Anda di halaman 1dari 23

BAB I

UJI KADAR LUMPUR DENGAN CARA PENGENDAPAN

1.1 Tujuan :
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan presentase kadar lumpur dalam agregat halus.
Kandungan lumpur harus lebih kecil dari 5%, merupakan ketentuan dalam peraturan bagi
penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton.

1.2 Dasar Teori.


Dasar Teori Tanah liat dan lumpur biasanya serta bahan-bahan organik tercampur dalam agregat
halus. Bila jumlahnya cukup banyak dapat mempengaruhi dan mengurangi kekuatan beton serta
beberapa kemungkinan lainnya dapat muncul sehingga dapat menghambat hidrasi semen. Keadaan
ini akan menjadi lebih buruk lagi bila lumpur atau tanah liat membentuk suatu lapisan yang
menyelimuti agregat sehingga mencegah terjadinya adhesi semen.
Dalam pemeriksaan ini, untuk menghilangkan lumpur atau tanah liat dari dalam agregat, maka
dilakukan pencucian agregat melalui saringan uji, sehingga diperoleh perbedaan berat antara benda
uji yang tertahan di atas saringan, selisih ini dianggap berupa lumpur atau tanah liat. Dalam liat.
Dalam pemeriksaan ini pemeriksaan ini lumpur akan mengendap dan naik dan naik kepermukaan
agregat halus sehingga kadar lumpur dapat diperhitungkan dengan menggunakan millimeter gelas
ukur. Kadar lumpur dalam agregat halus yang disyaratkan dalam campuran beton adalah harus lebih
kecil dari 5%.

1.3 Alat dan Bahan.


1. Tabung Reaksi atau Gelas ukur 1000ml
2. Cetok
3. Air
4. Pasir
5. Ompreng
6. Splliter
7. Container

1.4 Prosedur Pengerjaan.


1. Pertama pasir yang diambil dari lapangan harus di splliter terlebih dahulu sesuai dengan
standart yang ada, agar jumlah agregat halusnya terbagi dengan rata atau sama banyak.
2. Setelah di bagi dengan spilliter ambil pasir dan masukkan ke dalam 3 container yang berbeda,
container yang pertama untuk di oven, container yang kedua direndam dengan air selama 24
Jam, dan container ke 3 untuk pengujian kadar lumpur.
3. Semua pasir yang ada dalam container 3 di masukkan kedalam tabung reaksi atau gelas ukur.
4. Lalu tambahkan air jernih sampai ¾ penuh, tabung kemudian di bolak balik sampai seluruh
permukaan butiran pasir terbasahi dengan air secara merata. Hal ini bertujuan agar pasir dan
lumpur dapat terpisahkan dan dapat diketahui berapa presentase kadar lumpur yang terkandung
didalam pasir.
5. Setelah di bolak balik, tambahkan lagi air jernih sampai tabung penuh, dan diamkan selama 24
Jam di permukaan yang datar.
6. Setelah didiamkan selama 24 Jam, lumpur akan membentuk 3 lapisan yaitu Air, Lumpur dan
Pasir, dan catat tinggi dari pasir dan lumpur sesuai dengan skala yang ada di tabung reaksi atau
gelas ukur.
7. Lakukan perhitungan kadar lumpur dari hasil uji yang didapat, di karenakan pengujian ini
memerlukan beberapa sample pasir jadi saya juga menggunakan data hasil uji dari kelompok 2
dan 3, dan dihitung rata-rata kadar lumpur dari ketiga data hasil uji tersebut.

1
1.5 Tabel Data Hasil Uji Kadar Lumpur.

Pengujian Kadar Lumpur Aggregat HALUS (PASIR)


Dasar prosedur pengujian : ASTM D 2419-74

Indeks Sampel
No. Item Pengujian Satuan
S.01 S.02 S.03

1 Pembacaan skala pasir cm3 SKLps 470,00 460,00 490,00

2 Pembacaan skala lumpur cm3 SKLlp 528,00 500,00 523,00

3 Sand Equivalent (SE) % SE=(SKLps*100/SKLlp 89,02 92,00 93,690

4 Kadar lumpur % 100% - SE 10,98 8,00 6,31

Rata-rata Kadar Lumpur Pasir (%) 8,43

Ket : S.01 = Kelompok 1


S.02 = Kelompok 2
S.03 = Kelompok 3

1.6 Dokumentasi Kerja di Lapangan

2
BAB II
UJI BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (PASIR)

2.1 Tujuan :
Pengujian ini bertujuan agar dapat memahami tentang kondisi dan klasifikasi agregat halus dan
kasar serta mencari data untuk mendapatkan angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan
(SSD) dan

2.2 Dasar Teori.


Berat jenis agregat berbeda satu sama lainnya tergantung pada jenis batuan, susunan mineral,
struktur butiran dan porositas batuannya. Didalam teknologi beton, terutama dipergunakan istilah
atau pengertian berat jenis pada keadaan kering muka atau biasa disebut Sarturated Service Dry.
Berat jenis SSD adalah perbandingan perbandingan antara berat suatu benda pada keadaan jenuh
atau kering muka dengan berat air murni pada volume yang sama pada suhu tertentu. Disini volume
benda termasuk volume pori-pori yang tidak tembus.
Pengujian berat jenis penyerapan agregat halus ini penting dilakukan sebelum agregat dipakai
sebagai campuran bahan pekerasan jalan kerena jika agregat halus yang kita pakai pada suatu
konstruksi memiliki Berat jenis atau penyerapan yang tidak memenuhi standart maka hasil yang akan
didapat dari konstruksi tersebut tidak akan maksimal atau mutu konstruksi rendah. Penyerapan
agregat dipengaruhi pori-pori yang ada pada agregat, semakin besar porositas agregat tsb, maka
semakin besarlah persentase penyerapan agregat tsb.

