Anda di halaman 1dari 12

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


I.1 MAKSUD
Mempelajari prinsip – prinsip dasar proses penyempurnaan tolak air pada
kapas serta memberikan efek menolak air pada penggunaan Elasguard DK-610.
I.2 TUJUAN
Untuk mengetahui efek pemberian Elasguard DK-610 pada masing-masing
kain kapas.

II. DASAR TEORI


II.1 KAPAS

Serat kapas merupakan serat alam dengan komposisi selulosa, pektin, zat-
zat yang mengandung protein, lilin dan abu.Selulosa merupakan polimer linier
yang tersusun dari kondensasi molekul-molekul glukosa.

Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul 1.580.000.


Selulosa mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus promer dan 2 gugus
sekunder. Dalam hal morfologi serat penampang membujur serat kapas
berbentuk pipih seperti pita terpilin. Penampang melintangnya berbentuk
seperti ginjal yang terdiri dari : kutikula, dinding primer, lapisan antara,
dinding sekunder dan lumen.

Sifat Fisika Serat Kapas

 Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit berwarna krem.
 Kekuatan serat / bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon / inci persegi.
Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.
 Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%.
 Keliatan (toughness) adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu
benda untuk menerima kerja.
 Kekakuan (stiffness) adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau
perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
 Moisture Regain serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%.
 Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56.
 Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan yang tegak
lurus adalah 1,53.

Sifat Kimia Serat Kapas

 Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.


 Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
 Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
 Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan
penggelembungan serat.
 Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.
 Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.

II.2 PENYEMPURNAAN TOLAK AIR


Tolak air didefinisikan aebagai suatu permukaan yang dapat menolak air,
tetapi udara masih dapat menembus permukaan tersebut apabila datang dengan
kekuatan yang besar.
Cara untuk mendapatkan tahan air dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya : Dengan melapisi kain dengan karet (lateks) seperti kain yang
digunakan sebagai jas hujan. Dengan menggunakan zat-zat yang dapat menolak
air seperti emulsi malam, sabun-sabun logam dan zat aktif permukaan.
Emulsi malam dan garam-garam logam yang diberikan pada kain akan
melapisi benang-benangnya saja akan tetapi tidak menutupi pori-pori atau celah-
celah antar benang sehingga udara masih dapat menembusnya.
Dasar teori penyempurnan tolak air yaitu, jika air diteteskan diatas

permukaan zat padat maka air tersebut dapat membasahi permukaan atau tetap
terbentuk tetesan yang menutupi sebagian kecil permukaan.
Salah satu prasyarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil
penyempurnaan tolak air yang baik adalah persiapan penyempurnaan yang baik,
mengingat banyaknya zat-zat pembantu tekstil yang dapat mempengaruhi efek
tolak air. Zat-zat tersebut antara lain adalah surfaktan dan deterjen yang banyak
digunakan dalam proses persiapan penyempurnaan dan pencelupan. Sejumlah
kecil surfaktan (0,005%) yang tertinggal pada bahan sudah dapat mengurangi
efek tolak air secara nyata. Ini menunjukkan betapa penting sesungguhnya
penghilangan zat-zat tersebut secara tuntas dan sempurna dari bahan yang akan
dikerjakan penyempurnaan tolak air. Campuran deterjen anionik dan non-ionik
telah terbukti ampuh menghilangkan sisa-sisa zat-zat hidrofilik yang tidak dapat
dihilangkan dari bahan dengan pembilasan biasa.Tergantung pada tujuan akhir
pemakaiannya maka pengujian tolak air dapat dilakukan dengan cara uji siram
atau Bundesmann. Uji siram tidak dapat memberikan hasil secara eksak akan
tetapi memungkinkan dilakukannya evaluasi kemampuan tolak air kain secara
sederhana dan cepat. Cara uji ini hanya sesuai untuk produk dengan daya tolak air
cukup hingga sedang, karena cara ini tidak lagi mampu membedakan antara yang
sedang dan baik.
Untuk produk dengan spesifikasi tolak air tinggi cara uji yang digunakan
biasanya adalah Bundesman, dan suatu produk dikatakan memiliki daya tolak air
tinggi bila rating-nya mendekati lima, misalnya untuk jas hujan, yang artinya
setelah 10 menit uji hujan Bundesmann (suatu kondisi yang ekivalen dengan
hujan lebat selama 2 jam atau hujan biasa selama 24 jam terus-menerus) tidak ada
tanda basah yang tampak pada kain.

