANDUNGAN LUMPUR ORGANIS


1. Tujuan
Mengetahui kandungan organis dalam lumpur
2. Alat dan bahan
- Gelas ukur 250 cc
- Alat pengaduk dari kayu
- Pasir kering
- NaOH 3%
3. Cara kerja
3.1. Ambil pasir kering dan masukan dalam gelas ukur 250 cc setinggi 130 cc
3.2. NaOH ditangkan dalam gelas ukur setinggi 200 cc selama ± 30 menit.
3.3. Setelah didiamkan selama 24 jam dan dilihat bagaimana perubahan warna dari cairan
NaOH tersebut.
4. Data kandungan lumpur organis
- Tinggi pasir + lumpur = 144 cc
- Tinggi pasir = 128 cc
- Tinggi lumpur = 16 cc
- Warna NaOH 3% = coklat kemerahan
5. Dasar teori
Syarat-syarat pasir :
5.1. Pasir harus bersih dan bila diuji dengan larutan khusus, tinggi endapan pasir yang
kelihatan dibanding tinggi seluruh endapan tidak kurang dari 70% (PUBI – 1982, Ps. 11,
hal 17) .
5.2. Agregat halus pasir harus terdiri dari pasir butir tajam dan keras serta butiranya bersifat
kekal artinya tidak hancur atau pecah oleh pengaruh cuaca. (PBI – 1971, Ps. 3.3, ayat 2).
5.3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, (PBI – 1971, Ps. 3.3, ayat 3 dan
PUBI – 1982, Ps.11, hal 17). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dpat melewati
ayakan dengan diameter Ø 0,063 mm.
5.4. Pasir tidak boleh mengandung garam atau zat organis karena dapat mengurangi mutu
beton, maka bila direndam dalam larutan NaOH 3% cairan di atas endapan tidak boleh
lebih gelap dari warna pembanding. (PUBI – 1982, Ps. 11, hal 17).
5.5. Standar warna NaOH :
- Jernih sampai kuning tua : dapat dipakai
- Merah muda : dapat dipakai
- Coklat tua sampai merah coklat : tidak dapat dipakai
BAB III
PEMERIKSAAN DAYA SERAP GENTING
1. Tujuan
Mengetahui ketahanan genting terhadap perembesan air.
2. Alat dan bahan
- Tabung silinder dengan diameter 3,5
- Wajan alat pemanas dan perlengkapan
- Solet besi atau sendok
- Pipet
- Genting
- Malam dan gondorukem
3. Cara kerja
3.1. Mencampur mlam dan gondorukem dengan perbandingan berat yang sama dalam
wajan, lalu dipanaskan sehingga campuran tersebut menjadi hancur dan rata.
3.2. Letakkan lapisan/tabung dibidang rata genting tersebut dengan campuran malam dan
godorukem tersebut di atas.
3.3. Supaya kokoh pada bagian bawah dibuat agak tebal, dan seluruh permukaan genting
kita tutup dengan campuran tersebut di atas. Cara menutup sisinya pelan-pelan dan hati-
hati, agar bidang bawah genting tidak terkena campuran tersebut.
3.4. Setelah itu tabung kita isi dengan air setinggi 5 cm dan benda uji kita letakkan di atas
dua balok kayu dan kita biarkan selama 2 jam, setelah itu kita catat penurunan air tersebut.
Percobaan dilakukan atas 2 benda uji.
4. Daftar hasil percobaan
Luas Penampang Tinggi Air (cm)
No. Tebal (cm) penurunan
(cm) Awal akhir
Kotak 1= 19,8 x
1. 848,71 1,5 5 cm 4,6 cm 9,9
2. 753,55 1,5 5 cm 4,6 cm Kotak 2=19,8 x
9,9

5. Dasar teori
5.1. Menurut peraturan genting kramik indonesia NI-19 Pasal 3,21 ayat 6 tentang keamanan
genting terhadap rembesan air :
a. Semua genting keramik untuk semua tingkat mutu harus tahan terhadap perembesan air.
b. Pada pengujian perembesan air tidak boleh menetes dari bagian bawah genting dalam
waktu 2 jam.
5.2. Ketetapan ukuran
Genting untuk setiap tingkat mutu harus memenuhi ukuran-ukuran sebagai berikut :
Genting penyimpangan
keterangan Kecil Sedang Besar
(mm) (mm) (mm)
Panjang berguna/jarak reng 200 250 330 6
Lebar berguna 200 200 200
Tebal berguna 10 10 10
Jarak penutup memanjang >40 >50 >67
Jarak penutup melintang >40 >40 >40
Kaitan
- Tinggi 10 10 10
- Panjang 30 30 30
- lebar 10 10 10
5.3. pandangan luar
TINGKAT PANDANGAN LUAR
- harus mempunyai permukaan yang utuh.
I. - Kerapatan pada pemasakan baik.
- Wrna sama untuk seluruh partai.
- Suara nyaring.

- Mempunyai permukaan utuh.


II.
- Kerapatan pada pemasangan baik.

III. - Terdapat cacat sangat sedikit.


- Sedikit retak rambut.
- Kerapatan pada pemasangan baik.
IV.
- Terdapat cacat dan retak tetapi masih dapat dipakai.

