Anda di halaman 1dari 7

POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM

Jl. Prof. Soedharto, SH - Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia Email:
akademik@politeknikpu.ac.id Website: www.politeknikpu.ac.id

2.4. KADAR BUTIR HALUS LEWAT SARINGAN NO. 200

2.4.1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah selesai melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Menerangkan prosedur pelaksanaan uji Kadar Butir Halus lewat saringan No.
200 pada Agregat Halus dan Kasar.
b. Melakukan uji Kadar Butir Halus lewat saringan No. 200 pada Agregat
Halus dan Kasar dengan menggunakan peralatan yang tepat dan benar.
c. Menentukan Kadar Butir Halus lewat saringan No. 200 yang terdapat pada
Agregat Halus dan Kasar.
d. Menerangkan cara yang harus ditempuh, bila Agregat Halus dan Kasar yang
diuji ternyata terdapat Kadar Butir Halus lewat saringan No. 200.

2.4.2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah selesai melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat : Menilai mutu
Agregat Halus dan Kasar berdasarkan kandungan butir halus lewat saringan No.200.

2.4.3. DASAR TEORI


Yang dimaksud dengan butiran halus lewat saringan No. 200 adalah partikel
berukuran antara 0,002 mm dan 0,006 mm (2-6 mikron), berupa lumpur, debu atau
tanah liat yang menutupi permukaan butir agregat, yang dapat memperlemah ikatan
antara pasta semen dengan agregat.
Adanya tanah liat, lumpur atau partikel – partikel yang sangat halus
menyebabkan bertambahnya air pengaduk yang diperlukan dalam pembuatan beton,
berkurangnya ikatan antara pasta semen dengan agregat atau turunya kekuatan beton,
menambah penyusutan dan creep.
Karena pengaruh jelek ini, maka jumlahnya didalam agregat dibatasi, yaitu
tidak boleh lebih dari 5% untuk agregat halus dan 1% untuk agregat kasar.

2.4.4. PERALATAN DAN BAHAN


a. Peralatan
- Saringan, terdiri dari 2 ukuran yang bagian bawah no. 200 (Ø : 0,075 mm) dan
bagian atasnya no. 16 (Ø : 1,18 mm)
POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
Jl. Prof. Soedharto, SH - Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia Email:
akademik@politeknikpu.ac.id Website: www.politeknikpu.ac.id

- Wadah, untuk mencuci mempunyai kapasitas yang dapat menampung benda


uji sehingga pada waktu pengadukan (pencucian) benda uji dan air tidak
mudah tumpah
- Timbangan, ketelitian maksimum 0,1% dari berat benda uji
- Oven, dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)º C.
b. Bahan
Benda uji (contoh uji) agregat dalam kondisi kering oven dengan berat
minimum tergantung pada ukuran maksimum agregat sesuai dengan Tabel
2.3.

Tabel 2.4.1. Hubungan berat contoh dengan ukuran agregat maksimum


Ukuran agregat maksimum Berat contoh kering
( mm ) minimum ( kg )
no. 8 ( 2,36 mm ) 100
no. 4 ( 4,75 mm ) 500
3/8" ( 9,50 mm ) 1000
3/4" ( 19,0 mm ) 2500
> 1 1/2" ( 38,1 mm ) 5000

Persiapan benda uji:


a) Siapkan peralatan yang akan digunakan.
b) Tulis identitas benda uji kedalam formulir pengujian.
c) Saring contoh agregat sesuai SNI – 1969 – 1990 – F tentang pengujiaanalisa
saringan agregat halus dan kasar, untuk mengetahui ukuran maksimum
agregat.
d) Siapkan benda uji dalam kondisi kering oven dengan melalui alat pemisah
contoh, tentukan beratnya sehingga memenuhi ketentuan tabel diatas.

2.4.5. PROSEDUR PELAKSANAAN


a. Timbang wadah tanpa benda uji

Gambar 2.4.1.
Penimbangan benda uji tanpa wadah
POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
Jl. Prof. Soedharto, SH - Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia Email:
akademik@politeknikpu.ac.id Website: www.politeknikpu.ac.id

b. Timbang benda uji dan masukkan kedalam wadah.

Gambar 2.4.2.
Penimbangan benda uji dengan wadah

c. Masukkan air pencuci yang sudah berisi sejumlah bahan pembersih kedalam
wadah, sehingga benda uji terendam.

Gambar 2.4.3.
Proses memasukkan air ke dalam wadah berisikan agregat kasar

d. Aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan yang


sempurna antara butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan No.200
POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
Jl. Prof. Soedharto, SH - Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia Email:
akademik@politeknikpu.ac.id Website: www.politeknikpu.ac.id

(0,075 mm). Usahakan bahan halus tsb. Menjadi melayang didalam larutan air
pencuci sehingga mempermudah memisahkanya.

