DOSEN PENGAJAR :
KARTINI, S.T., M.T.
NIP.198602132019032008
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya lah
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Uji Tanah kelompok 2B ini dengan baik dan tepat waktu.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil praktek kuliah online selama sekitar dua minggu . Laporan
ini dapat selesai berkat arahan dan bimbingan dari ibu Kartini, ST,MT selaku dosen mata kuliah Uji
Tanah. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak
membantu penyusunan selama pratikum sampai penyusunan laporan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Mengingat
keterbatasan waktu dan kemampuan penulis laporan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan laporan ini. Penulis juga berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
HAND BORING
Pengeboran ini di lakukan untuk mengambil contoh tanah dari berbagai kedalaman tanh
yang di ambil di bawa ke laboratorium untuk di periksa jenis, kadar air, dll. Biasanya handboring
dilakukan untuk jenis tanah lunak.
Lokasi
b. Stang Bor
c. Auger
d. Tabung contoh
e. Kunci
2. Melakukan pengeboran di titik yang telah ditentukan dengan cara alat di putar perlahan
lahan
5. Memasukkan kembali auger ke dalam lubang bor dan lakukan hal yang sama
hingga mencapai kedalaman yang di tentukan untuk pengambilan contoh tidak
terganggu
6. Sambung tabung contoh tanah dan kepala pengambil contoh tidak tergangggu masukkan
7. Masukkan tabung ke dasar lubang bor kemudian pukul dengan martildan lubang bor yang
akan di ambil contohnaya
8. Putar stang bor untuk memutuskan tanah dalam tabung angkat dan tandai tabung contoh
SNI 03-1965-1990
a) Untuk beberapa material, kadar air merupakan satu dari sifat-sifat indeks yang digunakan
untuk membuat korelasi antara perilaku tanah dan sifat-sifatnya.
b) Kadar air material digunakan untuk menyatakan hubungan antar fase udara, air dan butiran
padat yang berada dalam volume material
c) Pada tanah yang berbutir halus (kohesif), konsistensi tanah yang diberikan tergantung pada
kadar airnya. Kadar air tanah yang berhubungan dengan batas cair (SNI 03-1967-1990)
dan batas plastis (SNI 03-1466-1990), digunakan untuk menyatakan konsistensi relatif
atau indeks kecairan.
Acuan normatif
dilengkapi dengan pengontrol panas. Lebih baik tipe yang dilengkapi dengan pengatur
suhu, dan dapat memelihara keseragaman temperatur 110oC ± 5oC untuk seluruh
ruangan pengering.
b) Timbangan
semua timbangan yang memiliki ketelitian 0,01 gram diperlukan untuk benda uji dengan
berat maksimum 200 gram (termasuk berat cawan tempat benda uji) dan timbangan yang
memiliki ketelitian 0,1 gram diperlukan untuk benda uji dengan berat lebih dari 200
gram.
CATATAN 2 Maksud dari menutup cawan hingga rapat adalah untuk menjaga kehilangan
kadar air pada benda uji sebelum ditentukan berat awal dan juga untuk
menjaga penyerapan kadar air dari atmosfer selama pengeringan sebelum ditentukan
berat akhir benda uji.
d) Desikator
sebuah desikator atau botol desikator besar dengan ukuran yang cukup berisikan silika
atau kalsium anhidrofosfat (silica gel or anhydrous calcium phosphate). Lebih baik
menggunakan zat pengering yang dapat mengubah warna untuk menunjukan keadaan
semula.
kaos tangan, tang atau alat pemegang lainnya yang dapat digunakan untuk
memindahkan atau mencapit cawan panas setelah pengeringan.
2. Prosedur Pengujian
a).
Timbang dan catat berat cawan kering yang kosong tempat benda uji (beserta tutupnya jika
memakai tutup).
b)
c)
Masukkan benda uji dalam cawan dan jika memakai tutup pasang tutupnya hingga
rapat. Tentukan berat cawan yang berisi material basah menggunakan timbangan
(lihat butir 6.b)yang telah dipilih sebagai acuan berat benda uji. Catat nilai tersebut.
Buka tutupnya (jika memakai tutup) dan masukan cawan yang berisi benda uji
basah ke dalam oven pengering. Keringkan benda uji hingga beratnya konstan.
Pertahankan oven pengering pada temperatur 110 oC ± 5oC. Waktu yang dibutuhkan
untuk mendapatkan berat benda uji konstan akan bervariasi tergantung pada jenis
material, ukuran benda uji, jenis dan kapasitas oven dan faktorfaktor lainnya.
Pengaruh dari faktor-faktor tersebut umumnya dapat dihindari dengan kepastian yang
baik dan pengalaman terhadap material yang diuji serta peralatan yang digunakan.
CATATAN 8 Benda uji kering dapat menyerap kadar air terhadap benda uji
basah, tanah kering harus dikeluarkan sebelum benda uji basah dimasukan ke dalam
oven yang sama. Tetapi hal ini tidak berlaku jika benda uji yang dikeringkan
sebelumnya tetap berada di dalam oven pengering untuk penambahan periode
waktu sekitar 16 jam.
e).
Setelah benda uji dikeringkan hingga beratnya konstan, keluarkan cawan dari
dalam oven (dan tutup kembali jika memakai tutup). Biarkan benda uji dan cawannya
menjadi dingin pada temperatur ruangan atau sampai cawan dapat dipegang dengan
aman menggunakan tangan dan siapkan timbangan yang tidak terpengaruh oleh panas.
Tentukan berat cawan dan berat material kering oven menggunakan timbangan yang sama
dengan yang digunakan pada butir 10.c) dan catat nilai ini. Kencangkan penutup
apabila benda uji menyerap kelembaban udara sebelum ditentukan berat keringnya.
CATATAN 9
URAIAN :
1. Cawan 1
Berat air
(W1 – w2)
= 97,3 – 52,0
= 43,5 gr
Berat tanah
kering (W2
– W3)
= 52,0 – 12,9
= 39,1
Kadar air
( 𝑊1−𝑊2)
𝑥 100
(𝑊2−𝑊3)
97,3 −
52,0
=
52,0 −
12,9
45,3
= 𝑥
100
39,1
= 1,1585 𝑥
100
= 115,85 %
2. Cawan 2
Berat air (W1 – w2)
= 79,0 – 43,7
= 35,3 gr
Kadar air
( 𝑊1−𝑊2)
𝑥 100
(𝑊2−𝑊3)
79,0 – 43,7
= 𝑥 100
43,7 − 35,3
12,8 =
30,9
𝑥 100
= 1,11423 𝑥 100
= 114,23
3. Cawan 3
Berat air (W1 – w2)
= 74,0 – 42,1
= 31,9 gr
Kadar air
( 𝑊1−𝑊2)
𝑥 100
(𝑊2−𝑊3)
74,0 – 42,1
=
42,1 – 13,3
31,9 𝑥 100
= 𝑥
100
28,8
= 1,1076 𝑥 100
= 110,76 %
4. Rata – rata
Kadar air C1 + Kadar air C2 + Kadar air C3
=
3
115,85 % + 114,23 % + 110,76 %
=
3
340,84 %
=
3
= 113,613 %
UJI BATAS CAIR
A. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya kadar air tanah yang berada dalam batas plastis dan cair.
