Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI BAHAN

PEMERIKSAAN BAHAN LEWAT SARINGAN NO. 200 (KADAR LUMPUR)

KELOMPOK 1

Annisa Vriscika Saumanov A. 320210404001


Arga Dwi Jalu 320210404002
Bimo Rizky Aditya 320210404003
Dwiko Pamungkas Adhi 320210404004
Ega Dwi Prasetyo 320210404005
Fatchur Rahman 320210404006

Tanggal Praktikum : Jumat, 27 Mei 2022


Asisten Praktikum : Dini Rahmadhanti
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2020
A. DATA PENGAMATAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar lumpur yang
terdapat pada agregat halus menggunakan saringan no. 200 dengan cara
pencucian. Dari hasil praktikum yang dilakukan, didapatkan data pengamatan
sebagai berikut.

Tabel 1. Berat Agregat Halus

BERAT (gram)
No KETERANGAN
WADAH 1 WADAH 2
1 Berat Uji Semula 500 500
2 Berat Tertahan Saringan No. 200 486 486
Sumber: Praktikan, 2022

B. PENGOLAHAN DATA
Berdasarkan data yang didapatkan dari praktikum kadar lumpur di atas, maka
dapat ditentukan Jumlah bahan yang melewati saringan No. 200 dengan rumus
berikut.

𝑾𝟏 −𝑾𝟒
Kadar lumpur = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑾𝟏

Diketahui data praktikum sebagai berikut:

Berat agregat semula [w1] = 500 gram

Berat agregat tertahan saringan no. 200 [w4] = 486 gram

Pengolahan data praktikum sebagai berikut:

𝑊1 −𝑊4
Kadar lumpur = 𝑥 100%
𝑊1

500−486
Kadar lumpur = 𝑥 100% = 2,8%
500

Jumlah bahan yang tertahan pada saringan no. 200

100% - 2,8% = 97,2 %


Dari pengolahan data di atas, didapat hasil perhitungan sebagai berikut.

Tabel 2. Kadar Lumpur Yang Melewati Saringan No. 200

No KETERANGAN KADAR LUMPUR LEWAT SARINGAN NO. 200


1 Wadah 1 2,80%
2 Wadah 2 2,80%
RATA-RATA 2,80%
Sumber: Praktikan, 2022

C. ANALISIS
Analisis Praktikum
Praktikum ini membutuhkan beberapa peralatan, peralatan yang
digunakan sebagai berikut. Saringan no.16 dan no.200. Saringan no.16
digunakan untuk memisahkan agregat kasar dan agregat halus, sedangkan
saringan no.200 digunakan untuk memisahkan agregat halus dan bahan lainnya
(lumpur) yang lebih kecil dari 0,075 mm. Kemudian, Wadah pencucian agregat
berkapasitas cukup besar agar agregat dan air pencuci tidak tumpah saat proses
pembersihan agregat.

Diperlukan pula oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk


memanasi sampai [110±5]0C. Pada suhu [110±5]0C, air akan menguap sehingga
akan didapatkan kondisi agregat yang kering oven. Peralatan lainnya adalah
timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat agregat halus, ketelitian mencapai
0,1% diharapkan agar hasil penimbangan akan lebih akurat dan teliti. Alat
terakhir yang diperlukan adalah talam berkapasitas cukup besar untuk
mengeringkan agregat halus di dalam oven.

Bahan-bahan yang diperlukan pada praktikum ini adalah agregat halus


dengan berat 500 gram yang berfungsi sebagai benda uji dan air bersih yang
digunakan sebagai pencuci agregat dari bahan lainnya yang tidak diperlukan.
Prosedur-prosedur yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut. Pertama, memasukkan agregat halus dan air pencuci secukupnya ke
dalam wadah sehingga agregat halus terendam. Hal ini dilakukan agar agregat
halus dapat tercuci dengan baik. Selanjutnya, menggoyangkan wadah dan
menuang air cucian dan agregat halus ke dalam susunan saringan no.16 dan
no.200. Pada waktu menuangkan air cucian, usahakan agar bahan-bahan yang
kasar tidak ikut tertuang. Hal ini dilakukan untuk membuang lumpur yang ada
pada agregat serta dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada agregat halus yang
ikut terbuang.

Langkah ketiga, mengganti air pencuci dengan yang baru, dan


mengulangi tahap pencucian agregat halus sampai air cucian menjadi jernih. Hal
ini dilakukan agar agregat dapat dipastikan sudah bersih dari kandungan lumpur.
Kemudian, semua bahan yang tertahan saringan no.16 dan no. 200 dikembalikan
ke dalam wadah, kemudian memasukkan seluruh agregat halus ke dalam talam
yang telah diketahui berapa beratnya [W2] dan mengeringkan agregat halus
dalam oven dengan suhu [110±5]0C. Hal ini dilakukan untuk mengeringkan
agregat halus dari air sehingga didapatkan berat agregat kering oven. Langkah
terakhir adalah menimbang dan mencatat berat agregat halus kering oven [w3].
Hitunglah berat bahan kering tersebut [w4 = w3 - w2]. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan kadar lumpur yang ada pada agregat halus.
Analisis Data/Hasil
Berdasarkan hasil praktikum dan pengolahan data, bahan yang melewati
saringan no. 200 yaitu sebanyak 2,80 %. Menurut SNI S-04-1989-F mengenai
spesifikasi bahan bangunan bagian A, kadar maksimal lumpur atau bahan yang
lebih kecil dari 0,075 mm (saringan no. 200) pada agregat halus adalah 5%.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa agregat halus yang menjadi bahan
uji masih baik untuk dijadikan bahan campuran beton.

Digunakan saringan no. 16 untuk memisahkan antara agregat halus dan


kasar. Sedangkan saringan no. 200 digunakan untuk memisahkan agregat halus
dengan lumpur, karena berdasarkan SNI S-04-1989-F, lumpur adalah bahan
yang lebih kecil dari 0,075 mm.
Analisis Kesalahan
Ketidaksesuaian hasil praktikum sesuai dengan standar, hal itu terjadi
karena beberapa sebab diantaranya.

1. kurang telitinya praktikan dalam proses pencucian sehingga masih ada


kandungan bahan lainnya yang tidak diperlukan dalam praktikum.
2. Adanya agregat yang ikut terbuang saat praktikan membuang air
pencuci, sehingga mengurangi berat dari benda uji.

D. KESIMPULAN
Agregat halus yang digunakan sebagai bahan uji, masih dapat digunakan
sebagai bahan campuran beton dengan kadar lumpur sebesar 2,8%, karena
agregat halus tidak boleh mengandung kadar lumpur lebih dari 5% sesuai dengan
SNI S-04-1989-F, apabila agregat halus mengandung lebih dari 5% lumpur
dikhawatirkan akan menurunkan kualitas dari beton itu sendiri.

E. REFERENSI
Departemen Teknik Sipil UI (2008) ‘Pedoman Praktikum: PEMERIKSAAN
BAHAN BETON DAN MUTU BETON’. Depok: Universitas Indonesia.

Septianto, Haris (2017) ‘Pengaruh Kandungan Lumpur Pada Agregat Halus


Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton Normal’. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

SNI 03-4142-1996. Metoda Uji Kadar Bahan Lolos no. 200 (0,075 mm).
SNI S-04-1989-F. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
F. LAMPIRAN

Gambar 1. Agregat halus 500 gram

Sumber: Praktikan, 2022

Gambar 2. Proses Penyaringan dan Pencucian Agregat Halus

Sumber: Praktikan, 2022

Gambar 3. Proses Pengovenan Agregat Halus

Sumber: Praktikan, 2022


Gambar 4. Penimbangan Agregat Halus Bebas Lumpur

Sumber: Praktikan, 2022

Anda mungkin juga menyukai