Anda di halaman 1dari 24

MARSHALL TEST

1. Pelaksanaan Praktikum
Hari / Tanggal : Rabu, 14 Juni 2023
Waktu : 08. 00 WIB s.d. Selesai
Tempat : Laboratorium Jalan Raya UMSU

2. Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan stabilitas terhadap
kelelehan dari campuran aspal. Stabilitas adalah kemampuan suatu
campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi lelehan plastis yang
dinyatakan dalam kilogram atau pan. Kelelehan plastis adalah keadaan
perubahan bentuk campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban leleh
yang dinyatakan dalam milimeter 0, 01 inchi.

3. Peralatan dan Bahan


a. Alat
1) Cetakan
2) Kertas Plastik
3) Landasan pemadat
4) Extruder
5) Waterbath
6) Teko
7) Tabung gas
8) Wajan
9) Timbangan digital
10) Thermometer
11) Kain lap
12) Sarung tangan
13) Kuas
14) Thermometer general
15) Marshall Compression test
16) Jangka sorong
17) Timbangan dunagan
18) Kompor gas
19) Masker
20) Skrap
21) Alat penumbuk
22) Spatula
23) Tongkat besi
b. Bahan
1) Aspal penetrasi 60 / 70
2) Agregat halus
3) Agregat kasar
4) Air
5) Vaseline
6) Bensin
4. Teori Dasar
Pengujian marshall adalah suatu metode pengujian untuk mengukur
stabilitas dan kelelehan plastis, campuran aspal dengan menggunakan
marshall. Pada dasarnya untuk mengetahui kinerja dan campuran aspal
yang digunakan pada struktur perkerasan jalan. Factor yang harus
dipertahankan adalah:
- Stabilitas
- Durabilitas
- Fleksibilitas
- Factore strenget
- Impermeability
- Waortability

Campuran aspal panas terdiri atas kombinasi agregat bahan pengisi


dan aspal yang dicampur secara panas pada temperature tertentu.
Komposisi bahan campuran beraspal panas tersebut harus direncanakan
kriteria sebagai berikut.

- Stabilitas yang cukup


- Kelenturan yang cukup
- Durabilitas
- Kadar air cukup
- Kekerasan yang cukup
- Kemudahan kinerja

Untuk memenuhi ke enam kriteria tersebut maka sebelum pekerjaan


campuran aspal yang dilaksanakan perlu terlebih dahulu dibuat campuran
termula. Pembuatan ter dan job mix formula meliputi proposal dan
beberapa lapis agregat dengan aspal sedemikian rupa.
5. Teori Tambahan
Konsep dasar dari metode Marshall test dikembangkan oleh Bruce
Marshall, seorang insinyur bahan aspal bersama-sama dengan The
Mississipi State Higway Department. Kemudian pada tahun 1984 U.S.
Army Corp of Engineering meningkatkan dan menambah beberapa kriteria
pada prosedur tesnya, dan pada akhirnya mengembangkan kriteria
rancangan campuran pengujiannya, kemudian distandarisasikan di dalam
America Society For Test and Material 1989 (ASTM d-1559). Sejak itu
test ini banyak yang diadopsi oleh berbagai organisasi dan pemerintahan.
Parameter penting yang ditentukan pengujian ini adalah beban maksimum
yang dapat dipikul beton aspal padat sebelum hancur atau Marshall
Stability dan jumlah akumulasi deformasi sampel hancur yang disebut
Marshall Flow. Dan juga turunan dari keduanya yang merupakan nilai
kekakuan berkembang (Psudo stiffness), yang menunjukan ketahanan
campuran terhadap deformasi permanen (Shell Bitumen 1990). Parameter
lain yang penting adalah analisis Void yang terdiri dari Void in The
Mineral Aggregate (VAM), Void in Mix (VIM), Void Filled with Aspal
(VFA) yang ditentukan pada kondisi Marshall Standar (2 x 75 tumbukan).
Uji peredaman Marshall (Marshall Immersion Test) merupakan uji
lanjutan dari uji Marshall sebelumnya, dengan maksud menguji ketahanan
daya ikat/adhesi campuran beraspal terhadap pengaruh air dan suhu (water
sensitivity temperature susceptibility). Ada beberapa cara yang digunakan
untuk menilai tingkat durabilitas campuran beraspal, salah satunya adalah
dengan mencari Marshall Retained Stability atau durabilitas standar dan
dengan cara lain menghitung Indeks Penurunan Stabilitas atau yang bisa
disebut durabilitas modifikasi. Perbedaan keduanya adalah dasar
perbandingan dari variasi lamanya peredaman dalam alat Water Bath. Pada
sebagian besar agregat, daya ikat terhadap air jauh lebih besar jika
dibandingkan terhadap aspal, karena air memiliki wetting power yang jauh
lebih besar dari aspal.

