Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI GARMEN DAN AKSESORIS

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Prak. Evaluasi Garmen dan Aksesoris

oleh:

Dimas Diwari

19430016

3G2

Dosen :

Wine R.P., S.ST

Pratiwi W., S.ST

POLITEKNIK STTT BANDUNG

PRODUKSI GARMEN
Pengujian Elastk Ban Pinggang

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari pengujian kekuatan elastik ini antara lain :
- Mampu melakukan pengujian Elastik Ban Pinggang
- Mengetahui nilai mulur (pertambahan panjang) dari elastik ban pinggang
- Mengetahui kemampuan elastisitas pada elastik ban pinggang

II. TEORI DASAR

Pengujian elastik ban pinggang dilakukan untuk mengetahui mulur ban pinggang. Elastik ban
pinggang (Waistband ) adalah potongan dari bahan yangelastis atau kain pelengkap lainnya yang
melingkari pinggang. Secara historis,di India ikat pinggang terdapat berbagai tujuan termasuk
mengencangkanberbagai macam barang untuk diri sendiri. Dalam sejarah kuno di LevantSelatan,
ikat pinggang bisa berfungsi sebagai simbol status ketika orang akanmenghiasi diri mereka dengan
ornamen yang menempel di ikat pinggangmereka. Pada awal abad ke-19, anggota dari beberapa
cabang Tao memilikiikat pinggang mereka yang berwarna sebagai penyamaran dan
untukmelambangkan keanggotaan mereka.Macam- macam elastik ban pinggang karakteristik dan
penggunaannya

1. Flat Braided Elastic

Karakteristik: elastis ringan terbuat dari katun atau poliester. Terangnyatipis, tidak setebal
tenunan elastis, dan memiliki pemulihan yang sangatbaik. Ini digunakan dalam casing.

2. No-Roll Elastic

Karakteristik: ekstra kuat, elastis berat diperkuat untuk mencegah rollingdan memutar.
Digunakan di garis pinggang, baik dalam casing atau dijahitlangsung ke bagian dalam
garmen. Itu biasanya terbuat dari poliester.

3. Ribbed No-Roll Elastic

Karakteristik: struktur bergaris membuat elastis ini sangat kuat

4. Underwear and pajama waistband elastic


Karakteristik: dengan bentangan lembut dan tegangan ringan, elastis inidibuat khusus untuk
pakaian ringan. yang lembut, tekstur selesai nyamandi kulit.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Alat penarik dengan beban tetapi yang mempunyai klem atas, pembaca skala %mulur, dan
klem bawah yang dapat dilepas.

2. Beban tetap, termasuk beban penahan dan klem bawah.

3. Standar pembanding, sebagai penanda, dengan jarak 125.0 mm dan 250.0 mm.

Bahan:

1. Contoh uji dengan lebar 75 mm, jika lebar contoh uji lebih dari 75 mm, hanyagunakan 75
mm dari tengah.

2. Jika bahan elastik mempunyai mulur tinggi (200% atau lebih) potong kurang lebih 230 mm
searah panjang kain.eri dua tanda masing – masing 125,0 mm secara terpisah, dengan jarak
yang sama dari tepi contoh uji tegak lurus dengan arah panjang contoh uji.

3. Jika bahan elastik mempunyai mulur tinggi ( dibawah 200% ), potong kurang lebih 356
mm searah panjang kain.

4. Beri dua tanda masing – masing 125,0 mm secara terpisah, dengan jarak yang sama dari tepi
contoh uji tegak lurus dengan arah panjang contoh uji.

IV. CONTOH UJI

Kondisikan serat yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.

V. CARA UJI

1. Pasangkan ujung contoh uji yang telah diberi tanda pada klem alat uji.

2. Pasangkan klem bawah dengan beban yang sesuai

3. Tanpa tegangan awal, pasangkan beban yang sesusi pada ujung bawah yang telah
ditandai pada contoh uji.

4. Lepaskan klem secara perlahan dan biarkan contoh uji menggantung selama 10 detik.
5. Angkat klem bawah ke atas secara perlahan agar terjadi relaksasi sempurna pada
contoh uji, lepaskan kembali klem bawah secara perlahan dan biarkan contoh uji
menggantung selama 10 detik.
6. Ulangi poin 5 satu kali.

7. Lihat presentase mulur tercatat.

VI. DATA DAN PERHITUNGAN

Berisi data pengujian dan perhitungan. Untuk Praktikum Pengujian Elastik:


Data percobaan (Absensi 19430006)

Beban: 1800 gram

Lebar Contoh Uji : 4 cm

Panjang Awal : 54 cm

Data Pengamatan Pertambahan Panjang/Mulur yang ditambah Beban 1800gr

No Pertambahan Panjang (cm) ( x−x́ )  ( x−x́ )2  Waktu (s)

1 97 2 4 10
2 94 -1 1 10
3 94 -1 1 10
Jumlah 285 - 6 -
Rata- -
95 - 2
rata

Perhitungan :

Pertambahan Panjang−Panjang Awal


1. Presentase Elastisitas = ×100 %
Panjang Awal

94−54
= ×100
54

= 0,7407 x 100 = 74,07 %


2
Σ ( x− x́ )
2. SD =
√ n−1

6
=
√ 3−1
= 1,732

SD
3. CV = ×100 %
Rata−Rata

1,732
= ×100 = 1,823 %
95
Data Pengamatan Pertambahan Panjang setelah direlaksasi 30 detik

No Pertambahan Panjang (cm) ( x−x́ ) ( x−x́ )2 Waktu (s)