2.3 Alat dan Bahan.


1. Kerucut Abram dan Penumbuk 8. Stoples dan penutup kaca
2. Cetok 9. Alas penjemur pasir
3. Ompreng 10. Mangkuk
4. Splliter 11. Pasir
5. Container 12. Air
6. Timbangan digital.
7. Oven

2.4 Prosedur Pengerjaan.


1. Pertama pasir yang diambil dari lapangan harus di splliter terlebih dahulu sesuai dengan standart
yang ada, agar jumlah agregat halusnya terbagi dengan rata atau sama banyak.

3
2. Setelah di bagi dengan spilliter ambil pasir dan masukkan ke dalam 3 container yang berbeda,
container 1 untuk di oven, container yang ke 2 direndam dengan air selama 24 Jam, dan
container ke 3 untuk pengujian kadar lumpur.
3. Pasir dalam container 2, yang sudah direndam selama 24 Jam, kemudian di tiriskan dan di jemur,
sampai pasir tersebut jika di genggam dengan tangan dan dilepaskan bentuk pasirnya berubah
sedikit atau setengah kering.
4. Jika konsistensi pasir yang diinginkan sudah didapat, masukkan pasir tersebut ke dalam kerucut
abram sampai 1/3 nya, lalu jatuhkan penumbuk sebanyak 8 kali.
5. Setelah itu tambah lagi pasir sampai 2/3 nya dan jatuhkan kembali penumbuk sebanyak 8 kali.
6. Lalu tambahkan lagi pasir sampai kerucut penuh lalu tumbuk 8 kali lagi, kemudian tambah pasir
sampai melebihi kerucut lalu jatuhkan penumbuk sebanyak 1 kali, dan ratakan secara perlahan.
7. Kemudian angkat kerucut secara perlahan, jika bentuknya tetap maka pasir harus kembali di
jemur, namun jika tinggi permukaan tetap namun bagian sampingnya runtuh maka pasir sudah
dalam keadaan SSD ( Saturated Service Dry).
8. Jika sudah dalam keadaan SSD, maka Uji Berat Jenis Pasir dapat kita lakukan.
9. Stoples dan tutup kaca yang sudah disiapkan sebeleumnya di timbang bersamaan terlebih dahulu
dalam keadaan kosong.
10. Lalu pasir yang sudah dalam keadaan ssd sebelumnya di masukkan kedalam stoples,
kemudian ditimbang kembali bersama dengan tutup kaca.
11. Setelah itu tambahkan air sebanyak ½ dari stoples yang sudah berisi pasir lalu aduk
sampai pasir dan air tercampur dengan rata, lalu tambahkan lagi air sampai stoples
penuh, buang busa yang muncul akibat proses pengadukan tadi secara perlahan, lalu
tutup dengan tutup kaca secara perlahan dan tidak meninggalkan gelembung di tutup
kaca, dan timbang kembali stoples tersebut.
12. Setelah itu pasir dan air yang ada di dalam stoples di pindahkan ke mangkuk, lalu
didiamkan selama 24 Jam.
13. Bersihkan Stoples, kemudian isi kembali air sampai stoples penuh dan tutup kembali
dengan penutup kaca tanpa ada gelembung dipermukaan tutup kaca tersebut, lalu
ditimbang kembali.
14. Setelah pasir didiamkan selama 24 jam, dan seluruh pasir sudah mengendap dengan
baik, maka kita harus mengeluarkan air dari mangkok tersebut dengan bantuan squezzed
bottle atau pun pipa kecil, sampai air dalam mangkok tersebut habis, lalu oven panci
berisi pasir basah tersebut selama 24 Jam.
15. Jika sudah di oven selama 24 jam, keluarkan Mangkook berisi pasir dari dalam oven dan
timbang kembali beratnya.
16. Catat semua hasil data timbangan yang didapatkan untuk dilakukan pengolahan data.

2.5 Tabel Data Hasil Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus (Pasir)

4
Hasil Pengujian SAMPEL
Keterangan Sat. Simbul, Formula
S.01 S.02 S.03
Berat (stoples + kaca penutup) gr. W1ps 712,5 710,5 722,0
Berat (stoples + BENDA UJI SSD+kaca
penutup)
gr. W2ps 1284,5 1401,0 1420,0

Berat (stoples + kaca penutup + benda


uji dalam air + Air)
gr. W3ps 2170,0 2253,0 2268,0

Berat (stoples + kaca penutup + Air) gr. W4ps 1836,0 1840,5 1847,5

Berat benda uji kering open gr. W5ps 566,5 686,5 688,0

ANALISIS BUTIRAN PASIR YANGLOLOS SARINGAN 4,75 mm.

