Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN PEMBERIAN EFEK

KREPING PADA KAIN KAPAS DENGAN VARIASI WAKTU

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan dengan
Dosen Pengampu:
1. Wulan S.,S.ST,M.T
2. Brilyan M. R. R.,SST.

3. Lestari W.,S.Pd,M.Tr.

oleh/kelompok 4 : (2K2)
22420037 Muhamad Rizki Nugraha

22420042 Sharfina Renata Alfilail


22420048 Nisa Choerotul Fadhillah
22420051 Hana Masita Usman

22420052 Anugerah Krisnatalia Rahayu

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 2


1.1 Maksud dan Tujuan ............................................................................................... 3
1.1.1 Maksud ............................................................................................................ 3
1.1.2 Tujuan ............................................................................................................. 3
1.2 Dasar Teori............................................................................................................. 3
1.2.1 Serat Kapas ..................................................................................................... 3
1.2.2 Kreping ........................................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................. 6
PERCOBAAN ................................................................................................................. 6
2.1. Alat dan Bahan...................................................................................................... 6
2.2 Resep ...................................................................................................................... 6
2.2.1 Resep Pasta Kreping ....................................................................................... 6
2.2.2 Resep Penetralan ............................................................................................. 6
2.2.3 Resep Pencelupan ........................................................................................... 6
2.2.4 Resep Pencucian ............................................................................................. 7
2.3 Fungsi Zat .............................................................................................................. 7
2.4 Skema Proses ......................................................................................................... 7
2.4.1 Skema Proses Kreping .................................................................................... 7
2.4.2 Skema Proses Pencelupan .............................................................................. 7
2.5 Diagram Alir .......................................................................................................... 8
...................................................................................................................................... 8
2.6 Data Percobaan ...................................................................................................... 8
BAB III........................................................................................................................... 10
DISKUSI ........................................................................................................................ 10
KESIMPULAN .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
Memahami dan mengetahui pengaruh variasi waktu pada proses pemberian efek kreping.
1.1.2 Tujuan
- Memberikan efek mengkerut (kreping) pada kain kapas menggunakan pasta
kreping.
- Meningkatkan absorbsi kain kapas terhadap air, dan zat warna

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang tergolong
ke dalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan dari rambut biji
tanaman yang termasuk ke dalam jenis Gossypium. Serat kapas merupakan sumber bahan baku
utama pembuat kain katun. Bentuk penampang membujur pada serat kapas adalah pipih seperti pita
terpuntir ke arah panjang.

Penampang membujur serat kapas

Bentuk dan ukuran penampang melintang serat kapas dipengaruhi oleh tingkat kedewasaan
serat yang dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel. Semakin dewasa serat, dinding selnya akan
semakin tebal. Untuk menyatakan kedewasaan serat dapat digunakan perbandingan antara tebal
dinding dengan diameter serat. Serat dianggap dewasa apabila tebal dinding lebih dari lumennya.
Adapun sifat-sifat serat kapas:
a. Sifat Fisika
- Warna serat kapas biasanya sedikit krem, karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan
kotoran.
- Kekuatannya dalam keadaan basah tinggi karena serat kapas menggembung membentuk
silinder, diikuti dengan naiknya derajat orientasi, sehingga distribusi tegangan lebih rata dan
kekuatan serat naik.
- Mulur berkisar antara 4-13% tergantung pada jenisnya, dnegan mulur rata-rata 7%.
- Kandungan uap air (moisture regain) memiliki afinitas yang besar terhadap air dan air juga
mempunyai pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Pada kondisi standar moisture regain
kapas berkisar 7-8,5%.
b. Sifat Kimia
- Tahan penyimpanan dan pengerjaan proses dengan kondisi normal.
- Tidak tahan terhadap pengerjaan dengan menggunakan oksidator, akan terjadi oksiselulosa.
- Tidak tahan terhadap asam karena akan mengakibatkan hidroselulosa. Asam-asam kuat akan
mengakibatkan degradasi dengan cepat sedangkan asam yang encer yang dibiarkan
mengering pada serat akan mengakibatkan kekuatan menurun.

