Anda di halaman 1dari 19

Modul A.

1
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus (SNI 1970:2008)
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan yang kita uji. Berat
jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama akan
membutuhkan aspal yang banyak. Pengukuran hasil berat jenis agregat ini sering dipakai untuk
mengekspresikan nilai kerapatan/density agregat, di mana nilai kerapatan agregat diperoleh dengan
mengalikan nilai berat jenis agregat dengan kerapatan air pada suhu standar yang dipakai untuk
pengukuran.Nilai penyerapan digunakan dalam perhitungan perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori-pori, dibanding dengan kondisi kering.Sedangkan penyerapan berarti tingkat
atau kemampuan suatu bahan untuk menyerap air.

 Maksud dan tujuan


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis lepas (bulk), berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surface dry), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari
agregat halus.
 Peralatan yang digunakan:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
2. Piknometer dengan kapasitas 500 ml
3. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40 ± 3) mm, diameter bagian
bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal minimum
0,8 mm\
4. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 1)
gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm
5. Saringan dengan diameter 2,36 mm
6. Oven yang dilengkapi pengatur suhu sampai (110 ± 5)°C
7. Kontainer
 Bahan yang digunakan:
1. Sampel agregat yang lewat saringan diameter 2,36 mm
2. Air
 Prosedur:
1. Menyiapkan benda uji kemudian mengayaknya dengan saringan diameter 2,36
mm dan mengambil agregat yang lolos saringan tersebut
2. Timbang sampel sebanyak 500 gram sebagai benda uji
3. Cucilah benda uji untuk menghilangkan kotoran dan bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan, kemudian rendamlah dalam air selama 24 jam
4. Setelah 24 jam benda uji dihamparkan di ruang terbuka dan dibawah sinar
matahari untuk mencapai kondisi SSD
5. Setelah itu masukkan benda uji ke cetakan kerucut pasir dengan cara dipadatkan
dengan batang penumbuk, pemadatan dilakukan pada 3 lapisan dengan total 25
kali tumbukan dan tingkat jatuh batang penumbuk ± 1 pada setiap lapisannya,
butiran benda uji akan longsor ± 1/3 dari tinggi kerucut
6. Timbanglah berat piknometer berisi air
7. Ambillah sampel kondisi SSD sebanyak 500 gram kemudian masukkan ke dalam
piknometer
8. Tambahkan air kedalam piknometer yang telah berisi sampel sampai batas 500
cc
9. Mengeluarkan udara sedikit demi sedikit dengan cara memutar - mutar
piknometer sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya
10. Timbanglah berat piknometer + air + sampel sehingga didapat berat Bt (gram)
11. Keluarkan benda uji dan air dari dalam piknometer
12. Kemudian benda uji tersebut dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 ⁰C-110 ⁰C
selama 24 jam dan catatlah berat benda uji setelah di oven
13. Timbang benda uji yang telah di oven samapi keadaan kering dengan suhu25 ˚ C
Modul A.2
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Mencari nilai berat jenis dari suatu contoh bahan secara umum dilakukan dengan
mengunakan timbangan dan keranjang baja (steel yard). Dalam pengujian berat jenis ini
dibutuhkan ketelitian dikarenakan hasil nilai dari pengujian berat jenis ini umumnya akan
digunakan dalam memperkirakan seberapa besar volume material yang digunakan dalam
proses pencampuran. Adapun beberapa jenis campuran seperti campuran beton semen
Portland, aspal beton dan campuran lainnya yang secara proposional berasal dari analisis
volume. Selain itu adapun nilai dari penyerapan agregat kasar digunakan dalam proses
perhitungan, hal ini didasari oleh proses penyerapan air melalui pori-pori.

