Anda di halaman 1dari 11

PELAKSANAAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN

ABU SEKAM PADI DAN KAPUR PADAM PADA TANAH LEMPUNG


DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN JALAN

Fetra Rianur (20510017)


Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung

ABSTRAK

Tanah Lempung Ekspansif adalah tanah yang memiliki sifat kembang susut yang
besar dan perilakunya sangat dipengaruhi oleh air. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan kapur padam dan abu sekam padi yang digunakan sebagai
bahan stabilisasi tanah lempung yang berasal dari Godong, Grobogan, Jawa Tengah,
terhadap nilai pemadatan, kemudian dicari presentase variasi campuran abu sekam padi dan
kapur padam yang menghasilkan nilai kepadatan maksimum. Pengujian yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sifat-sifat fisis dan pengujian pemadatan. Prosentase campuran
yang digunakan adalah 0%, 5%, 8%, 10%,15% untuk kapur padam sedangkan 0%, 10%, 12%,
15%, 18% untuk abu sekam padi. Hasil pengujian sifat-sifat fisis yaitu diperoleh berat jenis
2,498gr/cm3 dan lolos saringan No.200 adalah 96,71%. Adapun hasil menurut sistem
klasifikasi AASHTO tanah ini termasuk dalam kelompok A-6, sedangkan menurut klasifikasi
USCS tanah tanpa campuran tergolong dalam tanah lempung tak organik. Prosentase
campuran abu sekam padi dan kapur padam yang optimal untuk stabilisasi tanah ekspansif
adalah 5% kapur dan 10% abu sekam padi dengan perolehan nilai berat volume kering
3
maksimum sebesar 2,292gr/cm dan kadar air optimum sebesar 28,079%.

PENDAHULUAN

Pengembangan jaringan jalan untuk memenuhi kebutuhan transportasi antar


simpul perekonomian seringkali harus melalui daerah dengan kondisi tanah yang tidak
menguntungkan.Jaringan jalan seringkali harus memakai tanah dasar dengan daya dukung
rendah dan bersifat ekspansif. Jaringan jalan yang terpaksa melalui daerah bertanah lempung
ekspansif sangat rentan terhadap kerusakan struktur perkerasannya. Tanah dasar yang seharusnya
mempunyai tingkat kestabilan tinggi guna mendukung struktur perkerasan diatasnya menjadi
faktor utama kelabilan struktur karena sifat muai dan susutnya yang besar.
Jika dilihat fakta di atas maka diperlukan suatu perlakuan khusus terhadap tanah dasar
yang berdaya dukung rendah dan mempunyai sifat ekspansif.Perlakuan untuk meningkatkan
stabilitas dan kapasitas daya dukung tanah dasar tersebut sering disebut dengan stabilisasi tanah.
Ada bermacam- macam metode stabilisasi tanah misalnya dengan cara mekanis memakai
pemadatan maupun kimiawi dengan mencampur semen, kapur, garam dan lain-lain.
Keberhasilan dari usaha stabilisasi ini tergantung dari metode, bahan dan alat yang
digunakan.Stabilisasi tanah yang dipakai tergantung dari jenis tanah, kondisi daerah setempat
dan ketersediaan alat dan bahan.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh penambahan abu sekam padi
dan kapur padam terhadap stabilitas tanah lempung ekspansif, untuk mengetahui pengaruh
penambahan kapur padam dan abu sekam padi terhadap kepadatan tanah kering maksimum,
untuk mengetahui berapa besar prosentase optimal kapur padam dan abu sekam padi dalam
upaya stabilisasi tanah lempung ekspansif.