Berat benda uji gr. W6 = W2 - W1 572,0 690,5 698,0


Berat (stoples + kaca penutup + Air) +
Berat benda uji
gr. W7 = W6 + W4 2408,0 2531,0 2545,5

Berat air yang tumpah akibat


dimasukkannya benda uji ke dalam air
gr. W8 = W7 - W3 238,0 278,0 277,5

Volume benda uji cm3 V = W8 238,0 278,0 277,5


Berat air dalam aggregat gr. W9 = W6 - W5 5,500 4,000 10,000

5
BERAT JENIS AGGREGAT HALUS (PASIR)

Hasil Pengujian SAMPEL


Keterangan Sat. Simbul, Formula
S.01 S.02 S.03

Berat benda uji PASIR untuk butiran


yang tertahan pada saringan 4,75 mm.
gr. W1a 0,0 0,0 0,0

Berat benda uji PASIR untuk butiran


yang lolos saringan 4,75 mm.
gr. W1b 572,0 690,5 698,0

Berat total benda uji PASIR. gr. W1ab = W1a + W1b 572,0 690,5 698,0

Volume benda uji PASIR untuk butiran 3


yang tertahan pada saringan 4,75 mm. Cm V1a 0,0 0,0 0,0

Volume benda uji PASIR untuk butiran


yang lolos saringan 4,75 mm. Cm3 V1b 238,0 278,0 277,5

Volume total benda uji PASIR. Cm3 V1ab = V1a +V1b 238,0 278,0 277,5
Berat jenis benda uji PASIR gr/cm
3
Bj =W1ab/V1ab 2,403 2,484 2,515

Berat jenis rata-rata benda uji PASIR (gr/cm 3) 2,467

PENYERAPAN AGGREGAT HALUS (PASIR)

Hasil Pengujian SAMPEL


Keterangan Sat. Simbul, Formula
S.01 S.02 S.03
Berat benda uji PASIR KERING OPEN
untuk butiran yang tertahan pada gr. W5a 0,000 0,000 0,000
saringan 4,75 mm.

Berat benda uji PASIR KERING OPEN


untuk butiran yang lolos saringan 4,75 gr. W5b 566,5 686,5 688,0
mm.

Berat total benda uji PASIR KERING


OPEN.
gr. W5ab = W5a + W5b 566,5 686,5 688,0

Berat air dalam benda uji PASIR untuk


butiran yang tertahan pada saringan gr. W8a 0,000 0,000 0,000
4,75 mm.

Berat air dalam benda uji PASIR untuk


butiran yang lolos saringan 4,75 mm.
gr. W8b 238,000 278,000 277,500

Berat total air dalam benda uji PASIR. gr. W8ab = W8a +W8b 238,000 278,000 277,500

Penyerapan benda uji PASIR % Pa =W8ab*100/W5ab 42,012 40,495 40,334

Penyerapan rata-rata Berat Uji PASIR (%) 40,947

6
2.6 Dokumentasi Kerja di Lapangan.

7
BAB III
UJI BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR (KERIKIL)
3.1 Tujuan :
Pengujian ini bertujuan agar dapat memahami tentang kondisi dan klasifikasi agregat halus dan
kasar serta mencari data untuk mendapatkan angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan
(SSD).

3.2 Dasar Teori.


Pengujian berat jenis agregat kasar merupakan proses penting dalam menilai kualitas dan
karakteristik material konstruksi. Berat jenis, yang merupakan perbandingan antara berat
agregat dan berat jenis air pada suhu tertentu, menunjukkan kepadatan dan kualitas agregat
kasar. Sebagai bahan konstruksi yang umum digunakan dalam pembuatan beton dan aspal,
agregat kasar memainkan peran krusial dalam menentukan kekuatan dan stabilitas struktur.
Dengan mematuhi metode pengujian standar yang ditetapkan oleh lembaga seperti ASTM,
pengujian ini mengukur berat agregat dalam keadaan kering dan jenuh air untuk menghitung
berat jenisnya. Melalui pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik material konstruksi,
para profesional konstruksi dapat memastikan penggunaan agregat kasar yang sesuai dengan
standar, yang pada gilirannya meningkatkan keamanan dan kehandalan struktur yang dibangun.

3.3 Alat dan Bahan.


1. Cetok 8. Kerikil
2. Ompreng 9. Air
3. Splliter
4. Container
5. Kain untuk mengerinkan Batu
6. Timbangan Tiple Bim
7. Oven

3.4 Prosedur Kerja.


1. Pertama kerikil yang diambil dari lapangan harus di splliter terlebih dahulu sesuai dengan
standart yang ada, agar jumlah agregat kasarnya terbagi dengan rata atau sama banyak.
2. Setelah di bagi dengan spilliter ambil pasir dan masukkan ke dalam 1 container yang nantinya
batu yang ada didalam container itu akan di rendam dengan air selama 24 jam,
3. Batu sudah direndam selama 24 Jam, kemudian di tiriskan, dan di lap/di keringkan permukaanya,
untuk mendapatkan berat SSD (Saturated Service Dry), lalu di timbang dengan timbangan Triple
Bim.
4. Setelah itu akan mencari berat agregat dalam air, masih dengan menggunakan Timbang Triple
Bim, namun kali ini kerikil itu akan di masukkan dengan menggunakan saringan ke dalam ember
berisi air, dan saringan itu akan digantungkan pada timbangan, sehingga kita dapat menghitung
beratnya.
5. Sehabis ditimbang kerikil harus di oven selama 24 jam, setelah 24 Jam kerikil kembali ditimbang
dengan timbangan Triple Bim, untuk mendapatkan berat agregat kering oven, catat semua data
hasil timbangan yang didapat untuk dilakukan pengolahan data.

8
3.5 Tabel Data Hasil Uji Berat Jenis dan Penyerapan Aggregat Kasar (Kerikil)

Hasil Pengujian SAMPEL


Keterangan Sat. Simbul, Formula
S.01 S.02 S.03
Berat benda uji di udara gr. W10kr 1173,0 1265,0 887,0
Berat benda uji dalam air gr. W11kr 708,5 760,0 528,0
Berat benda uji kering open gr. W12kr 1144,0 1230,0 873,5

ANALISIS BUTIRAN KERIKIL YANG TERTAHAN PADA SARINGAN 4,75 mm.

Volume benda uji cm3 V1=(W10-W11) 464,5 505,0 359,0


Berat air dalam aggregat gr. W13 = W10 - W12 29,0 35,0 13,5

9
BERAT JENIS AGGREGAT KASAR (KERIKIL)

Hasil Pengujian SAMPEL


Keterangan Sat. Simbul, Formula
S.01 S.02 S.03

Berat benda uji PASIR untuk butiran


yang tertahan pada saringan 4,75 mm.
gr. W1a 1173,0 1265,0 887,0

Berat benda uji PASIR untuk butiran


yang lolos saringan 4,75 mm.
gr. W1b 0,0 0,0 0,0

Berat total benda uji PASIR. gr. W1ab = W1a + W1b 1173,0 1265,0 887,0

Volume benda uji PASIR untuk butiran


yang tertahan pada saringan 4,75 mm. Cm3 V1a 464,5 505,0 359,0

Volume benda uji PASIR untuk butiran


yang lolos saringan 4,75 mm. Cm3 V1b 0,0 0,0 0,0

Volume total benda uji PASIR. Cm3 V1ab = V1a +V1b 464,5 505,0 359,0
Berat jenis benda uji PASIR gr/cm
3
Bj =W1ab/V1ab 2,525 2,505 2,471

Berat jenis rata-rata benda uji KERIKIL (gr/cm 3) 2,500

PENYERAPAN AGGREGAT KASAR

Hasil Pengujian SAMPEL


Keterangan Sat. Simbul, Formula
S.01 S.02 S.03
Berat benda uji KERIKIL KERING
OPEN untuk butiran yang tertahan pada gr. W5a 1144,0 1230,0 873,5
saringan 4,75 mm.

Berat benda uji KERIKIL KERING


OPEN untuk butiran yang lolos saringan gr. W5b 0,0 0,0 0,0
4,75 mm.

Berat total benda uji KERIKIL


KERING OPEN.
gr. W5ab = W5a + W5b 1144,0 1230,0 873,5

Berat air dalam benda uji KERIKIL


untuk butiran yang tertahan pada gr. W8a 708,500 760,000 528,000
saringan 4,75 mm.

Berat air dalam benda uji KERIKIL untuk


butiran yang lolos saringan 4,75 mm.
gr. W8b 0,000 0,000 0,000

Berat total air dalam benda uji


KERIKIL.
gr. W8ab = W8a +W8b 708,500 760,000 528,000

Penyerapan benda uji KERIKIL % Pa =W8ab*100/W5ab 61,932 61,789 60,446

Penyerapan rata-rata Berat Uji KERIKIL (%) 61,389

3.6 Dokumentasi Kerja di Lapangan.

10
BAB IV
11
UJI ANALISA AYAKAN
4.1 Tujuan :
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan distribusi ukuran partikel, pengujian ini membantu
dalam menilai kualitas agregat, memantau proses produksi, dan menentukan kekuatan material yang
dihasilkan.

4.2 Dasar Teori.


Pengujian analisis ayakan merupakan metode yang penting dalam mengevaluasi distribusi ukuran
partikel dari bahan konstruksi. Melalui penggunaan serangkaian ayakan dengan ukuran lubang yang
berbeda, pengujian ini memberikan pemahaman mendalam tentang ukuran partikel dalam bahan
yang sedang diuji. Distribusi ukuran partikel yang akurat sangat penting dalam menilai kualitas dan
karakteristik material konstruksi. Dengan mengikuti prosedur pengujian yang teliti, dapat diperoleh
informasi yang akurat mengenai persentase berat dari bahan yang tertahan pada setiap ayakan,
sehingga menghasilkan kurva distribusi ukuran partikel yang dapat dipercaya. Dalam laporan ini,
pengujian analisis ayakan telah membantu untuk menilai kualitas agregat dan memastikan bahwa
material konstruksi memenuhi standar yang ditetapkan.

4.3 Alat dan Bahan.


1. Cetok 8. Pasir
2. Ompreng 9. Air
3. Splliter
4. Container
5. Shieve Shaker beserta 1 set ayakan.
6. Timbangan Digital
7. Oven

4.4 Prosedur Kerja.


1. Pertama pasir yang diambil dari lapangan harus di splliter terlebih dahulu sesuai dengan standart
yang ada, agar jumlah agregat halusnya terbagi dengan rata atau sama banyak.
2. Setelah di bagi dengan spilliter ambil pasir dan masukkan ke dalam 3 container yang berbeda,
container 1 untuk di oven, container yang ke 2 direndam dengan air selama 24 Jam, dan
container ke 3 untuk pengujian kadar lumpur.
3. Pasir dalam container 1, yang sudah Oven selama 24 Jam, kemudian ditimbang, lalu di
masukkan ke dalam Set ayakan, yang masing masing dari ayakan tersebut juga sudah di timbang
beratnya. Pengujian Analisa Ayakan ini dilakukan dengan metode ASTM (American Standart
Testing of Material).
4. Setelah di masukkan kedalam ayakan, ayakan tersebut harus di guncang dengan mesing shieve
shaker selama kurang lebih 10 menit.
5. Kemudian jika sudah diayak/diguncang selama sepuluh menit, masing-masing ayakan dan pasir
yang tertahan didalamnya kembali di timbang, perlu di perhatikan bahwa berat pasir diakhir
harus sama dengan berat awal sebelum diayak, atau dapat berkurang maksimum 1% dari berat
awal.

12
4.5 Tabel Data Hasil Uji Analisa Ayakan.

Kode Sample : PASIR-01

Berat Benda Uji : 946 gram.

Berat
Berat Agg. Komulatif Komulatif
Ukuran Aggregat % Berat
Berat Ayakan Tertahan pada Berat % Berat
No. Ayakan Tertahan Yang Lolos
(gram) Ayakan + berat Tertahan pd. Tertahan
(mm) Pada Ayakan Ayakan
Ayakan (gram) Ayakan Pada Ayakan
(gram)

1 2 3 4 5 =(4) - (3) 6 7 8

1 19,000 406,000 406,000 0,000 0,000 0,000 100,000

2 9,500 415,50 416,00 0,50 0,50 0,053 99,95

3 4,750 406,00 413,00 7,00 7,50 0,793 99,21

4 2,360 287,50 322,00 34,50 42,00 4,440 95,56

5 1,180 295,50 431,00 135,50 177,50 18,763 81,24

6 0,600 278,00 408,50 130,50 308,00 32,558 67,44

7 0,300 278,50 440,00 161,50 469,50 49,630 50,37

8 0,150 271,50 482,00 210,50 680,00 71,882 28,12

9 0,075 264,50 406,00 141,50 821,50 86,839 13,16

10 FAN 253,00 377,50 124,50 946,00 100,000 0,00

Berat Benda Uji setelah diayak (gram) 946,00 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang Hilang 0,00 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang diperbolehkan hilang = 1% * Berat benda uji 9,46 gram.

13
Kode Sample : PASIR-02

Berat Benda Uji : 999,5 gram.

Berat
Berat Agg. Komulatif Komulatif
Ukuran Aggregat % Berat
Berat Ayakan Tertahan pada Berat % Berat
No. Ayakan Tertahan Yang Lolos
(gram) Ayakan + berat Tertahan pd. Tertahan
(mm) Pada Ayakan Ayakan
Ayakan (gram) Ayakan Pada Ayakan
(gram)

1 2 3 4 5 =(4) - (3) 6 7 8

1 19,000 406,000 406,000 0,000 0,000 0,000 100,000

2 9,500 415,000 421,000 6,000 6,000 0,601 99,399

3 4,750 406,000 413,500 7,500 13,500 1,351 98,649

4 2,360 287,000 322,500 35,500 49,000 4,905 95,095

5 1,180 295,500 438,500 143,000 192,000 19,219 80,781

6 0,600 278,500 419,000 140,500 332,500 33,283 66,717

7 0,300 278,500 448,000 169,500 502,000 50,250 49,750

8 0,150 271,500 494,500 223,000 725,000 72,573 27,427

9 0,075 264,500 412,000 147,500 872,500 87,337 12,663

10 FAN 252,500 379,000 126,500 999,000 100,000 0,000

Berat Benda Uji setelah diayak (gram) 999,000 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang Hilang 0,500 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang diperbolehkan hilang = 1% * Berat benda uji 9,995 gram.

14
Kode Sample : PASIR-03

Berat Benda Uji : 842 gram.

Berat
Berat Agg. Komulatif Komulatif
Ukuran Aggregat % Berat
Berat Ayakan Tertahan pada Berat % Berat
No. Ayakan Tertahan Yang Lolos
(gram) Ayakan + berat Tertahan pd. Tertahan
(mm) Pada Ayakan Ayakan
Ayakan (gram) Ayakan Pada Ayakan
(gram)

1 2 3 4 5 =(4) - (3) 6 7 8

1 19,000 406,000 406,000 0,000 0,000 0,000 100,000

2 9,500 415,000 418,000 3,000 3,000 0,357 99,643

3 4,750 405,500 413,500 8,000 11,000 1,308 98,692

4 2,360 287,000 316,500 29,500 40,500 4,816 95,184

5 1,180 295,000 419,500 124,500 165,000 19,620 80,380

6 0,600 278,000 395,000 117,000 282,000 33,532 66,468

7 0,300 278,500 415,500 137,000 419,000 49,822 50,178

8 0,150 271,000 458,000 187,000 606,000 72,057 27,943

9 0,075 264,500 392,500 128,000 734,000 87,277 12,723

10 FAN 252,500 359,500 107,000 841,000 100,000 0,000

Berat Benda Uji setelah diayak (gram) 841,000 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang Hilang 1,000 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang diperbolehkan hilang = 1% * Berat benda uji 8,42 gram.

4.6 Dokumentasi Kerja di Lapangan.


15
BAB V

16
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME KERIKIL, PASIR, DAN SEMEN

5.1 Tujuan :
Tujuan dari pengujian ini untuk mengevaluasi karakteristik fisik dan mekanik dari agregat yang
digunakan dalam material konstruksi. Selain itu pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menilai
kemampuan agregat dalam mendukung struktur konstruksi yang kuat dan tahan lama.

