Anda di halaman 1dari 11

BAB 4

KADAR LUMPUR AGREGAT

4.1 Teori Umum

Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan agregat dan

lolos ayakan No. 200. Kandungan kadar lumpur pada permukaan buiran agregat

akan mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat sehingga

akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton. Lumpur dan debu halus hasil

pemecahan batu adalah partikel berukuran antara 0,002 mm s/d 0,006 mm (2 s/d 6

mikron).

Adanya lumpur dan tanah liat menyebabkan bertambahnya air prngaduk yang

diperlukan dalam pembuatan beton, disamping itu pula akan menyebabkan

turunnya kekuatan beton yang bersangkutan serta menambah penyusutan dan

creep. Untuk mendapatkan kuat tekan beton yang tinggi dapat dilakukan dengan

cara meminimalkan kandungan lumpur yang terkandung dalam agregat halus

ataupun kasar. Berpangkal pengaruh kadar lumpur yang bervariasi terhadap kuat

beton.

Lumpur dan lempung tidak diizinkan dalam jumlah banyak. Ada kecenderungan

meningkatnya penggunaan air dalam campuran beton yang bersangkutan, jika

terdapat bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan ini tidak dapat menjadi satu dengan

semen sehingga menghalangi penggabungan antara semen dengan agregat. Pada

akhirnya kekuatan tekan beton akan berkurang.

Agregat sebaiknya bebas dari kotoran-kotoran seperti lumpur, lempung, tanah

atau bahan organik. Jika kotoran-kotoran tersebut menutupi permukaan dari


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT
agregat, maka akan mengganggu ikatan semen-agregat. Lumpur, lempung dan

bahan halus lainnya akan meningkatkan kebutuhan air pada beton, sedangkan

bahan organik akan mengganggu terhadap hidrasi semen. Cara praktis

pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus (pasir) di lapangan ada beberapa

cara :

1. Peremasan atau penggosokan (tidak terukur)

2. Penggenggaman (tidak terukur)

3. Dengan penenggelaman pasir di air jernih (tidak terukur)

4. Dengan pengocokan (terukur)

Tiga pemeriksaan sederhana pertama merupakan pemeriksaan tidak terukur yang

hanya dilakukan untuk pemeriksaan cepat ketika menerima material atau

melakukan inspeksi cepat.

1. Cara peremasan atau penggosokan di lakukan dengan mengambil pasir

kering udara atau sedikit lembab lalu di remas-remas dengan satu tangan atau

di gosok antara di telapak tangan. Menunjukan perkiraan kadar lumpur yang

terkandung dalam pasir.

2. Cara penggemgaman adalah mengambil pasir dengan kelembaman agak

tinggi atau dalam kondisi agak basah (tapi jangan terlalu basah), lalu di

genggam kuat-kuat dan dilepas :

a. Jika tetap menggumpal maka kadar air lumpur cukup tinggi.

b. Kandungan lumpur juga dapat terlihat di telapak tangan.

3. Cara penengglaman pasir dilakukan dengan menenggelamksn pasir lalu

memasukkan tangan ke dalam air jernih. Setelah itu dibuka sambil

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 33


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT
4. menggerak-gerakan tangan secara perlahan. Setelah itu akan terlihat partikel-

partikel yang mengapung, maka perlu dicurigai kandungan organiknya cukup

tinggi.

Lumpur adalah bagian-bagian yang berasal dari agregat alam (kerikil dan pasir)

yang dapat melalui ayakan 0,075 mm, dengan berat jenis kurang dari 2.0 t/

(SK SNI S – 04 – 1989 – F).

Lumpur tidak diijinkan dalam jumlah banyak, untuk masing–masing agregat

kadar lumpur yang diijinkan berbeda. Kadar lumpur agregat normal yang

diijinkan SK SNI S-04-1989-F untuk agregat halus (pasir) adalah maksimal 5%.

Ada kecenderungan meningkatnya penggunaan air dalam campuran beton yang

bersangkutan, jika terdapat lumpur. Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan

semen sehingga menghalangi penggabungan antara semen dengan agregat. Pada

akhirnya kekuatan tekan beton akan berkurang karena tidak adanya saling

mengikat.

Kadar lumpur yang tinggi dapat menyebabkan retak dan susut. Sebagai

perumpamaan adalah sawah, lumpur akan mengembang ketika basah pada musim

hujan dan pada musim kemarau saat kering lumpur akan menyusut dan terjadi

retak yang dalam.

Agregat yang terkontaminasi dengan lumpur akan mempengaruhi kekuatan dan

daya tahan beton. Kadar lumpur yang disyaratkan oleh Peraturan Beton Bertulang

Indonesia (PBI 1971 N.I-2) adalah agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur

lebih dari 1 % ditentukan terhadap berat kering.

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 34


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT
Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan

0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1 % maka agregat perlu dicuci.

Kadar Lumpur Agregat Kasar Menurut (SNI.0052-80) adalah dari 70 micron

(0,074 mm) maksimum 1%.

Adanya lumpur menyebabkan bertambahnya air pengaduk yang diperlukan dalam

pembuatan beton, disamping itu pula akan memnyebabkan berkurangnya ikatan

antara pasta semen dengan agregat sehingga akan menyebabkan turunnya

kekuatan beton yang bersangkutan serta menambah penyusutan dari creep

(pengembangan)

Ketika beton sudah keras, jika lumpur mempunyai hubungan kontak langsung

dengan air melalui pori-pori beton, maka lumpur akan mengembang ataupun

menyusut didalam beton. Jika hal ini terjadi maka dalam waktu yang lama akan

mengakibatkan beton menjadi lemah. Untuk mencegah hal itu harus dilakukan

pengujian kadar lumpur pada agregat yang akan digunakan pada campuran

beton. Kadar lumpur agregat kasar menurut (SNI.0052-80) adalah dari 70 mikron

(0,074 mm) maksimum 1%.

4.2 Maksud dan Tujuan


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kandungan lumpur yang

terdapat dalam suatu agregat.

4.3 Benda Uji


Benda uji yang digunakan pada percobaan ini merupakan benda uji berupa agregat

kasar (split/koral) dan agregat halus (pasir).

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 35


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT
4.4 Alat-alat Yang Digunakan
1. Neraca (0,1 gram sensivity)

2. Saringan no. 200

3. Cawan/Wadah/Pan Anti Karat

4. Drying Oven Cap 760 ltr (110 ± 5)˚ C

4.5 Cara Pengujian


Agregat Kasar

Hari Pertama :

1. Timbang cawan/wadah/pan anti karat yang ukurannya cukup besar, kemudian

catat hasilnya (W1);

2. Ambil split/koral yang masih alami secukupnya, kemudian masukan kedalam

cawan/wadah/pan anti karat;

3. Masukkan cawan/wadah/pan anti karat yang telah diisi split/koral kedalam

drying oven selama ± 24 jam dengan suhu (100±5)ºC. (sampai beranya tetap);

Hari Kedua :

1. Keluarkan benda uji (split/koral) pada cawan/wadah/pan anti karat yang

2. sebelumnya disimpan dalam drying oven selama ± 24 jam dan diamkan

beberapa saat;

3. Setelah cukup dingin, timbang benda uji (split/koral) pada cawan/wadah/pan

anti karat dan catat nilainya (W2);

4. Jadi, berat split/koral (mula-mula) : A = W2 - W1

5. Kemudian beri air secukupnya pada benda uji (split/koral) yang ada didalam

cawan/wadah/pan anti karat sampai benda uji (split/koral) terendam

seluruhnya;

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 36


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT
6. Goncang-goncang cawan/wadah/pan anti karat yang berisi benda uji

(split/koral), kemudian tuangkan air pencucinya kedalam saringan no. 200

dengan hati – hati agar benda uji (split/koral) tidak ikut tertuang kedalam

saringan no. 200 tersebut;

7. Masukan air pencuci baru sampai benda uji (split/koral) terendam seluruhnya;

8. Kemudian goncang-goncangkan cawan/wadah/pan anti karat yang berisi

benda uji (split/koral) kemudian tuangkan air pencucinya kedalam saringan

no. 200 dengan hati-hati agar benda uji (split/koral) tidak ikut tertuang

kedalam saringan no. 200 tersebut

9. Kembalikan benda uji (split/koral) yang tertahan dalam saringan No. 200 ke

cawan/wadah/pan anti karat, kemudian masukan seluruh bahan benda uji

(split/koral) kedalam drying oven selama ± 24 jam (sampai beratnya tetap);

Hari Ketiga :

1. Keluarkan benda uji (split/koral) dari drying oven (setelah ± 24 jam),

kemudian diamkan agar cukup dingin;

2. Setelah itu, timbang benda uji (split/koral) tersebut dengan neraca, catat

nilainya (W3);

3. Jadi, berat kering benda uji (split/koral) : B = W3 –W1

Kadar Lumpur Agregat Kasar = x 100% (4.1)

Agregat Halus

Cara I

Hari Pertama:

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 37


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT
1. Timbang cawan/wadah/pan anti karat yang ukurannya cukup besar,

kemudian catat nilainya (W1).

2. Ambil pasir yang masih alami secukupnya, kemudian masukan kedalam

cawan/wadah/pan anti karat.