1 55 0,167 0,0278 30
2 54,5 -0,333 0,111 30
3 55 0,167 0,0278 30
Jumlah 164,5 - 0,1667 -
Rata-
54,83 - 0,0556 -
rata

Pertambahan Panjang−Panjang Awal


1. Presentase Elastisitas = ×100 %
Panjang Awal

54,83−54
= ×100
54

= 0,0154 x 100 = 1,54 %


2
Σ ( x− x́ )
2. SD =
√ n−1

0,1667
=
√ 3−1
= 0,2887

SD
3. CV = ×100 %
Rata−Rata
0,2887
= × 100 = 0,5265 %
54,83

VII. PEMBAHASAN HASIL PERHITUNGAN


Persentase elastisitas pada pertambahan panjang selama 10detik yaitu diatas 50% dan CV
yang dihasilkan dibawah 5% data masih bisa diterima. Sedangkan persentase elastisitas pada
pertambahan panjang selama 30 detik adalah 1,54%

VIII.KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat di simpulkan bahwa:
1. Pengujian elastik selama 10 detik
• Rata rata pertambahan panjang elastisitas = 95 cm
• Rata rata pengujian Elastisitas = 74,07 %
• Standar deviasi (SD) = 1,732
• Koefisien variasi (CV) = 1,823 %
2. Pengujian elastik selama 30 detik
• Rata rata pertambahan panjang elastik = 54,83 cm
• Rata rata mulu pertambahan panjang = 1,54 %
• Standar deviasi (SD) = 0,2887
• Koefisien variasi (CV) = 0,5265 %
PENGUJIAN KEKUATAN REKAT KAIN KERAS (INTERLINING)

I. Maksud dan Tujuan

Pada pengujian kekuatan rekat kain keras memiliki maksud dan tujuan yakni, diharapkan praktikan
mampu mengetahui dan menganalisa kekuatan rekat suatu interlining pada kain.

II. Teori Dasar

Dalam pembuatan pada garmen, interlining merupakan salah satu aksesoris garmen, karena
interlaining memiliki fungsi sebagai penahan atau pembuat utuh bentuk suatu komponen, misalnya kerah,
manset dan lain-lain. Setiap interlaining yang dipakai pada setiap komponen memiliki jenis dan ketebalan
yang berbeda, hal ini dikarenakan karena melihat dari jenis komponen, karena setiap komponen memiliki
kriterianya masing-masing sehingga interlining yang digunakannya pun pasti berbeda.

III. Alat dan Bahan


- Alat:
A. Alat uji kekuatan Tarik jenis laju mulur tetap kecepatan tarik 20 cm/menit (Instron) dengan :
- Jarak Jepit 7,5 cm.
- Non woven menggunakan beban 500 gr, Woven menggunakan beban 1000 gr
- Kecepatan Penarikan : 50 mm/menit
B. Setrika
C. Mistar
D. Gunting
- Bahan:
A. Siapkan contoh uji dengan ukuran (7,5 cm x 15 cm), kemudian bagi menjadi 3
bagian menjadi (2,5 cm x 15 cm)
B. Kain contoh uji

IV. Contoh Uji


1. Kondisikan contoh uji yang akan diuji dalam ruangan standar untuk pengkondisian dan
pengujian.
2. Persiapan bahan :
- Siapkan contoh uji dengan ukuran 150 mm x 25 mm.
- Panjang contoh uji sesuai dengan arah panjang kain untuk setiap kondisi yang akan diuji.
- Contoh uji dari pinggiran kain, diambil pada jarak 10 cm dari pinggir kain.
- Potong kain yang akan dilapisi dengan ukuran yang sama dengan contoh uji.
Kain pelapis adalah kain yang akan digunakan untuk pakaian jadi atau kain putih
dengan berat kain 90 g/m2 – 140 g/m2, dengan anyaman polos.
3. Cara pelekatan :
- Letakan contoh uji pada kain pelapis menggunakan setrika dengan tekanan 36
g/cm2.
- Temperatur sesuai dengan temperatur penyetrikaan untuk kain kapas selama
40 detik atau sesuai dengan spesifikasi yang direkomendasikan oleh pembuat kain lapis lekat
(fusing interlining).

V. Cara Uji
Pengujan kekuatan lekat Jidertukan seboga berkut.
1. Pisahkan lapisan contoh uj kain lapis lekat dan kain pelapis / kain garmen secara manual
untuk masing-masing contoh uji, separjang 50 mm kearah panjang contoh uji.
2. Atur peniepit pada jarak 25 mm dari penjepit atas sedemikian rupa sehingga sumbu
kearah panjiang contoh uji tegak Iurus pada permukaan penjepit.
3. Jepit contoh uji pada penjepit atas dan kencangkan kain pelapis/ kain garmen ditengah -
tengah penjept bawah sehingga sumbu kearah panjang contoh uji tegak lurus pada penjepit
bawah.
4. Jalankan alat sesuai dengan prosedur untuk alat uji kekuatan tarik jenis laju mulur tetap
sepanjang 100 mm.
5. Tentukan rata-rata dari lima titik tertinggi dari lima titik terendah pada grafik sepanjang
100 mm.
6. Kekuatan lekat merupakan hasil rata – rata dari tiga kali pengujian.
VI. DATA DAN PERHITUNGAN
Berisi data pengujian dan perhitungan. Untuk Praktikum Pengujian Daya Rekat Kain Lapis
(Interlining)
NON WOVEN
Beban : 500 gram
Contoh uji 1

No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah (gr) Ʃ x

1 100 60 160 80
2 100 60 160 80
3 100 70 170 85
4 87,5 60 147,5 73,75
5 87,5 72,5 160 80
Jumlah 475 322,5 797,5 398,75
Rata-
95 64,5 159,5 79,75
rata