A. Dasar Teori
Batas Cair (LL) adalah kadar air tertentu dimana pelaku tanah berubah dari
kondisi plastis menjadi cair. Batas cair juga didefinisikan sebagai kadar air tanah pada
batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.
Berdasarkan kadar air yang dikandung tanah, tanah dipisahkan ke dalam empat
keadaan dasar, yaitu :
a. Padat ( solid )
b. Semi-padat ( semi-solid)
c. Plastis ( plastic)
d. Cair ( liquid)
Dari pengujian ini dapat diketahui batas plastis atau keadaan antar plastis dan
semi padat (plastis limit ), batas cair yaitu batas atau keadaan antara cair dan
plasstis( Liquid Limit ), dan batas susut yaitu yaitu keadaan antara semi padat dan
padat ( Shirinkage Limit ). Batas-batas tersebut lebih dikenal dengan batas-batas
Atterberg ( Atterberg Liimits ).
Batas cair adalah kadar air dalam persen berat kering, dimana kedua
penampang tanah yang hamper bersentuhan tetapi tidak saling melimpahi satu
terhadap yang lainnya, ketika dalam cawan mengalami pukulan dari arah bawah.
Dalam pengujian ini hasil-hassilnya sangat dipengaruhi oleh unsur manusia.
Nilai batas cair tanah dapat dilihat dari besaran kadar air dari besaran kadar air
dalam persen yang ditentukan dari 25 pukulan pada pengujian batas cair.
Rumus batas cair
𝑤1−𝑤2
W= 𝑥100
𝑤2−𝑤3
Keterangan :
● W= Kadar air
● W1 = Berat cawan kosong
● W2 = Berat cawan+tanah basah
● W3 = Berat cawan+tanah kering
Semakin banyak jumlah pukulan yang terjadi pada sampel maka semakin kecil
pula kadar air yang terkandung.
c. Grooving tool
d. Spatula.
f. Oven pengering.
g. Saringan No. 40
h. Desikator.
i. air suling / Aquades.
C. Prosedur pengerjaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan .
2. Mengambil contoh tanah yang lolos saringan No.40.
3. Meletakkan tanah diatas keramik dan mencampur tanah dengan air suling dengan
spatula hingga homogen.
4. Mengambil contoh tanah yang telah tercampur hingga homogenya dan meletakkan
dalam mangkuk cassagrande.
6. Membuat alur pada contoh tanah tersebut dengan menggunakan grooving tool.
7. Memutar cassagrande sehingga cawan cassagrande akan terangkat dan turun dengan
kecapatan 2 putaran / detik dan menghentikan pemutaran pada cassagrande jika alur
sudah tertutup sepanjang ± 1,23 cm.
8. Menghitung berapa ketukan yang dibutuhkan.
9. Mengambil contoh tanah tersebut sebagian untuk diperiksa kadar airnya.
10. Mengulang percobaan dengan kadar air berbeda.
Jumlah ketukan yang diharapkan yaitu :
a. 10-20 ketukan
b. 20-30 ketukan
c. 30-40 ketukan
d. 40-50 ketukan
D. Pengolahan data
Batas Cair ( liquid limit)
Hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air, selanjutnya hasil-hasil
tersebut digambar dalamgrafik, dimanajumlah pukulandigambarkan padasumbu
mendatardengan skala logaritmis dan kadar air sebagai sumbu tegak dengan
skalanormal.
Buat garis lurus melalui titik-titik itu, jika ternyata titik-titik yang diperoleh tidak
terletak dalam satu garis lurus, maka buatlah garis lurus yang mewakili titik berat dari
titik-titik tersebut.
Tarik garis vertikal pada jumlah pukulan 25 sampai memotong garis grafik,
kemudian tarik garis mendatar dari titik potong tersebut hingga memotong sumbu
vertikal (sumbu kadar air), tentukan nilainya dimana nilai tersebut merupakan nilai
batas cair dari jenis tanah yang diuji.
Batas Plastis (Plastic Limit)
Tentukan kadar air rata-ratanya, dimana pada kadar air tersebut merupakan harga
batas plastis (dimana sebelumnya tiap sampel dibuatkan 3 cawan).
E. Hasil pengujian dan grafik
a. Tabel Pengujian Pada Sampel Tanah
( Timbunan) BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)
Penentuan NO 1 2 3 4
1 Jumlah ketukan 16 22 24 39
2 Tempat / Cawan No. A B C D
Berat cawan + Tanah
3 basah Gr 33.7 32.7 33.1 39.2
Berat cawan + Tanah
4 kering Gr 27.2 26.6 27.1 32.1
5 Berat Air (3)-(4) Gr 6.5 6.1 6 7.1
6 Berat Cawan Gr 6.3 6.3 6.4 6
7 Berat tanah kering (4)-(6) Gr 20.9 20.3 20.7 26.1
27.2
8 kadar air (5)/(7)*100 % 31.10 30.05 28.99 0
GAMBAR 1.1 : Tabel Pengujian Batas Cair Tanah
Timbunan
Grafik Batas Cair
31.50
31.00
30.50
30.00
29.50
29.00
28.50
28.00
27.50
27.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Penentuan NO. 1 2 3 4
Berat tanah kering
1 Jumlah ketukan 15 26 35 49
72 (4)-(6) Tempat / Cawan No. Gr 9.3 A 10.7B 15.2
C 9.3
D
8 kadar air (5)/(7)*100
Berat cawan + Tanah % 74.19 70.09 63.82 60.22
b. Tabel Pengujian
3 Pada Sampel
basah Tanah ( Tabung )
GrBATAS25.9 27.9 34.7 24.7
CAIR (LIQUID LIMIT)Berat cawan + Tanah
4 kering Gr 19 20.4 25 19.1
5 Berat Air (3)-(4) Gr 6.9 7.5 9.7 5.6
6 Berat Cawan Gr 9.7 9.7 9.8 9.8
Gambar 1.3 : Tabel Pengujian Batas Cair Tanah Tabung
70
60
50
40
30
20 10 100
JUMLAH KETUKAN
10
F. Perhitungan
1) Perhitungan Batas Cair ( Tabung )
a) Cawan A , dengan jumlah ketukan 15
❖ Berat air = (Berat Cawan+tanah basah) – (berat cawan+tanah kering )
=( 25.9)-(19)
=6.9 gr
❖ Berat tanah kering = ( berat cawan+tanah kering) – berat cawan
= (19)-(9.7)
=9.3 gr
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
❖ Kadar air = x100
= 6.9 𝑥100
9.3
= 74.19 %
b) Cawan B , dengan jumlah ketukan 26
❖ Berat air = (Berat Cawan+tanah basah) – (berat cawan+tanah kering )
= ( 27.9 ) – (20.4)
= 7.5 gr
❖ Berat tanah kering = ( berat cawan+tanah kering) – berat cawan
= (20.4) – (9.7)
= 10.7 gr
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
❖ Kadar air = x100
= 7.5
𝑥100
10.7
= 70.09 %
c) Cawan C, dengan jumlah ketukan 35
❖ Berat air = (Berat Cawan+tanah basah) – (berat cawan+tanah kering )
= ( 34.7 ) – ( 25 )
= 9.7 gr
❖ Berat tanah kering = ( berat cawan+tanah kering) – berat cawan
= ( 25 ) – ( 9.8 )
= 15.2 gr
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
❖ Kadar air = x100
= 9.7
𝑥100 = 63.82 %
15.2
= 60.22 %
= 6.5
𝑥100
20.9
= 31.10 %
b) Cawan B , dengan jumlah ketukan 22
❖ Berat air = (Berat Cawan+tanah basah) – (berat cawan+tanah kering )
= 32.7 – 26.6
= 6.1 gr
❖ Berat tanah kering = ( berat cawan+tanah kering) – berat cawan
= 26.6 – 6.3
= 20.3 gr
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
❖ Kadar air = x100
= 6.1
𝑥100
20.3
= 30.05 %
c) Cawan C , dengan jumlah ketukan 24.
