Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH COANTING PADA KAIN KAPAS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan


2 dosen pengampu Sukirman, S.ST., MIL.

Oleh

Elis Fuji Astuti (18020030)


Elok Septiana Atnes R. (18020032)
Fahmi Yahya Mahendra (18020033)
Hilda Pramesty Widana (18020041)

Kelompok 4

3K2

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga

makalah yang berjudul “Pengaruh Coanting Pada Kain Kapas” dapat terselesaikan.

Dalam pembuatan makalah ini, terdapat tujuan antara lain untuk memberikan wawasan

kepada pembaca mengenai pengaruh penyempurnaan coating pada kain kapas

metode 1 muka terhadap kekakuan kain. Dengan begitu kita dapat mengetahui apa saja

yang dapat diperoleh dari penyempurnaan coating pada kain kapas metode 1 muka

terhadap kekauan kain.

Tentunya makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari pihak lain. Untuk itu,

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada bapak Sukirman, S.ST.,

MIL, selaku dosen mata kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 2 atas saran

dan bimbingannya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak dan

pembaca tidak sungkan untuk memberikan masukan berupa saran yang

membangun. Karena penulis sadar bahwa makalah ini belum sempurna

sebagaimana mestinya.

Bandung, 24 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Maksud dan Tujuan............................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
DASAR TEORI.................................................................................................................5
2.1. Penyempurnaan Coating.....................................................................................5
1. Pelapisan Kain....................................................................................................6
2. Zat Pelapis..........................................................................................................6
3. Proses Pelapisan.................................................................................................6
4. Kekuatan Tarik dan Sobek Kain yang Mengalami Penyempurnaan Pelapisan...7
2.2. Serat Kapas.........................................................................................................8
BAB III............................................................................................................................17
METODE PENELITIAN.................................................................................................17
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................17
3.2 Diagram Alir ...................................................................................................17
3.3 Skema Proses...................................................................................................18
3.4 Resep................................................................................................................18
3.5 Fungsi Zat.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu industri

unggulan nasional yang prospektif untuk dikembangkan. Di kawasan

Asean, tekstil adalah salah satu dari 12 produk prioritas harmonisasi

standar. Di masa mendatang, tekstil dan produk tekstil tersebut tetap

menjadi sektor industri yang penting.

Produk teksil mengalami kenaikan penjualan yang paling utama adalah

kain. Kain adalah salah satu produk yang dihasilkan dari industri tekstil. Kain

tersebut memiliki jenis yang beragam sesuai dengan fungsi yang diinginkan

oleh konsumen, baik untuk kebutuhan sandang, sanitasi, kesehatan,

kosmetika, ataupun kebutuhan lainnya.

Sebelum diperjual belikan kepada konsumen perlu dilakukan proses

penyempurnaan, yang bertujuan untuk menyempurnakan baik dalam segi

kenampakan dan fungsi dari kain tersebut. Salah satunya adalah proses

penyempurnaan coating. Bertujuan untuk mendapatkan sifat tidak tembus

air sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar jas hujan, jaket, tas,

parasut dan lain – lain.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diperoleh :

1. Bagaimana proses coating pada kain kapas ?


2. Bahan apa saja yang diperlukan dalam proses coating pada kain

kapas ?

1.3 Maksud dan Tujuan


1.3.1 Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

cara praktikum penyempurnaan coating pada kain kapas metode 1

muka.

1.3.2 Tujuan percobaan ini adalah Mengetahui pengaruh penyempurnaan

coating pada kain kapas metode 1 muka terhadap kekakuan kain.


BAB II

DASAR TEORI

2.1. Penyempurnaan Coating

Proses penyempurnaan coating bertujuan untuk mendapatkan sifat

tidak tembus air sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar jas

hujan, jaket, tas, parasut dan lain – lain.

1. Pelapisan Kain

Pelapisan adalah proses pemberian lapisan tipis pada kain yang

bertujuan untuk merubah sifat fisik dari permukaan kain tersebut.

Perubahan fisik dari permukaan kain yang diharapkan dengan

proses pelapisan adalah menggurangi perembesan air dengan cara

menutup pori – pori kain dengan zat pelapis yang bersifat hidrofob.

2. Zat Pelapis

Zat pelapis merupakan molekul besar seperti jaringan jala yang

melapisi permukaan kain sehingga kain dapat memiliki sifat antara

lain : tidak tembus air, sedikit menyerap air, dan sukar dibasahi

atau mempunyai sifat tolak air. Zat – zat yang biasa digunakan

untuk pelapis adalah polimer tinggi yang berasal dari poliaktrilat,

poliuretan, polivinil alcohol (PVA), dan polivinil klorida (PVC).