Grafik Contoh Uji 1

Contoh uji 2

No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah (gr) Ʃ X

1 120 67,5 187,5 93,75


2 115 67,5 182,5 91,25
3 110 70 180 90
4 105 75 180 90
5 100 80 180 90
Jumlah 550 360 910 455
Rata-
110 72 182 91
rata

Grafik Contoh Uji 2


Contoh uji 3

No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah (gr) Ʃ x


1 165 90 255 127,5
2 160 92,5 252,5 126,25
3 140 100 240 120
4 130 97,5 227,5 113,75
5 125 112,5 237,5 118,75
Jumlah 720 492,5 1212,5 606,25
Rata-
144 98,5 242,5 121,25
rata

Grafik Contoh Uji 3

Rata-rata Kekuatan Non Woven

Contoh Kekuatan
Uji (gr)
(x-x) ( x−x́ )2
1 79,75 -17,583 309,174
2 91 -6,333 40,111
3 121,25 23,917 572,007
Ʃ 292 - 921,292
x 97,333 - 307,097
WOVEN
Beban : 1000 gram
Contoh uji 1

No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah (gr) Ʃ x


1 740 550 1290 645
2 730 550 1280 640
3 730 570 1300 650
4 720 580 1300 650
5 720 590 1310 655
Jumlah 3640 2840 6480 3240
Rata-
728 568 1296 648
rata

Grafik Contoh Uji 1

Contoh uji 2

No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah (gr) Ʃ x


1 435 195 630 315
2 400 205 605 302,5
3 395 215 610 305
4 380 260 640 320
5 360 270 630 315
Jumlah 1970 1145 3115 1557,5
Rata-
394 229 623 311,5
rata

Grafik Contoh Uji 2

Contoh uji 3

No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah (gr) Ʃ x


1 750 410 1160 580
2 720 420 1140 570
3 710 470 1180 590
4 695 480 1175 587,5
5 600 510 1110 555
Jumlah 3475 2290 5765 2882,5
Rata-
695 458 1153 576,5
rata
Grafik Contoh Uji 3
Rata-rata

Contoh Kekuatan
(x-x) (x-x)2
Uji (gr)
1 648 136 18496
2 311,5 -200,5 40200,25
3 576,5 64,5 4160,25
Ʃ 1536 - 62856,5
X 512 - 20952,167

SD dan CV Interlining Non Woven


2
Σ ( x− x́ )
4. SD =
√ n−1

921,292
=
√ 3−1
= 21,463

SD
5. CV = ×100 %
Rata−Rata

21,463
= ×100 = 22,052 %
97,33

SD dan CV Interlining Woven


2
Σ ( x− x́ )
6. SD =
√ n−1

62856,5
=
√ 3−1
= 177,2801

SD
7. CV = ×100 %
Rata−Rata

177,2801
= ×100 = 34,625 %
512

VII. Diskusi
Dalam pengujian kekuatan rekat interlining dilakukan pada dua jenis interlining
yang berbeda yaitu wofen dan non wofen sehingga beban yang digunakan untuk
interlining woven dan non woven berbeda karena pada masing-masing interlining
memiliki daya rekat yang berbeda. Pada saat melakukan pengujian interlining woven
menggunakan beban 1000 gram sedangkan untuk pengujian interlining non woven
menggunakan beban 500 gram. Ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi nilai
kekuatan yang dihasilkan sehingga hasilnya beragam, diantaranya:
- bahan baku interlining (jenis),
- proses pemanasan yang tidak stabil pada setiap contoh uji (suhu, tekanan dan waktu),
- kain contoh uji maupun interlining harus terjepit dengan kencang agar tidak terjadi
slip,
- alat uji pada penunjuk grafik sedikit kurang lancar dalam pembuatan grafiknya.
Pada pengujian ini interlining woven didapat hasil yang baik. Hal ini berbanding
lurus dengan pengaruh dari bahan dan daya rekat dari interlining jenis woven. Selain itu,
ketika proses perekatan interlining pada suhu, tekanan dan waktu yang digunakan sesuai
dengan standar sangat mempengaruhi daya rekat yang baik. Sedangkan pada interlining
non woven didapatkan nilai yang kecil, hal ini dikarenakan daya rekat dari interlining
tersebut yang relatif kecil. Hal ini terjadi karena pengaruh dari bahan interlining
tersebut.

VIII. Kesimpulan
Dilihat dari pengujian kekuatan rekat kain keras (interlining) didapatkan hasil
sebagai berikut :
- Rata-rata kekuatan Interlining Woven : 512 gram = 0,512 kg
- SD kekuatan interlining Woven : 177,28011
- CV kekuatan interlining Woven : 34,625%
- Rata-rata kekuatan Interlining Non Woven : 97,33 gram = 0,09733 kg
- SD kekuatan interlining Non Woven : 21,463
- CV kekuatan interlining Non Woven : 22,052%

PENGUJIAN BOWING DAN SKEWNESS PADA KAIN


TENUN

I. Maksud dan Tujuan


Pegujian bowing dan skewness memiliki maksud dan tujuannya, yakni ialah
untuk memastikan fabric yang terindikasi bowing atau skewness dapat dijalankan
pada saat proses produksi dengan tetap mengacu pada standar yang telah
ditentukan atau diberikan oleh buyer.
II. Teori Dasar
Istilah dan definisi:
1. Lengkungan (bow)
Keadaan kain yang diakibatkan karena benang pakan atau course bergeser dari
garis tegak lurus pinggir kain dan membentuk satu atau beberapa busur
melintang lebar kain.
Gambar-1 Bowing

2. Lengkungan ganda (double bow)


Lengkungan ganda dengan arah busur yang sama sehingga membentuk huruf
M atau W bergantung pada arah pengamatan.
3. Lengkungan ganda terbalik (double reverse bow)
Dua lengkungan dengan dua arah busur yang berlawanan.
4. Lengkungan kait (hooked bow)
Lengkungan pada satu pinggir kain berbentuk kait.
5. Lengkungan kait ganda (double hooked bow)
Lengkungan yang terjadi berbentuk kait pada kedua pinggir kain,
melengkung berlawanan arah.
6. Kemiringan (skewness)
Keadaan kain yang diakibatkan oleh benang pakan atau course yang
arahnya miring terhadap garis tegak lurus pinggiran kain.