❖ Berat air = (Berat Cawan+tanah basah) – (berat cawan+tanah kering )
= 33.1 – 27.1
= 6 gr
❖ Berat tanah kering = ( berat cawan+tanah kering) – berat cawan
= 27.1 – 6.4
= 20.7 gr
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
❖ Kadar air = x100
6 𝑥100
=
20.7
= 28.99 %
d) Cawan D , dengan jumlah ketukan 39
❖ Berat air = (Berat Cawan+tanah basah) – (berat cawan+tanah kering )
= 39.2 – 32.1
= 7.1 gr
❖ Berat tanah kering = ( berat cawan+tanah kering) – berat cawan
= 32.1 – 6
= 26.1 gr
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
❖ Kadar air = x100
= 7.1
𝑥100
26.1
= 27.20 %
A. Tujuan
Pengujianini dimaksudkan untukmenentukan menentukan harga-harga liquid limit,
plasticlimit serta shrinkage limit dengan benar, serta mampu menggambar grafik untuk batas
cair.
B. Teori Dasar
Tanah yang berbutir halus yang mengandung mineral lempung, sangat peka terhadap
perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu berupa batas cair
(Liquid Limit), batas plastis (Plastic Limit) dan batas kerut/susut (Shrinkage Limit), dimana
LL, PL dan SL adalah:
1. Batas cair adalah nilai kadar air, dimana tanah dalam keadaan antara cair dan plastis.
2. Batas plastis adalah nilai kadar air, dimana tanah dalam keadaan antara plastis dan
semi padat.
3. Batas susut adalah nilai kadar air, dimana tanah dalam keadaan antara semi padat dan
padat.
Dengan diketahuinya nilai konsistensi tanah, maka sifat-sifat plastisitas dari tanah dapat
diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indeks plastisitas (Plasticity Index)
yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair dengan nilai kadar air batas plastis, yaitu:
PI = LL – PL
Nilai PI yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap perubahan kadar air,
dan mempunyai sifat kembang susut yang besar serta besar pengaruhnya terhadap daya
dukung atau kekuatan tanah.
C. Peralatan Yang Digunakan
1. Alat batas cair standar (Casagrande)
2. Alat pembuat alur (Grooving Tool)
3. Spatula
4. Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.
5. Cawan untuk penentuan kadar air
6. Air suling
7. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr.
8. Lempeng kaca ukuran 60 60 1 cm
Penyiapan Benda Uji
1. Bila contoh tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih kecil dari saringan
no.40 atau 0,425 mm, maka contoh tanah dapat digunakan langsung dalam
pengujian.
2. Bila contoh tanah mempunyai butiran lebih besar dari saringan no.40 atau 0,425
mm, maka keringkan contoh tanah tersebut dan lakukan penyaringan. Ambil
benda uji yang lolos saringan no.40 atau 0,425 mm sebanyak 200 gr.
D. Prosedur Pengujian
Batas Cair ( Liquid Limit )
G. Gambar Alat
H. Perhitungan
Sampel A
a. Berat air (Berat cawan + tanah basah ) – ( Berat cawan + Tanah Kering )
= (37.3) - (33.7)
= 3.6
b. Berat tanah kering ( Berat cawan + Tanah Kering ) – ( Berat Cawan )
= (33.7) – (6.4)
= 27.3
c. Kadar air ( Berat Air ) / (Berat tanah kering) X 100
= ( 3.6 X 27.3 ) X 100
= 13.19
Sampel B
a. Berat air (Berat cawan + tanah basah ) – ( Berat cawan + Tanah Kering )
= (37.9) - (33)
= 4.9
b. Berat tanah kering ( Berat cawan + Tanah Kering ) – ( Berat Cawan )
= (33) – (6.4)
= 26.6
c. Kadar air ( Berat Air ) / (Berat tanah kering) X 100
= ( 4.9 X 26.6 ) X 100
= 18.42
I. Referensi
1. ASTM D 2216 – 80
2. British Standart BS 1377 – 1975
3. Bowles, J.E, “Engineering Properties of Soils and their Measurement”,
Experiment no.3.
4. Head, K.H, “Manual of Soil Laboratory Testing”, vol.I sect. 2.5.
Uji kuat tekan-bebas tanah kohesif
untuk menentukan kuat tekan bebas contoh tanah yang memiliki kohesi, baik tanah tidak
terganggu (undisturbed), dicetak ulang (remolded) maupun contoh tanah yang dipadatkan
(compacted). Standar ini digunakan sebagai acuan atau pegangan, terutama bagi teknisi
laboratorium, dalam melakukan uji kuat tekan bebas tanah kohesif.