3. Proses Pelapisan

Proses pelapisan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Perendaman atau impregnasi.


b. Pelapisan permukaan, meliputi :

 Proses pelapisan kering (hot calendar coating process)

 Cara ekstrusi

 Proses pelapisan basah, yaitu untuk zat – zat pelapis yang

mengandung pelarut.

4. Kekuatan Tarik dan Sobek Kain yang Mengalami

Penyempurnaan Pelapisan

Penyempurnaan pelapisan berpengaruh terhadap kekuatan tarik dan

kekuatan sobek kain.Dari beberapa penelitian yang dilakukan

dengan mempergunakan zat pelapis dari jenis yang berbeda,

didapatkan nilai kekuatan tarik dan kekuatan sobek yang bervariasi.

Kekuatan tarik dan kekuatan sobek kain mengalami kenaikan pada

penyempurnaan pelapisan menggunakan zat pelapis yang bersifat elastis

seperti karet alam dan poliuretan. Kenaikan ini disebabkan karena

pelapisan pada permukaan kain maka benang – benang yang membentuk

kain tersebut seolah – olah menjadi bersatu satu sama lainnya sehingga

struktur dan ikatan antar benang akan semakin kuat. Tebal pelapisan juga

berpengaruh terhadap kekuatan tarik dan kekuatan sobek kain.semakin

banyak pelapisan yang dilakukan maka lapisan zat pelapis akan semakin

tebal sehingga secara keseluruhan kekuatan tarik dan kekuatan sobek

kain semakin besar pula.

Pada beberapa penyempurnaan pelapisan dihasilkan penurunan kekuatan

tarikdan kekuatan sobek kain. hal ini disebabkan karena adanya

penurunan derajat orientasi serat kain pada saat pemanasawetan. Selain


itu, penggunaan zat pelapis yang bersifat kaku dan getas juga dapat

menurunkan kekuatan tarik dan kekuatan sobek kain.

2.2. Serat Kapas


Serat yang digunakan pada penyempurnaan kreping ini adalah

serat kapas, yang merupakan serat selulosa. Serat selulosa bila dilihat

dalam struktur secara kimia memiliki kelarutan terhadap air karena

memiliki gugusan hidroksil.

Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul

1.580.000. Selulosa mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus

promer dan 2 gugus sekunder. Selulosa terdapat pada dinding primer

dan dinding sekunder.

1) Pektin

Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi dan

mempunyai struktur molekul seperti selulosa. Terutama terdiri dari

susunan linier asam d-galakturonat dalam garam-garam kalsium

dan besi yang tidak larut. Selulosa pecah menjadi glukosa, tetapi

pektin terurai menjadi galaktosa, pentosa, asam poligalakturonat,

dan metil alkohol.

2) Zat-zat yang mengandung protein

Diperkirakan bahwa zat-zat ini merupakan sisa-sisa protoplasma

yang tertinggal di dalam lumen setelah selnya mati ketika buah

membuka.
3) Lilin

Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-serat

kapas mentah. Lilin seluruhnya melelh pada dinding primer.

4) Abu

Abu timbul kemungkinan karena adanya bagian-bagian daun, kulit

buah, dan kotoran-kotoran yang menempel pada serat. Abu tersebut

mengandung magnesium, kalsium, atau kalium karbonat, fosfat,

atau klorida, dan garam-garam karbonat yang merupakan bagian

terbesar.

Serat kapas mempunyai karakter-karakter sebagai berikut :

1) Morfologi serat

a. Penampang Membujur

Bentuk membujur serat kapas adalah pipih seperti pita terpilin.

Terdiri dari bagian-bagian :

 Dasar

Berbentuk kerucut yang selama masa pertumbuhan serat,

tertanam di antara sel-sel epidermis.

 Badan

Merupakan bagian utama serat kapas yang mempunyai diameter

sama, berdinding tebal, dan mempunyai lumen.


 Ujung

Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan mengecil, dengan

sedikit konvolusi dan juga memiliki lumen.

b. Penampang

Melintang

 Kutikula

Kutikula merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin,

pektin, dan protein, yang tahan air, dan melindungi bagian

dalam serat.

 Dinding primer

Merupakan dinding sela yang asli yang mengandung selulosa,

pektin, protein, dan zat yang mengandung lilin. Selulosa ini

berbentuk benang-benang yang sangat halus ataau fibril yang

susunannya membentuk spiral dengan sudut 65-70O mengelilingi

sumbu serat.
 Lapisan antara

Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan

strukturnya sedikit berbeda dengan dinding primer maupun

sekunder.