Gambar-2 SkewnessStandar Pengujian

ASTM Adapun standar uji yang digunakan, yaitu:


7. SNI 08-4622-1998, Cara uji kemiringan pada kain tenun atau rajut.
8. SNI 4622:2013, Tekstil-kain-cara uji lengkungan dan kemiringan.
9. ASTM D-3882-2008, Standard method for bow and skewness in woven
and knitted fabrics.

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunaka dalam pengujian bowing dan skewness adalah:
1. Meja datar.
2. Penggaris logam atau alat ukur pita logam.
3. Penggaris siku.
4. Pensil berwarna yang lunak.
5. Alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam pengujian bowing dan skewness adalah adalah:
1. Kain tenun sebanyak 3 buah.
IV. Langkah Kerja
Cara kerja dari pengujian bowing dan skewness adalah adalah:
1. Kain tenun (contoh uji) dibentangkan lurus ke arah lusi/wale diatas meja datar.
2. Pada pinggiran kain pakai solasi agar kain tidak bergerak.
3. Dilihat pada bagian bawah kain apakah cacat bowing / skewness.
4. Lalu, lengkungan yang paling tertinggi ditandai.
5. Setelah itu, ukur lengkungan yang paling tertinggi dan catat pada alat tulis
beserta dengan jenis lengkungannya.

PENGUJIAN MIGRASI WARNA TAPE ZIPPER

I. Maksud dan Tujuan


Pada pengujian migrasi warna tape zipper memiliki maksud dan tujuan, yakni ialah
diharapkan praktikan mampu mengetahui dan menganalisa migrasi warna pada zipper
terhadap kain pelapis melalui uji staning scale.
II. Teori Dasar
Resleting, atau bisa disebut zipper yang digunakan untuk membuat bukaan pada pakaian
agar pakaian tersebut mudah dipasang atau dibuka. salah satu aksesoris garmen yang terdiri
dari dua potong kain, yang masing-masing ditempatkan pada salah satu sisinya untuk
dipertautkan, dengan puluhan atau ratusan gigi dari metal atau plastik merupakan definisi
dari zipper. Penarikannya dioperasikan dengan tangan, bergerak sepanjang deretan gigi-
giginya. Di dalam penarikannya terdapat sebuah saluran berbentuk Y yang memepertautkan
atau memisahkan barisan gigi yang berhadap-hadapan gerakannya, tergantung arah
gerakannya.
Prinsip pada pengujian ini kurang lebih dapat digambarkan dengan berkurangnya warna
dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan atau gosokan dari 5 kali pencucian
tangan atau pencucian dengan mesin yang mengandung chlor dalam rumah tangga, hampir
sama dengan satu kali pegujian selama 15 menit. Pengujian migrasi warna pada zipper
bertujuan untuk menentukan migrasi warna zipper pada kain dengan cara pencucian yang
berulang–ulang. Penilaian migrasi warna dilakukan dengan melihat adanya penodaan warna
dari zipper pada kain, untuk melihat nilai penodaannya digunakan staining scale.

Pada staining scale penialain penodaan warna pada kain putih di dalam pengujian tahan
luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang
dinodai dan kain putih yang tidak ternodai, terhadap perbedaan yang digambarkan staining
scale, dan dinyatakan dengan nilai kkhromatikan adam seperti gray scale, hanya besar
perbedaan warnanya berbeda. Staining scale terdiri dari satu pasangan standar lempeng putih
dan 8 pasang standar lempeng abu-abu dan putih, dan setiap pasang mewakili perbedaan
warna atau kekontrasan warna sesuai dengan penilaian penodaan dengan angka.

Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang
diletakkan berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%. Perbedaan warna
sama dengan nol.nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan oleh lempeng putih
pembanding yang identik dengan yang dipergunakan untuk nilai 5, berpasanagn dengan
lempeng yang sama tetapi berwarna abu-abu netral.

Tabel-17 Nilai Penodan Warna

Toleransi untuk
Nilai tahan luntur Perbedaan warna (CIE
standar kerja (CIE
warna lab)
lab)
5 0 +0,2
4-5 2,2 +0,3
4 4,3 +0,3
3-4 6,0 +0,4
3 8,5 +0,5
2-3 12,0 +0,7
2 16,9 +1,0
1-2 24,0 +1,5
1 34,1 +2,0

Tabel-18 Standar Skala Penodaan dan Perubahan Warna


Nilai tahan luntur warna Evaluasi tahan luntur warna
5 Baik sekali
4-5 Baik
4 Baik
3-4 Cukup baik
3 Cukup
2-3 Kurang
2 Kurang
1-2 Jelek
1 Jelek

III. Standar Pengujian


- SNI 8097 : 2015 Ritsleting dengan gigi berbentuk lilitan

IV. Alat dan Bahan


1. Mesin jahit
2. Jarum jahit
3. Gunting benang
4. Launder O meter
5. Kelereng baja tahan karat 6 mm
6. Tabung baja
7. Staining scale
8. Gunting kain
9. Benang jahit poliester
10.Zipper
11.Kain pelapis kapas
12.Kain pelapis poliester
13.Larutan asam asetat
14.Air