Acuan Normatatif
Standar ASTM:
D 422, Test Method for Particle-Size Analysis of Soils (SNI 3423:2008, Cara uji
analisis ukuran butir tanah)
D 653, Terminology Relating to Soil, Rock, and Contained Fluids
D 854, Test Method for Specific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer (SNI
1964:2008, Cara uji berat jenis tanah)
D 1587, Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Soils for Geotechnical Purposes
(SNI 03-4148.1- 2000, Tata cara pengambilan contoh tanah dengan tabung dinding
tipis)
D 2216, Test Method for Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil
and Rock by Mass (SNI 1965:2008, Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan
batuan)
D 2487, Practice for Classification of Soils for Engineering Purposes (Unified Soil Classification
System) (SNI 03-6371-2000, Tata cara pengklasifikasian tanah dengan cara unifikasi
tanah)
D 2488, Practice for Description and Identification of Soils (Visual-Manual Procedure)
D 4318, Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils (SNI 1966:2008,
Cara
uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah / SNI 1967:2008, Cara uji penentuan
batas cair tanah)
D 6026, Practice for Using Significant Digis in Calculating and Reporting
Geotechnical Test Data E 177, Practice for Use of the Terms Precision and Bias
in ASTM Methods
E 691, Practice for Conducting an Interlaboratory Study to Determine the Precision of a Test Method
Alat uji kuat tekan bebas dapat berupa sebuah alat seperti pelat dengan skala beban (aplatform
weighing scale) yang dilengkapi dengan sistem pembebanan menggunakandongkrak putar (
a screw-jack-activated load yoke), alat dongkrak hidrolis, atau sistempembebanan lainnya dengan
kapasitas yang sesuai dengan peruntukkannya, antara lainuntuk mengatur kecepatan pembebanan
seperti diuraikan pada butir
7.1. Untuk tanahdengan kuat tekan bebas kurang dari 100 kN/m2 (100 kPa), alat uji kuat tekan bebas
harusmampu mengukur tekanan untuk setiap peningkatan 1 kN/m2 (1 kPa). Untuk tanah dengan
SNI 3638:2012 kuat tekan bebas 100 kN/m2 (100 kPa) atau lebih, alat uji kuat tekan bebas harus
mampumengukur tekanan untuk setiap peningkatan 5 kN/m2(5 kPa)
Timbangan yang digunakan untuk menimbang benda uji harus dapat menentukan massabenda
uji dengan ketelitian pembacaan 0,1 % dari massa totalnya
ARLOJI
Arloji untuk waktu, beban, dan regangan
Alat penunjuk deformasi harus berupa arloji ukur dengan skala pembacaan 0,03 mm (0,001inci) atau
lebih kecil, dan mempunyai kapasitas pengukuran setidaknya 20 % dari tinggibenda uji, atau alat ukur
lainnya yang memenuhi persyaratan, seperti alat ukur elektrik.
Prosedur pengunaan
a)Pasang benda uji pada alat pembebanan sedemikian sehingga tepat pada pusat pelat
dasar. Alat pembebanan digerakkan dengan hati-hati sedemikian sehingga pelat atas
menyentuh benda uji. Arloji ukur deformasi dinolkan, kemudian dilakukan pembebanan
sehingga menghasilkan regangan aksial dengan kecepatan 1/2 % s.d 2 % per menit.
Catat beban, deformasi, dan waktu pada interval yang sesuai untuk mendapatkan
bentuk kurva tegangan-regangan (umumnya cukup 10 sampai 15 titik). Kecepatan
regangan sebaiknya dipilih sedemikian sehingga waktu yang dibutuhkan sampai benda uji
runtuh tidak melebihi sekitar 15 menit, lihat Catatan 7. Pembebanan terus dilakukan
sampai nilai
beban berkurang sesuai meningkatnya regangan, atau sampai tercapai regangan aksial 15 %.Kecepatan
regangan yang digunakan untuk pengujian terhadap benda uji yang dibungkus dapat
dikurangi (minimum 1/2 %) jika dianggap perlu sekali untuk mendapatkan hasil pengujian
yang lebih baik. Kecepatan regangan harus dicantumkan dalam laporan data hasil
pengujian, sebagaimana diperlukan dalam 9.1.7. Kadar air benda uji ditentukan dengan
menggunakan seluruh contoh, kecuali hasil perapihan/pemotongan telah diperiksa kadar
airnya. Dalam laporan harus dicantumkan apakah contoh kadar air diperoleh sebelum
atau
CATATAN - Material yang bersifat lunak yang akan menunjukkan deformasi yang lebih
besar pada saat runtuh harus diuji dengan kecepatan regangan yang lebih tinggi.
Sebaliknya material yang bersifat kenyal (stiff) atau rapuh yang akan menunjukkan
deformasi kecil pada saat runtuh harus diuji dengan kecepatan regangan yang lebih
rendah.
b)Buat sketsa atau foto benda uji pada saat runtuh yang memperlihatkan sudut kemiringan dan
-Kondisi Undisturb
TABEL
GRAFIK
TEGANGAN (Kg/Cm2)
0.2
0.15
0.05
cu = 0.00525
kg/cm²
0
0.080.10.12
0 0.02 0.04 0.06 0.14
-0.05
PERHITUNGAN
REGANGAN (%)
a) Deformasi Tanah
Δh = Pembacaan Arloji × 0,01
= 35 × 0,01
= 0,35 mm
b) Regangan
Aksial ε=Δh/h
= 0,35 / 70
= 0,0050
c) Faktor Koreksi Luas
=1˗ε
= 1 – 0,0364
= 0,9950
d) Luas Terkoreksi
Aˈ = A / 1 – ε
= 9,63 / 1 – 0,0364
= 9,673 𝑐𝑚2
e) Beban Total
P = Beban × Faktor Koreksi
= 0,1 × 0,9636
= 0,100 kg
f) Tegangan Kompresi
= Beban Total / Aˈ
= O,096 × 9,988
= 0,0103 kg/𝑐𝑚2
-Kondisi Remoulded
TABEL
GRAFIK
0.2
0.15
0.1
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
-0.05
REGANGAN (%)
PERHITUNGAN
a) Deformasi Tanah
Δh = Pembacaan Arloji × 0,01
= 35 × 0,01
= 0,35 mm
b) Regangan
Aksial ε=Δh/h
= 0,35 / 70
= 0,005
c) Faktor Koreksi Luas
=1˗ε
= 1 – 0,0364
= 0,9950
d) Luas Terkoreksi
Aˈ = A / 1 – ε
= 9,63 / 1 – 0,0364
= 9,673 𝑐𝑚2
e) Beban Total
P = Beban × Faktor Koreksi
= 0,1 × 0,9636
= 0,100 kg
f) Tegangan Kompresi
= Beban Total / Aˈ
= O,096 × 9,988
= 0,0103 kg/𝑐𝑚
Prosedur Pengujian
A. Analisa ayak agregat halus.
1. Agregat halus dikeringkan dalam oven dengan suhu sampai berat tetap.
2. Timbang agregat halus sebanyak yang di gunakan.
3. Saring benda uji sebanyak itu dengan menggunakan ayakan yang sudah di
tentukan.
4. Dari benda uji yang tembus sampai memenui keinginan.
5. Ayak agregat tersebut dengan ayakan lebih kecil 4 mm yang
berkelipatan dua, sedangkan ayakan paling besar ditempatkan
paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan meletakkan susunan
ayakan pada wadah sampel.
6. Bersihkan masing-masing ayakan, dimulai dari ayakan teratas dengan
kuas cat yang lemas. Perhatian, penyikatan jangan terlalu keras, sekedar
menurunkan debu yang mungkin masih melekat pada ayakan.
7. Timbang berat total agregat yang tertahan di masing2 ayakan terhadap berat total
di mana.
· Prosentase total berat benda uji yang tertahan di atas ayakan 4
mm ke atas dihitung berdasarkan berat .
· Prosentase berat benda uji yang tertahan 2 mm ke bawah, dihitung berdasarkan
berat.
Penelitia Contoh
Proyek : n Pasir No : 1
Kedalama 0,60 m Muka
Lokasi : Jabar n: Tanah
Jenis Pasir
Tanah : Halus
Berat Tanah Yang di uji ,W
Petugas : Tanggal :
Diperiksa : Tanggal :
Menyetuju
i : Tanggal :
Berat % Tanah
Nomor Diamter Tanah % Berat Tanah Tertahan Kumulatif % Tanah
Saringan Lubang Yang Saringan dari Tanah Yang Lolos
Saringan Tertahan Yang Saringan
Saringan Tertahan
0 0 100
9,42 9,42 90,58
2,04 11,46 79,12
3,18 16,64 62,48
1,38 16,02 46,46
1,94 17,96 28,5
2,41 20,37 8,13
7,47 27,84 -19,71
16,49 44,33 -64,04
6,99 51,32 -115,34
METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN DAN BERAT UNTUK TANAH
SNI-03-1742-1989
TUJUAN:
Pemadatan tanah di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air optimum dan
kepadatan kering maksimum. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan
untuk menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di
lapangan. Peralatan yang digunakan adalah cetakan, alat penumbuk, alat pengeluar benda
uji, timbangan, oven pengering, pisau perata, saringan, alat pencampur, dan cawan. Cara
uji untuk menentukan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum yang
digunakan adalah uji kepadatan ringan (standard). Cara tersebut dibagi menjadi 4 cara,
yaitu cara A, cara B, cara C dan cara D (lihat Tabel 1). Cara tersebut dibagi berdasarkan
sifat tanah dan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan tanah yang akan diuji, jika tidak
gunakan ketentuan A. - Cara A dan cara B digunakan untuk campuran tanah yang
tertahan saringan No.4 sebesar 40% atau kurang. - Cara C dan cara D digunakan untuk
campuran tanah yang tertahan saringan 19,00 mm sebesar 30% atau kurang.
1. Saringan No.4
2. Tabung Ukur
3. Alat penumbuk
4. Mould Logam
5. Pisau perata
6. Cawan
7. Timbangan
8. Oven
Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5) °
PROSEDUR PENGUJIAN :
dengan pengertian:
ρ : adalah kepadatan basah, dinyatakan dalam gram/cm3.
B1 : adalah massa cetakan dan keping alas, dinyatakan dalam gram.
B2 : adalah massa cetakan, keping alas dan benda uji, dinyatakan dalam
gram. V : adalah volume benda uji atau volume cetakan, dinyatakan
dalam cm3.
dengan pengertian:
W : adalah kadar air, dinyatakan dalam %.
A : adalah massa cawan dan benda uji basah, dinyatakan dalam
gram. B : adalah massa cawan dan benda uji kering, dinyatakan
dalam gram. C : adalah massa cawan, dinyatakan dalam gram.
dengan pengertian:
ρd : adalah kepadatan kering, dinyatakan dalam
gram/cm3. Ρ : adalah kepadatan basah, dinyatakan
dalam gram/cm3. w : adalah kadar air, dinyatakan
dalam %.
d) Hitung kepadatan (berat isi) kering untuk derajat kejenuhan 100% dengan rumus
sebagai berikut:
ρd = (Gs. ρ w) / (100 + Gs.w) × 100%..................................................................(4)
dengan pengertian:
ρd : adalah kepadatan kering, dinyatakan dalam gram/cm3.
Gs: adalah berat jenis tanah.
ρw : adalah kapadatan air, dinyatakan dalam
gram/cm3. w : adalah kadar air, dinyatakan dalam
%.
C.B.R.
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"
Atas % ((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100
Diameter 15,20 Cm
Tinggi Mold 11,57 Cm
Blow 10 Blow
Volume 2100,319 cm3
GRAFIK CBR LABORATURIUM
50
45
40
Beban (Lb)
35
30
25
20
15
10
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Penetrasi (Inchi)
DATA 2: 30x TUMBUKAN
PENGEMBANGAN
Tanggal 21/05/2021 22/05/2021 23/05/2021 24/05/2021
Jam
Pembcaan 48,20 53,90 63,80 71,00
Perubahan % 0,61
0
Bacaan pada Grafik
0.1 " 0.2 "
80,3 114,7
C.B.R.
Harga C.B.R.
(%)
0.1" 0.2"
((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100
Atas %
((86,0)/ ((114,7)/
Baw % (3*1000))*100 (3*1500))*100
2,7 2,5
ah
Diameter 15,20 Cm
Tinggi Mold 11,55 Cm
Blow 30 Blow
Volume 2094,782 cm3
160
140
120
100
Beban (Lb)
80
60
40
20
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Penurunan (Inci)
DATA 3: 65x TUMBUKAN
PENGEMBANGAN
Tanggal 21/05/2021 22/05/2021 23/05/2021 24/05/2021
Jam
Pembcaan 45,60 52,80 61,00 68,00
Perubahan % 0,58
C.B.R.