LANDASAN TEORI STABILISASI TANAH

Stabilisasi tanah adalah untuk menambah kapasitas dukung tanah dan kenaikan
kekuatan yang akan diperhitungkan pada proses perancangan tebal perkerasan. Karena itu,
stabilisasi tanah membutuhkan metode perancangan dan pelaksanaan yang lebih teliti
dibandingkan dengan modifikasi tanah. Beberapa cara stabilisasi tanah, misalnya: pemadatan,
mencampur tanah dengan bahan granuler, menggunakan tulangan atau perkuatan seperti
geosintetik, penggalian dan penggantian tanah, dan lain-lain, serta memproses tanah secara
kimia, seperti: mencampur tanah dengan semen, kapur, abu-terbang, aspal dan lain-lain.
ABU SEKAM PADI

Abu sekam padi merupakan limbah yang diperoleh dari hasil pembakaran sekam
padi. Pada pembakaran sekam padi, semua komponen organik diubah menjadi gas
karbondioksida (CO2) dan air (H2O), kemudian hanya tersisa abu yang merupakan
komponen anorganik (Amaria, 2012). Sekam padi yang dibakar secara terkontrol pada
suhu tinggi (500-600oC) menghasilkan abu silika yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
proses kimia. Sebagian besar abu mengandung silika, sedikit logam oksida, dan karbon
residu yang diperoleh dari pembakaran terbuka.

KAPUR PADAM

Kapur adalah kalsium oksida (CaO) yang dibuat dari batuan karbonat yang
dipanaskan pada suhu sangat tinggi.Kapur tersebut umumnya berasal dari batu kapur (limestone)
atau dolomite.Penambahan kapur dalam tanah merubah tekstur tanah.Tanah lempung berubah
menjadi berkelakukan mendekati lanau atau pasir, akibat penggumpalan partikel.Pencampuran
tanah dengan kapur memperlihatkan pengurangan secara signifikan partikel berukuran lempung
(<0,002mm) dibandingkan dengan lempung asli.
METODE PENELITIAN

Pemilihan lokasi dan pengambilan sampel dalam pengumpulan data yang diperlukan,
dilakukan penelitian melalui percobaan-percobaan di laboratorium sesuai dengan sampel yang
dipakai.Sedangkan pengambilan sampel tanah dilakukan di daerah Godong, Grobogan, Jawa
Tengah. Penelitian lokasi pada daerah ini dilakukan berdasarkan kesimpulan dari penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya, dimana seluruh lokasi di daerah daerah Godong,
Grobogan, Jawa Tengah mempunyai jenis tanah yang sama yaitu jenis tanah lempung
dengan warna coklat agak keabu-abuan dengan plastisitas dan kembang susut tinggi. Disamping
faktor lain yang mendukung adalah berdasarkan pengamatan langsung secara visual di lapangan,
dimana pada ruas-ruas jalan yang ada di daerah tersebut banyak yang bergelombang, retak-
retak dan berlubang. Berdasarkan data yang ada maka penulis mempunyai asumsi bahwa
tanah di daerah Godong, Grobogan, Jawa Tengah tersebut mempunyai daya dukung yang
rendah bila digunakan sebagai lapisan tanah dasar.

Pembuatan Benda Uji


Benda uji dari bahan sampel tanah dibuat dengan penambahan campuran kapur
padam dan abu sekam padi dengan prosentase (%) penambahan campuran masing-masing
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1.Variasi campuran benda uji Proctor Standar

Kapur padam Abu sekam padi Berat kapur Berat Berat lempung Berat
(%) (%) padam abu sekam padi (gr) total

1. 0 0 (gr)
- (gr)
- 2000 (gr)
2000
2. 5 10 100 200 1700 2000
3. 8 12 160 240 1600 2000
4. 10 15 200 300 1500 2000
5. 15 18 300 360 1340 2000