V. Langkah Kerja
1. Menjahit zipper, kain poliester dan kain kapas dengan posisi zipper berada di tengah-
tengah kain poliester dan kapas.
2. Menambahkan 200 ml larutan sabun 5 gram/liter, ditambah 10 buah kelereng baja sebagai
pengaduk.
3. Melarutkan sabun dalam keadaan panas 400C.
4. Tabung ditutup, dimasukkan ke dalam penjepit penguji yang ada dalam alat uji linitest.
5. Diuji selama 45 menit dengan suhu 400C.
6. Contoh uji diangkat, dibilas dan dinetralkan dengan larutan asam asetat glacial.
7. Evaluasi contoh uji dibanding dengan mempergunakan staining scale untuk penodaan
pada kain pelapis.

PENGUJIAN KESTABILAN DIMENSI KAIN TENUN DAN KAIN RAJUT

1. Maksud dan Tujuan

Untuk menentukan perubahan dimensi dari kain atau pakaian jadi yang akan terjadi apabila kain
mengalami proses pencucian dan pengeringan

2. Dasar Teori

Dimensi kain adalah ukuran panjang, lebar, dan tebal kain. Panjang kain adalah jarak antara ujung
kain yang satu dengan ujung lainnya, yang diukur searah dengan lusi pada kain tenun atau wale pada kain
rajut, dimana kain tidak dalam keadaan terlipat dan rata serta dalam keadaan tidak tegang. Lebar kain
adalah jarak antara pinggir kain yang satu dengan pinggir yang lain, yang diukur searah dengan dengan
pakan kain tenun dan courese pada kain rajut dimana kain dalam keadaan tidak terlipat dan rata serta
dalam keadaan regang. Tebal kain adalah jarak antara dua permukaan kain yang berbeda.

Berat kain adalah untuk berat untuk satu satuan luas tertentu, atau berat untuk satu satuan panjang
tertentu dari kain, yang dinyatakan dalam gram per meter persegi, gram per meter dll. Tekanan adalah
gaya yang dibebankan pada suatu permukaan kain per unit luas yang dinyatakan dalam kg/cm2 atau kPa.

Kain tenun atau rajut apabila telah mengalami pemakaian dan pencucian akan mengalami perubahan
dimensi baik kearah lusi ataupun pakan, ataupun arah course dan arah wales pada kain rajut. Apabila
perubahan ini terjadi maka kondisi tersebut harus dipulihkan kembali denagan cara :

a. Tension Presser

b. Knit Shrinkage Gauge

c. Hand iron

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian stabilitas dimensi adalah proses pencucian,
pengeringan dan pemulihan. Kain yang bermutu baik adalah kain yang tidak mengalami perubahan
dimensi setelah pemakaian sehari-hari. Penyebab utama dari perubahan dimensi kain adalah mengkeret
setelah pencucian. Ada dua jenis mengkeret pada kain. Jenis pertama adalah mengkeret karena tegangan
mekanis pada waktu proses pertenunan dan penyempurnaan, dimana pada saat tersebut kain tertarik untuk
sementara sehingga ketika dilakukan pencucian akan relaxation kebentuk semula. Jenis yang kedua
adalah karena adanya kemampuan serat untuk menggumpal (felting) dalam pencucian.

Peralatan dan bahan yang umum digunakan dalam pengujian adalah mesin cuci jenis silinder
yang berputar bolak-balik. Wadahnya mempunyai diameter dala 50-61 cm dengan disertai tiga buah sirip
selebar kira 7,5 cm terpencar sepanjang bagian dalam dari alat pencuci. Alat pencuci berputar dengan
kecepatan 5-10 putaran sebelum membalik dengan saluran masuk air yang cukup besar. Untuk pengisian
mesin cuci sampai permukaan air setinggi 20 cm selama kurang dari satu menit.

Dalam pengujian stabilitas ini dipergunakan empat cara pencucian yang bervariasi dari kondisi
pencucian yang paling berat sampai yang paling ringan dan dimaksudkan untuk mencakup semua kondisi
pencucian baik pencucian secara komersil maupun pencucian dengan tangan. Pengeringan dilakukan
dengan lima macam cara pengeringan yang mencakup semua pengeringan baik pengeringan secara
komersil maupun pengeringan dalam rumah tangga. Jarak tanda pada contoh uji pada contoh uji menurut
arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran untuk kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian diukur.