Sumber: http://repository.unwira.ac.id/1449/3/BAB%20II.pdf
6. Prosedur Percobaan
a. Tahap Persiapan Benda Uji
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Memisahkan agregat yang sudah disiapkan sebelumnya yaitu agregat
kasar dan halus.
- ¾” sebanyak 500 gr
- ½” sebanyak 2500 gr
- Abu batu sebanyak 1000 gr
- Aspal sebanyak 500 gr
- Fly ash sebanyak 250 gr
3) Memberikan tanda pada plastic dengan spidol
4) Memasukkan masing – masing agregat ke dalam plastic.
5) Menimbang agregat yang sudah dipanaskan beserta wajan.

b. Tahap pembuatan benda uji


1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Memanaskan agregat ke dalam wajan hingga suhu 150° C.
3) Memanaskan aspal di dalam teko hingga mencapai suhu 140° C.
4) Menimbang agregat yang sudah dipanaskan beserta wajan
menggunakan aspal cair yang sudah dipanaskan sebanyak 98 gr ke
dalam agregat serta aduk secara merata di atas kompor hingga suhu
145° C.
5) Membersihkan cetakan dengan kain lap dan mengoleskan Vaseline
secara merata.
6) Memasukkan benda uji ke dalam cetakan dengan bantuan ½ dari
cetakan lalu dirojok di bagian tepi 15 kali, dan dibagi tengah10 kali
lalu masukkan ½ lagi lalu dirojok Kembali selama 45 kali di tepi dan
10 kali di tengah.
7) Campuran siap untuk dipadatkan sebanyak 75 kali.
8) Setelah selesai 75 kali tumbukkan, balikkan posisi benda uji lalu
menumbuk Kembali sebanyak 75 kali.
9) Kemudian diinginkan benda uji dengan suhu ruang 25° C.
10) Setalah dingin, lepaskan benda uji dari cetakan dengan menggunakan
alat extruder dan diamkan selama 24 jam.
11) Setelah 24 jam didiamkan, timbang serta beri tanda tip x pada benda
uji.
12) Kemudian rendam benda uji ke dalam air selama 24 jam.
13) Setelah 24 jam, angkat benda uji dalm keadaan SSD dan keringkan
dengan kain lap.

c. Tahap berat jenis benda


1) Setelah benda uji kering permukaan jenuh ditimbang berat jenisnya
dalam air dengan timbangan dunagan dan mencatat hasilnya.
2) Kemudian merendam Kembali benda uji ke dalam waterbath selama
30 menit sampai 45 menit dengan suhu 60 ° C.

