PRODUK BIOKOMPOSIT
OLEH
Ahmad Fiqri Hiyarul (M021201035)
Firmansyah (M021201040)
Chery Pratiwi Irwan (M021201031)
Jusniar Bahtiar (M021201034)
Gina Mutmainnah (M021201032)
Andi Elnafilah (M021201033)
Putri Nadya Salsabila (M021201038)
Nilam Sari (M021201037)
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
II. METODE PELAKSANAAN ................................................................................... 3
2.1 Waktu dan Tempat ......................................................................................... 3
2.2 Metode Pelaksanaan ....................................................................................... 3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
IV. KESIMPULAN ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16
iii
I. PENDAHULUAN
Kitchen set adalah salah satu jenis furnitur yang paling banyak digunakan di
rumah-rumah. Kitchen set terbuat dari berbagai jenis bahan, termasuk kayu solid
dan kayu lapis. Pada umumnya, kitchen set yang terbuat dari kayu lapis memiliki
kelebihan dalam hal kekuatan, stabilitas, dan tahan terhadap deformasi akibat
perubahan suhu dan kelembaban. Namun, penggunaan kayu lapis dalam
pembuatan kitchen set tidak selalu efektif karena material ini cenderung memiliki
sifat yang kurang tahan terhadap kondisi lembap. Oleh karena itu, pengembangan
1
biomaterial komposit menjadi solusi alternatif dalam pembuatan kitchen set yang
lebih tahan terhadap kondisi lembap dan memiliki kekuatan yang lebih tinggi.
2
II. METODE PELAKSANAAN
3
tertentu
- Mahasiswa mencari lokasi dimana produk dijual dan dimana produk
telah digunakan
C. PELAKSANAAN (Observasi lapang)
a. Pada lokasi penjualan produk:
- Mahasiswa melakukan observasi terkait produk meliputi: asal produk dan tipe
produk sesuai dengan standar (SNI atau standar Internasional lainnya yang
berlaku). Pada bagian ini, gali informasi secara mendalam untuk memperoleh
informasi terkait standar yang digunakan.
b. Pada lokasi penggunaan produk:
- Mahasiswa mengobservasi kesesuaian penggunaan produk, meliputi: berapa
lama produk telah digunakan dan kondisi terkini produk
c. Seluruh kegiatan observasi didokumentasikan (berupa gambar dan video)
secara komprehensif.
D. PRESENTASI PROGRESS
3. Pekan 7
A. TUTORIAL
B. PELAKSANAAN
Mahasiswa membuat rancangan rekayasa produk yang dipilih dari hasil observasi
lapang. Rekayasa produk dibuat dengan mempertimbangkan faktor:
- Jenis Produk
- Standar produk
- Kesesuaian penggunaan produk
C. LAPORAN PROGRESS
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pekan 5
Penentuan terkait 1 jenis produk komposit dengan tujuan
penggunaan dilakukan dirumah pada hari Senin, 20 Maret 2023. Produk
komposit yang saya pilih yakni Laminated veneer lumber (LVL) dengan tujuan
penggunaanya dapat dijadikan sebagai furniture dan bahan kontruksi karena
ukurannya bisa disesuaikan dan dapat dilengkukan sebelum perekatnya mengeras.
Laminated veneer lumber (LVL) diproduksi dengan merekatkan lembaran-
lembaran veneer yang relatif tebal dengan serat dari semua lapisan yang mengarah
ke arah yang sama.
Lvl yang merupakan salah satu jenis plywood dimana bahan baku yang
digunakan sama dengan plywood, hanya saja penyusunan lapisan veneernya saja
yang membedakan, jika veneer untuk plywood disusun bersilangan tapi lvl
penyusunan veneernya searah. Perekat yang digunakan untuk melengketkan
veneer juga sama dengan plywood, termasuk cara kerjanya, dan mesin yang
digunakan semua hampir sama dengan pembuatan plywood.
Proses produksi produk LVL :
1. Pembuatan Veneer, ada umumnya ketebalan vinir yang digunakan dalam
pembuatan LVL adalah 3,20 mm (1/8in). Baldwin (1995) mengemukakan
bahwa LVL dapat terdiri dari 19 lapis dengan tebal nominal individu vinir-
vinirnya 2,55 mm (0,10 in).