3. Instruksi Kerja
3.1  Persiapan Contoh Uji
A. Contoh uji kain
a) Siapkan contoh uji berukuran sekurang-kurangnya 50 cm X 50 cm. Pengambilan contoh
uji dilakukan 10 cm dari tepi kain. Bila benang-benang pada tepi contoh uji diperkirakan
akan terurai pada proses pencucian, sebaiknya tepi contoh uji diobras/dijahit.
b) Bentangkan contoh uji pada meja datar tanpa tekanan/tegangan dan usahakan bebas dari
kerutan/kekusutan menggunakan tangan secara perlahan. Buat sedikitnya tiga pasang
tanda masing-masing sejajar arah lusi dan pakan (wales/courses untuk kain rajut). Jarak
antara masing-masing pasangan tidak kurang dari 350 mm dan berjarak minimal 50 mm
dari setiap tepi contoh uji.
c) Kondisikan contoh uji tersebut di dalam ruang standar sampai tercapai keseimbangan
lembab.
d) Ukur kembali jarak masing-masing tanda dengan skala terkecil 1 mm dan catat data
ukuran masing-masing jarak tersebut sebagai panjang awal.
A. Contoh uji pakaian jadi
a. Bagian bagian yang diukur pada pakaian jadi sangat banyak, tetapi tidak semua harus dilakukan,
dapat dipilih sesuai dengan tipe atau model pakaian jadi bergantung pada persyaratan yang harus
dilaporkan atau kepentingan langganan yang mengujikan.
Bila diperlukan penentuan perubahan ukuran bahan pakaian jadi yang berbeda dari perubahan
ukuran jahitan dan kelim yang mungkin lebih besar atau lebih kecil dari perubahan ukuran bahan,
maka diperlukan tambahan pengukuran perubahan ukuran arah lusi dan pakan (wales/courses
untuk kain rajut), sepanjang dapat dilakukan.
b. Petunjuk pengukuran pakaian jadi
 Lakukan pengukuran ke arah panjang dan lebar pada titik-titik yang khusus. Sebaiknya pada
jahitan atau antara titik-titik dimana jahitan bertemu. Posisi yang diukur harus dapat ditandai
dan tanda  tersebut tidak hilang dalam proses pengujian. Bila model pakaian jadi cukup rumit
sebaiknya dibuat pola pengukuran.
 Bila pada pakaian jadi ada kain pelapis yang berfungsi penting bagi pakaian jadi tersebut,
lakukan pengukuran pada posisi ini sesuai dengan pengukuran yang dilakukan  pada pakaian
jadi tersebut.
 Kondisikan pakaian jadi tersebut dalam ruang standar sampai tercapai keseimbangan lembab.
 Letakan pakaian jadi secara mendatar pada meja datar dan ukur jarak masing-masing pasangan
tanda tanpa tekanan/tarikan menggunakan mistar atau alat ukur dengan ketelitian 1 mm.
Pengukuran pakaian jadi dilakukan dalam keadaan kancing terpasang dengan baik. Catat data
ukuran masing-masing jarak tersebut sebagai panjang awal.
 Ukur bagian-bagian elastis dalam keadaan tanpa tegangan/tarikan.

3.2  Peralatan
a. Mesin cuci
 Mesin tipe A1, silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan dari depan
 Kedudukan silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan dari depan.
 Diameter silinder dalam (51,5 ± 0,5 ) cm
 Kedalaman silinder dalam (33,5 ± 0,5) cm
 Jarak antara silinder luar dan dalam 2,8 cm
 Tiga buah sayap pengangkat dengan tinggi masing-masing (5,0 ± 0,5) cm sudut ketajaman 120 .
o

 Gerakan putar 1 (normal)


 12 ± 0,1 detik berputar searah jarum jam, 3 ± 0,1 detik berhenti, 12 ± 0,1 berputar berlawanan
dengan arah jarum jam , 3 ± 0,1 detik berhenti dan seterusnya.
 Gerakan putar 2 (ringan)
 3 ± 0,1 detik berputar searah jarum jam, 12 ± 0,1 detik berhenti, 3 ± 0,1 berputar berlawanan
dengan arah jarum jam , 12 ± 0,1 detik berhenti dan seterusnya.
 Frekwensi putaran
 Saat pencucian 52 putaran per menit.
 Saat pemerasan 530 ± 20 putaran per menit.
 Pengisian air pada kondisi normal 25 ± 5 liter per menit, suhu 20 ± 5 Co

 Waktu pengisian, untuk mencapai ketinggian maksimum (13 cm) kurang dari 2 menit
 Waktu pengosongan air  : dari ketinggian air maksimum (13 cm) kurang dari 1 menit sejak katup
pembuangan dibuka.
 Sistem pemanasan, secara elektronik dilengkapi dengan thermostat.
 Kapasistas pemanasan, 5,4 ± 0,11 kW
 Mesin Tipe A2
 Kedudukan silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan dari depan.
 Diameter silinder dalam 48 cm
 Kedalaman silinder dalam 24,7 cm
 Jarak antara silinder luar dan dalam 2,5 cm
 Tiga buah sayap pengangkat dengan tinggi masing-masing 4,2 cm sudut ketajaman 120 . o

 Gerakan putar 1 (normal)


13,5 detik berputar searah jarum jam, 1,5 detik berhenti, 13,5 berputar berlawanan dengan arah
jarum jam , 1,5 detik berhenti dan seterusnya.
 Gerakan putar 2 (sedang)
9 detik berputar searah jarum jam, 6 detik berhenti, 9 berputar berlawanan dengan arah jarum jam
, 6 detik berhenti dan seterusnya.
 Gerakan putar 3 (ringan)
3,5 detik berputar searah jarum jam, 11,5 detik berhenti, 3,5 berputar berlawanan dengan arah
jarum jam , 11,5 detik berhenti dan seterusnya.
 Frekwensi putaran
Saat pencucian 50 putaran per menit.
Saat pemerasan 700 putaran per menit.
 Pengisian air pada kondisi normal 10 ± 1 liter per menit, suhu 20 ± 5  C
o