 Dinding sekunder

Merupakan lapisan-lapisan selulosa yaitu fibril-fibril yang

membentuk spiral dengan sudut 20-30o mengelilingi sumbu

serat.

 Lumen

Merupakan ruang kosong di dalam serat yang bentuk dan

ukurannya berbeda untuk tiap serat. Lumen berisi zat-zat pada

sisa protoplasma yang sudah kering dengan komposisi

terbesarnya adalah nitrogen.

2) Dimensi serat

a. Panjang

Perbandingan panjang dan diameter serat kapas pada umumnya

bervariasi dari 1000:1 sampai 5000:1

b. Diameter
Diameter asli serat kapas yang masih hidup relatif konstan. Tetapi

tebal dinding sel sangat bervariasi dan hal ini menimbulkan variasi

yang besar dalam hal ukuran dan bentuk karakteristik irisan

melintang.

3) Sifat Fisika

a. Warna

Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit

berwarna krem. Pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran

dapat menyebabkan warna keabu-abuan. Sedangkan jamur dapt

mengakibatkan warna puih kebiru-biruan yang tidak hilang dalam

pemutihan.

b. Kekuatan

Kekuatan serat per bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per

inci persegi. Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.

c. Mulur

Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%

d. Keliatan (toughness)

Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu

benda untuk menerima kerja.

e. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau

perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.

f. Moisture Regain (MR)

MR serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%

g. Berat Jenis

Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56

h. Indeks Bias

Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan

yang tegak lurus adalah 1,53

4) Sifat Kimia

Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa,

yaitu :

 Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian

normal.

 Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.

 Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam

encer.

 Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang

menyebabkan penggelembungan serat.


 Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.

 Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan

hangat.

Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu

menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu

menarik gugus hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat yang

memiliki banyak gugus hidroksil akan lebih mudah menyerap air.

Maka akan dengan mudahnya molekul-molekul air terserap kedalam

serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat mudah dicelup.

Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi

penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal, tetapi

beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan

dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan dengan oksidasi karena

terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan

yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab, atau pemanasan

yang lama dalam suhu diatas 1400C. Asam-asam menyebabkan

hidrolisa ikatan-ikatan glukosa dalam rantai selulosa membentuk

hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degradasi cepat. Alkali

mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali alkali kuat akan

dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar

pada serat.

Penampang melintang dari serat berbahan kapas ini yang

merupakan salah satu serat alam yang paling banyak digunakan,


memiliki bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk

penampang melintang seperti itu membuat hasil pencelupannya

memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu

memberikan daya penutup kain yang lebih besar.

Gambar skema dari struktur molekul serat selulosa

Struktur molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang

merupakan pengulangan dari β-anhidroglukosa. Pada serat kapas

diatas memiliki gugus hidroksil (-OH) yang memberikan sifat

kelarutan didalam air. Meskipun demikian, selulosa yang banyak

mengandung gugus hidroksil dapat bersifat tidak larut didalam air. Hal

tersebut dimungkinkan karena berat molekul selulosa yang sangat

besar, juga karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul selulosa

yang mempersukar kelarutan selulosa didalam air.

Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil

dari molekul lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal

tersebut membuat serat yang mengandung banyak gugus hidroksil

akan mudah menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture

regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam


serat, menyebabkan serat mudah dicelup. Pereaksi-pereaksi oksidasi,

asam dan alkali kuat dengan disertai oksigen dari udara pada

umumnya akan menyerang bagian atom oksigennya dan

memutuskannya, sehingga panjang molekulnya lebih pendek, yang

berarti menurunkan kekuatan seratnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


 Alat :

- Nampan plastik - Gelas ukur 100 ml

- Batang pengaduk - Penggaris

- Gelas plastik - Mesin stenter

 Bahan :

- Kain kapas

- Zat coating BA 9201

- Air

3.2 Diagram Alir


Persiapan alat dan bahan

Pembuatan pasta coating

Proses coating

Pengeringan

Evaluasi
3.3 Skema Proses

Coating Dry Pencucian


Dry

3.4 Resep
Resep Coating

Zat coating (BA 9201) : 60 g/L

Dry :150OC, 2 menit

3.5 Fungsi Zat


Zat coating (BA 9201) : Melapisi bahan
DAFTAR PUSTAKA

Soeprijono, P., Poerwati, Widayat & Jumaeri. 1974. Serat-Serat Tekstil.


Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Ichwan, Muhammad, dkk. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi


Persiapan Penyempurnaan. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Suprapto, Agus dan Muhammad Ichwan. 2005. Teknologi Persiapan


Penyempurnaan. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Lubis, Arifin, dkk. 1994. Teknologi Persiapan Penyempurnaan.


Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Soeparman, dkk. 1977. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung:


Institut Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai