SNI 08-0294-1989
I. MAKSUD dan TUJUAN :
I. 1. Maksud
I.2. Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan ketahanan atau daya tolak air pada kain
terhadap pembasahan melalui siraman air.
II. TEORI DASAR :
Dalam hubungan antara air dan kain, banyak istilah yang kadang-kadang
membingungkan, misalnya istilah storm-proof dan shower-proof pada jas hujan. Oleh
karena itu sebelum dilakukan pengujian cara uji tahan air atau tolak air perlu
dibicarakan mengenai beberapa istilah dan definisi berikut ini:
Merupakan proses untuk melapisi kain dengan lemak, wax atau karet untuk mencegah
menyerapnya air kedalam kain. Penambahan zat anti air dapat dilakukan dengan
melapisi permukaan kain secara mekanis atau juga dapat secara reaksi antara serat
dan zat penyempurnaan. Sifat khusus dari kain anti air adalah daya tembus udara yang
rendah.
*. Daya tolak air (water – repellant)
Merupakan sifat kain untuk tidak menyebarkan butiran air keseluruh permukaan kain.
Karena kain yang anti air biasanya tidak tembus udara, maka sifatnya menjadi kurang
nyaman dipakai sebagai bahan pakaian.
Cara pengujian siram ini dapat digunakan pada semua jenis kain, baik yang tidak
maupun sudah melalui proses penyempurnaan tahan air atau tolak air. Dalam uji siram
dipakai siraman air yang berasal dari corong dengan lubang penyiraman.
Air disiramkan diatas contoh uji yang dipasang pada lingkaran penyulam dan dipasang
pada kedudukan miring 45oC terhadap bidang horizontal.
100 : Tidak ada air yang menempel atau yang membasahi permukaan kain.
90 : Terjadi sedikit pembasahan pada permukaan kain bagian atas.
80 : Terjadi pembasahan pada permukaan kain bagian atas yang terkena
siraman.
70 : Terjadi pembasahan pada sebagian daerah permukaan kain bagian atas.
0 : Terjadi pembasahan pada seluruh permukaan kain bagian atas dan
bawah
III. PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Peralatan
1. Gelas piala
1. Air suling
*. Memasang contoh uji berukuran 175 x 175 mm sebanyak 3 helai yang dikoondisikan
pada kelembaban relative 65 + 2% dan suhu 270C selama 4 jam sebelum pengujian.
*. Memasang simpai sulam pada dasr alat penguji sedemikian rupa sehingga bagian
muka kain berada dibagian paling atas.
*. Melakukan penyiraman pada kain contoh uji dengan menuangkan air sebanyak 250
ml kedalam corong pada alat penguji (25–30 detik).
Pengujian Siram
Sampel contoh
Uji siram
IV. DISKUSI :
Pada kain uji ini dilakukan pada 2 permukaan yaitu bagian permukaan atas
yang mengkilap dan pada bagian bawah yang kurang mengkilap. Hasilnya berbeda
yakni pada bagian atas nya bernilai 50 dan bawah 70. Pada uji ini dapat dilakukan
duplo atau dua kali pengujian namun apabila dari 2 kali pengujian tersebut hasil yang
didapatkan berbeda maka dapat dilakukan uji yang ketiga kalinya untuk memastikan
yang mana hasil yang sesuai. Nilai ini tidak boleh dirata-ratakan karena nilai pengujian
harus pasti.
Kain yang terbuat dari tenunan rapat jika dialirkan air maka air akan tetap dapat
berpenetrasi ketika air membasahi serat-seratnya namun pada kain khusus yang
seratnya telah disempurnakan tolak air, kain akan membiarkan tetap terkumpul
membentuk bola-bola air di permukaannya tanpa penetrasi. Ketahanan kain terhadap
air dapat dibagi : water resistant, water repellence dan water proof.
Pada hasil praktikum kain masih dapat terbasahi pada bagian atasnya baik sebagian
ataupun seluruhnya. Hal ini dipengaruhi oleh kombinasi kerapatan tenunan dan
keporosan benang. Kain yang lebih rapat akan mempunyai ketahanan terhadap air
tinggi maka pada umumnya kain tenun akan memberikan ketahanan terhadap
penetrasinya lebih baik daripada kain rajut. Selain itu perbedaan daya tolak air
dibedakan oleh jenis penyempurnaan (resin) yang digunakan dan tujuan akhir yang
diinginkan, misalnya untuk jas hujan digunakan resin karet.
V. KESIMPULAN :
Pengujian Siram :