Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

HASIL ANALISIS PELAKU WIRAUSAHA JASA DAN PRODUK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan


Dosen Pengampu: Ika Farida Yuliana, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Anis Nur Rosyidah (1093.02.1.1.18.419)
2. Intan Muzahiyatul Latifah (1093.02.1.1.18.489)
3. Miftahul Khoiri (1093.02.1.1.18.524)
4. Shonia Oktavianur (1093.02.1.1.18.435)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BILLFATH LAMONGAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan syukur kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Kewirausahaan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang Hasil
Analisis Pelaku Wirausaha Jasa dan Produk. Penulis juga berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan bagi pemakalah dan juga pembacanya.
Dengan selesainya makalah ini tentu tidak terlepas dari dukungan dan
dorongan dari beberapa pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih pada teman-
teman dan semua pihak yang telah membantu, karena berkat mereka makalah ini
dapat selesai dengan tepat waktu. Penyusun sadar, bahwa dalam karya tulis ini
banyak sekali kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan yang semestinya pada
karya tulis kami.

Lamongan, 30 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul. ................................................................................................ i

Kata Pengantar. ............................................................................................... ii

Daftar Isi. ....................................................................................................... iii

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang. .................................................................................... 4


B. Maksud dan Tujuan . ............................................................................ 5
C. Metode dan Teknik Penelitian. ............................................................. 5

BAB II : Pembahasan

A. Analisis pelaku wirausaha jasa ...............................................................


B. Analisis pelaku wirausaha produkk.........................................................

BAB III : Penutup

A. Kesimpulan. ...........................................................................................
B. Saran. .....................................................................................................

Daftar Pustaka....................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimasa modern seperti saat ini, kita harus mempunyai inovasi dan
terobosan baru dalam hal pengembangan usaha. Karena pada saat ini
merupakan pasar bebas, dimana setiap orang berlomba- lomba dalam
mendapatkan keuntungan. Saat ini kita melihat masalah di Indonesia
semakin kompleks. Permasalahan tersebut aeakan telah menjadi bagian
yang sudah dipisahkan dengan rakyat Indonesia . Mulai dari permasalahan
kemiskinan, pendidikan, keamanan atau juga masalah pengangguran . Oleh
karena itu banyak orang yang berwirausaha, mendirikan home industry.
membuka kedai makanan dll. sayangnya orang- orang yang berwirausaha
tersebut tidak bertahan lama karena mengalami kebangkrutan.
Dengan dilakukannya pembangunan sarana dan prasarana baru
bagi industri terutama pada daerah yang mempunyai potensi sebagai derah
industri, adalah salah satu cara menarik investor asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia. Dengan demikian akan menambah pemasukan
devisa bagi negara yang juga merupakan salah satu cara untuk memperbaiki
kondisi perekonomian negara. Dalam melakukan pembangunan fisik
sebagai sarana penunjang ekonomi negara selain diperlukan pengetahuan
teknis konstruksi bangunan itu sendiri juga diperlukan pengetahuan
penunjang lainnya, sehingga pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi
bangunan merupakan multidisipliner ilmu pengetahuan.
B. Maksud dan Tujuan
1. Memahami dan menguasai kegiatan wawancara
2. memperoleh informasi tentang kewirausahaan
3. Sebagai contoh inspiratif dalam memulai suatu usaha baru
4. Mengembangkan jiwa berwirausaha bagi generasi muda.

4
C. Metode dan Teknik penelitian
Metode dan teknik penelitian dalam penyusunan makalah ini adalah
dengan cara wawancara secara langsung terhadap narasumber jasa kuli
bangunan dan usaha dagang ikan asin.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Pelaku Wirausaha Jasa
1. Aktivitas Usaha
a. Jenis dan Skala Usaha
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan,
pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu
bangunan. Skala usaha jasa konstruksi bangunan ini merupakan usaha
kecil karena berdiri sendiri dan dimiliki oleh perorangan atau badan
usaha. Usaha ini bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan dari
usaha menengah atau usaha besar.
b. Proses Produksi
Usaha jasa konstruksi bangunan tentu tidak menjual barang secara
fisik, namun dalam prosesnya memiliki beberapa tahapan agar suatu jasa
dapat dinikmati oleh konsumen.
1) Pekerjaan awal
Pada tahap awal yakni menentukan posisi bangunan serta batas-
batasnya. Kemudian tentukan titik bangunan dengan membuat batas
pagar. Bisa menggunakan papan atau tali yang dikaitkan pada paku yang
ditanam di tanah. Kemudian buat galian pondasi dengan menghitung lebar
dan dalamnya. Pondasi bangunan harus dihitung secara rinci, biasanya
dalam satuan meter persegi.
2) Struktur dan pondasi
Setelah sudah dikalkulasi pada tahap pengerjaan awal, lalu dilanjutkan
dengan pemasangan pondasi dari batu kali. Kemudian buat lantai kerja
berupa urukan pasir dengan ketebalan tertentu. Lalu buat struktur
bangunan dengan pemasangan sloof atau balok beton bertulang mendatar
yang dibuat di atas pondasi. Perhitungannya adalah panjang total sloof x