5.2 Dasar Teori.


Pemeriksaan berat volume agregat telah dilakukan dengan menggunakan prinsip dasar yang
terkait dengan berat jenis, kepadatan, dan volume spesifik agregat. Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa agregat yang diperiksa memiliki berat jenis dan kepadatan yang memenuhi standar yang
ditetapkan untuk material konstruksi. Dengan demikian, agregat tersebut dapat dianggap sesuai untuk
digunakan dalam pembangunan struktur konstruksi yang membutuhkan kekuatan dan keandalan yang
tinggi. Selain itu, pemeriksaan volume spesifik agregat menunjukkan efisiensi yang baik dalam
pengisian ruang dalam campuran konstruksi, menunjukkan kemampuan material tersebut untuk
mengoptimalkan penggunaan ruang dalam struktur.

5.3 Alat dan Bahan.


1. Mold/Silinder 7. Kuas
2. Tutup Kaca/Plat Kaca 8. Squeezed Bottle
3. Mistar Perata 9. Pasir
4. Ompreng 10. Kerikil
5. Cetok 11. Semen
6. Timbangan 12. Air

5.4 Prosedur Pengerjaan.


1. Pertama pasir dan kerikil yang diambil dari lapangan harus di splliter terlebih dahulu sesuai
dengan standart yang ada, agar jumlah agregat halusnya terbagi dengan rata atau sama banyak,
untuk masing-masing kelompok
2. Setelah itu kita akan menimbang pasir dan kerikil dengan menggunkan mold/silinder, namun
terlebihi dahulu menimbang mold/silinder dalam keadaan kosong, lalu menimbang mold/silinder
bersama dengan plat/tutup kaca.
3. Baru kita akan menimbang mold/silinder bersama benda uji yang pertama yaitu Pasir,
mold/silinder diletakkan di atas ompreng, kemudian diisi dengan pasir sampai melebihi
mold/silinder, perlu di perhatikan dalam mengisi pasir ke mold/silinder tidak boleh dilakukan
penekanan, atau pun dipadatkan dengan alat bantu apapun.
4. Setelah di isi dengan pasir sampai melebihi mold/silinder, permukaanya diratakan secara perlahan
dengan mistar perata, dan sisi-sisi dari mold/silinder di bersihkan juga dengan perlahan dengan
menggunakan kuas, dan setelah itu di timbang.
5. Untuk kerikil dan semen prosedur pengerjaannya tidak jauh berbeda, hanya saja untuk benda uji
kerikil, setelah mold/silinder terisi penuh, kerikil yang ada di bagian atas harus disusun agar sama
rata dengan mold/silinder, lalu dapat ditimbang.
6. Kemudian untuk air dilakukan terkhir, yaitu dengan mengisi air ke dalam mold/silinder sampai
penuh, lalu bagian atasnya ditutup dengan plat/tutup kaca secara perlahan sampai tidak ada
gelembung udara di permukaan plat/tutup kaca. Jika mengalami kesulitan saat menutupnya, air
boleh sedikit demi sedikt ditambahkan dengan menggunakan squeezed bottle sembari ditutup
secara perlahan dengan plat/tutup kaca agar tidak ada gelembung di permukaannya.

5.5 Tabel Data Hasil Pemeriksaan Berat Volume Kerikil, Pasir, dan Semen.
17
AGGREGAT HALUS (PASIR)

Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
S1 S2 S3
Berat bejana kosong gr. W14ps 2000 2000 2000
Berat bejana + Benda uji gr. W15ps 6200 6300 6100
Berat bejana kosong + tutup kaca gr. W16ps 4250 4250 4250
Berat bejana + Air + tutup kaca gr. W17ps 7350 7350 7350
Berat SAMPEL uji gr. W18ps = W15ps - W14ps 4.200,00 4.300,00 4.100,00
3
Volume SAMPEL cm Vps = W17ps - W16ps 3.100,00 3.100,00 3.100,00
3
Berat Volume benda uji PASIR gr/cm BVps = W18ps/Vps 1,355 1,387 1,323

Berat Volume rata-rata PASIR 1,355

AGGREGAT KASAR (KERIKIL)

Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
S1 S2 S3
Berat bejana kosong gr. W14kr 2000 2000 2000
Berat bejana + Benda uji gr. W15kr 6150 6400 6200
Berat bejana kosong + tutup kaca gr. W16kr 4250 4250 4250
Berat bejana + Air + tutup kaca gr. W17kr 7350 7350 7350
Berat SAMPEL uji gr. W18kr = W15kr - W14kr 4.150,00 4.400,00 4.200,00
3
Volume SAMPEL cm Vkr = W17kr - W16kr 3.100,00 3.100,00 3.100,00
3
Berat Volume benda uji PASIR gr/cm BVkr = W18kr/Vkr 1,339 1,419 1,355

Berat Volume rata-rata KERIKIL 1,371

SEMEN

Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
S1 S2 S3
Berat bejana kosong gr. W14pc 2000 2000 2000
Berat bejana + Benda uji gr. W15pc 5850 5850 5850
Berat bejana kosong + tutup kaca gr. W16pc 4250 4250 4250
Berat bejana + Air + tutup kaca gr. W17pc 7350 7350 7350
Berat SAMPEL uji gr. W18pc = W15pc - W14pc 3.850 3.850 3.850
3
Volume SAMPEL cm Vpc = W17pc - W16pc 3.100 3.100 3.100
3
Berat Volume benda uji PASIR gr/cm BVpc = W18pc/Vpc 1,242 1,242 1,242

Berat Volume rata-rata SEMEN 1,242

5.6 Dokumentasi Kerja di Lapangan.

18
BAB VI

19
MIX DESIGN
6.1 Tujuan :
Tujuan dilakukannya mix design, untuk menciptakan campuran beton yang optimal untuk
memenuhi persyaratan tertentu yang diperlukan dalam proyek konstruksi.