Konstruksi kain memiliki peran menentukan ketahanan-rembes


(impermeability) kain. Bila kerapatan kain dirasa kurang dan masih
memungkinkan terjadinya perembesan, maka perlu dipertimbangkan untuk
menggunakan zat pengisi berupa dispersi polimer yang akan bekerja ”menambal“
pori-pori kain yang terlalu besar. Namun demikian, perlu diingat bahwa
penutupan pori-pori tersebut oleh zat pengisi juga berakibat pada berkurangnya
daya tembus udara yang dapat mengurangi kenyamanan pakai kain, dan ini
menjadi penting terutama untuk produk-produk sandang.
Beberapa zat kimia yang dapat digunakan untuk menghasilkan efek tolak
air baik yang permanen ataupun semi-permanen antara lain adalah emulsi parafin
yang mengandung garam-garam aluminum (Ramasit K), emulsi parafin yang
mengandung garam-garam zirkonium (Pesristol E), senyawa N-metilol urea
dengan residu asam lemak tinggi (Persistol HP; asam lemak: C 17H35-CO-),
hidrogenmetil atau dimetil polisiloksan, dan senyawa fluorokarbon. Berbeda
dengan senyawa-senyawa tolak air lain, fluorokarbon juga memiliki kemampuan
untuk menolak minyak.
Dari pemahaman kita mengenai peristiwa dan teori pembasahan
permukaan bahan dapat disimpulkan bahwa pembasahan dapat dicegah dengan
cara menurunkan tegangan permukaannya, dan ini dapat dilakukan dengan cara
memodifikasi sifat permukaan bahan. Salah satu caranya adalah dengan melapisi
permukaan bahan dengan suatu lapisan film yang tegangan permukaannya lebih
rendah. Cara lain adalah dengan menempelkan secara tegak lurus molekul-
molekul pendek yang salah satu ujungnya memiliki gugus penolak air pada
permukaan bahan membentuk semacam bulu-bulu molekuler bersifat hidrofobik.
Dengan cara ini sifat-sifat mekanik seperti kelenturan dan kelemasan kain serta
daya tembus udara (yang berhubungan dengan kenyamanan pakai kain) tidak
terpengaruh. Baik lapisan film maupun bulu-bulu molekuler, keduanya
membutuhkan sifat hidrokarbon (dengan gugus-gugus yang memiliki tegangan
permukaan lebih rendah seperti =CH2, -CH3 atau rantai-rantai yang
diperfluorinasi) untuk menurunkan tegangan permukaan serat hingga mampu
menolak air.

III. METODELOGI PERCOBAAN


III.1 ALAT DAN BAHAN
III.1.1 Alat
1. Neraca analitik
2. Mesin padder
3. Mesin stenter
4. Gelas piala 500 ml
5. Pengaduk
6. Nampan
7. Simpai sulam
8. Alat Spray Tester

III.1.2 Bahan
1. Resin Elasguard DK-610
2. Air
3. Kain kapas putih

III.2 DIAGRAM ALIR

Persiapan alat dan bahan

Perhitungan kebutuhan zat

Proses Penyempurnaan Tolak Air


(Padding, WPU 70%)

Pengeringan

Evaluasi
- Uji siram (Spray Test)
III.3 SKEMA PROSES
WPU 70%
Drying

Rendam – Peras pada


larutan pelembut

III.4 RESEP
1. Resin Elasguard DK-610 = 10 g/l dan 30 g/l
2. Kebutuhan larutan = 100 mL
3. WPU = 70%
4. Suhu drying = 100°C, 2 menit

III.5 PERHITUNGAN RESEP


III.5.1 KAIN 1
10
1. Resin Elasguard DK-610 = x 100 = 1 gram
1000
III.5.2 KAIN 2
30
1. Resin Elasguard DK-610 = x 100 = 3 gram
1000

III.6 PENGUJIAN
1. PENGUJIAN UJI SIRAM (SPRAY TEST)
A. Tujuan
Untuk menghasilkan pola kebasahan pada permukaan kain dengan
kondisi tertentu.

B. Prinsip
Kain yang sudah dilakukan proses penyempurnaan tolak air dilakukan
uji siram agar mengahasilkan kain yang dapat menolak air. Dalam uji
siram dipakai siraman air yang berasal dari corong dengan lubang
penyiraman. Air disiramkan diatas contoh uji yang dipasang pada
lingkaran penyulam dan dipasang pada kedudukan miring 45 o dengan
bidang horizontal.
C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah:


 Alat uji siram
bahan yang digunakan adalah:
 Kain kapas

D. Cara Kerja

Pengujian dilakukan dengan meletakkan contoh uji pada lingkaran


penyulam kemudian diletakkan pada kayu penyangga dengan kedudukan
miring 45o. Dilakukan dengan penyiraman secara teratur 250 cm3 air
dengan suhu kamar kedalam corong penyiram. Setelah penyiraman
selesai, pemegang contoh diambil dan sisa air dibuang dengan memukul-
mukul tepi lingkaran penyulam sebanyak 6 kali pada benda yang keras.
Kemudian amati hasilnya dan bandingkan dengan standar penilaian uji
siram.