6
lebar x tinggi = satuan m3. Buat juga kolom yang merupakan tiang tegak
lurus pada sloof dan Ring Balk yang mirip sloof, tetapi dibangun di atas
kolom yang perhitungan volumenya ditentukan dari jumlah kolom
dikalikan tinggi kolom.
3) Pemasangan dinding
Tahap selanjutnya adalah pemasangan dinding dengan bata atau
batako. Ukurannya sesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian beri plesteran
semen yang volumenya dua kali lebih bangak dari volume pemasangan
bata. Lalu acian yang luasnya sama dengan perhitungan plesteran, tapi
dikurangi bidang yang tak perlu diaci untuk dinding yang akan dipasang
keramik.
4) Pengerjaan kusen, pintu dan jendela
Setelah dinding terpasang, jangan lupa untuk beri ruang untuk
rancangan kusen, jendela dan pintu. Pemasangan ini harus dibarengi
pemasangan kunci serta handle untuk pengait agar tidak ada kesalahan
ketika proses pengerjaannya selesai. Pastikan semuanya bisa berfungsi
alias membuka dan menutup dengan baik.

7
5) Rangka atap
Setelahnya dilanjutkan pemasangan rangka atap. Rangkanya bisa
dipilih dari baja atau kayu sesuai budget. Hitung estimasi biaya yang
dikeluarkan baik kayu atau baja beserta jumlahnya. Perhatikan juga
beberapa aksesoris yang diperlukan.

6) Pengerjaan kelistrikan dan kelengkapan lainnya

8
Tahap ini, proses pembangunan sudah hampir selesai. Sahabat harus
memasang saluran air dan kran untuk pengerjaan lanjutan seperti
wastafel, toilet, kamar mandi dan lain sebagainya. Kemudian pasang
instalasi kelistrikan, tata letak lampu, colokan dan berbagai sambungan
listrik di setiap ruangan sampai halaman jika memang diperlukan.
7) Finishing
Pengerjaan finishing ini lebih ke pada penyempurnaan lapisan cat
interior, kusen, atap, sampai cat eksterior dinding rumah dan jendela.

2. Keadaan Manajemen
a. Pengelolaan Keuangan
Usaha jasa konstruksi tidak melakukan kegiatan produksi barang
karena tidak membutuhkan bahan baku produksi. Sehingga laporan
keuangan pada usaha jasa tidak terdapat informasi tentang harga pokok
produksi dan penjualan.
b. Pengelolaan Pemasaran
Pemasaran usaha merupakan upaya memperkenalkan diri agar jasa
yang kita tawarkan bisa dilihat oleh calon konsumen dan bagaimana
caranya agar setiap orang yang telah melihat, mendengar, dan menemui
pemasaran kita bersedia menggunakan jasa yang kita tawarkan. Berikut
pengelolaan pemasaran pada bidang bangunan:
1) Memberikan setiap jasa yang ditawarkan dengan baik, dengan begitu
maka secara otomatis konsumen puas sehingga besar kemungkinan
untuk menceritakan kepada orang-orang disekitar sebagai calon
konsumen berikutnya.
2) Rajin menjalin dan menjaga silaturahmi dan hubungan baik kepada
siapapun sehingga peluang untuk meraih konsumen menjadi besar.
3. Analisis Usaha
a. Modal Usaha
Kontraktor harus dapat merencanakan bisnis dengan baik agar dapat
memperoleh jaminan profit atau keuntungan pada akhir proyek. Untuk