Gambar 2.4.4.
Proses pengadukan benda uji

e. Tuangkan air pencuci dengan segera diatas saringan No.16 (1,18mm) yang
dibawahnya dipasang saringan No.200 (0,075 mm) pada waktu menuangkan
air pencuci harus hati-hati supaya bahan yang kasar tidak ikut tertuang.

Gambar 2.4.5.
Proses penuangan air pencuci di atas saringan
POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
Jl. Prof. Soedharto, SH - Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia Email:
akademik@politeknikpu.ac.id Website: www.politeknikpu.ac.id

Gambar 2.4.6.
Proses penuangan air pencuci di atas saringan

f. Ulangi pekerjaan butir (c), (d) dan (e), sehingga tuangan air pencuci terlihat
jernih.

g. Kembalikan semua benda uji yang tertahan saringan No.16 (1,18mm) dan
No.200 (0,075mm) kedalam wadah lalu keringkan dalam oven dengan suhu
(110±5)°C, sampai mencapai berat tetap, dan timbang sampai ketelitian
maksimum 0,1% dari berat contoh.

Gambar 2.4.7.
Benda yang dimasukkan ke dalam oven.
POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
Jl. Prof. Soedharto, SH - Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia Email:
akademik@politeknikpu.ac.id Website: www.politeknikpu.ac.id

Gambar 2.4.8.
Penimbangan benda uji setelah dilakukan pencucian.

2.4.6. PERHITUNGAN
Dimana :
W3 = W1 – W2 = berat benda uji kering oven awal (gram)
W5 = W4 – W2 = berat benda uji kering oven sesudah pencucian
(gram)
W6 = % bahan lolos saringan No. 200 (0,075 mm).
W6 = W3 – W5 / W3 * 100%
W1 = berat benda uji kering oven + wadah ( gram )
W2 = berat wadah ( gram )
W4 = berat benda uji kering oven sesudah pencucian + wadah (gram)

2.4.7. CATATAN
Laporan pengujian dicatat:
a. Hasil pengujian
b. Kelainan dan kegagalan selama pengujian.

2.4.8. PEMBAHASAN
A. Analisa Hasil Perhitungan (Tabel)
Pada percobaan kadar butir halus pada agregat kasar yang telah kami
lakukan, didapatkan bahwa berat benda uji kering dan wadah pada sampel 1
sebesar 2808 gram dan pada sampel 2 sebesar 3177 gram, dimana berat
wadah pada sampel 1 dan 2 berturut turut adalah 308 gram dan 759 gram.
Kemudian benda uji dilakukan pencucian untuk kemudian dilakukaj
penimbangan, sehingga didapatkan hasil pada sampel 1 sebesar 1936 gram
dan pada sampel 2 sebesar 1907 gram. Kemudian sampel agregat di ayak
menggunakan saringan 200 sehingga didapatkan presentase sampel yang
lolos pada sampel 1 sebesar 23% dan pada sampel 2 sebesar 21% sehingga
didapatkan nilai persentase rata rata sebesar 21, 85%.
POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
Jl. Prof. Soedharto, SH - Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia Email:
akademik@politeknikpu.ac.id Website: www.politeknikpu.ac.id

Tabel 2.4.2. Hasil Pengujian Kadar Halus Butir Agregat Kasar

Ukuran Maksimum

No. Contoh Agregat Satuan


I II

Berat benda uji kering + wadah (W1) 2808 3177 Gram


Berat wadah (W2) 308 759 Gram

Berat benda uji kering awal ( W3 : W1 – W2 ) 2500 2418 Gram

Berat benda uji kering sesudah pencucian + 2244 2666 Gram


wadah ( W4 )
Berat benda uji kering sesudah pencucian 1936 1907 Gram
( W5 : W4 – W2 )
Persen bahan lolos saringan no. 200 (W6 : 23% 21,13% Gram
W3 – W5 / W3 x 100% )
Hasil rata-rata : I + II / 2 21,85%

B. Catatan Hasil Perhitungan (Tabel)


Pengeringan agregat kasar dalam oven tidak sampai 24 jam dikarenakan
keterbatasan waktu pengujian.
- Dengan bahan uji I sebesar 2500 gram
- Dengan bahan uji II sebesar 2000 gram
C. Hipotesa Hasil Perhitungan (Tabel)
Analisa Kadar Butir Halus Lewat Saringan No. 200 pada agregat kasar dapat
mengetahui distribusi butiran pada masing – masing jenis agregat.
Berdasarkan hasil kedua pengujian, didapat bahwa rata-rata persentase
kesimpulan bahan Lolos Saringan No. 200 adalah 22, 85 % yang merupakan
persentase yang besar karena melebihi batas maksimum yaitu 5% yang
dapat menyebabkan bertambahnya air pengaduk yang diperlukan dalam
pembuatan beton, berkurangnya ikatan antara pasta semen dengan agregat
atau turunya kekuatan beton, menambah penyusutan dan creep.

Anda mungkin juga menyukai