d. Tahap pengukuran nilai stabilitas dan kelelehan


1) Benda uji yang telah direndam selama 30 menit lalu diambil dari
waterbath dan meletakkan di alat marshall tes dengan persyaratan
waktu tidak boleh melebihi 30 detik dari peningkatan segmen bawah.
2) Sebelumnya segmen atas dan bawah dalam dengan Vaseline.
3) Kemudian memasang kepala segmen bawah dengan penekan lalu
menaikannya.
4) Menyetel arloji, stabilitas, dan kelelehan sampai arloji di angka nol.
5) Kemudian menghidupkan mesin marshall tes lalu melihat dan
mencatat hasil dari benda uji tersebut.
6) Kemudian mengeluarkan benda uji dan memasukkan benda uji ke
dalam kedua dan ketiga.
7) Lalu melakukan percobaan seperti prosedur 1 sampai 5 untuk benda uji
kedua dan ketiga.’
8) Percobaan selesai.
7. Analisa Data
a. % aspal terhadap bahan: 5, 3 gr.
b. % aspal terhadap campuran
Benda uji 1 : 5, 0 gr
Benda uji 2 : 5, 0 gr
Benda uji 3 : 5, 0 gr
c. Berat sampel kering
Benda uji 1 : 1, 172 gr
Benda uji 2 : 1, 173 gr
Benda uji 3 : 1, 178 gr
d. Berat sampel jenuh
Benda uji 1 : 1, 182 gr
Benda uji 2 : 1, 184 gr
Benda uji 3 : 1, 191 gr
e. Berat sampel dalam air
Benda uji 1 : 659 gr
Benda uji 2 : 662 gr
Benda uji 3 : 667 gr
f. Volume sampel (d – e)
Benda uji 1 : 1182 – 659 : 523
Benda uji 2 : 1184 – 662 : 522
Benda uji 3 : 1191 – 667 : 524
g. Berat isi sampel (gr/cc) : c/f
Benda uji 1 : 1172 / 523 : 2, 241 gr / cc
Benda uji 2 : 1173 / 522 : 2, 243 gr / cc
Benda uji 3 : 1178 / 524 : 2, 248 gr / cc
2, 241+2 , 243+2 ,248
Rata – Rata :
3
: 2. 245 gr/ cc
100
h. Berat jenis maksimum: % agregat % aspal
+
Bj agregat BJ aspal
100
Benda uji 1 : 100−5,0 5 , 0
+
2 , 521 1 , 035
: 2, 352 gr / cm3
100
Benda uji 2 : 100−5,0 5 , 0
+
2 , 521 1 , 035
: 2, 352 gr / cm3

100
Benda uji 3 : 100−5,0 5 , 0
+
2 , 521 1 , 035
: 2, 352 gr / cm3

b. g
i. % volume aspal : ( )
bj aspal
5,0 x 2,241
Benda uji 1 :( )
1 ,035
: 10, 826 %
5,0 x 2,24 7
Benda uji 2 :( )
1 , 035
: 10, 856 %

5,0 x 2,24 8
Benda uji 3 :( )
1 , 035
: 10, 860 %

10 ,826+ 10 ,856 +10 , 860


Rata – Rata :
3
: 10, 847 %

100−b . g
j. % Volume agregat :
bj agregat
100−5 , 0 x 2,241
Benda uji 1 :
2, 251
: 90, 157 %
100−5 , 0 x 2,24 7
Benda uji 2 :
2 ,251
: 90, 407 %

100−5 , 0 x 2 , 248
Benda uji 3 :
2, 251
: 84, 714 %

90 ,157 +90 , 407+ 84 , 714


Rata – Rata :
3
: 88, 426 %

100. g
k. % rongga terhadap campuran: 100 -
h
Benda uji 1 : 4, 731 %
Benda uji 2 : 4, 467 %
Benda uji : 4, 4265
Rata – Rata : 4, 451 %

g .b
l. % rongga terhadap agregat :
bj agregat
Benda uji 1 : 9, 843 %
Benda uji 2 : 9, 593%
Benda uji 3 : 9, 555%
Rata – Rata : 9, 664%

100(l−k )
m. % rongga terisi aspal :
l
Benda uji 1 : 51, 937 %
Benda uji 2 : 53, 437 %
Benda uji 3 : 53, 678 %
Rata – Rata : 53, 017 %
n. Kadar aspal efektif :
b−100 ( effeff −bulk
−bulk )
−bj aspal

100(100−5 , 0)
Benda uji 1 : 2, 361 %
Benda uji 2 : 2, 361 %
Benda uji 3 : 2, 361 %
Rata – Rata : 2, 361 %

o. Pembacaan arloji stabilitas


Benda uji 1 : 108 mm
Benda uji 2 : 107 mm
Benda uji 3 : 109 mm

p. Kalibrasi proving ring


Benda uji 1 : ( 7, 963 x 108 ) + 0, 136
: 831
Benda uji 2 : ( 7, 963 x 107 ) + 0, 136
: 823

Benda uji 3 : ( 7, 963 x 109 ) + 0, 136


: 839
q. Stablilitas akhir :
Benda uji 1 : 815 kg
Benda uji 2 : 810 kg
Benda uji 3 : 819 kg
Rata – Rata : 815 kg
r. Kelelehan:
Benda uji 1 : 2, 50 mm
Benda uji 2 : 2, 30 mm
Benda uji 3 : 2, 40 mm
s. Marshall guatient
Benda uji 1 : 815 / 2,50 : 326 kg/mm
Benda uji 2 : 810 / 2, 30 : 352 kg/mm
Benda uji 3 : 815/ 2, 40 : 341 kg/mm
t. Benda uji
Benda uji 1 : 2, 64
Benda uji 2 : 2, 64
Benda uji 3 : 2, 64

8. Gambar Alat dan Bahan


a. Alat

Gambar Fungsi
1) Cetakan Berfungsi sebagai cetakan
untuk benda uji.

2) Kertas pelapis Berfungsi untuk melapisi


benda uji pada saat
praktikum.

3) Landasan pemadat Berfungsi sebagai


landasan pemadat benda
uji.
4) Extruder Berfungsi sebagai alat
untuk mengeluarkan benda
uji dari cetakan.

5) Waterbath Berfungsi sebagai alat


untuk merendam benda
uji.

6) Teko Berfungsi sebagai teko


untuk memanaskan benda
uji.
7) Tabung gas Berfungsi sebagai
bahan bakar untuk
kompor gas.

8) Wajan Berfungsi sebagai


tempat memanaskan
benda uji.
9) Timbangan digital Berfungsi untuk
menimbang benda uji.

10) Thermometer Berfungsi untuk


mengukur suhu aspal.

11) Kain lap Berfungsi untuk


membersihkan alat yang
digunakan.
12) Sarung tangan Berfungsi untuk
melindungi tangan pada
saat praktikum.

13) Kuas Berfungsi untuk


mengolesi Vaseline.

14) Thermometer general Berfungsi sebagai alat


pengukur suhu.

15) Marshall compression tes Berfungsi sebagai alat


untuk mengetahui
flow.

16) Jangka sorong Berfungsi untuk


mengukur benda uji.

17) Timbangan dunagan Berfungsi sebagai


alat untuk
mendapatkan nilai
berat jenis.

18) Kompor gas Berfungsi sebagai


alat untuk pemanas
aspal.

19) Masker Berfungsi untuk


melindungi
pernapasan.

20) Skrap Berfungsi sebagai alat


pengerut.
21) Alat penumbuk Berfungsi sebagai alat
untuk menumbuk
benda uji.

22) Spatula Berfungsi sebagai alat


untuk mengaduk
aspal.
23) Tongkat besi Berfungsi sebagai alat
untuk pemisah
agregat.

b. Bahan
Gambar Fungsi
1) Aspal
Bahan yang akan
diuji saat
praktikum.

2) Agregat halus
Bahan yang akan
diuji saat
praktikum.

3) Agregat kasar
Bahan yang akan
diuji saat
praktikum.

4) 5) Air Bahan untuk merendam


aspal.
6) Vaseline Bahan pelumas agar
aspal tidak lengket

7) Bensin Berfungsi untuk


membersihkan aspal
yang lengket

9. Kesimpulan
a. Stablilitas akhir :
Benda uji 1 : 815 kg
Benda uji 2 : 810 kg
Benda uji 3 : 819 kg
Rata – Rata : 815 kg
b. Kelelehan:
Benda uji 1 : 2, 50 mm
Benda uji 2 : 2, 30 mm
Benda uji 3 : 2, 40 mm
c. Marshall guatient
Benda uji 1 : 815 / 2,50 : 326 kg/mm
Benda uji 2 : 810 / 2, 30 : 352 kg/mm
Benda uji 3 : 815/ 2, 40 : 341 kg/mm

10. Saran
a. Diharapkan agar memperbarui alat – alat praktikum.
b. Diharapkan agar menambah pendingin ruangan di laboratorium.
c. Diharapkan agar menambah meja dan kursi

Anda mungkin juga menyukai