3. Masukkan cawan/wadah/pan anti karat yang telah diisi pasir kedalam drying

oven selama ± 24 jam dengan suhu (100±5)ºC. (sampai beranya tetap).

Hari Kedua :

1. Keluarkan benda uji (pasir) pada cawan/wadah/pan anti karat yang

sebelumnya disimpan dalam drying oven selama ± 24 jam dan diamkan

beberapa saat.

2. Setelah cukup dingin, kemudian timbang benda uji (pasir) pada

cawan/wadah/pan anti karat dan catat nilainya (W2). Jadi, berat pasir (mula-

mula) : A = W2 - W1

3. Tuang pasir kedalam tabung gelas ukur;

4. Kemudian beri air sampai ketinggian 12 cm diatas permukaan pasir dan

diamkan selama ± 1 jam;

5. Aduk pasir selama ± 15 detik dan diamkan kembali selama ± 1 menit;

6. Buang seluruh air yang ada didalam gelas dengan hati-hati agar butiran-

butiran pasir tidak ikut terbuang;

7. Ulangi percobaan point (7) sampai dengan (12) sampai air terlihat jernih.

8. Buang airnya dengan perlahan setelah air terlihat jernih;

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 38


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT
9. Tuangkan bahan benda uji (pasir) kedalam cawan yang telah diketahui

beratnya (W3), kemudian masukan seluruh bahan benda uji (pasir) kedalam

drying oven selama ± 24 jam (sampai beratnya tetap).

Hari Ketiga :

1. Keluarkan benda uji (pasir) dari drying oven (setelah ± 24 jam).

2. Kemudian diamkan dalam dessicator.

3. Setelah itu, timbang benda uji (pasir) tersebut pada neraca.

4. Mencatat nilainya (W4). Jadi, berat kering benda uji (pasir) : B = W4 –W3

4.6 Diagram Alir

Mulai

Hari Pertama

Rendam benda uji dengan air


( 24 ±4) jam

Lalu masukkan kedalam oven


temperatur (110±5) celcius

Lalu masukkan kedalam oven


temperatur (110±5) celcius.

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 39


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

Hari Kedua

Keluarkan benda uji dari oven ,


dinginkan

Lalu timbang (W2), benda uji


(A) = W2 –W1

Lalu rendam dengan air dan cuci ,


setelah di cuci pisahkan dengan air

Masukkan benda uji kedalam dry


oven ±24 jam

Hari Ketiga

Keluarkan benda uji dari


Drying oven

Timbang benda uji + cawan (W3) ,


benda uji (B) = W3 - W1

Selesai

Gambar 4.1 Diagram Alir Pengujian Kadar Lumpur.

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 40


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

4.7 Data Pengamatan dan Data Perhitungan


4.7.1.Data Pengamatan
Tabel 4.2 Data Pengamatan Kadar Lumpur Agregat Halus (terlampir).

Tabel 4.3 Data Pengamatan Kadar Lumpur Agregat Kasar (terlampir).

4.7.2.Perhitungan

Kadar Lumpur Agregat Kasar

Diketahui:

Berat wadah/pan (W1) = 212 gr

Berat pan + benda uji (W2) = 812 gr

Berat benda uji (A) = 600 gr

Berat (wadah + kerikil) kering = 803 gr

Berat split kering (B) = 591 gr

-
Kadar lumpur pasir = x 100%

600-591
= x 100%
591

= 1,52%

Kadar Lumpur Agregat Halus

Cara I

Berat wadah/pan (W1) = 136 gram

Berat pan + benda uji (W2) = 736 gram

Berat benda uji (A) = W2 – W1

= 600 gram

Berat (wadah+ benda uji) kering (W3) = 554 gram

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 41


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

Berat benda uji (B) = 318 gram

-
Kadar Lumpur Agregat halus = 100%

600- 18
= 100 %
18

= 88,7 %

4.8 Kesimpulan Dan Saran

4.8.1.Kesimpulan
Dari pengamatan dan perhitungan pada percobaan kadar lumpur agregat kasar

didapatkan hasil 0,015 % dan kadar lumpur agregat halus 0,887% dengan cara I.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

Hasil SK-SNI-S-04-
Benda Uji Keterangan
Pengamatan 1989-F
Tidak
Agregat Kasar 1,52% ≤1% Memenuhi
standar
Tidak
Agregat Halus 88,7% ≤5% Memenuhi
standar

4.7.2.Saran
1. Pada saat mencuci agregat pastikan tidak ada agragat yang terbuang.

2. Pada saat mengoven, pastikan waktu pengovenan tidak melebihi waktu yang

telah ditentukan.

3. Membaca timbangan (neraca) dengan teliti.

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2020 | KELOMPOK 5 42

Anda mungkin juga menyukai