1.2.2 Kreping
Yang dimaksud dengan penyempurnaan krep adalah membuat kain menjadi tidak rata
(berkeriput), atau krep merupakan pemberian efek tekstur terhadap kain alami dan sintetis. Benang
dengan puntiran tinggi memiliki kecenderungan besar untuk terbuka dan puntirannya bila
dibebaskan dari penahanya, akan tetapi bila kedua ujung benang tersebut dipegang, sehingga
pembukaan puntiran tidak dapat berlangsung sempurna, lalu saling didekatkan maka akan terbentuk
gelungan-gelungan (loops) kecil di sepanjang benang akibat dari gaya torsional benang yang semula
bertahan dan kemudian terbebaskan saat kedua ujung benang didekatkan. Kecenderungan
pembukaan puntiran pada benang atau energi torsionalnya sangat ditentukan oleh derajat
puntirannya, sehingga semakin tinggi puntiran suatu benang maka semakin besar pula
kecenderungannya untuk terbuka dari puntiran. Pada benang yang terbuat dari serat hidrofil
kecenderungan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh sifat penggelembungannya pada pembasahan,
semakin besar penggelembungan seratnya semakin besar pula kecenderungan benang untuk terbuka
dari puntirannya.
Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan mengakibatkan mengkeret kain
kearah lebarnya, akan tetapi karena pembukaan puntiran benang tertahan oleh pinggiran kain, maka
energi puntiran benang beralih dan terpakai untuk membentuk gelungan-gelungan seperti yang telah
dijelaskan diatas. Mengingat bahwa benang pada
kain tersusun dalam suatu anyaman tertentu maka pembentukan gelungan tidak dapat
berlangsung sempurna sehingga menimbulkan suatu efek gelombang atau riak pada permukaan
kain yang dikenal dengan istilah krep (crepe). Dengan demikian prinsip penyempurnaan krep
adalah mengkeret benang dengan puntiran tinggi dan kecenderungan untuk terbuka dari
puntirannya, serta didasarkan pada sifat penggelembungan serat. Berdasarkan prinsip ini maka
serat dengan penggelembungan besar di dalam air sangat baik bagi pembuatan benang ataupun
krep. Selulosa yang diregenerasi banyak dipilih untuk proses ini karena penggelembungannya
yang besar didalam air (dalam keadaan basah serat rayon memiliki volume dua kali daripada
volumenya dalam keadaan kering absolut).
Penyempurnaan Krep untuk Kapas
Pada praktikum kali ini dilakukan penyempurnaan krep pada kain kapas. Pada dasarnya
ada 2 cara untuk membut kain krep kapas yaitu:
• Membuat kain dengan benang-benang kredp/yang mempunyai antihan tinggi. Pada cara
ini efek krep yang terjadi tergantung dari relaksasi antihan benang.
• Penggunaan suatu zat/reagen yang dapat meyebabkan penggelembungan serat kapas.

Cara kedua/cara kimia dilakukan dengan cara penggelembungan serat oleh suatu
larutan zat/reagen. Cara ini banyak dilakukan pada kain kapas dengan menggunakan larutan
penggelembung seperti larutan kaustik soda, asam sulfat, seng khlorida atau lainnya. Metoda
ini terutama dipakai pada pencapan untuk menghasilkan efek pola yang disebut efek berkerut
efek Crepon. Kain kapas biasanya dicap dengan pola bergaris dengan luas permukaan cap
±50%, yang menggunakan pasta cap dari larutan NaOH 28°-30° Be. Pada perendaman dalam
air, bagian kain yang dicap akan mengkerut dan akan menyebabkan bagian kain lainnya kusut,
sehingga menimbulkan efek berkerut-kerut pada permukaan kain.
Pemberian efek krep yaitu dengan cara menontakkan natrium hidroksida dengan kain
kapas yang sudah dimotif. Natrium hidroksida/soda kaustik membuat kapas menyusut dan
bagian kain lainnya yang tidak berkontak dengan soda kaustik akan berkerut. Kain krep yang
terbuat dari benang yang sangat dipilin menunjukkan berbagai struktur keriput. Kain tersebut
diproduksi dengan menggunakan:
1. Benang pengisi yang dipilin keras
2. Perlakuan kimia
3. Turunan krep
4. Emboss
BAB II
PERCOBAAN
2.1. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Rakel Air
Screen Tapioka
Stopwatch Kain kapas
Mesin stenter NaOH flakes
Sarung tangan CH3COOH 30%
Batang pengaduk Na2CO3
Gelas ukur 100 ml
Timbangan digital
Gelas kimia 500 ml
Kertas HVS yang sudah diberikan motif