 Waktu pengisian, untuk mencapai ketinggian maksimum (13 cm) kurang dari 3 menit.
 Waktu pengosongan air  : dari ketinggian air maksimum (13 cm) kurang dari 1 menit sejak katup
pembuangan dibuka.
 Sistem pemanasan, secara elektronik dilengkapi dengan thermostat.
 Kapasistas pemanasan, 4,6 kW
 Mesin Tipe B
 Tipe mesin menggunakan agitator
 Kecepatan agitator 
Normal : 70 ± 5 putaran per menit
Ringan : 50 ± 5 putaran per menit
 Diameter silinder pencuci 50 ± 5  cm
 Tinggi silinder pencuci 30 ± 5  cm
 Pada batas tertinggi : volume air 40 liter
 Waktu pencucian dapat diatur : 0 – 15 menit dengan toleransi 1 menit.
 Frekwensi putaran
Normal : 525 ± 15 putaran per menit
Lambat : 360 ± 15 putaran per menit
b. Pengering putar, mempunyai keranjang silinder berdiameter kira-kira 75 cm, kedalaman tidak
kurang dari 40 cm, dan frekwensi putar 50 ± 5 putaran per menit. Dilengkapi dengan pengatur
suhu antara 50 – 70 C yang terukur pada lubang ventilasi terdekat dari silinder pengering serta
o

mempunyai periode pendinginan 5 menit saat pengeringan selesai.


b. Deterjen tanpa pemutih optik yang sesuai dengan standar AATCC yang hanya digunakan pada
mesin tipe B, deterjen ECE tanpa pemutih optik yang dapat digunakan pada semua tipe mesin
cuci, deterjen IEC dengan pemutih optik yang dapat digunakan pada semua tipe mesin cuci tetapi
perubahan warna contoh uji tidak diamati.
Deterjen AATCC tanpa pemutih optik
Alkilsulfonat linier – garam natrium (LAS) 14,0
Etoksilat alkohol 2,3
Sabun dengan berat molekul tinggi 2,5
Natrium tripolifosfat 48,0
Natrium silikat (SiO : Na O = 3,3 : 1) 9,7
2 2

Natrium sulfat 15,4


Karboksil metil selulosa 0,25
Kandungan air 7,85

Deterjen ECE dan IEC


ECE IEC
Natrium alkil benzena sufonat linier 
(panjang rantai alkana rata-rata C ) 11,5 8,0 8,0
Etoksilat tallow alkohol (14 EO) 2,9 2,9
Sabun natrium (panjang rantai C ) 12-22 3,5 3,5
Natrium tripolifosfat 43,7 43,7
Natrium silikat (SiO : Na O = 3,3 : 1) 7,5
2 2 7,5
Magnesium silikat 1,9 1,9
Karboksil metil selulosa 1,2 1,2
Asam etilendiaminatetraasetat
Atau garam natriumnya 0,2 0,2
Natrium sulfat 21,2 21,0
Pemutih optik untuk kapas
(tipe dimorpolinostilbena) - 0,2
Kandungan air 9,9 9,9
d. Natrium perborat tetrahidrat
e. Kain pemberat yang merupakan kain yang terdiri dari 2 lembar kain rajut poliester 100 % atau
kain tenun campuran poliester-kapas yang beratnya mendekati contoh uji dengan toleransi 25 %
serta ukuran masing-masing (30 X 30) cm dengan toleransi ± 3 cm.
d. Pengering listrik tekan datar (heated bed press)
d. Alat bantu pengering tetes dan pengering gantung.
d. Rak pengering kasa, terbuat dari baja tahan karat dengan ukuran mesh 16.
d. Mistar atau alat ukur baja tahan karat.
d. Pena dengan tinta yang tidak hilang atau luntur, yang memberikan penandaan permanen.
d. Meja datar untuk membentangkan contoh uji.
d. Gunting
3.3  Cara Pengujian
a) Pilih salah satu cara kerja pencucian yang akan digunakan, menurut tabel 10.1 untuk mesin tipe A
dan tabel 10.2 untuk tipe B (hal 84 dan 86).
b) Masukan contoh uji yang telah dipersiapkan ke dalam mesin cuci dan tambahkan kain pemberat
sampai total berat kering sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan. Tambahkan deterjen 1 – 3
g/l dengan perkiraan ketebalan buih tidak lebih dari 3 cm pada waktu mesin berputar. Kesadahan
air tidak melampaui 5 ppm (dinyatakan dalam CaCO ). Bila digunakan mesin tipe A, deterjen
3

yang digunakan mengandung 4 bagian deterjen IEC dan 1 bagian natrium perborat tetrahidrat.
c) Setelah pemerasan putar teraKhir selesai, pindahkan contoh uji dengan hati-hati (hindari tarikan
dan perubahan bentuk), dan keringkan dengan salah satu cara pengeringan.
d) Bila contoh uji akan dikeringkan dengan cara pengeringan tetes, hentikan mesin tepat sebelum
pemerasan putar terakhir. Pindahkan contoh uji dengan hati-hati, kemudian keringkan dengan
cara pengeringan tetes.
e) Cara Pengeringan
 Pengeringan gantung,
Setelah pemerasan terakhir selesai, gantungkan contoh uji dikedua ujung kain pada
gantungan pakaian yang tidak berkarat dengan arah lusi atau wale vertikal dalam udara
tenang suhu kamar dan biarkan sampai kering.
 Pengeringan tetes, 
Setelah pembilasan terakhir selesai, keluarkan contoh uji dari mesin cuci, gantungkan
dikedua ujung kain pada gantungan pakaian yang tidak berkarat dengan arah lusi atau wale
vertikal dalam udara tenang suhu kamar, dan biarkan sampai kering.
 Pengeringan kasa, 
Setelah pemerasan terakhir selesai, bentangkan contoh uji pada kasa datar, hilangkan
kekusutan menggunakan tangan secara perlahan dan hati-hati (hindari tarikan dan perubahan
bentuk), diamkan sampai kering pada suhu kamar.
 Pengeringan tekan datar, 
Setelah pemerasan terakhir selesai, bentangkan contoh uji pada alat, hilangkan kekusutan
menggunakan tangan secara perlahan dan hati-hati. Letakan penekan, atur suhu dan waktu
sesuai dengan kain yang diuji, catat suhu dan tekanan yang digunakan.
 Pengeringan putar, 
Masukan contoh uji bersama kain pemberat, atur suhu 70 C untuk kain-kain sedang sampai
o

berat atau 50 C untuk kain-kain ringan. Lakukan pengeringan sampai kering dan lanjutkan
o

putaran tanpa pemanas selama 5 menit.