Harga C.B.R. (%)
0.1" 0.2"
Atas % ((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100
Diameter 15,23 Cm
Tinggi Mold 11,70 Cm
Blow 65 Blow
Volume 2130,371 Cm3
Berat Mold ( Gr ) 4 4
250
200
Beban (Lb)
150
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Penetrasi (Inchi)
Contoh Perhitungan menggunakan Data 1 (10x Tumbukan)
42,6 𝑥 100
=
−13,1
= -352,2 %
Kadar Air (Sesudah) = 𝐴𝑖𝑟
𝑥 100
𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡
𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
=20,7 𝑥 100
45,3
= 45,7 %
*Berat tanah basah (Sebelum) = (berat tanah basah+berat mold) – (berat
mold)
= (7349) – (3569)
= 3780
22
*Volume =1× × (𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 ) × 𝑇𝑖𝑚𝑔𝑔𝑖 𝑀𝑜𝑙𝑑
4 7
22
=1× × (15,202 ) × 11,57
4 7
22
=1× × (15,202 ) × 11,57
4 7
= 2100,319
METODE PENGUJIAN BERAT ISI (SNI-03-
3637-1994)
TEORI DASAR
Menurut lembaga penelitian tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah berat tanah utuh
(undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume tanah, dinyatakan dalam g/cm3 (g/cc). nilai
berat isi tanah sangat bervariasi antara satu titik dengan titik lainnya karena perbedaan kandungan
bahan organic, tekstur tanah, kedalaman tanah, jenis fauna tanah dan kadar air tanah (Agus et al. 2006).
TUJUAN PRATIKUM
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menghitung dan mendapatkan berat isi tanah yang merupakan
perbandingan antara berat tanah basah dengan volume nya dalam gr/cm3.
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri
dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah
dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0,005 cm
untuk jangka sorong bawah 30 cm dan 0,01 cm untuk yang diatas 30 cm. kegunaan jangka
sorong adalah:
Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
Untuk megukur sisi dalam suatu benda berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya)
dengan cara diuular;
Alat yang dipakai dalam melakukan penggukuran massa suatu benda. Ketelitian
pengukuran massa pada timbangan sangat beragam dan disesuaikan dengan
kegunaannya masing masing.
4. CAWAN
PERHITUNGAN
Berat isi dapat dihitung sebagai b erikut:
Berat ring :W1 gram
Berat ring+contoh tanah :W2 gram
Berat tanah W :W2 - W1
Volume ring :Vgram/cm3
𝑊2−𝑊1
Berat isi 𝛾 : gr/cm3
Cawan No 1 2 3
Berat Ring + Tanah Basah Gr 138,7 139,7 143,5
Berat Ring Gr 55,5 49,1 56,5
Berat Tanah Basah Gr 83,2 90,6 87,5
Diameter Ring Cm 63,5 63,2 63,5
Tinggi Ring Cm 18,5 19,6 18,7
Volume Ring Cm3 59,50 61,45 59,19
Berat Volume Tanah Gr/Cm3 1,64 1,47 1,46
Rata-Rata 1.52
Contoh perhitungan:
Volume:
Ring 1= 59.507,9455
=59,50 Cm3
Rimg 2= 61.455,37664
= 61,45 Cm3
Ring 3 = 59.191,43875
= 59,19 Cm2
𝑉. 𝑟𝑖𝑛𝑔
R2 : (B2-B1)/Volume
: (139,7-49,1)/61,45
: 90,6/61,45
: 1,47
R3 : (B2-B1)/Volume
: (143,5-56,5)/59,19
: 87/59,19
: 1,46
Rata rata : 𝑅1+𝑅2+
� �3 3
1,64+1,47+1,
46
:
3
:457/300
157
:1
300
: 1,52
PENGUJIAN BERAT JENIS UJI TANAH
(SNI – 1964-2008)
A.PIKNOMETER
Sebuah botol ukur yang mempunyai kapasitas sekurang - kurangnya 100 ml atau botol yang
dilengkapi penutup dengan kapasitas sekurang - kurangnya 50 ml.Penutup botol harus berukuran
dan berbentuk sedemikian rupa, sehingga dapat menutup dengan rapat sampai kedalaman tertentu
dibagian leher botol, dan ditengah-tengahnya harus mempunyai lubang kecil untuk mengeluarkan
udara dan kelebihan air.
Penggunaanbotol ukurataubotolyang dilengkapi penutup tergantung keinginan, tetapi umumnya
botol ukur harus digunakan untuk contoh yang lebih besar dari padayang digunakan di dalam botol
ukur yang berpenutup. Untuk botol ukur kapasitas 500 ml dipergunakan untuk contoh tanah
lempung dengan kadar air.
B.TERMOMETER
C.SARINGAN
Terdiri dari beberapa ukuran saringan itu sendiri untuk mengeleminasi ke butiran yang lebih
kecil lagi, hingga ukuran butiran yang dibutuhkan.Saringan 4,75 mm (No. 4) dan saringan
2,00 mm (No. 10), dan pan penadah.
D.TIMBANGAN
Semua timbangan yang memiliki ketelitian 0,01 gram diperlukan untuk benda uji dengan berat
maksimum 200 gram [termasuk dengan berat cawan tempat benda uji], dan timbangan yang
memiliki ketelitian 0,1 gram diperlukan untuk benda uji dengan berat lebih dari 200 gram.
Timbangan digunakan untuk mengukur berat cetakan dan berat benda sampel yang akan
diuji.
E.BOTOL
Untuk pengisian/penambahan air suling ke dalam piknometer yang berisi benda sampel
tersebut.
F.BAK PERENDAM
G.OVEN
Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur temperatur untuk mengeringkan contoh tanah
basah sampai (110 ± 5)oC.
H.ALAT PENDINGIN
I.TUNGKU LISTRIK
Tungku listrik (hot plate) yang dilengkapi dengan pelat asbes atau pompa udara (vaccum
pump) kapasitas 1 – 1,5 HP.
- Benda uji yang butirnya lewat saringan No. 4, pengujian dengan piknometer memerlukan benda
uji kering oven = 25 gram;
- Benda uji basah yang butirannya lewat saringan No. 4, pengujian dengan botol ukur
memerlukan benda uji kering oven = 50 gram
2. Contoh tanah yang diterima dari lapangan dikeringkan udara atau alat pengering pada suhu
tidak lebih dari 60 C
3. Setelah kering, contoh tanah yang menggumpal ditumbuk dengan alat penumbuk sampai
gumpalan-gumpalan tanah terpecah menjadi butiran-butiran yang lepas tanpa
mengakibatkan pecahnya butiran
4. Susun saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas
8. Dengan menggunakan alat pemisah contoh atau cara perempat didapat contoh yang mewakili
14. Tambahkan air suling ke dalam piknometer sehingga terisi dua pertiga bagiannya
15. Untuk benda uji yang mengandung lempung, diamkan 24 jam atau lebih
16. Didihkan piknometer selama 10 menit sehingga udara dalam benda uji keluar seluruhnya
1. Gs (pada T⁰c)
= W3/(W1+W3) – W2
= 30/(152,9+30) – 171,2
=30/11,7
=2,564
= 2,564×0,9983
= 2,5596
•Wt = W2-W1
= 171,2-152,9
= 18,3
•W5 = Wt+W1
= 18,3+152,9
= 171,2
3.BERAT JENIS
= Wt/W5-W3
= 18,3/171,2-30
= 18,3/141,2
= 0,1296
METODE PENGUJIAN CBR LABORATORIUM
SNI-03-1744-1989
TUJUAN
Pengujian CBR digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan material lapis tanah dasar,
fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang untuk perkerasan jalan dan
lapangan terbang.