2.2 Resep
2.2.1 Resep Pasta Kreping
NaOH flakes = 20 gram
Kanji = 5 gram
Waktu = variasi 15 menit, 30 menit, dan 45 menit

2.2.2 Resep Penetralan


CH3COOH 30% = 1 cc/l
Suhu = ± 30°𝐶 (suhu ruang)
Waktu = 10 menit

2.2.3 Resep Pencelupan


Zat warna reaktif dingin = 1%owf
Na2CO3 = 1 g/L
Vlot = 1:20
Suhu = ± 30°𝐶 (suhu ruang)
2.2.4 Resep Pencucian
Pembasah = 1 ml/l
Na2CO3 = 1 g/l
Vlot = 1:20
Suhu = 90°𝐶
Waktu = 10 menit

2.3 Fungsi Zat


NaOH flakes = menggembungkan serat kapas sehingga terbentuk efek
kreping pada serat
CH3COOH 30% = menetralkan kain agar tidak ada NaOH yang tersisa
Kanji = sebagai medium saat proses pemberian efek kreping
Zat warna reaktif dingin = memberikan warna pada serat kapas
Pembasah = untuk menurunkan tegangan permukaan serat
Na2CO3 = untuk fiksasi zat warna reaktif dingin

2.4 Skema Proses


2.4.1 Skema Proses Kreping

2.4.2 Skema Proses Pencelupan


2.5 Diagram Alir
Membuat desain pada kertas HVS kemudian
lubangi sesuai dengan desain

Melarutkan NaOH flakes dan tapioka pada tempat


yang berbeda kemudian dicampurkan sambil diaduk
sampai didapat viskositas yang diperlukan

Menempelkan kertas desain pada kasa kemudian


ratakan pasta kreping menggunakan rakel

Mendiamkan sesuai dengan variasi waktu kemudian


dinetralkan menggunakan CH₃COOH selama 15
menit

Mengeringkan kain pada mesin stenter kemudian


dicelup menggunakan zat warna reaktif

Mencuci dengan air panas kemudian dikeringkan


lagi

Proses selesai dan lakukan evaluasi

2.6 Data Percobaan

No. Variasi Hasil Efek Kerut Ketuaan

1. 15 menit Sedikit Warna tua


mengkerut
2. 30 menit Mengkerut Warna
muda

3. 45 menit Sedikit Warna


mengkerut sedikit tua
BAB III
DISKUSI
Pada praktikum penyempurnaan krep/pemberian efek kreping (mengkerut) kali ini
dilakukan dengan cara penggunaan suatu zat/reagen yaitu NaOH yang dapat meyebabkan
penggelembungan pada serat kapas. Lalu variasi yang digunakan yaitu variasi lama waktu
kontak, yaitu 15 menit, 30 menit, dan 45 menit. Kemudian setelah proses pemberian efek
kreping selesai, dilanjutkan dengan proses pencelupan menggunakan zat warna reaktif sebagai
proses evaluasi. Sehingga didapatkan data pengamatan sebagai berikut:

No Variasi Waktu Efek Kerut Ketuaan Warna

1 15 menit Sedikit Mengkerut Warna Tua

2 30 menit Mengkerut Warna Muda

3 45 menit Sedikit Mengkerut Warna Sedikit Tua

Dari data hasil diatas didapatkan bahwa titik optimum lama waktu kontak untuk kreping
yaitu pada 30 menit, dimana terjadi peningkatan efek mengkeret dari variasi sebelumnya (15
menit) yang sedikit mengkeret. Namun, pada variasi selanjutnya (45 menit) terjadi penurunan
efek mengkeret. Hal ini berarti lama waktu kontak pada proses kreping harus diperhatikan,
dimana tidak bagus jika lama waktu kontaknya terlalu sebentar karena efek mengkerut yang
ditimbulkan belum mencapai titik optimun, ataupun lama waktu kontak terlalu lama karena
akan menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang nantinya berpengaruh terhadap ketuaan warna
yang didapatkan setelah proses pencelupan/evaluasi.