Kapur yang dicampurkan yaitu 5%, 8%, 10% dan 15% dari berat tanah yang akan
dipadatkan. Penambahan kapur dengan persentase tersebut, mengacu kepada pengujian
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tetapi menggunakan sampel tanah pada lokasi yang
berbeda.
Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa kekuatan tanah ekspansif mencapai optimal
ketika dicampur dengan kapur sebanyak 8% dari berat tanah yang diujikan. Penulis
memanfaatkan hasil tersebut dengan membuat perbandingan dengan menggunakan
campuran sebanyak 5%, 8%, 10% dan 15%
Variasi abu sekam padi yang dicampurkan mempunyai persentase 10%, 12%, 15% dan
18% dari berat tanah yang akan diujikan dan dipadatkan dengan pemadatan standar (Standard
Proctor Test). Banyaknya sampel tanah, kapur dan abu sekam padi yang dibutuhkan
untuk seluruh pengujian stabilisasi tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah tanah, abu sekam padi dan kapur untuk stabilisasi
Berat Berat abu sekam Berat
Banyak tanah padi kapur
Tiap Tiap
Jenis pengujian spesi 18 15
No spesime pengujia 10% 12% 15% 5% 8% 10%
men % %
n n

Pengujian berat jenis


4 15 60 10 12 15 18 5 8 10 15
1. (specific gravity)
Pengujian pemadatan
2. standar 4 2000 8000 200 240 300 360 100 160 200 300
Berat 8060 1155 798

Hasil dan Pembahasan


Hasil pengujian sifat-sifat fisis dan teknis tanah asli
Tabel 3. Hasil pengujian sifat fisis dan teknis tanah asli
No Pengujian Hasil
1. Kadar air tanah, Wc(%) 45,107
2. Analisis ukuran butiran tanah (%) 96,71

3. Berat jenis, Gs 2,498


4. Standar Proctor 3 1,330
(gr/cm ) 26,345

Berdasarkan hasil pengujian standar proctor pada tanah asli diperoleh berat jenis tanah 1,330
gr/cm3 dan kadar air optimum 26,345 %.
Hasil dan analisis uji pemadatan standar yang distabilisasi dengan kapur padam
dan abu sekam padiTabel 4. Hasil pengujian pemadatan standar dengan prosentase
campuran abu sekam padi dan kapur padam

Prosentase campuran Berat volume Kadar air

Kapur Abu sekam kering optimum


No
padam padi maksimu
1 0% 0% m
1,330 26,34
2 5% 10% 1,292 28,07
3 8% 12% 1,287 30,06
4 10% 15% 1,278 9
28,21
32,64
5 15% 18% 1,278
6

Penelitian pemadatan ini dilakukan terhadap tanah yang dicampur dengan abu sekam
padi d a n kapur padam dengan prosentase bervariasi dimana masing-masing sampel
dilakukan minimal lima kali percobaan dengan kadar air yang berbeda-beda untuk mendapatkan
berat volume kering maksimum (γd) serta kadar air optimum (wopt). Dari data diatas dapat dibuat
grafik hubungan antara kadar air dengan kepadatan dari masing-masing prosentase campuran.
PELAKSANAAN STABILISASI TANAH DILAPANGAN

1. Pencampuran Tanah Dan Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam

Seperti halnya stabilisasi tanah dengan bahan lain, dalam stabilisasi tanah dengan
Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam diambil tata cara pelaksanaannya seperti pelaksanaan abu
terbang (fly ash). Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam sawit harus tercampur secara seragam
dengan bahan yang distabilisasi. Umumnya terdapat dua cara pencampuran:

1. Pencampuran di tempat.
2. Pencampuran diluar lokasi proyek jalan dengan menggunakan mesin pencampur.

Pencampuran ditempat digunakan bila tanah yang digunakan sebagai bahan yang
distabilisasi diperoleh dari tanah setempat yang kondisinya buruk, sedangkan pencampuran
diluar lokasi proyek dilakukan bila tanah yang digunakan sebagai bahan yang distabilisasi
digunakan tanah dari lokasi lain.
Cara kedua lebih menguntungkan, karena menghasilkan pencampuran yang lebih
merata dan komposisi campuran dapat dikontrol sesuai dengan yang diinginkan.
Namun, tidak demikian dengan stabilisasi Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam dan
tanah lempung terjadi secara lambat dan bertahap pada temperatur tertentu, dan bila
menggunakan Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam yang lebih banyak dapat membuat tanah
yang distabilisasi akan menjadi jelek dan sehingga pelaksanaan terbaik adalah dimusim panas
untuk memperoleh kekuatan ultimit campuran yang terbaik. Maka dari itu stabilisasi tanah Abu
Sekam Padi Dan Kapur Padam sangat cocok digunakan daerah yang beriklim tropis, hal ini
sering dilakukan di daerah pabrik yang banyak sawahnya, mereka menggunakan Abu Sekam
Padi Dan Kapur Padam yang banyak pada jalan- jalan lintasan truk-truk besar, hasil yang
diperoleh jalan cenderung keras bila musim panas namun bila hujan jalan akan becek dan
berair.
2. CARA PELAKSANAAN DILAPANGAN

1. Sebelum penghamparan Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam, area harus diratakan
guna memberikan penyebaran Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam yang seragam.
Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam dapat diangkut kelokasi proyek dengan
menggunakan truk (dump truck) dan harus diangkut sedemikian hingga tidak ada
material hilang selama proses pengangkutan.
2. Sebelum melakukan penghamparan Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam terlebih
dahulu harus disiapkan tanah yang akan distabilisasi dengan menggemburkan
tanah yang akan distabilisasi, Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam dihamparkan
dengan merata kemudian tanah dan Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam sawit diaduk
dengan rata, proses pemberian air kedalam campuran merupakan hal yang penting.
Banyaknya air yang digunakan harus mengacu pada kadar air optimum yang
didasarkan pada hasil pemadatan campuran guna mencapai Kepadatan yang
memuaskan saat dilakukan pemadatan. Di antara waktu penghamparan Abu Sekam
Padi Dan Kapur Padam dan proses pencampuran awal, stabilisasi tanah dan Abu
Sekam Padi Dan Kapur Padam dapat dilakukan dengan cara bertahap dikarenakan
reaksi tanah dan Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam yang relatif lambat.
3. Pencampuran Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam dengan tanah menghasilkan
kekuatan tanah yang lebih tinggi, pengurangan potensi pengembangan dan dapat
menaikkan daya dukung tanah. Untuk maksud ini, maka campuran harus dipadatkan
dan diberikan waktu untuk terjadinya reaksi kimia yang menghasilkan bahan
campuran dengan sementasi tinggi. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan
pemadat roda karet dan sejenisnya. Pemadatan dilakukan seperti prosedur pemadatan
dilapangan yang sudah sering dilakukan.
4. Setelah selesai pemadatan dapat diperiksa kepadatan tanah campuran, dan
juga dapat dilakukan pengendalian mutu atau kontrol kualitas selama pekerjaan
berlangsung. Pengamatan kelembaban dilakukan guna menentukan efektifitas
cara perawatan yang digunakan. Hal ini disebabkan penggunaan stabilisasi tanah dan
Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam tetap memerlukan perawatan sebagaimana
perawatan jalan aspal beton dan sebagainya. Perawatan ini bertujuan untuk
keseragaman pencampuran, kadar Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam, rangkaian
waktu pelaksanaan, dan pemadatan. Bila diperlukan permukaan material yang telah
distabilisasi ditutup dengan aspal emulsi atau aspal cutback.
5. Dalam operasi dilapangan stabilisasi tanah Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam
dapat dilakukan dengan cara bertahap dikarenakan reaksi tanah dan Abu Sekam Padi
Dan Kapur Padam relatif lambat, maka campuran tanah dan Abu Sekam Padi Dan
Kapur Padam dapat dibiarkan satu atau dua hari sesudah pencampuran awal, yaitu
untuk mengijinkan adanya penyatuan dan penggumpalan material stabililisasi lebih
besar.
6. Penambahan air dapat dilakukan setelah Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam
dicampur dengan tanah. Ferguson dan Laverson (1999) melaporkan bahwa metode
yang lebih efektif untuk mengontrol air dalam campuran adalah dengan cara
menambahkan air ke dalam drum pencampur dari mesin pencampur/penghancur
(pulvamixer) yang dilengkapi dengan penyemprot air didalam drum pencampurnya.
KESIMPULAN
a. Semakin banyak prosentase tanah yang diganti dengan campuran Abu Sekam Padi Dan
Kapur Padam, kadar air optimumnya semakin meningkat dan berat volume kering
maksimumnya menurun.
b. Penambahan Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam cenderung menurunkan nilai berat
volume kering maksimum, hal ini disebabkan oleh pengaruh berat jenis Abu Sekam Padi
Dan Kapur Padam yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan berat jenis tanah
lempung.
c. Pada penelitian ini prosentase campuran Abu Sekam Padi Dan Kapur Padam yang optimal
untuk stabilisasi tanah ekspansif adalah 5% kapur dan 10% abu sekam padi dengan
perolehan nilai berat volume kering maksimum sebesar 1,292gr/cm3 dan kadar air
optimum sebesar 28,079%.