6.2 Dasar Teori


Mix design adalah proses penting dalam rekayasa material konstruksi yang melibatkan
penentuan proporsi optimal dari bahan-bahan penyusun seperti agregat, air, bahan perekat, dan aditif
lainnya, guna menciptakan campuran beton atau aspal yang memenuhi persyaratan kinerja struktural
dan lingkungan yang ditetapkan. Proses ini didasarkan pada pemahaman mendalam terhadap
karakteristik material yang terlibat, termasuk distribusi ukuran partikel, kekuatan, porositas, dan
reaktivitas kimia dari masing-masing bahan. Selain itu, mix design juga mempertimbangkan
persyaratan struktural yang diharapkan dari proyek tersebut, seperti kekuatan, ketahanan terhadap
deformasi, dan ketahanan terhadap lingkungan.
Hasil dari analisis dan perhitungan ini digunakan untuk memvalidasi kecocokan campuran
dengan persyaratan yang ditetapkan, sementara kesimpulan dan rekomendasi dari proses mix design
ini memberikan panduan bagi perbaikan atau penyesuaian untuk meningkatkan kualitas campuran di
masa mendatang. Dengan demikian, mix design menjadi landasan penting dalam memastikan
keberhasilan jangka panjang dari proyek konstruksi.

6.3 Alat dan Bahan.


1. Mold/Silinder 15 x 30 dan 10 x20. 11. Pelumas.
2. Ompreng. 12. Kerikil.
3. Cetok. 13. Pasir.
4. Timbangan. 14. Semen.
5. Corong Slump dan alas. 15. Air.
6. Batang besi.
7. Gelas Ukur.
8. Kuas.
9. Kunci Pas berbagai ukuran.
10. Sikat Besi.

6.4 Perencanaan Bahan Untuk campuran Beton.


1. Kuat tekan disyaratkan sudah ditetapkan 17,5 % unuk umur 28 hari
2. Deviasi standar diketahui dari besarnya jumlah (volume) pembebasan yang akan dibuat dalam
hal ini di anggap untuk pembuatan (1.000-3.000) m3 beton sehingga nilai S= 7 Mpa
3. Untuk Nilai Tambahan Margin berniali 1,64 x 7 = 11,48 Mpa.
4. Untuk Kekuatan rata-rata yang ditargetkan bernilai 17,5 x 11,48 = 28,98.
5. Jenis semen ditetapkan tipe I.
6. Jenis agregat diketahui: - agregat halus (pasir) alami - agregat kasar berupa batu pecah (kerikil)
7. Faktor air semen bebas dalam hal ini didapatkan 0,58.
8. Faktor air semen maksimum dalam hal ini ditetapkan 0,60.
9. Slump: ditetapkan setinggi 8-12 cm
10. Ukuran agregat maksimum : ditetapkan 4 cm
11. Kadar air bebas : untuk mendapatkan kadar air bebas, kalau nilai slump 8 -12 cm maka yang di
gunakan adalah 205 kg/m3.
12. Kadar semen : cukup jelas, yaitu: 205 : 0,58 = 353,44 kg/m3
13. Kadar semen maksimum : tidak ditentukan, jadi dapat diabaikan.
14. Kadar semen maksimum : tidak ditetapkan 275 kg/m3 seandainya kadar semen yang diperoleh
dari perhitungan 12 belum mencapai syarat minimum yang ditetapkan, maka harga minimum ini
harus dipakai dan faktor air semen yang baru perlu disesuaikan.

20
15. Faktor air semen yang disesuaikan : dalam hal ini dapat diabaikan oleh karena syarat minimum
kadar semen sudah dipenuhi.
16. Susunan butir agregat butir halus : ditetapkan masuk Daerah Susunan Butir No. 3, berdasarkan
hasil analisa ayak pasir.
Zona 3
ukuran ayakan batas atas batas bawah ZONA 3
19 100 100 100
Gradasi

Persentase Komulatif (%)


9,5 100 100 80
4,75 batas atas
100 90
60
2,36 100 85 batas bawah
1,18 100 75 40
0,6 79 60 20
0,3 40 12
0
0,15 10 0
12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00
0,075 0 0
Ukuran Ayakan (mm)
FAN

17.Cukup jelas
18.Persen bahan yang lebih halus diperoleh harga antara 30 %.
19.Berat jenis relatif agregat : (0,30 x 2,467) + (0,70 x 2,5) = 2,45 kg/m3
20.Berat jenis beton diperoleh angka 2,245 kg/m3 .
21.Kadar agregat gabungan = 2,245-(353,44+205) =1686,56 kg/m3
22.Kadar agregat halus = 0,3 x 1686,56 = 505,968 kg/m3.
23.Kadar agregat kasar = 0,7 x 1686,56 = 1180,592 kg/m3.
24.Proporsi campuran untuk 1 m3 beton :
a. Semen = 353,44 kg/m3
b. Pasir = 505,968 kg/m3
c. Kerikil = 1180,592 kg/m3
d. Air =205 l/m3
25.Proporsi campuran untuk 2 Silinder d= 15 cm dan h= 30 cm dengan volume = 0,0106 m3
a. Semen = 353,44 x 0,0106 x1,15 =4,31 kg/m3
b. Pasir = 505,968 x 0,0106 x 1,15 = 6,167 kg/m3
c. Kerikil = 1180,592 x 0,0106 x 1,15 = 14,4 kg/m3
d. Air = 205 x 0,0106 x 1,15 = 2,5 l/m3

