1
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus (SNI 1970:2008)
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan yang kita uji. Berat
jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama akan
membutuhkan aspal yang banyak. Pengukuran hasil berat jenis agregat ini sering dipakai untuk
mengekspresikan nilai kerapatan/density agregat, di mana nilai kerapatan agregat diperoleh dengan
mengalikan nilai berat jenis agregat dengan kerapatan air pada suhu standar yang dipakai untuk
pengukuran.Nilai penyerapan digunakan dalam perhitungan perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori-pori, dibanding dengan kondisi kering.Sedangkan penyerapan berarti tingkat
atau kemampuan suatu bahan untuk menyerap air.
Oleh karena itu nilai setara pasir agregat untuk pekerjaan campuran beraspal panas,
mensyaratkan minimum 60% (Berdasarkan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan
Jembatan)
Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir yang Mengandung Bahan Plastis dengan
Cara Setara Pasir ini dimaksudkan untuk menentukan kualitas pasir atau agregat halus
yang lolos saringan nomor 4 (4,76mm).
2. Larutan Baku
3. Larutan Kerja
Prosedur praktikum yang dilakukan:
1. Ambil benda uji sebanyak 85 ml, berupa agregat halus yang sebelumnya
diambil melalui proses sampling, keringkan di oven pada suhu 1105 0C sampai
berat tetap, kemudian dinginkan pada suhu ruang.
2. Tera tinggi tangkai penunjuk beban ke dalam gelas ukur (gelas dalam keadaan
kering), kemudian baca skalanya (a), sampai satu angka dibelakang koma.
3. Isi tabung plastik dengan larutan kerja sampai skala 5
4. Masukkan agregat kedalam cawan, lalu ratakan
6. Tutup tabung dengan penutup karet atau kayu gabus, kemudian miringkan
sampai hampir mendatar dan kocok dengan tangan (digerakan secara
mendatar sebanyak 90 gerakan selama 30 detik sejauh 200-250 mm).
11. Hitung Nilai setara pasir (d/b) x 100%, sampai satu angka di belakang koma.
12. Rata ratakan hasil nilai setara pasir dari 2 kelompok kemudian bandingkan
berdasarkan spesifikasi.
Modul A.5
Pemeriksaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles (SNI 03-2417-1991)
Cara uji ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan
dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles. Tujuannya untuk mengetahui angka
keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap berat semula
dalam persen. Hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan
perkerasan jalan atau konstruksi beton. Peralatan yang digunakan adalah mesin abrasi Los
Angeles, saringan No.12, timbangan, bola-bola baja, oven, alat bantu pan dan kuas. Cara
ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke dalam mesin abrasi, putar mesin
kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah putaran untuk masing-masing gradasi
berbeda, keluarkan benda uji kemudian saring, butiran yang tertahan dicuci dan dikeringkan
dalam oven sampai berat tetap.
Maksud dan tujuan:
percobaan ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat kasarterhadap keausan
dengan mempergunakan mesin Los Angeles. Keausan agregattersebut dinyatakan
dalam persentase perbandingan antara berat bahan aus lewatsaringan No. 12 terhadap
berat mula-mula.
Peralatan yang digunakan:
1. Mesin los angeles dengan 500 putaran
1
2. Saringan mulai ukuran 37,5 mm ( 1 ⁿ ) sampai 2,36 mm (No.8)
2
3. Bola-bola baja
4. Timbangan digital, ketelitian 0,001 gr
5. Oven
6. Wadah
Prosedur:
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Panaskan aspal hingga mencair
3. Tuangkan aspal kedalam cawan setinggi ¾ dari ukuran cawan
4. Diamkan aspal pada suhu ruangan suhu ruangan selama 30 menitagar sampel
aspal mengeras
5. Masukkan sampel kedalam waterbath selama 60 menit agar suhu sampel
mencapai 25 derajat dan juga agar mutu sampel tdak berubah
6. Setelah selesai dimasukkan waterbath tempatkan cawan dibawah jarum pada alat
penetrometer sejauh 0,1 mm
7. Turunkan jarum pada penetrometer hingga ia menyentuh permukaan aspal
8. Turunkan pemegang jarum pada alat penetrometer kemudian catat nominal pada
bacaan dial sebagai nominal X1
9. Nyalakan tombol power dan tombol start pada alat penetrometer, tunggu hingga
berbunyi kemudian baca angka penetrasi. Lalu catat nilai pada bacaan dial
sebagai nilai nominal X2
10. Setelah itu hitung selisih antara x1 dan x2 untuk mendapatkan nilai hasil dari
penetrasi aspal
11. Lakukan prosedur yang tadi terhadap sampel yang sama untuk maksimal 14 titik
pengujian atau hingga mendapat 4 angka penetrasi berurutan yang masuk
kedalam toleransi range penetrasi dari jenis aspal 60/70
12. Bersihkan dan rapihkan peralatan yang telah digunakan
Modul b.2
Pemeriksaan Titik Lembek Aspal Dengan Alat Cincin Dan Bola (Ring and Ball) (SNI 2434-
2011) (ASTM D-36-95)
Titik lembek adalah kondisi dimana suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu
mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu sehingga
aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada ketinggian 1 inchi
(24,5 mm) sebagai kecepatan akibat pemanasan. Dalam percobaan ini diukur suhu dengan
bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam
cincin dengan ukuran tertentu sehingga pelat tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak
pada tinggi tertentu sebagai kecepatan pemanasan.