SARAN
a. Untuk pengambilan sampel yang akan diuji di laboratorium, disarankan untuk
mengambil sampel yang bersih dari sampah dengan cara menggali tanag sedalam
30cm dari permukaan tanah.
b. Pilih sampel tanah yang bentuknya tidak berupa bongkahan besar karena akan sulit
dalam proses penghalusan dengan palu karet. Pilihlah sampel tanah yang terlihat lebih
halus.
c. Untuk penelitian selanjutnya dicoba pemakaian prosentase campuran kapur dan abu
sekam padi yang berbeda untuk mengetahui nilai optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bowles, E.J., 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Edisi Kedua Jakarta: Erlangga.
Budi, Gogot Setyo dkk., 2002. Pengaruh Campuran Abu Sekam Padi dan Kapur Untuk
Stabilisasi Tanah Ekspansif.Jurnal. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan.
Universitas Kristen Petra. Das, B.M., 1985. Mekanika Tanah. Prinsip-Prinsip Rekayasa
Geoteknis.Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Habibi, 2014.Stabilisasi Tanah Lempung Desa Cot Bagi
Kecamatan Blang Bintang dengan Abu Sekam Padi Terhadap Nilai Pemadatan.
Tugas Akhir. Banda Aceh: Jurusan Teknik Sipil. Universitas Syiah Kuala.
Hardiyatmo, H.C., 2002. Mekanika Tanah I. Edisi Keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada
Universit y Press.
Hardiyatmo, H.C., 2014. Tanah Ekspansif. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Hardiyatmo, H.C., 2013. Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan Raya. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Hatmoko, J.T dan Suryadharma Y.H., 2013.Efek Rasio Kapur dan Abu Ampas Tebu Pada Kuat
Tekan Bebas Tanah Ekspansif.Jurnal. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Atmajaya.
Haerudin, 2009.Pengaruh Pencampuran 4% Kapur dan Abu Sekam Padi Terhadap Stabilisasi
Tanah Ekspansif Pada Lapisan Tanah Permukaan Jalan Raya (Studi Kasus Perumahan
Sentosa Cikarang) Tugas Akhir. Jakarta: Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan. Universitas
Mercu Buana.
Paramita, A., 2010. Sekam Padi. Sumber Energi Yang Mulai
Dilirik.[Artikel].http://baubiologie.go.id . 14.10 WIB
SNI 3423-2008: Metode Pengujian Analisis Ukuran Butiran Tanah
SNI 1964-2008: Metode Pengujian Berat Jenis Tanah. SNI 1965-2008: Metode Pengujian Kadar
Air Tanah
SNI 1742-2008: Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah.

Anda mungkin juga menyukai