6.5 Prosedur Pengerjaan :


1. Siapkan seluruh bahan sesuai dengan Proporsi kebutuhan yang sudah dihitung sebelumnya.
2. Siapkan juga mold/silinder, yaitu dengan membersihkannya dengan sikat besi dan menngoleskan
pelumas dibagian dalam mold/ silinder, nantinya mold/silinder itu akan digunakan untuk
mencetak campuran beton, bagi kelompok saya yaitu kelompok 1 karena pada saat praktek
kekurangan mold/silinder berukuran 15x30, jadi kami menggantinya dengan mold/silinder
ukuran 10x20.
3. Campurkan ketiga bahan kering (kerikil, pasir dan semen) terlebih dahulu didalam ompreng,
dengan menggunakan cetok sampai seluruh bahan kering tercampur merata.
4. Setelah itu masukkan air sedikit demi sedikit sampai konsistensi dari ketiga bahan kering
berubah. Pada saat pencampuran jumlah air yang dihitung pada Perencaan Bahan mungkin saja
kurang, jadi jumlah air boleh di tambah sesuai kebutuhan namun harus selalu di catat untuk
kelompok 1 perlu tambahan air sebanyak 500ml.
5. Jika dirasa sudah tercampur rata, kita akan menguji slump dari campuran bahan tersebut, yaitu
dengan memasukkan bahan yang sudah tercampur ke dalam corong slump yang di bawahnya
sudah di beri alas, dan sisi kiri kananya harus di beri beban agar tidak ada bahan uji yang keluar.
6. Masukkan bahan yang sudah tercampur kedalam corong slump sebanyak 3 lapisan, dan setiap
lapisannya harus di tusuk dengan batang besi sebanyak 25 kali jatuh bebas.

21
7. Setelah corong slump penuh ratakan bagian atasnya perlahan, lalu tarik kuat corong slump, jika
campuran bentuknya tetap maka campuran tersebut masih kekurangan air, namun jika campuran
sudah runtuh maka tinggi slump bisa langsung di ukur dengan menggunakan meteran.
8. Jika tinggi slump sudah didapat, campuran tersebut bisa langsung dimasukkan ke dalam mold/
silinder, saat proses memasukkannya sesekali harus di ratakan dengan menggoyang-goyangkan
mold, dan menusukknya dengan batang besi, lalu didiamkan selama 24 jam ditempat teduh tanpa
cahaya matahari.
9. Setelah 24 jam lepas mold/silinder dengan bantuan kunci pas secara perlahan, lalu keluarkan
beton slinder dari mold/silinder tersebut, dan kembali diamkan di tempat teduh tanpa cahaya
matahari selama 3 hari.

6.6 Dokumentasi Kerja di Lapangan.

22
BAB VII
UJI TEKAN BETON
7.1 Tujuan :
Untuk memastikan bahwa beton yang digunakan dalam konstruksi memiliki kekuatan yang
memadai untuk menahan beban yang akan diterimanya selama masa pakainya. Uji tekan beton juga
membantu dalam memastikan bahwa beton telah dicampur dengan proporsi yang tepat dan telah
mengeras dengan benar sesuai dengan standar yang ditetapkan.

7.2 Dasar Teori


Uji tekan beton merupakan metode penting dalam mengevaluasi kekuatan dan daya tahan beton
terhadap beban tekan. Dalam uji ini, beton ditempatkan di bawah tekanan yang meningkat secara
bertahap hingga terjadi kegagalan, sehingga kekuatan tekan maksimum dari beton dapat ditentukan.
Hal ini memungkinkan untuk memastikan bahwa beton yang digunakan dalam konstruksi memiliki
kekuatan yang memadai dan memenuhi standar yang ditetapkan. Pemahaman dasar teori seperti
distribusi beban, kekuatan momen, kriteria kegagalan, dan penggunaan benda uji yang sesuai sangat
penting dalam memastikan keakuratan dan konsistensi hasil uji.

7.3 Alat dan Bahan.


1. Kompor Listrik.
2. Panci.
3. Mesin Uji Tekan Beton.
4. Benda Uji.
5. Sulfur atau Belerang.

7.4 Prosedur Kerja


1. Benda Uji yaitu beton yang sudah didiamkan selama 3 hari, harus di beri lapisan sulfur atau
belerang pada bagian yang tidak rata, tapi hanya benda uji degan ukuran 15x30.
2. Setelah di beri lapisan sulfur atau belerang benda uji kembali didiamkan sampai lapisan sulfur
atau belerang kering.
3. Setelah kering maka dapat dilakukan uji tekan, yaitu dengan memasukkan benda uji kedalam
mesin uji tekan beton, dan perlu di perhatikan benda uji agar tidak bergoyang atau kokoh saat
ada didalam mesin uji tekan.
4. Nyalakan mesin uji tekan, lalu atur mesin tekan sesuai dengan benda uji, dan selalu perhatikan
monitornya, awalnya kekuatan tekanan akan terus meningkat secara perlahan, dan jika di saat
mesin berjalan kekuatan tekanan menurun, makan mesin dapat di matikan, dan kekuatan
tekanan dapat di catat yaitu 48,8 KN.

7.5 Dokumentasi Kerja di Lapangan.

23

Anda mungkin juga menyukai