Setelah itu, dilakukan proses pencelupan dengan zat warna reaktif sebagai proses
evaluasi untuk melihat berapa banyak warna yang terserap pada kain yang diberi efek kreping.
Hal ini berarti efek kreping/kreping mempengaruhi penyerapan zat warna. Pada variasi 15
menit didapatkan warna yang tua diantara variasi selanjutnya (35 menit dan 45 menit) yang
mengalami penurunan ketuaan warna, hal ini disebabkan karena NaOH yang merupakan alkali
kuat bisa menggelembungkan serat selulosa/kapas untuk meningkatkan penyerapan zat
warna/zat kimia, namun jika lama kontak NaOH dengan serat terlalu lama akan menyebabkan
oksiselulosa.
Selain itu, hal yang mempengaruhi pada proses pemberian efek
kreping/mengkerut lainnya adalah viskositas pengental yang digunakan. Pada variasi 15 menit,
viskositas pasta pengental kreping sangat tinggi sehingga terbentuk sedikit
gumpalan/menggumpal, hal ini menyebabkan ketidakrataan masuknya pasta pada kain karena
sulit menyerap ke dalam serat. Sehingga pada kain variasi 15 menit didapatkan hasil akhir
bahwa warna tercelup paling tua pada bagian dekat dengan posisi awal rakel (posisi atas)
kemudian terbentuk gradasi sampai akhirnya warna celupannya menjadi pudar.

Pada variasi 30 dan 45 menit, viskositas pasta kreping cukup, tidak terlalu kental
ataupun terlalu encer sehingga hal ini menyebabkan masuknya pasta pada kain sangat rata dari
awal sampai akhir posisi rakel. Sehingga hasil pencelupan rata dan tidak belang. Perbedaan
viskositas pasta kreping ini bisa terjadi karena proses pengadukan saat pencampuran larutan
NaOH dan larutan kanji berada di waktu yang berbeda sehingga kekentalan yang dihasilkan
tidak konsisten dan cenderung berubah-ubah.
KESIMPULAN
Dari praktikum pemberian efek kreping/mengkerut pada kain kapas dengan variasi
waktu diatas, dapat disimpulkan bahwa kain kapas yang dikerjakan dalam waktu 30 menit
menghasilkan efek kreping/mengkerut yang paling optimal. Hal ini ditunjukkan dengan
frekuensi efek kerut yang lumayan banyak dibandingkan dengan variasi 15 menit dan 45 menit
yang sedikit mengkerut.
DAFTAR PUSTAKA
• Soeparman, N.M Surdia, Budiarti, dan Hendrodyantopo. 1977. Teknologi
Penyempurnaan Tekstil. Institut Teknologi Tekstil.
• Htike HH, dkk. (2015). Effect of Crepe Texture on Tensile Properties of Cotton Fabric
under Varied Relative Humidity, Journal Textile Science & Engineering.
• Htike HH. (2016). Structure and physical property of Cotton-crepe fabric under varied
relative humidity., Kyoto Institute of Technology Advanced Fibro Science
Departement.
BAB II
PERCOBAAN
2.1. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Rakel Air
Screen Tapioka
Stopwatch Kain kapas
Mesin stenter NaOH flakes
Sarung tangan CH3COOH 30%
Batang pengaduk Na2CO3
Gelas ukur 100 ml
Timbangan digital
Gelas kimia 500 ml
Kertas HVS yang sudah diberikan motif

2.2 Resep
2.2.1 Resep Pasta Kreping
NaOH flakes = 400 g/kg
Kanji = 2-4%
Waktu = variasi 15 menit, 30 menit, dan 45 menit

2.2.2 Resep Penetralan


CH3COOH 30% = 1 cc/l
Suhu = ± 30°𝐶 (suhu ruang)
Waktu = 10 menit

2.2.3 Resep Pencelupan


Zat warna reaktif dingin = 1%owf
Na2CO3 = 1 g/L
Vlot = 1:20
Suhu = ± 30°𝐶 (suhu ruang)

Anda mungkin juga menyukai