2. Proses Pengeringan, pengeringan berguna untuk memperoleh kadar air veneer
yang sesuai dengan perekatan dalam rangka memproduksi LVL (Baldwin,
1995). Veneer yang digunakan dalam pembuatan LVL harus dikeringkan
hingga kadar air < 5%.
5
4. Pelaburan Perekat (Gluing), menurut Baldwin (1995) bahwa proses
pelaburan perekat pada veneer dapat dilakukan dengan cara pelaburan pada
satu permukaan (single spreader) atau pada kedua permukaan (double
spreader).
5. Perakitan (Lay-up), dalam rangka pembentukan lapisan LVL penyusunan
veneer diawali dengan meletakkan lapisan permukaan bagian bawah pada
sebuah meja belt conveyor kemudian diikuti oleh beberapa lapisan inti dan
setelah mencapai jumlah lapisan tertentu, kemudian ditutup dengan lapisan
permukaan bagian atas. Lembaran-lembaran veneer yang telah disusun
kemudian dikempa.
6. Pengempaan (Pressing), lembaran-lembaran vinir yang telah dirakit
kemudian dikempa dingin. Besarnya tekanan kempa dingin yang digunakan
dalam pembuatan LVL berkisar antara 10-15 kg/cm2 selama 24 jam pada
suhu 20-250C selanjutnya dikondisikan (conditioning) selama 24-72 jam
(JIS K 6861-1973).
7. Pemotongan Ujung dan Lebar (Cross Cutting and Rip Sawing), setelah
proses pengempaan dilanjutkan dengan pemotongan ujung dan lebar LVL
sesuai dengan dimensi yang dikehendaki. Pada umumnya ukuran LVL
disesuaikan dengan permintaan konsumen.
Keunggulan utama LVL meliputi dimensi, bentuk, sifat kekuatan tinggi, dan
biaya rendah. Ukuran LVL tidak dibatasi oleh ukuran log, karena metode
6
pembuatannya. LVL adalah salah satu bahan konstruksi berbasis kayu terkuat
dibandingkan dengan kepadatannya. Karena diproduksi dengan kualitas homogen
yang memiliki jumlah cacat minimum atau bahkan distribusi cacat, sifat mekanik
produk akhir dapat diprediksi. Secara umum, LVL dapat diproduksi dalam
berbagai bentuk tergantung untuk apa ia akan digunakan. Ini juga memiliki
keuntungan besar menggunakan sumber daya kayu secara efisien.
LVL memiliki beberapa kelemahan sebagai komposit kayu. Peningkatan
sifat kekuatan LVL dengan pemadatan veneer selama pengepresan sangat
terbatas. Meskipun stabilitas dimensinya lebih baik daripada kayu solid, produk
tersebut dapat menyebabkan beberapa cacat, seperti bengkok, jika tidak disimpan
dengan benar di gudang. Selain itu, LVL membutuhkan investasi modal yang
tinggi untuk biaya produksi yang relatif rendah. Oleh karena itu, permintaan yang
tinggi diperlukan untuk memiliki operasi yang menguntungkan.
Membuat produk LVL memiliki prospek yang baik, karena merupakan
produk yang dapat menggantikan kayu berkekuatan tinggi atau bahan kontruksi
sesuai dari permintaan konsumen. Selain itu, ditinjau dari segi arsitektur LVL
memiliki nilai estetika yang tinggi. LVL tidak hanya dapat digunakan sebagai
furniture namun bisa menjadi alternatif lain seperti rangka kuda-kuda, pintu,
Komponen alat musik, komponen bodi truk dan lain lain sehingga bisa
ditingkatkan dimasa yang akan datang.
Setelah menentukan produk sesuai dengan arahan yang diberikan, kemudian
dilanjutkan dengan fokus group discussion yang dilakukan pada hari Selasa, 21
Maret 2023 di kelas, Fakultas Kehutanan. Setiap anggota kelompok mempunyai
ide masing masing terkait produk komposit, mulai dari kitchen set, rak buku
MDF, template guitar, dinding kamar, lantai parket kayu lapis, hingga plafon Mdf.