9
mencapai hal tersebut diperlukan suatu pertimbangan nilai waktu uang
yang harus dibelanjakan dalam menganalisis bisnis dan keuangan.
Pembiayaan bisnis atau sumber dana pada usaha jasa konstruksi ini adalah
modal milik sendiri (equity capital). Agar kontraktor dapat menjalankan
bisnisnya secara berkelanjutan setidaknya kontraktor harus dapat
menghitung dan memperkirakan sumber dana untuk perusahaan
kontraktor tersebut. Arus uang tunai (cash flow) menunjukkan semua
uang tunai yang diterima dan dibayar sepanjang periode kontrak, seperti
satu minggu, satu bulan atau satu tahun. Uang kas ini penting karena
kontraktor mempunyai berbagai kewajiban yang harus dibayarkan secara
tunai, seperti pembayaran terhadap tukang pada akhir minggu,
pembayaran material tertentu, dan lain-lain.
b. Perputaran Modal
Jenis usaha jasa tidak membuat sebuah produk, namun menawarkan
sebuah bentuk layanan yang bermanfaat dan dibutukan oleh konsumen.
Untuk dapat memberikan jasa dengan baik, usaha jasa konstruksi tentunya
perlu melakukan pembelian peralatan seperti plaser, palu, gergaji, tang,
bor, cetok, sekop, cangkul, gerinda, linggis, gunting besi. Pembelian
peralatan ini bertujuan untuk berjalannya kegiatan operasional perusahaan
yang efektif dan efisien. Dan dengan adanya jumlah peralatan yang
memadai maka usaha jasa konstruksi bisa melakukan pengerjaan dalam
volume yang besar serta menyediakan jasa yang efisien, dan dengan cara
seperti ini para konsumen akan merasa bahwa pelayanan usaha jasa
konstruksi sangat baik dan memuaskan.
c. Perhitungan Rugi Laba
Dalam setiap perusahaan pasti ingin memperoleh pendapatan dan
keuntungan semaksimal mungkin. Namun untuk mencapai sebuah tujuan
tersebut, perusahaan akan berusaha menyediakan jasa yang terbaik bagi
para konsumennya. Pendapatan tersebut yang akan digunakan untuk
kebutuhan operasional perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan jasa akan
selalu memberikan pelayanan yang baik dan bisa memuaskan para

10
konsumenya sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan baik. Dan
transaksi pendapatan wajib dicatat dalam laporan keuangan perusahaan
jasa tersebut.
4. Analisis Manajemen Resiko Usaha
Karakteristik usaha jasa konstruksi memiliki sifat yang unik, yaitu
melibatkan berbagai pihak dan batasan-batasan yang mesti dipenuhi,
serta kemungkinan terjadinya resiko-resiko yang tidak pernah dapat
diperkirakan. Resiko didefinisikan adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan/membahayakan) dari suatu perbuatan atau
tindakan (balai pustaka, 2005). Dalam usaha jasa konstruksi, resiko
umumnya diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kerugian finansial.
Untuk proyek skala besar, Menurut Kristiawan (2006), resiko dapat
terjadi akibat faktor, lokasi, desain, ekonomi, dan politik, serta
lingkungan.
a) Resiko lokasi, seperti lokasi terletak di daerah bencana alam (rawan
banjir karena berdekatan dengan Sungai Bengawan Solo).
b) Resiko desain/konstruksi, seperti kesalahan desain, produktivitas tenaga
kerja, kerusakan material/peralatan, keterlambatan.
c) Resiko ekonomi, seperti kenaikan harga komoditas, perubahan kurs mata
uang, material “hilang dari pasaran".
d) Resiko keselamatan, mencakup pekerjaan yang pelaksanaannya dapat
berisiko membahayakan keselamatan umum, harta benda, dan jiwa
manusia.
B. Analisis Pelaku Wirausaha Produk
1. Aktivitas Usaha
a. Jenis dan Skala Usaha
Usaha kecil mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi
suatu Negara. Pengembangan usaha kecil di Indonesia merupakan salah
satu prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional. Ini karena usaha
tersebut merupakan tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan yang
tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan antar