1. Cetakan diameter
Cetakan berupa silinder dari logam dengan ukuran diameter bagian dalam (152,40 ± 0,66) mm
dan tinggi (177,80 ± 0,46) mm. Cetakan harus dilengkapi leher sambung (extension collar)
dengan tinggi ± 50 mm dan keping alas yang berlubang banyak yang dapat dipasang pas (tidak
bergerak) pada kedua ujung cetakan.
2. Alat Penumbuk
Alat penumbuk yang digunakan sesuai SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008;
Pengujian CBR adalah untuk menentukan berapa nilai CBR, yang juga untuk menentukan nilai
CBR pada material tanah, campuran tanah, agregat dan agregat yang dipadatkan dengan kadar air
yang sesuai dan telah ditentukan di laboratorium.
PROSES PENGUJIAN :
1.) Letakan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5 kg atau 10 lb atau
sesuai dengan perkerasan.
2.) Untuk benda uji yang direndam, beban harus sama dengan beban yang dipergunakan waktu
perendaman. Pertama, letakan keping pemberat 2,27 kg atau 5 lb untuk mencegah
mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keping pemberat. Pemberatan
selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan benda uji.
3.) Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban menunjukan
beban permulaan sebesar 4,5 kg atau 10 lb. Pembebanan permulaan ini diperlukan untuk
menjamin bidang sentuh yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji. Kemudian
arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di-nol-kan.
4.) Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati kecepatan
1,27 mm/menit atau 0,05”/menit. Catat pembacaan pembebanan pada penetrasi 0,312 mm atau
0,0125”; 0,62 mm atau 0,025”; 1,25 mm atau 0,05”; 0,187 mm atau 0,075”; 2,5 mm atau 0,10”;
3,75 mm atau 0,15”; 5 mm atau 0,20”; 7,5 mm atau 0,30”; 10 mm atau 0,40”; dan 12,5 mm atau
0,50”.
5.) Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi sebelum
penetrasi 12,5 mm atau 0,50”.
6.) Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atas benda uji setebal
25,4 mm atau 1”.
7.) Bila diperlukan kadar air rata-rata maka pengembalian benda uji untuk kadar air dapat
diambil dari seluruh kedalaman. Benda uji untuk pemeriksaan kadar air sekurang-kurangnya 100
gram untuk tanah berbutir halus atau sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.
CBR RENDAMAN 10X
PENGEMBANGAN
Tanggal 21/05/2021 22/05/2021 23/05/2021 24/05/2021
Jam
Pembacaan 53,50 71,40 79,10 87,50
Perubahan % 0,76
Diameter 15,20 Cm
Tinggi Mold 11,57 Cm
Blow 10 Blow
Volume 2100,319 cm3
10 Sesuda
Jumlah Tumbukan Kali Sebelum h
Berat tanah basah + Mold ( Gr ) 7349 6411
Berat Mold ( Gr ) 3569 3569
Berat tanah basah ( Gr ) 3780 2842
Isi Mold ( Cm³) 2100 2100
Berat isi basah (Gr/Cm³) 1,800 1,353
Berat isi kering (Gr/Cm³) -0,799 0,929
50 35
30
45
* 25
40
GRAFIK CBR LABORATURIUSI
20
15
10
PENGEMBANGAN
Tanggal 21/05/2021 22/05/2021 23/05/2021 24/05/2021
Jam
Pembcaan 48,20 53,90 63,80 71,00
Perubahan % 0,61
0
Bacaan pada Grafik
0.1 " 0.2 "
80,3 114,7
C.B.R.
Harga C.B.R.
(%)
0.1" 0.2"
((…)/(3*1000))*100 ((…)/(3*1500))*100
Atas %
((86,0)/ ((114,7)/
Baw % (3*1000))*100 (3*1500))*100
2,7 2,5
ah
Diameter 15,20 Cm
Tinggi Mold 11,55 Cm
Blow 30 Blow
Volume 2094,782 cm3
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Penurunan
(Inci)
CBR RENDAMAN 65X
PENGEMBANGAN
Tanggal 21/05/2021 22/05/2021 23/05/2021 24/05/2021
Jam
Pembcaan 48,20 53,90 63,80 71,00
Perubahan % 0,61
Diameter 15,20 Cm
Tinggi Mold 11,55 Cm
Blow 30 Blow
Volume 2094,782 cm3
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Penurunan
(Inci)
PERHITUNGAN :
Keterangan:
Δh : adalah pengembangan, dinyatakan dalam persen
(%) 0 h : adalah tinggi awal benda uji (= 116,43 mm)
1 h : adalah tinggi akhir benda uji setelah perendaman, dinyatakan dalam mm
KUAT GESER LANGSUNG
SN-03-3420-1994
TUJUAN PRAKTIKUM
Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian laboratorium
geser dengan cara uji langsung terkonsolidasi dengan drainase pada uji tanah dan bertujuan
untuk memperoleh parameter kekuatan geser tanah terganggu atau tanah tidak terganggu yang
terkonsolidasi, dan uji geser dengan diberi kesempatan berdrainase dan kecepatan gerak tetap
Alat untuk mengeluarkan contoh tanah (extruder ) harus mempunyai kemampuan untuk
mengeluarkan contoh tanah dari dalam tabung tanpa menimbulkan gangguan yang
berarti,misalnya kecepatannya tetap dan arahnya disesuaikan dengan arah masuknya contoh
tanahke dalam tabung pada saat pengambilannya di lapangan
TIMBANGAN
Timbangan yang digunakan untuk menimbang benda uji harus dapat menentukan
massabenda uji dengan ketelitian pembacaan 0,1 % dari massa totalnya
ARLOJI
OVEN
Oven pengering dengan fasilitas pengatur panas yang dapat mengeringkan benda uji pada
temperatur 110º C ± 5º C
PROSEDUR PENYAJIAN:
1. Siapkan 3 benda uji
2. Timbang ke 3 benda uji
PERHITUNGAN
a. Gaya geser (P) dihitung dengan mengalikan bacaan proving ring dengan angka
kalibrasi,
kemudian dihitung tegangan geser maksimum (𝜏 max) dengan persamaan 1
𝜏 max = P max/A
Keterangan:
𝜏 max adalah tegangan geser maksimum (kPa)
P max adalah gaya geser maksimum (kN)
A adalah luas bidang geser benda uji (mm²)
Mata :
Uji
Kuliah Tanah 1 Dikerjakan
Kalibrasi
Lokasi : Politeknik Negeri Banjarmasin Load 0.472 Kg/div
Tanggal : 05 November 2019 Diameter 6.35 cm
Luas 31.68 cm2
0.4000
0.3500 C' = 0.0580
0.3000
0.2500
0.2000
0.1500
0.1000
0.0500
0.0000
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500
Tegangan Normal (Kg/cm2)
CONTOH PERHITUNGAN KUAT GESER
=
𝑳𝒖𝒂𝒔
𝟑,𝟕𝟑
𝟑𝟏,𝟔𝟖
= 0,1177
CONTOH PERHITUNGAN TEGANGAN GESER Dik:
Kekuatan geser terbesar : 0,8968
Luas (A) : 31,68
Dit: (P/A)??
