Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERSIAPAN


PENYEMPURNAAN
PROSES SCOURING KAIN KAPAS METODE PAD-BATCHING
VARIASI KONSENTRASI NaOH, SCOURING AGENT, AIR
SADAH, Na2CO3, DAN WAKTU
Disusun Oleh

Fanny Astikasari

(15020009)

Fia Vabelia

(15020010)

M. Ihsan Damhury (15020016)


Paulina P. Anggita

(15020040)

Vina Anggie N.

(15020042)

Grup

: 2K1

Kelompok

: 1 (Satu)

Grup

: 2K1-2K2

Kelompok

: 1 (Satu)

POLITEKNIK STT TEKSTIL


BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
kehendak-Nyalah makalah Persiapan

Penyempurnaan

yang

berjudul

Proses

Scouring Kain Kapas Metode Pad-Batching Variasi Konsentrasi NaOH, Scouring


Agent, Air Sadah, Na2CO3, Dan Waktu dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Didalam makalah ini penyusun membahas materi Scouring (Pemasakan) dan
Hasil serta Pembahasan (Pengurangan Berat, Derajat Putih, dan Daya Serap).
Substansi yang terdapat dalam makalah ini disusun dari sumber cetak seperti buku
dan jurnal tekstil. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan para pembaca baik mahasiswa, dosen dan sebagainya mengenai,
persiapan penyempurnaan pada kain kapas juga sebagai bahan pembanding
dengan makalah lain yang memiliki kesamaan materi.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Praktikum Persiapan Penyempurnaan, Bapak M. Ichwan, AT, MS, Eng. yang telah
memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini dengan baik. Penyusun
mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan penyusun berharap diberikan kritikan dan saran yang membangun
demi terciptanya makalah yang lebih baik.
Dan pada akhirnya kepada Allah jualah penyusun mohon taufik dan hidayah,
semoga usaha ini mendapat manfaat yang baik, serta mendapat ridho Allah SWT.
Amin ya rabbal alamin.
Bandung, 22 Desember 2016
Penyusun,

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Scouring

merupakan

proses

yang

bertujuan

untuk

menghilangkan bagian dari komponen penyusun serat berupa minyakminyak, lemak, lilin, kotoran-kotoran yang tidak larut dan kotoran-kotoran
kain

yang

menempel

sehingga proses

pada

permukaan

selanjutnya

seperti

serat

dapat

dihilangkan,

pengelantangan,

pencelupan,

pencapan dan sebagainya dapat berhasil dengan baik.


Tujuan proses scouring pada praktikum ini yaitu untuk memperoleh
bahan tekstil yang bersih dari

kotoran alami dan kotoran luar sehingga

meningkatkan

pada seluruh

daya

serap

permukaan bahan secara

merata. Sedangkan pada serat batang adalah untuk menghilangkan gum


sehingga serat dapat dipisahkan dari bundel serat sebelum proses
pemintalan.
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang proses scouring pada kapas
dengan variasi konsentrasi NaOH, scouring agent, air sadah, Na2CO3, dan
waktu.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Apa yang dimaksud dengan proses scouring?


Apa yang dimaksud kapas ?
Bagaimana mekanisme scouring pada kapas?
Bagaimana variasi konsentrasi NaOH, scouring agent, air sadah,
Na2CO3, dan waktu ?

1.4 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini untuk menjelaskan :
a. Mengetahui pengertian scouring
b. Mengetahui pengertian kapas
c. Mengetahui proses scouring pada kapas
3

d. Mengetahui pengaruh variasi zat pada proses scouring kain kapas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kapas

Serat kapas tumbuh menutupi seluruh permukaan biji kapas. Dalam tiaptiap buah terdapat 20 biji kapas atau lebih. Serat mulai tumbuh pada saat
tanaman berbunga dan merupakan pemanjangan sebuah sel tunggal dari
epidermis atau selaput luar biji. Sel membesar sampai diameter maksimum dan
kemudian sel yang berbentuk silinder tersebut tumbuh yang mencapai panjang
maksimum.
Pada saat itu serat merupakan sel yang sangat panjang dengan dinding
tipis yang menutup protoplesma dan inti. Pada saat yang sama dengan
tumbuhnya serat, tumbuh juga serat-serat yang sangat pendek dan kasar yang
disebut linter. Lima belas sampai delapan belas hari berikutnya mulai masa
pendewasaan serat, dimana dinding sel makin tebal dengan terbentuknya
lapisan-lapisan selulosa dibagian dalam dinding yang asli. Dinding yang asli
disebut dinding primer dan dinding yang menebal pada waktu pendewasaan
disebut dinding sekunder. Pertumbuhan dinding sekunder tersebut berlangsung
terus sampai hari ke 45 sampai hari ke 75 atau satu dua hari sebelum buah
terbuka. Pada waktu serat dewasa, agar sel serat tetap bertahan dalam lapisan
epidermis. Serat selama pertumbuhan berbentuk silinder dan diameternya
kurang lebih sama di bagian tengah serat, agak membesar dibagian dasar dan
mengecil kearah ujungnya.