11
golongan pendapatan dan antar pelaku usaha, lebih dari itu
pengembangannya mampu memperluas basis ekonomi dan dapat
memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan
struktural. Yakni meningkatnya perekonomian dan ketahanan ekonomi
nasional.
Kabupaten Tuban ada di wilayah provinsi Jawa Timur. dan berada
di jalur pantai utara Pulau Jawa, yang meliputi wilayah daratan dan lautan,
luas wilayah daratan 183.994,562 ha dan luas wilayah lautan meliputi
22.608 km2. Posisi kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang
menghubungkan propinsi Jawa Timur dengan propinsi Jawa Tengah,
dapat berperan sebagai “kota antara” sehingga menjamin perkembangan
ekonomi daerah lebih cepat. Kabupaten Tuban beriklim kering, agak
kering hingga sangat kering meliputi areal seluas 174.298,06 ha atau
94,73% dari luas wilayah. Sisanya kurang lebih 9.696,51 ha atau 5,27%
merupakan kawasan yang cukup basah. (http:ciptakarya.pu.go.id.).
Kecamatan Bancar merupakan kecamatan di sebelah selatan
kabupaten Tuban, salah satu desa dari kecamatan Bancar yakni desa
Bulumeduro. Desa Bulumeduro hanya punya wilayah teritorial seluas 4,5
hektar, dengan batas desa di sisi utara langsung menghadap laut. Desa ini
berpenduduk 1.275 jiwa yang mayoritas pekerjaannya yaitu nelayan bagi
yang laki-laki dan wirausaha bagi yang perempuan, tak heran memang
karena seluruh wilayah desa ini merupakan pesisir.
Salah satu wirausaha yang digeluti oleh beberapa masyarakat
perempuan yaitu sebagai penjual ikan asin/ikan kering. Mereka
mengerjakan proses pengeringannya sendiri-sendiri sampai pemasaran
dan distribusinya juga mereka lakukan sendiri dengan kemampuan dan
keterampilan seadanya. Salah satunya ikan asin/kering Mbah Jumini yang
dirintis sejak tahun 2011.
b. Proses Produksi
Adapun proses penjemuran atau pengeringan ikan adalah sebagai
berikut :

12
1) Persiapan bahan baku berupa ikan segar yang sudah di keluarkan
ususnya dan terlah dicuci hingga bersih.

2) Proses penggaraman
 Pengadukan Garam (supaya garam dapat menyatu dengan air).
 Cuci ikan teri sampai bersih, atau jika digunakan ikan yang
ukurannya sedang buang sisik dan jerohannya serta cuci sampai
bersih. Jika menginginkan proses oengeringan yang kebih cepat,
ikan dapat dibelah pada bagian perutnya sedangakn bagian
punggung tetap melekat, kemudian dibuka.
 Setelah dicuci, masukkan ikan ke dalam ember/tong perendaman
yang telah diberi butir-butir garam di dalamnya sebagai lapisan
pertama. Kemudian susun ikan-ikan tersebut berlapis-lapis
dimana diantara lapisan-lapisan ditaburi garam sehingga semua
ikan tertutup garam.
 Ikan yang telah disusun di dalam ember/tong siram dengan
larutan garam 40% supaya proses penggaraman terganutng dari
jenis ikan asin yang dikehendaki, yaitu: setengah Asin, berat
garam: ikan adalah 1 : 8 dengan lama perendaman 1-2 jam. Asin,
berat garam: ikan adalah 1 : 4 dengan lama perendaman minimal
12 jam.
 Setelah perendaman selesai, pisah-pisahkan ikan dan atur diatas
anyaman bambu untuk dikeringkan dibawah sinar matahari yang

13
terik. Selama penjemuran, ikan dibalik-balikkan supaya
penjemuran berlangsung merata. Ikan teri akan lebih cepat kering
dan sudah dapat diangkat setelah 5-6 jam jika udaranya cukup
panas. Ikan-ikan yang berukuran lebih besar memerlukan waktu
lebih lama.
a) Pengasinan Ikan Cara Penggaraman Kering.
 Timbang garam atau NaCl yang dibutuhkan sebagai berikut : ikan
ukuran besar: 20 – 30% dari berat ikan, ikan ukuran sedang: 15 –
20% dari berat ikan, ikan ukuran kecil: 5% dari berat ikan.
 Tabur garam di dasar wadah yang dapat berupa bak semen, wadah
plastik atau wadah dari tanah liat (tembikar). Susun ikan secara
teratur di atas lapisan garam tersebut. Usakahan agar perut ikan
menghadap ke dasar wadah. Kemudian diatas ikan ditaburkan
kembali garam sehingga seluruh permukaan ikan tertutupi garam.
Lapisan garam ini merupakan dasar bagi lapisan ikan berikutnya,
demikian seterusnya, sampai di permukaan wadah. Pada lapisan
atas taburkan kembali garam sampai menutupi seluruh
permukaan ikan, agar ikan tidak dihinggapi lalat.
 Tutup bagian atas wadah dengan menggunakan papan yang diberi
pemberat. Lama proses penggaraman ikan tergantung pada jenis,
tingkat kesegaran dan ukuran ikan, umunya proses penggaraman
untuk : ikan besar sekitar 2-3 hari, ikan ukuran sedang sekitar 24
hari, ikan kecik sekitar 12-24 hari.
 Selesainya proses penggaraman ditandai dengan perubahan
tekstur ikan menjadi kencang dan padat.
b) Pengasinan Dengan Cara Penggaraman Basah :
 Buat larutan garam jenuh, yang akan digunakan sebagai media
penggaraman.
 Susunlah ikan yang akan diproses di dalam wadah yang tidak
bocor. Tambahkan larutan garam tadi ke dalam bak berisi ikan,
sampai seluruh ikan terendam di dalam air garam.

14
 Tutuplah agarm dengan papan yang diberi pemberat dan biarkan
sampai proses penggaraman selesai, yang ditandi dengan
perubahaan tekstur dagingikan menjadi lebih kencang dan padat.
 Cucilah ikan yang telah selesai digarami dengan air bersih, untuk
menghilangkan kotoran yang mungkin berasal dari garam.
 Tiriskan ikan yang telah dicuci hingga benar-benar kering.
 Jemur ikan tersebut di bawah sinar matahari sampai kering. Pada
waktu penjemuran, sebaiknya bagian tubuh ikan yang dibelah
diletakkan menghadap ke atas agar dapat terkena sinar matahari.
Ikan harus sering dibolak-balik agar proses pengeringan lebih
cepat. Hindari ikan dari kemungkinan terkena debu dan kotoran.
 Periksa derajat kekeringan dengan cara sebagai berikut : Tekan
tubuh ikan dengan jari tangan. Jika pada bagian ikan tidak
meninggalkan bekas, ikan dapat dianggap cukup kering. Untuk
ikan berukuran besar, tutup bagian tubuh ikan yang dibelah. Jika
tidak patah, berarti ikan sudah dianggap cukup kering.
 Kemas ikan asin yang diperoleh di dalam kantong plastik. Setelah
dilakukan proses penggaraman dilakukan proses pengeringan.
Cara yang umum digunakan untuk mengeringkan ikan adalah
dengan menguapkan air dari tubuh ikan, yaitu dengan
menggunakan hembusan udara panas. Dengan hawa panas ini,
akan terjadi penguapan air dari tubuh ikan dari mulai permukaan
hingga ke bagian dalam tubuh ikan. Kecepatan penguapan atau
pengeringan dipen garuhi beberapa faktor antara lain : Kecepatan
udara. Semakin cepat udara maka ikan akan semakin cepat
kering. Suhu udara. Makin tinggi suhu udara maka penguapan
akan semakin cepat. Kelembaban udara. Makin lembab udara,
proses penguapan akan semakin lambat. Ketebalan daging ikan.
Makin tebal daging ikan, proses pengeringan makin berjalan
lambat. Arah aliran udara terhadap tubuh ikan. Makin kecil sudut
arah udara terhadap posisi tubuh ikan maka ikan semakin cepat

15
kering. Sifat / kandungan tubuh ikan. Ikan yang berkadar lemak
tinggi akan lebih sulit dikeringkan.
c) Prosedur Pengeringan
Setelah selesai proses penggaraman, keluarkan ikan dari wadah
penggaraman. Cuci dan bersihkan ikan dari kotoran serta sisa-sisa garam
yang menempel ditubuhnya. Masukkan ikan ketempat pengeringan
pengeringan alami atau pengeringan mekanis. Lama pengeringan
dipengaruhi oleh jenis pengeringan yang digunakan serta ukuranikan
yang dikeringkan. Setelah kering, ikan disortir berdasarkan kualitasnya
dan dikemas dengan baik untukmenghindari kerusakan selama
penyimpanan.
d) Proses Penjemuran Ikan Asin