Setelah mengumpulkan ide, kami lanjutkan dengan pembahasan tentang produk
komposit apa yang nantinya akan kita pilih dari beberapa ide yang ada. Produk
komposit yang rencana dipilih yakni kayu lapis dengan tujuan penggunaan
sebagai furniture atau meja.
7
Pada hari Jumat 24 Maret 23 dilanjutkan dengan Focus Group Discussion di luar
kelas. Diskusi hanya dilakukan melalui aplikasi zoom karena beberapa anggota
kelompok sudah berada di kampung (cuti bersama). Kami membahas tentang
produk komposit masing masing dan produk pilihan kelompok yang sebelumnya
diinginkan. Hasil diskusi dari kelompok 4 memberikan banyak jenis produk
komposit dengan tujuan tertentu yang diinginkan hingga akhirnya kami
menetapkan pilihan produk kayu lapis dengan tujuan penggunaannya sebagai
kitchen set karena untuk ide sebelumnya terkait furniture menurut kami terlalu
klasik.
8
lebih ekonomis dibandingkan dengan kayu solid karena penggunaan kayu lapis
memanfaatkan kayu yang diproses dengan lebih efisien.
Untuk observasi lapangan kelompok kami memilih untuk mendatangi Atria
furniture terlebih dahulu karena lumanyan dekat dari kampus. Atria furniture Jl.
Kapasa Raya merupakan lokasi produk penjualan yang paling pertama kami
datangi. Observasi lapangan ini dilakukan pada hari selasa 28 Maret 23. Lokasi
kedua yakni lokasi penggunaan di salah satu rumah dari anggota kelompok di Jl.
Toddopuli VI. Observasi kedua ini dilakukan pada hari Kamis 30 Maret 23.
Lokasi produk yang terakhir kami datangi yaitu lokasi penjual yang terletak di
informa living plaza Jl. Perintis Kemerdekaan pada hari sabtu 1 April 23. Kami
memutuskan untuk mengganti tempat karena informasi yang didapatkan dari atria
furniture kurang lengkap dan ada beberapa informasi yang keliru dan tidak sesuai
dengan penugasan yang diberikan.
1. Dokumentasi observasi lapangan berdasarkan lokasi penjualan (Atria
Furniture).
9
menggunakan solid surface sebagai top table. Produk ini merupakan tipe kitchen
set dapur kering, dapur kering sendiri merupakan jenis dapur yang tidak
menggunakan air sebagai bagian dari proses memasak atau persiapan makanan.
Untuk harga, produk ini dijual terpisah perkabinet. Harga jual kabinet dapur ini
sangat dipengaruhi oleh ukuran, bahan merek dan lain lain.
2. Dokumentasi observasi lapangan berdasarkan lokasi penjualan (Informa)
Informasi yang didapatkan pada observasi kedua ini ialah : Produk ini Impor
dari Cina dengan Standar JIS (Japanese Industrial Standards) JIS A 5859
(Structural plywood). Harga satu set Rp 26.818.000 merupakan tipe dapur kering
dengan kategori multipleks. Kabinetnya disambung menggunakan perekat, baut
dan finishing PVC. Menggunakan kombinasi top table dari marmer selain untuk
keestetikan juga berfungsi agar produk ini relatif kuat dan tahan lama jika terkena
noda atau goresan untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama.
3. Dokumentasi observasi lapangan berdasarkan lokasi penggunaan
10
Informasi yang didapatkan disini ialah : Produk kitchen setnya telah
digunakan sejak tahun 2019 yang artinya sudah sekitar 4 tahun. Produk ini juga
menggunakan kayu lapis sebagai bahan utama dari pembuatan kitchen set dan
merupakan produk custom. Menggunakan finishing PVC dan melamin dan
menggunakan marmer sebagai top table. Top table pada kitchen set sering kali
dibuat dari bahan yang berbeda, seperti granit, marmer, atau keramik tergantung
permintaan. Bahan-bahan ini lebih tahan lama, mudah dibersihkan, dan dapat
memberikan keindahan serta kemewahan pada tampilan keseluruhan dari kitchen
set. Selama 4 tahun pemakaian atau penggunaan kerusakan yang terjadi yakni
adanya karatan dan kelupas pada finishingnya yang disebabkan oleh kelembapan.