𝑲𝒆𝒌𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒈𝒆𝒔𝒆𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓
Penye: Tegangan geser =
= 𝑳𝒖𝒂𝒔
𝟎,𝟖𝟗𝟔𝟖
𝟑𝟏,𝟔𝟖
=0,0283
HIDROMETER
Keterangan :
Berat Tanah kering = 50 gr Koreksi
Meniskus, Fm = 1 Koreksi Bacaan
nol, Fz = 2 Koreksi Temperatur, Ft
= 2,50 Koreksi spesifik Gravity =
2,65
1. MENENTUKAN RCP
RUMUS :
RCP=R+Ft-Fz
CONTOHNYA :
a. 28 + 2,50 – 2 = 28,5
b. 28 + 2,50 – 2 =28,5
Seterusnya……
2. MENENTUKAN % BUTIRAN HALUS
RUMUS :
CONTOHNYA :
Seterusnya……
3. MENENTUKAN RCL
RUMUS :
Rcl = Fm + R
CONTOHNYA :
A. 1 + 28 = 29
B. 1 + 28 = 29
C. 1 + 27,5 = 28,5
Seterusnya…….
1. LINGKUP
Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang lolos saringan No.
200
2. DEFINISI
A IP
% fraksi tanah lempung
3. KETERBATASAN
Dasar perhitungan di atas adalah hukum Stokes; yang mempunyai keberatan antara lain :
1. Butir-butir tanah dianggap seperti bola, sedangkan kenyataannya tidak demikian. Untuk
mengatasi hal ini maka digunakan diameter ekuivalen yaitu diameter dari bola fiktif
yang terdiri dari material yang sama dan mempunyai kecepatan pengendapan yang sama
dengan butir tanah yang sesungguhnya.
2. Tempat dimana butir tanah mengendap adalah semi tak berhingga dan hanya ditinjau
satu butir saja, pada kenyataannya tempatnya adalah terhingga dan butirnya saling
mempengaruhi satu sama lain; hal ini diatasi dengan hanya mengambil jumlah tanah
yang relatif sedikit 50 gram dalam 1 liter, sehingga keberatan di atas dapat diabaikan
3. Berat jenis yang dipergunakan adalah berat jenis rata-rata, dalam kenyataannya berat
jenis masing-masing butir tanah adalah tidak sama dengan rata-ratanya, tetapi dalam
hal ini tidak merupakan keberatan yang berarti
4. PERALATAN
Termometer
Oven
Aquades
KETENTUAN
Alat pengaduk (mixer) harus dilengkapi dengan striring paddle yang dapat diputar
dengan kecepatan lebih dari 10000 rpm.
Hidrometer menggunakan standar ASTM untuk membaca berat jenis larutan atau
gram per liter larutan
Larutan tanah harus diendapkan pada temperatur konstan (20 C), salah satu
metodenya adalah dengan menggunakan water bath.
5. PERSIAPAN UJI
Siapkan contoh tanah dengan mengayak contoh tanah tersebut hingga lolos saringan
No. 200
Contoh tanah yang digunakan 50 gr, diberi air dan larutan tanah dicampur dengan
dispersing agent berupa sodium hexametaphospate sebanyak 40 gr untuk tiap liter
larutan. Air yang digunakan harus aquades. Kemudian diaduk dengan mixer selama 15
menit.
6. PROSEDUR UJI
1 Larutan dimasukkan ke dalam satu tabung gelas dan tambah air hingga volumenya 1000
cc. Tabung gelas yang satu lagi diisi dengan air untuk tempat hidrometer.
2 Tabung yang berisi larutan tanah dikocok selama 30 detik, hidrometer dimasukkan.
Pembacaan dilakukan pada menit ke 0, 1, 2,
3 4 dengan catatan untuk tiap-tiap pembacaan,hidrometerhanya diperkenankan 10
detik dalam larutan, selebihnya hidrometer dimasukkan dalam tabung yang berisi
aquades. Temperatur
4 Tabung dikocok lagi dan pembacaan diulang seperti di atas; ini dilakukan 3 kali dan
diambil harga rata-ratanya.
5 Setelah ini dilanjutkan pembacaan tanpa mengocok, pembacaan dilakukan pada menit
ke 8, 60, 30, 45, 90, 210, 1290, 1440. Pada tiap-tiap pembacaan hidrometer diangkat
dan diukur temperaturnya.
6 Setelah semua pembacaan selesai, larutan dituang dalam dish yang telah ditimbang
beratnya; kemudian dimasukkan dalam oven selama 24 jam pada temperatur 105 -
110C untuk mendapatkan berat keringnya.
7 Dari percobaan di atas dapat dihitung persen lebih halusnya, dan dengan menggunakan
chart dapat dihitung ekuivalennya.
8 Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuat grain size distribution curvenya.
waktu suhu R RCP % butiran Rcl L K D
0,25 29,5 29 29,000 28,050 29,500 11,5 0,0129 0,0875
0,5 29,5 28 28,000 55,556 28,500 11,7 0,0129 0,0624
1 29,5 27,5 27,500 54,564 27,500 11,5 0,0129 0,0437
2 29,5 26 26,000 51,588 26,000 11,5 0,0129 0,0309
5 29,5 25 25,000 49,603 25,000 11,5 0,0129 0,0196
15 29,5 23 23,000 45,635 23,000 11,5 0,0129 0,0113
30 29,5 21 21,000 41,667 21,000 11,5 0,0129 0,0080
60 29,5 18,5 18,500 36,707 18,500 11,5 0,0129 0,0056
240 29,5 16,3 16,300 32,341 16,300 11,5 0,0129 0,0028
1440 29,5 10 10,000 19,841 10,000 11,7 0,0130 0,0012
2880 29,5 10 10,000 19,841 10,000 11,5 0,0129 0,0008
Jumlah Lewat Saringan (%)
120
100
80
60
40
20
0
0.0001
Rcl = Fm + R
CONTOHNYA : A.
1 + 28 = 29
B. 1 + 28 = 29
C. 1 + 27,5 = 28,5
Seterusnya