I. REFERENSI
1. ASTM C.33-2001, Specification for Concrete Aggregate.
2. PBI 1971
3. SNI 03-4142-1996, Metode pengujian bahan dalam agregat yang lolos saringan No.200
(0,075 mm)
4. Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 7.1 Tahun 2018
II. TUJUAN
1. Dapat menyebutkan peralatan utama yang digunakan dalam uji bahan yang lebih halus
dari saringan no.200 dalam agregat dengan pencucian.
3. Dapat menggunakan peralatan uji bahan yang lebih halus dari saringan no.200 dalam
agregat dengan pencucian.
4. Dapat menjelaskan prosedur pengujian uji bahan yang lebih halus dari saringan no.200
dalam agregat dengan pencucian.
5. Dapat menghitung bahan yang lebih halus dari saringan no.200 dalam agregat dengan
pencucian.
6. Dapat menentukan kelayakan agregat berdasarkan kadar lolos no. 200 yang terkandung
dalam agregat.
7. Dapat mengetahui persentase kadar kebersihan yang terkandung dalam agregat.
Berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 7.1 Tahun 2018 Untuk batas
maksimum yang diizinkan 5% untuk kondisi umum, 3% untuk ondisi permukaan terabrasi,
dan 1% untuk kondisi permukaan kasar.
Menurut SNI 03-4142-1996, jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200
(0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) sesudah
agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih;
Jumlah kadar lumpur dalam beton sangatlah dibatasi karena bahan ini bersifat mudah
berubah bentuk, yaitu akan mudah mengembang atau menyusut akibat adanya air.
Disamping apabila digunakan agregat dengan kandungan kadar lumpur yang tinggi maka
dapat mengurangi daya ikatan pasta semen dengan agregat sehingga dapat mengurangi
kekuatan dan ketahanan beton serta akan membuat beton mudah mengalami retak.
Besarnya kandungan bahan lolos no. 200 yang diperbolehkan terdapat pada agregat beton
adalah sebagai berikut :
1. Agregat Halus :
• PBI 71 mensyaratkan tidak boleh lebih besar dari 5%.
• SNI 03-4142-1996 mensyaratkan tidak boleh lebih dari 5% untuk pembuatan
beton kondisi umum dan 3% untuk beton yang permukaannya terabrasi.
• ASTM C.33-2001 mensyaratkan tidak boleh lebih dari 5%.
2. Agregat Kasar :
• PBI 71 mensyaratkan tidak boleh lebih besar dari 1%.
• SNI 03-4142-1996 mensyaratkan tidak boleh lebih dari 1%.
• ASTM C.33-2001 mensyaratkan tidak boleh lebih dari 1%.
Besarnya nilai Bahan Lolos no.200 dari agregat diperoleh berdasarkan presentase berat
bahan yang lolos no.200 dari suatu agregat (benda uji) setelah melalui pencucian sampai
jernih yang di perbandingkan dengan bahan total agregat dalam keadaan kering oven
Besarnya kandungan bahan yang lolos saringan no.200 dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
(W1 − W2 )
Kadar Lolos no.200 = x 100 % ……………………………………….1)
W1
Keterangan :
W1 = Berat Awal Agregat Kering Oven (gram)
W2 = Berat Agregat Tertahan Saringan no.200 setelah dicuci Kering Oven (gram)
Berat benda uji agregat yang digunakan untuk pengujian kadar lolos no.200 sangat
tergantung terhadap besar butir maksimum, seperti terlihat pada Tabel 1.2.4.1.
4.1. Peralatan
Tabel 1.2.4.2. Nama, Sepesifikasi dan Gambar 1.4.1 Alat Utama Uji Kadar Lolos no.200
N
Nama dan atau Spesifikasi Alat Fungsi Gambar Alat
o.
Untuk memisahkan
Saringan terdiri dari dua ukuran
dan mendapatkan
yang bagian bawah dipasang
1 agregat sesuai dengan
saringan no. 200 (0,075 mm) dan di
ukuran ayakan yang di
atasnya, saringan no. 16 (1,18 mm)
gunakan
Tabel 1.2.4.2. Nama, Sepesifikasi dan Gambar 1.4.1 Alat Bantu Uji Kadar Lolos no.200
N
O Nama atau spesifikasi alat Fungsi Gambar alat
.
4.2. Bahan
3 Air
V. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan; seperti pada gambar 1 dan 2.
Gambar 3 Gambar 4
3. Cuci agregat menggunakan cawan dan ember sampai airnya terlihat jernih: seperti pada
gambar 5 dan 6.
Gambar 7
5. Timbang agregat kering oven menggunakan timbangan, lalu catat berat agregat ; seperti
pada gambar 8 dan 9.
Gambar 12 Gambar 13
6. Keringkan cawan yang berisi benda uji di oven pada suhu 110±50C sampai berat tetap,
lalu dinginkan pada suhu ruang dan timbang beratnya (W2); seperti pada gambar 14, 15
dan 16
6.1. Data
a. Data tempat pengujian
1.2.4.1
Nomor Contoh I II
Berat benda uji W1 2019,3 1872,7
kering oven sebelum
dicuci (gram)
Berat benda uji W2 2010,3 1797,4
kering ovem setelah
dicuci (gram)
Kadar butir lolos 0,446% 4,021%
ayakan No. 200 (%)
2,23%
Keterangan
Nomor Contoh I II
Berat benda uji W1 2374,7 2492,5
kering oven sebelum
dicuci (gram)
Berat benda uji W2 2339,5 2461,9
kering oven setelah
dicuci (gram)
Kadar butir lolos 1,48% 1,23%
ayakan No. 200 (%)
1,35%
Keterangan
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian kadar lolos no. 200 pada agregat halus dan agregat kasar
diatas, didapatkan persentase kadar butir lolos ayakan No. 200 agregat halus sebesar
49,967 % dan agregat kasar sebesar 1,48 %. Maka dapat disimpulkan bahwa baik agregat
halus maupun agregat kasar yang belum dicuci (acuan berat kering oven) tidak
memenuhi persyaratan sebagai campuran beton. Agregat halus dan agregat kasar ini bisa
digunakan sebagai campuran beton apabila dicuci sampai kadar lumpur yang dapat
melalui ayakan No. 200 (< 0,075 mm) tidak melebihi persyaratan yang telah ditetapkan,
yaitu < 5% untuk agregat halus dan < 1% untuk agregat kasar (Spesifikasi Umum Bina
Marga Tahun 2018)