Setelah melakukan observasi lapangan pada lokasi penggunaan dan
penjualan dilakukan presentasi progress dengan membuat power point dan video
selama proses observasi. Presentasi progres dilakukan pada hari jumat 31 maret
23 dengan tujuan untuk memastikan, apakah informasi yang didapatkan sudah
sesuai dengan arahan yang diberikan, dan informasi yang didapatkan benar
adanya. Agar mahasiswa bisa sampai pada capaian pembelajaran dari mata kuliah
ini.
11
Pekan 7
Pekan 7, setiap kelompok membuat rancangan rekayasa produk yang dipilih
dari hasil observasi lapang. Diskusi membuat rancangan perekayasaan dilakukan
di kelas, kegiatan diskusi berlangsung selama kurang lebih 60 menit. Materi yang
dibahas yaitu merancang perekayasaan pada produk kabinet dapur kayu lapis,
dengan mempertimbangkan perekat, jenis kayu, finishing, standar yang
digunakan, dan kesesuaian penggunaan produknya.
Dari hasil diskusi yang telah dilakukan dan dengan bantuan dosen terkait
rancangan perekayasaan yang ingin dilakukan pada produk kitchen set ada
beberapa masukan yang diterima hingga akhirnya memutuskan untuk merekayasa
bagian perekat dan finishingnya yang disesuaikan dengan standar kitchen set
(Standar JIS). Kebanyakan dalam proses pembuatan kitchen set dari kayu lapis,
menggunakan perekat urea formaldehida UF, Perekat UF sendiri memiliki
kelebihan yaitu warnanya putih sehingga tidak memberikan warna gelap pada
waktu penggunaannya, dapat dicampur perekat melamin formaldehida agar
kualitas perekatnya lebih baik, harganya relatif murah dibandingkan perekat
sintetis lainnya serta tahan terhadap biodeteriorasi. Namun ia memiliki
kekurangan yaitu kurang tahan terhadap pengaruh asam dan basa serta
penggunaanya terbatas untuk interior saja.
Dengan mempertimbangkan kelemahan kabinet dapur sebelumnya yakni
tidak tahan dengan kondisi yang lembab hingga terjadi kelupas pada finishingnya
jadi perlu adanya perekayasaan. Kami memilih untuk merekayasa bagian perekat
pada kabinet kayu lapis. Untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik perekat
yang digunakan yaitu phenol formaldehida, Kelebihan phenol formaldehida yaitu
tahan terhadap perlakuan air, tahan terhadap kelembaban dan temperatur tinggi
namun kekurangan dari perekat ini yaitu relatif mahal dan memiliki warna yang
gelap. Oleh sebab itu, perekayasaan ini di kombinasi dengan pengaplikasian
finishing laminasi untuk memberikan lapisan luar pada kabinet sehingga menjaga
estetika kabinet dapur. Laminasi adalah proses penutupan permukaan dengan
material yang tahan terhadap bahan kimia dan panas. Finishing ini juga mudah
dibersihkan dan tersedia dalam berbagai pilihan warna dan motif.
12
Dalam perekayasaan ini, kami juga mempertimbangkan standar perekat
yang digunakan sesuai dengan penggunaan kabinet dapur. Berdasarkan standar
European Chemicals Agency (ECHA), konsentrasi formaldehid di udara tidak
boleh melebihi 0,1 ppm untuk melindungi kesehatan manusia. Dan berdasarkan
Occupational Safety and Health Administration (OSHA), batas paparan wajib
(PEL) untuk formaldehid adalah 0,75 ppm (part per million) selama 8 jam kerja
sehari. Kami mempertimbangkan standar tersebut sebagai panduan umum dalam
menentukan konsentrasi aman perekat PF di dalam ruangan.
13
IV. KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
DAFTAR PUSTAKA
Setyowati, S., Basuki, A., & Setiono, S. (2013). Algoritma Perancangan Struktur
Rangka Kuda-Kuda Laminated Veneer Lumber (Lvl) Kayu Sengon. Matriks
Teknik Sipil, 1(4), 565.
https://civileek.com/laminated-veneer-lumber-pros-cons-uses/
https://extension.okstate.edu/fact-sheets/laminated-veneer-lumber-lvl-as-a-
construction-material.html
https://www.sampoernakayoe.co.id/id/product/lvl/
16