Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan agregat dan
lolos ayakan No. 200. Kandungan kadar lumpur pada permukaan buiran agregat
akan mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat sehingga
akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton. Lumpur dan debu halus hasil
pemecahan batu adalah partikel berukuran antara 0,002 mm s/d 0,006 mm (2 s/d 6
mikron).
Adanya lumpur dan tanah liat menyebabkan bertambahnya air prngaduk yang
creep. Untuk mendapatkan kuat tekan beton yang tinggi dapat dilakukan dengan
ataupun kasar. Berpangkal pengaruh kadar lumpur yang bervariasi terhadap kuat
beton.
Lumpur dan lempung tidak diizinkan dalam jumlah banyak. Ada kecenderungan
terdapat bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan ini tidak dapat menjadi satu dengan
bahan halus lainnya akan meningkatkan kebutuhan air pada beton, sedangkan
cara :
kering udara atau sedikit lembab lalu di remas-remas dengan satu tangan atau
tinggi atau dalam kondisi agak basah (tapi jangan terlalu basah), lalu di
tinggi.
Lumpur adalah bagian-bagian yang berasal dari agregat alam (kerikil dan pasir)
yang dapat melalui ayakan 0,075 mm, dengan berat jenis kurang dari 2.0 t/
kadar lumpur yang diijinkan berbeda. Kadar lumpur agregat normal yang
diijinkan SK SNI S-04-1989-F untuk agregat halus (pasir) adalah maksimal 5%.
bersangkutan, jika terdapat lumpur. Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan
akhirnya kekuatan tekan beton akan berkurang karena tidak adanya saling
mengikat.
Kadar lumpur yang tinggi dapat menyebabkan retak dan susut. Sebagai
perumpamaan adalah sawah, lumpur akan mengembang ketika basah pada musim
hujan dan pada musim kemarau saat kering lumpur akan menyusut dan terjadi
daya tahan beton. Kadar lumpur yang disyaratkan oleh Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBI 1971 N.I-2) adalah agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur
0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1 % maka agregat perlu dicuci.
(pengembangan)
Ketika beton sudah keras, jika lumpur mempunyai hubungan kontak langsung
dengan air melalui pori-pori beton, maka lumpur akan mengembang ataupun
menyusut didalam beton. Jika hal ini terjadi maka dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan beton menjadi lemah. Untuk mencegah hal itu harus dilakukan
pengujian kadar lumpur pada agregat yang akan digunakan pada campuran
beton. Kadar lumpur agregat kasar menurut (SNI.0052-80) adalah dari 70 mikron
Hari Pertama :
drying oven selama ± 24 jam dengan suhu (100±5)ºC. (sampai beranya tetap);
Hari Kedua :
beberapa saat;
5. Kemudian beri air secukupnya pada benda uji (split/koral) yang ada didalam
seluruhnya;
dengan hati – hati agar benda uji (split/koral) tidak ikut tertuang kedalam
7. Masukan air pencuci baru sampai benda uji (split/koral) terendam seluruhnya;
no. 200 dengan hati-hati agar benda uji (split/koral) tidak ikut tertuang
9. Kembalikan benda uji (split/koral) yang tertahan dalam saringan No. 200 ke
Hari Ketiga :
2. Setelah itu, timbang benda uji (split/koral) tersebut dengan neraca, catat
nilainya (W3);
Agregat Halus
Cara I
Hari Pertama:
3. Masukkan cawan/wadah/pan anti karat yang telah diisi pasir kedalam drying
Hari Kedua :
beberapa saat.
cawan/wadah/pan anti karat dan catat nilainya (W2). Jadi, berat pasir (mula-
mula) : A = W2 - W1
6. Buang seluruh air yang ada didalam gelas dengan hati-hati agar butiran-
7. Ulangi percobaan point (7) sampai dengan (12) sampai air terlihat jernih.
beratnya (W3), kemudian masukan seluruh bahan benda uji (pasir) kedalam
Hari Ketiga :
4. Mencatat nilainya (W4). Jadi, berat kering benda uji (pasir) : B = W4 –W3
Mulai
Hari Pertama
Hari Kedua
Hari Ketiga
Selesai
4.7.2.Perhitungan
Diketahui:
-
Kadar lumpur pasir = x 100%
600-591
= x 100%
591
= 1,52%
Cara I
= 600 gram
-
Kadar Lumpur Agregat halus = 100%
600- 18
= 100 %
18
= 88,7 %
4.8.1.Kesimpulan
Dari pengamatan dan perhitungan pada percobaan kadar lumpur agregat kasar
didapatkan hasil 0,015 % dan kadar lumpur agregat halus 0,887% dengan cara I.
Hasil SK-SNI-S-04-
Benda Uji Keterangan
Pengamatan 1989-F
Tidak
Agregat Kasar 1,52% ≤1% Memenuhi
standar
Tidak
Agregat Halus 88,7% ≤5% Memenuhi
standar
4.7.2.Saran
1. Pada saat mencuci agregat pastikan tidak ada agragat yang terbuang.
2. Pada saat mengoven, pastikan waktu pengovenan tidak melebihi waktu yang
telah ditentukan.