Anda di halaman 1dari 9

MODUL 3

PEMERIKSAAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO. 200

3.1. Tujuan Percobaan

Menentukan jumlah bahan dalam agregat halus yang lolos saringan No.
200 dengan cara pencucian.

3.2. Teori Dasar

Contoh agregat dicuci dengan menggunakan air biasa atau bila perlu air
yang dicampur dengan bahan pembersih sebagai penjernih, seperti yang
telah ditetapkan. Air yang mengandung bahan yang tersuspensi dan yang
larut dituangkan ke dalam saringan 0,075 mm (No.200). Kehilangan massa
dari hasil pencucian dihitung dalam persentase terhadap massa contoh
awal dan dilaporkan sebagai persentase dari bahan yang lebih halus dari
saringan 0,075 mm (No.200) dengan pencucian.
Bahan yang lebih halus dari saringan 0,075 mm (No.200) dapat dipisahkan
dengan jauh lebih efisien dan sempurna dari partikel yang lebih besar
dengan cara penyaringan basah daripada penyaringan kering. Karena itu,
untuk menentukan bahan yang lebih halus dari saringan 0,075 mm
(No.200) dalam agregat halus atau kasar dengan akurasi yang tinggi, maka
hasil uji metode ini lebih diutamakan daripada penyaringan kering yang
sesuai dengan Metode Uji ASTM C 136 (SNI 03-1968). Hasil uji metode
ini tercakup dalam perhitungan Metode Uji ASTM C 136 (SNI 03-1968),
dan jumlah total dari bahan yang lebih halus dari 0,075 mm dengan
pencucian, di tambah dengan hasil yang diperoleh dari penyaringan kering
untuk contoh yang sama, dilaporkan dengan hasil dari Metode Uji ASTM
C 136 (SNI 03-1968). Biasanya penambahan bahan yang lebih halus dari
0,075 mm yang diperoleh pada proses penyaringan kering jumlahnya
sedikit. Jika jumlahnya banyak, efisiensi dari proses pencucian harus
diperiksa. Hal ini dapat menjadi indikasi dari degradasi agregat.
Air biasa cukup untuk memisahkan bahan yang lebih halus dari 0,075 mm
dari bahan yang lebih kasar pada kebanyakan agregat. Dalam beberapa
kasus, bahan yang lebih kecil melekat pada bahan yang lebih besar, seperti
beberapa lapisan lempung dan lapisan pada agregat yang telah diekstraksi
dari campuran beraspal. Dalam kasus ini, bahan yang lebih kecil akan
lebih mudah dipisahkan dengan bahan pembersih di dalam air.

3.3. Peralatan

Adapun peralatan dalam praktikum adalah sebagai berikut.


a. Saringan No. 200

Gambar 3.3.1. Saringan No. 200


b. Kontainer

Gambar 3.3.2. Kontainer

KELOMPOK 9
KELOMPOK 9
c. Oven dengan suhu sampai (110 ± 5)°C.

Gambar 3.3.3. Oven


d. Timbangan

Gambar 3.3.4. Timbangan


e. Ember

Gambar 3.3.5. Ember

KELOMPOK 9
KELOMPOK 9
f. Sekop Kecil

Gambar 3.3.6. Sekop Kecil

3.4. Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:


a. Agregat halus

Gambar 3.4.1. Agregat Halus


b. Air

Gambar 3.4.2. Air

KELOMPOK 9
KELOMPOK 9
3.5. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini sebagai berikut:


a. Siapkan benda uji agregat halus dan timbang menggunakan timbangan.

Gambar 3.5.1. Menyiapkan Benda Uji


b. Keringkan agregat dalam oven sampai berat agregat tetap.

Gambar 3.5.2. Mengeringkan Agregat dalam Oven


c. Keluarkan benda uji yang telah dikeringkan dari dalam oven.

Gambar 3.5.3. Mengeluarkan Benda Uji dari dalam Oven

KELOMPOK 9
KELOMPOK 9
d. Cuci agregat di dalam saringan No.200 hingga air terlihat jernih.

Gambar 3.5.4. Mencuci Agregat Halus


e. Pindahkan agregat yang telah dicuci ke dalam container.

Gambar 3.5.5. Memindahkan Agregat ke dalam Kontainer


f. Keringkan sampel dengan oven sampai berat agregat tetap.

Gambar 3.5.6 Mengeringkan Sampel dengan Oven

KELOMPOK 9
KELOMPOK 9
g. Mengeluarkan sampel dari dalam oven.

Gambar 3.5.7. Mengeluarkan Sampel dari dalam Oven


h. Timbang kembali agregat halus yang sudah kering.

Gambar 3.5.8. Menimbang Kembali Agregat Halus

3.6. Data Hasil Percobaan

Tabel 3.6.1. Data Hasil Percobaan


Berat Bahan Tertahan
Berat Uji Semula
Saringan No. 200
360 gram 350 gram
Sumber: Data Hasil Praktikum

3.7. Perhitungan

Rumus:

W 1−W 2
Jumlah bahan lewat saringan No. 200 = x 100 (3.1)
W1
Keterangan:
W1 : Berat uji semula (gram)
W2 : Berat bahan tertahan saringan No. 200 (gram)

KELOMPOK 9
KELOMPOK 9
Perhitungan:
360 gr - 350 gr
Jumlah bahan lewat saringan No.200 = x 100%
360 gr
10 gr
= x 100%
360 gr
= 2,778 %

3.8. Analisis

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa persen


jumlah bahan yang lewat saringan No. 200 sebesar 2,778 %. Berdasarkan
dari hasil perhitungan tersebut dapat kita analisa bahwa berat agregat
semula dengan berat agregat yang tertahan saringan No. 200 menunjukan
perbedaan sebesar 10 gram. Hal tersebut disebabkan oleh adanya air yang
terkandung pada agregat halus tersebut yang memuai setelah dimasukan ke
dalam oven.
Berdasarkan standar ASTM C 117 – 04, besar persentase bahan lewat
saringan No. 200 sebesar 2,778 % telah memenuhi besar kandungan
material halus yang diizinkan untuk agregat halus berdasarkan ASTM C
117 yaitu berkisar 0,2 – 6 %. Kandungan lumpur yang berlebih dalam
pasir tidak dianjurkan karena sifatnya yang tidak dapat bereaksi dengan
semen-air sehingga akan melemahkan ikatan yang terjadi dan akan
mengurangi kekuatan beton.

3.9. Kesimpulan dan Saran

3.9.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam praktikum ini adalah


sebagai berikut.
a. Pada praktikum ini persen jumlah bahan yang lewat saringan
No. 200 sebesar 2,778%.
b. Hasil perhitungan tersebut dapat kita analisa bahwa berat
agregat semula dengan berat agregat yang tertahan saringan No.
200 menunjukan perbedaan sebesar 10 gram.

KELOMPOK 9
KELOMPOK 9
c. Perbedaaan berat antara berat uji semula dengan berat bahan
lolos saringan No. 200 disebabkan adanya kandungan air dalam
agregat halus.
d. Berdasarkan standar ASTM C 117 – 04, besar persentase bahan
lewat saringan No. 200 sebesar 2,778 % telah memenuhi besar
kandungan material halus yang diizinkan untuk agregat halus
berdasarkan ASTM C 117 yaitu berkisar 0,2 – 6 %.

3.9.2. Saran

Adapun saran yang diberikan dalam praktikum ini adalah sebagai


berikut.
a. Membaca modul terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
b. Praktikan diharapkan fokus memperhatikan video dan
penjelasan dari asisten praktikum.
c. Praktikan lebih teliti dalam melakukan perhitungan.

KELOMPOK 9
KELOMPOK 9

Anda mungkin juga menyukai