E. Evaluasi
Penilaian terhadap uji daya tolak air dilakukan dengan menggunakan
standar penilaian uji siram. Setelah kelebihan air selesai dibuang,
permukaan kain diamati secara visual dengan membandingkan peta air
yang tinggal pada permukaan kain dengan peta pada standar penilaian uji
siram.

Standar penilain uji siram bervariasi antara lain sebagai berikut :

Nilai 100 : Tidak ada air yang menempel atau membasahi permukaan
kain.

Nilai 90 : Terjadi sedikit pembasahan pada permukaan kain bagian atas.

Nilai 80 : Terjadi pembasaha pada permukaan kain bagian atas.

Nilai 70 : Terjadi pembasahan pada sebagian daerah permukaan kain


bagian atas.

Nilai 50 : Terjadi pembasahan pada seluruh permukaan kain bagian atas.


Niali 0 : Terjadi pembasahan pada seluruh permukaa kain bagan atas
dan bawah.

IV. HASIL DAN DATA PERCOBAAN


Tabel 1. Hasil dan Data Percobaan

NO. KAIN DATA PERCOBAAN

1. KAIN 1 KAPAS
(Elasguard DK-610 10
g/l)

Nilai uji siram = 80

2. KAIN 2 KAPAS
(Elasguard DK-610 30
g/l)

Nilai uji siram = 90

V. PEMBAHASAN
Prinsip tolak air adalah melapisi permukaan bahan dengan suatu lapisan film
yang tegangan permukaannya lebih rendah. Cara lain adalah dengan menempelkan
secara tegak lurus molekul-molekul pendek yang salah satu ujungnya memiliki gugus
penolak air pada permukaan bahan membentuk semacam bulu-bulu molekuler bersifat
hidrofobik.

Pada pengujian tolak air yang telah dilakukan, digunakan perbandingan variasi
konsentrasi penggunaan Elasguard DK-610 sebesar 10 g/l dan 30 g/l. Tolak air adalah
sifat serat, benang atau kain yang menolak pembasahan air. Kain bersifat tolak air
dapat ditembus udara dan uap air dan masih mungkin ditembus air dengan tekanan.
Hasil yang didapat dari perbandingan tersebut yaitu:
Hasil pengujian daya tolak air (water repellent) dengan uji siram pada kain
kapas di dapat bahwa ada pengaruh dari jumlah pemakaian konsentrasi Elasguard
DK-610 yang lebih tinggi, dimana menyebabkan permukaaan bahan tekstil tersebut
menjadi lebih besar, menyebabkan permukaan bahan lebih memiliki sifat tolak air
yang lebih baik.
Pada kadar 10 g/l sedikit menimbulkan sifat tolak air pada bahan, hal ini
mungkin disebabkan terlalu sedikitnya kadar zat yang digunakan, sehingga zat sedikit
berikatan dengan kain dan hasilnya kurang sempurna. Sedangkan pada konsentrasi 30
g/l memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada penggunaan konsentrasi 10 g/l. Hal ini
diketahui bahwa adanya proses kimia yang diberikan yaitu penambahan Elasguard
akan membentuk lapisan film pada permukaan bahan sehingga menyebabkan kain
dapat menolak air.
Selain itu pada permukaan kain dengan penambahan Elasguard DK-610 yang
lebih tinggi membentuk lapisan film pada saat proses pemanas awetan sehingga akan
bersifat lebih rapat, dimana lapisan film ini akan memiliki energi permukaan yang
sangat rendah, akibatnya penurunan tegangan permukaan kritis kain menjadi lebih
besar, sehingga sifat tolak air kapas tersebut meningkat.
Sehingga dari hasil pengujian tolak air dengan uji siram, pada konsentrasi
Elasguard DK-610 10 g/l nilai uji siram sebesar 80 yang berarti terjadi pembasahan
pada permukaan bahan, sedangkan pada konsentrasi 30 g/l nilai uji siram sebesar 90
yang berarti terjadi sedikit pembasahan pada permukaan bahan.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan data percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi resin tolak air (Elasguard DK-610) maka semakin tinggi
pula daya tolak air pada bahan tekstil dan semakin tinggi pula nilai uji siram.

DAFTAR PUSTAKA
S. Hendro Dyantopo., MMBAK, dkk., Teknologi Penyempurnaan. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil. Bandung. 1998.

Wibowo Moerdoko, dkk., Evaluasi Tekstil bagian Fisika. Institut Teknologi Teksti. Bandung.
1973.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1
PENYEMPURNAAN TOLAK AIR

Disusun oleh :

KELOMPOK : 1 (SATU)

GRUP : 2K2

ANGGOTA : RIKA NURYANAH (16020034)

AGUNG GUMILAR A. (16020038)

RESTI PUSPITA D. (16020054)

NOFIANA WDYA S. (16020056)

MUHAMAD ASEP M. (16020062)

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2017 / 2018

Anda mungkin juga menyukai