 Maksud dan tujuan


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis lepas (bulk), berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dan
penyerapan dari agregat kasar.
 Peralatan yang digunakan:
1. Set keranjang berkapasitas 5000 gram
2. Saringan berdiameter 4,75 mm
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
4. Oven
5. Kontainer
6. Ember
 Bahan yang digunakan
1. Sampel Agregat Kasar yang tertahan pada saringan 4,75 mm
 Prosedur praktikum yang dilakukan:

1. Siapkan sampel sebanyak 4000 gr


2. Cuci sampel untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan sampel
3. Keringkan sampel dalam oven pada suhu 110ºC (±24 jam)
4. Setelah melalui proses pengeringan, keluarkan sampel untuk didinginkan sehingga
mencapai suhu ruangan, ambil sampel sebanyak 4000 gram untuk digunakan sebagai
berat sampel kering (Bk)
5. Lakukan perendaman terhadap sampel yang telah didinginkan
6. Keluarkan sampel yang telah direndam dari air, lalu lap permukaan sampel sampai
selaput air pada permukaan sampel hilang sehingga sampel dapat dinyatakan dalam
kondisi SSD (saturated surface dry)
7. Keluarkan sampel yang telah direndam dari air, lalu lap permukaan sampel sampai
selaput air pada permukaan sampel hilang sehingga sampel dapat dinyatakan dalam
kondisi SSD (saturated surface dry)
8. Siapkan keranjang yang akan digunakan untuk penimbangan sampel di dalam air
9. Isi keranjang tersebut dangan air
10. Masukan sampel kedalam keranjang
11. Lakukan pembacaan berat sampel di dalam air pada neraca (Ba)
Modul A.3
Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar (ASTM C 136-06, IDT)
Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar untuk melihat gradasi dari
agregat halus maupun kasar. Dari hasil pengujian ini kita dapat melihat apakah agregat
tersebut mempunyai susunan butir (gradasi) yang baik atau tidak. Gradasi agregat sangat
berpengaruh pada kekuatan beton.
 Maksud dan tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)agregat halus
dengan menggunakan saringan
.
 Peralatan yang digunakan:
1. timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
2. satu set saringan; 37,5 mm (3”); 63,5 mm (2½”); 50,8 mm (2”); 19,1 mm (¾”);
12,5 mm (½”); 9,5 mm (⅜”); No.4 (4.75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18
mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075
mm)
3. oven, yang dilengkapi den-an pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)°C
4. alat pemisah
5. mesin pengguncang saringan
6. talam-talam
7. kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya
 Bahan yang digunakan
1. agregat halus terdiri dari :
(1) ukuran maksimum 4,76 mm; berat minimum 500 gram;
(2)ukuran maksimum 2,38 mm; berat minimum 100 gram
2. agregat kasar terdiri dari :
(1) ukuran maks. 3,5"; berat minimum 35,0 kg
(2) ukuran maks. 3"; berat minimum 30,0 kg
(3) ukuran maks. 2,5"; berat minimum 25,0 kg
(4) ukuran maks. 2"; berat minimum 20,0 kg
(5) ukuran maks. 1,5"; berat minimum 15,0 kg
(6) ukuran maks. I"; berat minimum 10,0 kg
(7) ukuran maks. 3 /4" berat minimum 5,0 kg
(8) ukuran maks. 1 /2"; berat minimum 2,5 kg
(9) ukuran maks. 3 /8"; berat minimum 1,0 kg
3. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4.; Selanjutnya
agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum
diatas.

 Prosedur praktikum yang dilakukan:


1. benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (I l0 ± 5)°C, sampai berat tetap
2. saring benda uji lewat susunan saringan den-an ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
Modul A.4

Pemeriksaan uji setara pasir (sand equivalent) (SNI 03-4428-1997)

Pengujian setara pasir (sand equivalent test), dilakukan untuk menentukan


perbandingan relative dari bagian bahan yang dapat merugikan (seperti butiran lunak dan
lempung) terhadap bagian bahan agregat yang lolos saringan no.4 (4,75 mm).

Oleh karena itu nilai setara pasir agregat untuk pekerjaan campuran beraspal panas,
mensyaratkan minimum 60% (Berdasarkan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan
Jembatan)

 Peralatan yang digunakan

Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir yang Mengandung Bahan Plastis dengan
Cara Setara Pasir ini dimaksudkan untuk menentukan kualitas pasir atau agregat halus
yang lolos saringan nomor 4 (4,76mm).

 Peralatan yang digunakan


1. Sand equivalent test app
2. Oven pengering
3. Ayakan standar
4. Cawan
5. Kuas
6. stopwatch
 Bahan yang digunakan
1. Abu batu hasil sampling dan lolos saringan # 4,75 mm (no.4) sebanyak 1500 gram.

2. Larutan Baku

3. Larutan Kerja
 Prosedur praktikum yang dilakukan:
1. Ambil benda uji sebanyak 85 ml, berupa agregat halus yang sebelumnya
diambil melalui proses sampling, keringkan di oven pada suhu 1105 0C sampai
berat tetap, kemudian dinginkan pada suhu ruang.

2. Tera tinggi tangkai penunjuk beban ke dalam gelas ukur (gelas dalam keadaan
kering), kemudian baca skalanya (a), sampai satu angka dibelakang koma.
3. Isi tabung plastik dengan larutan kerja sampai skala 5
4. Masukkan agregat kedalam cawan, lalu ratakan

5. Masukan benda uji (agregat) tadi ke dalam tabung plastik, ketuk-ketukan


untuk beberapa saat kemudian diamkan selama 10 menit.

6. Tutup tabung dengan penutup karet atau kayu gabus, kemudian miringkan
sampai hampir mendatar dan kocok dengan tangan (digerakan secara
mendatar sebanyak 90 gerakan selama 30 detik sejauh 200-250 mm).

7. Tambahkan larutan kerja dengan cara mengalirkan larutan melalui pipa


pengalir, mulai dari bagian bawah pasir bergerak ke atas, sehingga Lumpur
yang terdapat di bagian bawah permukaan pasir naik ke atas lapisan pasir.
Kemudian tambahkan larutan kerja sampai skala 15, lalu diamkan selama
(20menit ± 5 detik).
8. Baca dan catat skala pembacaan koloid (b), sampai satu angka dibelakang
koma

9. Masukan beban perlahan-lahan sampai permukaan lapisan pasir, kemudian


baca skala (c).
10. Hitung skala pembacaan pasir yaitu (d) = (c) – (a)

11. Hitung Nilai setara pasir (d/b) x 100%, sampai satu angka di belakang koma.

12. Rata ratakan hasil nilai setara pasir dari 2 kelompok kemudian bandingkan
berdasarkan spesifikasi.
Modul A.5
Pemeriksaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles (SNI 03-2417-1991)
Cara uji ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan
dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles. Tujuannya untuk mengetahui angka
keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap berat semula
dalam persen. Hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan
perkerasan jalan atau konstruksi beton. Peralatan yang digunakan adalah mesin abrasi Los
Angeles, saringan No.12, timbangan, bola-bola baja, oven, alat bantu pan dan kuas. Cara
ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke dalam mesin abrasi, putar mesin
kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah putaran untuk masing-masing gradasi
berbeda, keluarkan benda uji kemudian saring, butiran yang tertahan dicuci dan dikeringkan
dalam oven sampai berat tetap.
 Maksud dan tujuan:
percobaan ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat kasarterhadap keausan
dengan mempergunakan mesin Los Angeles. Keausan agregattersebut dinyatakan
dalam persentase perbandingan antara berat bahan aus lewatsaringan No. 12 terhadap
berat mula-mula.
 Peralatan yang digunakan:
1. Mesin los angeles dengan 500 putaran
1
2. Saringan mulai ukuran 37,5 mm ( 1 ⁿ ) sampai 2,36 mm (No.8)
2
3. Bola-bola baja
4. Timbangan digital, ketelitian 0,001 gr
5. Oven
6. Wadah

 Bahan yang digunakan:


1. Sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran, debu, bahanorganik
atau terselimuti oleh bahan lain, maka sampel harus dicuci sampai bersih
kemudian dikeringkan dalam suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap

 Prosedur praktikum yang dilakukan:


1. Memasukkan benda uji ke dalam mesin Los Angeles dengan bola baja yangsesuai
pada tabel ukuran fraksi diatas.
2. Menyalakan mesin, mesin akan berputar dengan kecepatan 30 sampai 33 rpmuntuk
500 putaran.
3. Setelah putaran selesai sampel dikeluarkan kemudian melakukan penyaringanawal
dengan saringan berdiameter lebih dari 1,7 mm (No.12). Saring bagiansampel yang
lebih halus dengan saringan 1,7 mm (No.12).
4. Kemudian menimbang butiran yang tertahan / lebih besar dari 1,7 mm (No.12).
Modul b.1
Pemeriksaan penetrasi bahan – bahan bitumen (SNI 06-2456-2011)
Penetrasi adalah kekerasan yang dinyatakan sebagai kedalaman masuknya jarum
penetrasi standar secara vertikal yang dinyatakan dalam satuan 0,1 mm pada kondisi beban,
waktu dan temperatur yang diketahui. Cara uji penetrasi ini dapat digunakan untuk mengukur
konsistensi aspal. Nilai penetrasi yang tinggi menunjukkan konsistensi aspal yang lebih
lunak. Pengujian penetrasi aspal ini menggunakan alat yang bernama penetration test, alat
inilah yang akan membantu menentukan seberapa besar penetrasi aspal yang di uji. Aspal
merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan
keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan jalan.
 Maksud dan tujuan:
Untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek dengan memasukkan jarum
beban dan waktu tertentu dalam bitumen dalam suhu tertentu

 Peralatan yang digunakan


1. Penetrometer
2. Penjepit
3. Wajan
4. Wadah
5. Cawan
6. Thermogun
7. Sendok stainless
8. Termometer
9. Sarung tangan
10. Kompor gas
11. Tabung gas
12. Waterbath
13. Stopwatch

 Bahan yang digunakan:


1. Aspal

 Prosedur:
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Panaskan aspal hingga mencair
3. Tuangkan aspal kedalam cawan setinggi ¾ dari ukuran cawan
4. Diamkan aspal pada suhu ruangan suhu ruangan selama 30 menitagar sampel
aspal mengeras
5. Masukkan sampel kedalam waterbath selama 60 menit agar suhu sampel
mencapai 25 derajat dan juga agar mutu sampel tdak berubah
6. Setelah selesai dimasukkan waterbath tempatkan cawan dibawah jarum pada alat
penetrometer sejauh 0,1 mm
7. Turunkan jarum pada penetrometer hingga ia menyentuh permukaan aspal
8. Turunkan pemegang jarum pada alat penetrometer kemudian catat nominal pada
bacaan dial sebagai nominal X1
9. Nyalakan tombol power dan tombol start pada alat penetrometer, tunggu hingga
berbunyi kemudian baca angka penetrasi. Lalu catat nilai pada bacaan dial
sebagai nilai nominal X2
10. Setelah itu hitung selisih antara x1 dan x2 untuk mendapatkan nilai hasil dari
penetrasi aspal
11. Lakukan prosedur yang tadi terhadap sampel yang sama untuk maksimal 14 titik
pengujian atau hingga mendapat 4 angka penetrasi berurutan yang masuk
kedalam toleransi range penetrasi dari jenis aspal 60/70
12. Bersihkan dan rapihkan peralatan yang telah digunakan
Modul b.2
Pemeriksaan Titik Lembek Aspal Dengan Alat Cincin Dan Bola (Ring and Ball) (SNI 2434-
2011) (ASTM D-36-95)
Titik lembek adalah kondisi dimana suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu
mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu sehingga
aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada ketinggian 1 inchi
(24,5 mm) sebagai kecepatan akibat pemanasan. Dalam percobaan ini diukur suhu dengan
bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam
cincin dengan ukuran tertentu sehingga pelat tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak
pada tinggi tertentu sebagai kecepatan pemanasan.
 Maksud dan tujuan
Untuk mencari titik masa aspal atau titik kompleks aspal dengan menggunakan alat
cincin dan bola