5.4. Ketetapan bentuk


TINGKAT KETETAPAN BENTUK
JENIS GENTING
MUTU 200 mm 250 mm 300 mm
LENGKUNG CEKUNG 4 4 5
I. Lengkung rata 3 3 3,5
Rata 2,5 2,5 3
LENGKUNG CEKUNG 4 5 6
II. Lengkung rata 4 4 4,5
Rata 3 3 4
LENGKUNG CEKUNG 6 6 7
III. Lengkung rata 5 5 5,5
Rata 4 4 5
LENGKUNG CEKUNG 7 7 8
IV.
Lengkung rata 6 6 7
BAB IV
MENENTUKAN KONSISTENSI NORMAL DAN PERMULAAN PENGIKATAN
AWAL SEMEN.

1. Tujuan
- Menentukan air yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi normal dari semen.
- Menentukan pengikatan permulaan dari semen yang digunaka.

2. Alat dan bahan


- Timbangan
- Mangkuk purselin dan cincin ebonit
- Maatglass ukuran 100 cc
- Pisau / sendok pengaduk
- Alat vicat lengkap dengan peralatannya
- Mat kaca ukuran 15x15x0,5 cm
- Semen/Pc
- Air ledeng/ PAM

3. Cara kerja
3.1. Menentukan konsistensi normal
3.1.1. Alat vicat dibersihkan terlebih dahulu, cicncin ebonit diolesi minyak, kemudian
diletakkan di atas kaca dan dicoba dulu apakah jarum mengenai kaca. Dan dalam
keadaan ini alat vicat harus menunjukkan angka nol.
3.1.2. Setelah itu kta mentimbang semen sebanyak 300 gram.
3.1.3. Semen dicampur air dengan prosentase tertentu dan diaduk selama 3 menit sehingga
terbentuk suatu adukan yang plastis. Pasta tadi dituangkan dalam cincin ebonit dan
plat kaca secara perlahan-lahan sambil diratakan dengan pisau pengaduk.
3.1.4. Cincin dan isinya diletakkan pada plat kaca dan ditaruh pada alat vicat.
3.1.5. Pada percobaan ini menggunakan jarum dengan biameter 10 mm yang akan dilepas
bila berada diatas jenangan semen. Pada pelepasan jarum ini memerlukan waktu
selama 30 detik dan jarum inimenembus jenangan semen. Pada penurunan ini kita
catat hasil penurunannya. Selain itu suhu rungan juga kita catat.
3.2. Awal pengikatan
3.2.1. Pada percobaan ini kita menggunakan jarum dengan diameter 1 mm, berat jarum
dan batang peluncurannya 30 gram.
3.2.2. Gunakan pasta yang dibuat seperti percoban terdahulu (a) berdasarkan hasil
konsistensi normalnyadan tempatkan dibawah jarum vicat.
3.2.3. Letakkan jarum vicat pada ujungnya diatas permukaan pasta semen dan jatuhkan
jarumnya dengan bebas. Dalam menjatuhkan/dilakukan percobaan, dilakukan setiap
15 menit sampai penurunan dibawah 25 mm. Setiap menjatuhkan carum catatlah
penurunan yang berlangsung selama 30 detik dan amati suhu kamarnya.
4. Daftar Hasil percobaan
4.1. Pemeriksaan konsistensi normal PC
Berat semen Prosentase Penurunan jarum Suhu
No. keterangan
(gram) air (%) (mm) (˚C)
1 300 27% 3 34 Semen gresik
2 300 28% 7,5 34 Semen gresik
3 300 29% 14 34 Semen gresik
4 300 30% 19,5 34 Semen gresik

4.2. Pemeriksaan waktu pengikatan awal PC


Suh
Waktu penurunan
No. Penurunan (mm) u Keterangan
(menit)
(˚C)
1 15 40 35 Semen gresik
2 30 40 36 Semen gresik
3 45 39 36 Semen gresik
4 60 35 36 Semen gresik
5 75 31 36 Semen gresik
6 100 26 36 Semen gresik
7 105 18 36,5 Semen gresik

Catatan :
- Kossistensi Normal 27,5%
- Pengikatan awal : 98 menit
- Pada percobaan ini terjadi konsistensi normal 27.5% pada suhu 33˚. Prosentase ini
yang kemudian digunakanuntuk campran 300 gram PC pada percobaan pengikatan
awal yaitu dalam 98 menit pada suhu 33˚C
5. Syarat-syarat pengikatan awal PC
PC harus mempunyai pengikat awal yang baik, minimal 60 menit sampai 120 menit, suhunya
20-27˚C sedang kelembaban ruang tidak boleh kurang dari 50%.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pengkatan awal semen terjadi pada menit ke 98 an temperatur 33˚
dengan demikian disesuaikan pada standar pengikatan awal, maka semen termasuk semen yang
baik dipakai.
7. Saran-saran
7.1. Sebelum semen dipakai sebaiknya dilakukan pengetesan agar diketahui waktu
pengikatan awalnya.
7.2. Jika pengikatan awal semen terlalu cepat, maka untuk memperlambatnya dipakai bahan
Aditif Reforders. dan jika pengikatan semen terlalu lambat, maka sebaiknya dicampur
dengan bahan kimia yang berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan
7.3. Sebelum digunakan semen harus disimpan dengan baik, sehingga mutu semen tetap
terjamin mutunya.
7.4. Bila menggunakan semen lokasi pembuatan cor atau adukan jangan terlalu jauh dari likasi
tempat pengecoran karena bila terlalu jauh bisa mempengaruhi proses pengecoran sebelum
dan sesudahnya.

Anda mungkin juga menyukai