f) Kondisikan contoh uji yang telah selesai dicuci dan dikeringkan dalam ruang standar sampai
mencapai keseimbangan lembab.
g) Lakukan pengukuran kembali jarak-jarak yang ditandai dan catat hasilnya sebagai panjang dan
lebar akhir.
h) Penyajian hasil uji

Panjang akhir−Panjang awal


Persen perubahan panjang = ×100 %
Panjang awal

Lebar akhir−Lebar awal


Persen perubahan lebar = ×100 %
Lebar awal

Mengkeret menurut kedua arah ditentukan sebagai berikut ; kedua pengukuran mula-mula dan
akhir adalah rata-rata dari pengukuran yang dibuat pada contoh uji, sampai 0,5 % terdekat. Mulur
dalam pencucian (apabila pengukuran akhir lebih besar dari pengukuran mula-mula) biasanya
dinyatakan dengan penggunaan tanda tambah (+) atau tanda minus (-) apabila sebaliknya.
4. HASIL KERJA
A. Kain tenun
a. Perubahan arah panjang (lusi)
No Panjang awal (cm) Panjang akhir (cm) % perubahan
1 35,0 33,1 -5,428
2 35,3 33,4 -5,382
3 35,2 33,3 -5,398
Jumlah 105,5 99,8 -16,209
Rata- 35,167 33,267 -5,403
rata

b. Perubahan arah lebar (pakan)


No Lebar awal (cm) Lebar akhir % perubahan
(cm)
1 35,2 34,2 -2,841
2 35,0 33,9 -3,143
3 35,5 34,3 -3,380
Jumlah 105,7 102,4 -9,364
Rata- 35,233 34,133 -3,121
rata

B. Kain rajut
a. Perubahan arah panjang (wale)
No Panjang awal (cm) Panjang akhir (cm) % perubahan
1 35,0 31,8 -9,143
2 35,5 32,5 -8,451
3 35,3 32 -9,348
Jumlah 105,8 96,3 -26,942
Rata- 35,267 32,1 -8,981
rata

b. Perubahan arah lebar (course)


No Lebar awal (cm) Lebar akhir % perubahan
(cm)
1 35,2 31,2 -11,364
2 35,1 30,9 -11,966
3 35,3 31,1 -11,898
Jumlah 105,6 93,2 -35,228
Rata- 35,267 31,067 -11,743
rata

5. Diskusi

Perubahan dimensi pada suatu bahan dapat disebabkan oleh pencucian, pencucian kering,
penyetrikaan. Pada uji kali ini dilakukan pengujian dimensi terhadap pencucian. Perubahan dimensi
ini dapat menyebabkan bertambah panjang (mulur baik pada pakan atau lusi dan bertambah pendek
(mengekeret) pada bahan. Karena terjadinya mengkeret atau mulur ini menyebabkan suatu pakaian
tidak dapat dipakai lagi. Mengkeret pun merupakan salah satu problem mutu. Oleh sebab itu
pengujian ini sangat penting dilakukan agar bahan yang akan di jual sesuai dengan SNI yang ada.

Perubahan ukuran bergantung pada struktur kain dan benang serta jenis seratnya. Pada kapas yang
dapat mengkeret 10%, maka komponen benang seratnya hanya mengkeret 2% namun rayon dapat
lebih dari itu karena mengkeretnya lebih tinggi. Mengkeret kain dapat terjadi karena 4 alasan yaitu :
 relaxation shrinkage
 swelling shrinkage
 feling shrinkage
 contaction shrinkage
Cara uji perubahan ukuran yang umum digunakan yaitu dapat menggunakan SNI ISO 6330, ISO
6330. Pada hasil pengujian pada kain tenun mengalami mengkeret, karena hasilnya negatif. Pada
bagian lusi lebih besar daripada pakan yaitu sebesar 0,94 %. Mengkeret pada bagian lusi ini
disebabkan karena relaxation shrinkage yaitu ketika proses pertenunan, benang-benang yang ditenun
terutama benang lusi mengalami tegangan, proses stentering dan calendaring yang mengalami
penarikan, sehingga saat proses pencucian kain menjadi relaks, tegangannya mengendur sehingga
ukuran kain cenderung ke posisi semula yaitu mengkeret. Selain itu dapat disebabkan pula karena
proses steaming pada saat pencelupannya.

Untuk pengujian stabilitas dimensi kain rajut, pada arah course dan wale mengalami mengkeret.
Namun, arah wales lebih besar mengalami megkeret, yaitu sebesar 3,60%. Hal tersebut bisa terjadi
disebabkan oleh konstruksi kain rajut tersbeut yang atau bahan yang digunakan. Kain rajut terbentuk
oleh jeratan-jeratan benang sehingga kondisi benang pada kain kurang kuat atau kurang stabil
sehingga apabila mengalami tarikan akan mengalami mulur, dan oleh adanya panas akan mengkeret.

6. Kesimpulan

Jadi, Perubahan dimensi dari kain setelah proses pencucian dan pengeringan adalah :

a. Kain tenun
 Lusi = - 5,403 %
 Pakan = -3,121 %
b. Kain rajut
 Wale = -8,981 %
 Course = -11,743 %

Anda mungkin juga menyukai