 Peralatan yang digunakan


1. Dudukkan benda uji, pengarah bola dan pelat dasar
2. Gelas ukur 1000 ml
3. Spatula
4. Sarung tangan
5. Wajan
6. Kain lap
7. Softening poin test
8. Kompor
9. Dua set cincin kuningan
10. Bola baja
11. Stopwatch
12. Penjepit
13. Pelat kuningan
14. Termometer
15. Sendok
16. Sendok stainless
17. Kawat kasa
18. Palu
19. Cawan

 Bahan yang digunakan


1. Gliserin
2. Dekstrin
3. Aspal
4. Es batu
5. Air sebanyak 800 ml

 Prosedur praktikum yang dilakukan:


1. panaskan aspal hingga mencair
2. setelah mencair ambil aspal kedalam cawan dengan bantuan penjepit
3. ambil gliserin dan dekstrin secukupnya kedalam cawan lalu oleskan setiap sisi
cincin kuningan dengan menggunakan campuran dekstrin dan gliserin
4. lalu olesi juga bagian pelat kuningan dengan campuran dekstrin dan gliserin
5. setelah diolesi, ambil aspal dan tuangkan kedalam cincin kuningan, lalu
dinginkan hingga aspal mencapai suhu ruangan
6. ambil es batu dan pukul dengan menggunakan palu hingga terpecah menjadi
beberapa bagian, lalu masukkan kedalam gelas ukur 1000 ml
7. masukkan air sebanyak 800 ml
8. tunggu hingga suhu air mencapai 5 derajat
9. nyalakan alat softening point test
10. pasangkan penutup pada cincin kuningan
11. pasangkan dudukan kedalam gelas ukur 1000 ml dan letakkan benda uji pada
dudukan
12. pasngkan bola baja pada bagian atas benda uji
13. letakkan termometer pada lubang dudukan
14. letakkan kawat kasa dan gelas ukur berisi benda uji pada alat softening point test
15. lalu amati hingga bend uji menjadi lembek dan gunakan stopwatch untuk
menghitung waktu yang diperlukan sampai benda uji menyentuh dasar
16. catat waktu pada setiap kenaikan suhu 5 derajat pada form hingga benda uji
menyentuh dasar
17. jika benda uji sudah mencapai dasar catat waktu dan suhu pada form dan
praktikum selesai
18. setelah praktikum selesai, bersihkan dan rapihkan alat yang telah digunakan.
Modul b.3
Pemeriksaan Kelekatan Aspal Pada Batuan
Modul b.4
Pemeriksaan Dektalitas Bahan-Bahan Bitumen (ASTM D - 113 – 99) (SNI 2432 – 2011)
Daktilitas aspal adalah nilai keelastisan aspal yang diukur dari jarak terpanjang. Apabila
antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik sebelum putus pada suhu 25 ºC dan
dengan kecepatan 50mm/menit. Aspal dengan daktilitas yang rendah akan mengalami
keretakan dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang
agak tinggi. Sifat daktilitas ini dipengatuhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa
hidrokarbon yang terkandung dalam aspal. Standar regangan yang dipakai adalah 100 – 200
cm. Pada pengujian daktilitas disyaratkan jarak terpanjang yang dapat ditarik antara cetakan
yang berisi bitumen minimum 100 cm. Zat kimia yang terkandung dalam aspal sangat
mempengaruhi sifat daktilitas yang dimiliki aspal. Semakin besar kandungan senyawa parkin,
maka semakin rendah pula daktilitas yang dimiliki aspal.

 Maksud dan tujuan


Untuk mengukur jarak terpanjang antara 2 cetakan yang berisi bitumen keras sebelum
putus pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.