Ketika buah kapas terbuka uap air yang ada di dalam menguap, sehingga
serat tidak berbentuk silinder lagi. Dalam proses pengeringan ini dinding serat
mengerut, lumennya menjadi lebih kecil dan lebih pipih dan terbentuk puntiran
pada serat yang disebut konvolusi. Arah puntiran baik arah S maupun arah Z
dapat terjadi dalam satu serat. Jumlah putiran berkisan antara 50 sampai 100
per inci bergantung pada jenis, kondisi pertumbuhan dan pengeringan.

2.2.

Selulosa

Analisa serat kapas menunjukkan bahwa serat terutama tersusun atas


selulosa. Selulosa merupakan polimer linear yang tersusun dari kondensasi
molekul-molekul glukosa yang dihubung-hubungkan pada posisi 1 dan 4.
Derajad polimerisasi selulosa pada kapas kira-kira 10.000 dengan berat
molekul kira-kira 1.580.000. Dari rumus tersebut terlihat bahwa selulosa
mengandung tiga buah gugusan hidroksil satu primer dan dua sekunder pada
tiap-tiap unit glukosa. Dinding sekunder terdiri dari selulosa murni. Zat-zat lain
terdapat pada dinding primer dan sisa-sisa protoplasma didalam lumen. Dinding
primer juga mengandung banyak selulosa.
2.3.

Scouring (Pemasakan)
Suatu proses persiapan penyempurnaan tekstil berupa (impurities) dan
kotoran luar .Zat yang dapat digunakan dapat alkali, asam, sabun atau deterjen.
Proses ini dilakukan sesudah desizing sebelum bleaching, tetapi dapat juga
simultan dengan desizing dan bleaching. Untuk kain pada umumnya dilakukan
sesudah singeing.
Proses pemasakan (scouring) hanya dilakukan untuk serat - serat alam
karena serat sintetik relatif sudah dibuat bersih dan murni. Proses pemasakan
5

pada serat sintetik

bertujuan untuk menghilangkan emulsi minyak pelumas

pada benang. Pemasakan pada serat alam bertujuan untuk menghilangkan


bagian dari komponen penyusun serat berupa minyak-minyak, lemak, lilin,
kotoran-kotoran yang tidak larut dan kotoran-kotoran kain yang menempel pada
permukaan serat.
Bahan tekstil yang terbuat dari serat alam seperti selulosa dan protein
memiliki kandungan kotoran alami yang cukup tinggi, sedangkan bahan tekstil
dari serat sintetik umunya bersih, namun kadang masih terdapat kotoran luar
saat proses pembuatan benang atau kainnya. Tabel berikut menunjukan
kandungan kotoran berbagai jenis serat tekstil
Tabel 1. Kandungan Kotoran dalam Berbagai Jenis Serat
No

Jenis Bahan Tekstil

Kapas

Kotoran alami
Pektin, wax, protein,
minyak, debu,
senyawa organic.

Kotoran Luar
Oli mesin, zat
pelumas, debu.

Gum, lignin.

Idem.

3
4

Serat Batang (Rami,


Linen, dll)
Sutera
Wol

Serisin.
Minyak, keringat.

Serat sintetik

Idem.
Ranting, debu.
Oli mesin, zat anti
static, zat pelumas,
debu.

Pada dasarnya proses pemasakan serat-serat alam

dilakukan

dengan alkali seperti natrium hidroksida (NaOH), natrium carbonat (Na2CO3)


dan air kapur, campuran natrium carbonat dan sabun, amoniak dan lainlain. Sedangkan pemasakan serat buatan (sintetik) dapat dilakukan dengan
zat aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci (detergen). Pada
prinsipnya proses pemasakan serat kapas adalah dengan mendidihkan
bahan tekstil dengan larutan natrium hidroksida / soda kostik ( NaOH )
dengan konsentrasi tertentu selama waktu dan temperatur tertentu. lustrasi
yang terjadi pada proses pemasakan (scouring process): Soda kostik
mengekstraksi pektin, wax, protein, abu dan kotoran organik lainnya dengan
jalan saponifikasi dan diemulsikan menjadi bentuk yang larut dalam air
dengan bantuan detergen/ sabun yang mempunyai daya pendispersi yang
6

kuat. Proses pemasakan/ scouring ini sangat diperlukan untuk mendapatkan


daya serap kain yang baik.
Mekanisme proses pemasakan adalah menyabunkan kotoran berupa
lemak, oli, serisin, gum sehingga dapat larut dalam air serta melepaskan
kotoran akibat efek detergensi dari larutan pemasakan dan gerakan
mekanik yang diberikan pada bahan. Oleh karena itu proses pemasakan
sangat dipengaruhi oleh:

Pemilihan

zat

pemasakan

dan

zat

pembantu

serta

konsentrasi yang digunakan

Kondisi proses (suhu, waktu, pH)

Air Proses

Metoda Proses

Pemasakan dapat dilakukan secara proses tersendiri maupun


dilakukan simultan dengan proses penghilanagn kanji dan pengelantangan.
Untuk bahan dengan kandungan kotoran yang tinggi sebaiknya dilakukan
secara terpisah (serat-serat alam), sedangkan untuk bahan yang terbuat
dari serat sintetik atau serat campuran biasanya dilakukan proses simultan.
2.2.1

Penggolongan proses Pemasakan


Ditinjau dari sistem yang digunakan, proses pemasakan dapat

digolongkan menjadi 2 macam, yaitu pemasakan sistem tidak kontinyu


(discontinue) contohnya pemasakan dengan bak, mesin jigger, mesin
haspel, mesin clapbau, mesin kier ketel dan pemasakan sistem kontinyu
(continue) contohnya pemasakan dengan mesin J-Box, L-Box.
Sedangkan kalau ditinjau dari tekanan mesin yang digunakan,
proses pemasakan dibagi menjadi 2 macam, yaitu pemasakan tanpa
tekanan misalnya menggunakan bak, mesin jigger, haspel, Clapbau, J-Box
dan L-Box dan pemasakan dengan tekanan, misalnya menggunakan
mesin kier ketel, jigger tertutup.

Kotoran-kotoran luar, sisa daun, sisa biji dapat dihilangkan secara


mekanik pada meisn-mesin tertentu dengan menggunakan alkali kuat.

2.2.2

Tahap proses Pemasakan

Pada dasarnya proses pemasakan terbagi pada 2 tahap :


a. Tahap Saponifikasi (Boiling Off)
Tahap ini untuk menghilangkan zat zat hidrofobik yang menghalangi
proses selanjutnya seperti pektin, wax, protein, abu dan kotoran
organik lainnya.
b. Tahap Pemasakan (Scouring)
Tahap ini untuk melepaskan hasil saponifikasi kotoran dari serat
berupa penyabunan.Pembentukan sabun dalam pemasakan sangat
dipengaruhioleh kesadahn air dan kandungan mineral.
Pada proses pemasakan bahan dari serat kapas terjadi hal-hal sebagai
berikut :

Safonifikasi minyak menjadi garam-garam larut.


Protein akan pecah menjadi asam amino asam amonia.
Mineral-mineral dilarutkan
Kotoran-kotoran lain disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.
Zat-zat penguat yang terdapat pada serat akan terlepas.
Kotoran-kotoran yang disuspensikan oleh sabun yang
terbentuk.

Jadi dalam proses pemasakan kita memerlukan soda kostik (NaOH)


ntuk

saponifikasi,

scouring

agent

(deterjen)

sebagai

pembasah,

pendispersi dan pengemulsi kotoran hasil reaksi serta squestering agent


untuk melunakkan air proses pemasakan.
Logam alkali tanah (Ca, Mg) dan logam berat (Fe, Cu) dalam bahan
atau dalam air akan membenruk ikatan komplek dengan NaOH
sehinmgga mengurangi efektifitas kerja sabun. Juga Hidroksil dan pektin
dapat terikat dalam garam2 dalam air membentuk endapan dan endapan
pektin brikatan dengan kapas melalui ikatan hydrogenbertujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran serat kapas yang berupa : minyak, lilin
(wax) , debu, knitting oil (oli rajut ), dan kotoran lain yang menempel pada
8

kain. Kotoran serat ini dapat menghalangi penyerapan serat pada proses
selanjutnya.
2.2.3

Zat-zat Scouring
Pada dasarnya proses pemasakan serat-serat alam dilakukan

dengan alkali seperti natrium hidroksida (NaOH), natrium carbonat


(Na2CO3) dan air kapur, campuran natrium carbonat dan sabun, amoniak
dan

lain-lain. Sedangkan

pemasakan

serat

buatan

(sintetik) dapat

dilakukan dengan zat aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci


(detergen).
Pada proses pemasakan bahan dari serat kapas terjadi hal-hal
sebagai berikut :
1. Safonifikasi minyak menjadi garam-garam larut.
2. Pektin dan pektosa berubah menjadi garam-garam yang larut.
3. Protein akan pecah menjadi asam amino asam amonia.
4. Mineral-mineral dilarutkan
5. Minyak-minyak yang tidak tersafonifikasi diemulsikan oleh sabun
yang terbentuk.
6. Kotoran-kotoran lain disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.
7. Zat-zat penguat yang terdapat pada serat akan terlepas.
8. Kotoran-kotoran yang disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.
9. Kotoran-kotoran luar, sisa daun, sisa biji dapat dihilangkan secara
mekanik pada mesin-mesin tertentu dengan menggunakan alkali kuat.

BAB III Metodologi Percobaan


3.1 Bahan
3.2 Metoda

10

BAB IV Hasil dan Pembahasan

11

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

12

Anda mungkin juga menyukai