Maksud dan tujuan
Untuk mencari titik masa aspal atau titik kompleks aspal dengan menggunakan alat
cincin dan bola
Prosedur praktikum
1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Panaskan aspla hingga mencair
3. Lapisi permukaan bagian pelat cetakan dengan campuran gliserin dan dekstrin
hingga merata, lalu susun cetakan tersebut
4. Tuangkan aspal yang telah mencair kedalam cawan menggunakan sendok
stainless
5. Tuangkan cawan yang berisi aspal menggunakan penjepit pada pelat cetakan
hingga penuh
6. Masukkan sampel ke dalam ember yang berisi air dan diamkan hingga mengeras
selama 45 menit padA suhu 25 derajat
7. Mesin uji diisi air yang dicampurkan dengan gliserin sebanyak 20 l
8. Setelah sampel mengeras lepaskan alas pada sampel dan pasang cetakan pada
mesin uji dengan titik 0 di 21 mm
9. lalu jalankan mesin uji dengan menekan tombol power dan start, sehingga mesin
menarik sampel secara teratur dengan kecepatan 50 mm per menit sampai sampel
putus
10. selama percobaan sampel harus terendam kursng lebih 2,5 cm dibawah
permukaan air dengan suhu 25 derajat
11. lalu amati sampel 1, 2 dan 3 dan baca jarak cetakan pada saat sampel putus,
lakukan pada ketiga sampel tsb
12. hentikan pengujian jika aspal menyentuh permukaan mesin atau mengambang
atau putus
13. lalu bersihkan dan rapihkan alat praktikum ygb telah digunakan
Modul b.5
Berat Jenis Bitumen
Modul b.6
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar (AASHTO T-8574 dan ASTMD 9252)
Terdapat dua metode praktikum yang umumnya dipakai untuk menentukan titik nyala
dari bahan aspal. Praktikum untuk aspal cair (cut back) biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat taglibue open cup, sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat
biasanya digunakan alat cleveland open cup. Kedua metode tersebut pada prinsipnya adalah
sama, walau pada metode cleveland open cup bahan aspal dipanaskan didalam tempat besi
yang direndam didalam bejana air, sedangkan pada metode taglibue open cup pemanasan
dilakukan pada tabung kaca yang juga diletakkan didalam air. Praktikum ini bertujuan untuk
menentukan temperatur maksimal pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar dan struktur
serta sifat kimianya tidak berubah pada saat pemanasan aspal.
Prosedur praktikum
1. Siapkan alat dan bahan
2. Panaskan aspal hingga mencair
3. setelah aspal mencair, masukkan aspal kedalam cawan sebanyak ¾ dari tinggi
cawan menggunakan bantuan penjepit
4. simpan zeng diatas kompor sebagai pengganti trasram
5. nyalakan kompor dan letakkan cawan berisi aspal diatas zeng
6. letakkan termometer kedalam cawan dengan bantuan penjepit
7. panaskan aspal hingga suhu 200 derajat
8. setelah mencapai 200 derajat, lakukan pengujian titik nyala dan titik bakar
menggunakan pemantik, namun jangan mengenai batang termometer
9. catat waktu yang dibutuhkan pada setiap kenaikan 5 derajat dengan menggunakan
stopwatch
10. setelah didapatkan titik nyala dan titik bakar pada saat pengujian, kemudian catat
suhu dan waktu pada form yang telah diberikan
11. setelah didapatkan titik nyala dan itik bakar maka praktikum selesai
12. bersihkan dan rapihkan kembali alat yang telah digunakan.
Modul b.7
Kelarutan Bitumen dalam Tetra Chlorida