 Peralatan yang digunakan


1. Pelat pencetak
2. Ember
3. Ductility of bitumen material machine
4. Cawan
5. Penjepit
6. Kompor gas
7. Tabung gas
8. Wajan
9. Sendok stainless

 Bahan yang digunakan


1. Aspal
2. Gliserin
3. Dekstrin
4. Air

 Prosedur praktikum
1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Panaskan aspla hingga mencair
3. Lapisi permukaan bagian pelat cetakan dengan campuran gliserin dan dekstrin
hingga merata, lalu susun cetakan tersebut
4. Tuangkan aspal yang telah mencair kedalam cawan menggunakan sendok
stainless
5. Tuangkan cawan yang berisi aspal menggunakan penjepit pada pelat cetakan
hingga penuh
6. Masukkan sampel ke dalam ember yang berisi air dan diamkan hingga mengeras
selama 45 menit padA suhu 25 derajat
7. Mesin uji diisi air yang dicampurkan dengan gliserin sebanyak 20 l
8. Setelah sampel mengeras lepaskan alas pada sampel dan pasang cetakan pada
mesin uji dengan titik 0 di 21 mm
9. lalu jalankan mesin uji dengan menekan tombol power dan start, sehingga mesin
menarik sampel secara teratur dengan kecepatan 50 mm per menit sampai sampel
putus
10. selama percobaan sampel harus terendam kursng lebih 2,5 cm dibawah
permukaan air dengan suhu 25 derajat
11. lalu amati sampel 1, 2 dan 3 dan baca jarak cetakan pada saat sampel putus,
lakukan pada ketiga sampel tsb
12. hentikan pengujian jika aspal menyentuh permukaan mesin atau mengambang
atau putus
13. lalu bersihkan dan rapihkan alat praktikum ygb telah digunakan
Modul b.5
Berat Jenis Bitumen
Modul b.6
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar (AASHTO T-8574 dan ASTMD 9252)
Terdapat dua metode praktikum yang umumnya dipakai untuk menentukan titik nyala
dari bahan aspal. Praktikum untuk aspal cair (cut back) biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat taglibue open cup, sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat
biasanya digunakan alat cleveland open cup. Kedua metode tersebut pada prinsipnya adalah
sama, walau pada metode cleveland open cup bahan aspal dipanaskan didalam tempat besi
yang direndam didalam bejana air, sedangkan pada metode taglibue open cup pemanasan
dilakukan pada tabung kaca yang juga diletakkan didalam air. Praktikum ini bertujuan untuk
menentukan temperatur maksimal pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar dan struktur
serta sifat kimianya tidak berubah pada saat pemanasan aspal.

 Maksud dan tujuan


Untuk mencari titik nyala, dimana titik nyala tsb didapatkan dari percikan minyak
pada kondisi panas aspal maksimum dan untuk mencari titik bakar, dimana titik bakar
tsb didapatkan ketika keluarnya api pada aspal yang dipandkan pada suhu tertentu.

 Alat yang digunakan


1. Cawan
2. Kompor
3. Stopwatch
4. Sendok stainless
5. Penjepit
6. Sarung tangan
7. Aspal
8. Tabung gas
9. Termometer
10. Pemantik
11. Zeng

 Prosedur praktikum
1. Siapkan alat dan bahan
2. Panaskan aspal hingga mencair
3. setelah aspal mencair, masukkan aspal kedalam cawan sebanyak ¾ dari tinggi
cawan menggunakan bantuan penjepit
4. simpan zeng diatas kompor sebagai pengganti trasram
5. nyalakan kompor dan letakkan cawan berisi aspal diatas zeng
6. letakkan termometer kedalam cawan dengan bantuan penjepit
7. panaskan aspal hingga suhu 200 derajat
8. setelah mencapai 200 derajat, lakukan pengujian titik nyala dan titik bakar
menggunakan pemantik, namun jangan mengenai batang termometer
9. catat waktu yang dibutuhkan pada setiap kenaikan 5 derajat dengan menggunakan
stopwatch
10. setelah didapatkan titik nyala dan titik bakar pada saat pengujian, kemudian catat
suhu dan waktu pada form yang telah diberikan
11. setelah didapatkan titik nyala dan itik bakar maka praktikum selesai
12. bersihkan dan rapihkan kembali alat yang telah digunakan.
Modul b.7
Kelarutan Bitumen dalam Tetra Chlorida

Anda mungkin juga menyukai