16
2. Keadaan Manajemen
a. Pengelolaan Keuangan
Dalam hal ini, pemilik belum melakukan proses pencatatan atau
pengarsipan untuk mengetahui secara pasti rincian pengelolaan. Namun
menurut perkiraan yang dilakukan secara manual, pemilik menyatakan
bahwa ikan asin atau kering yang terjual setiap minggunya ialah sebanyak
50-100 kg ikan asin atau ikan ikan kering dan masing-masing jenis ikan
asin/kering memiliki harga yang berbeda, dengan rentang harga 10.000
sampai dengan 80.000/kg-nya.
Penghitugan laba bersih hanya diperkirakan setelah Mbah Jumini
(pelaku wirausaha) menghitung selisih antara penerimaan penjualan
dengan total belanja dan pengeluaran lain setiap harinya. Menurut
pemilik, total laba bersih yang didapatkan setiap bulannya berada dalam
kisaran angka Rp. 1.000.000 s./d. 2.000.000 /bulan.
b. Pengelolaan Pemasaran
Tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan sebagai upaya
memasarkan Ikan Kering/Asin Mbah Jumini sampai saat ini. Terkenalnya
usaha ini sampai sekarang hanya merupakan hasil penyampaian informasi
antar pelanggan, dan keramahan dari pemilik sehingga menarik minat
orang-orang yang melalui daerah itu sehingga mau mencoba dan akhirnya
menjadi langganan.

17
3. Analisis Usaha
a. Modal Usaha
Usaha ikan kering/asin milik Mbah Jumini ini dimulai pada
tahun 2011 dengan modal awal berasal dari modal sendiri. Modal sendiri
adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara
mengeluarkan saham. Adapun kelebihannya yaitu, tidak ada biaya seperti
biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban
perusahaan, tidak tergantung kepada pihak lain; artinya perolehan dana
diperoleh dari setoran pemilik modal, tanpa memerlukan persyaratan yang
rumit dan memakan waktu yang relatif lama, dan tidak ada keharusan
pengembalian modal. Sementara itu, kekurangan modal sendiri yaitu,
jumlahnya terbatas dan kurang motivasi; artinya pemilik usaha yang
menggunakan modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah
dibandingkan dengan menggunakan modal asing.
Berikut rincian modal usaha berdasarkan wawancara salah
satu pelaku wirausaha produk ikan kering/asin, antara lain;
No Jumlah Barang Jumlah Harga
1 2 kwintal ikan teri Rp 1.800.000,-
2 10 batang bambu Rp 500.000,-
3 1 gulung kain terawang kasar Rp 150.000,-
4 2 gulung terpal plastik Rp 150.000,-
5 Lain-lain Rp 500.000,-
JUMLAH TOTAL Rp 3.100.000,-

b. Perputaran Modal
Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak bergantung pada
perubahan jumlah produksi, misalnya biaya penyusutan peralatan.
(Suryani et al, 2005). Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh
produsen ikan asin yaitu: Biaya penyusutan peralatan, besarnya rata-rata
per bulan yaitu Rp 40.000. biaya penyusutan peralatan pada kenyataannya

18
tidak perlu dihitung karena merupakan biaya yang tidak benar-benar
dikeluarkan oleh produsen. Namun, karena menggunakan konsep
keuntungan biaya penyusutan peralatan tetap harus dihitung. Produsen
ikan asin memerlukan peralatan untuk melakukan proses produksi.
Peralatan yang digunakan berupa peralatan sederhana, yang memiliki
umur ekonomis cukup panjang antara 1-10 tahun. Peralatan yang
digunakan meliputi pisau, ember, fish basket, bak rendam, blong dan
widig.
Biaya variabel ikan asin terdiri dari biaya bahan baku utama,
biaya bahan baku pelengkap, biaya pengemasan, dan biaya transportasi.
Jenis ikan yang digunakan untuk bahan baku pembuatan ikan asin terdiri
dari berbagai macam dengan harga yang bervariasi, yaitu Bilis (Rp
5.000,00/kg), Teri (Rp 9.000,00/kg), Layur (Rp 5.000,00/kg), Tinggi
rendahnya biaya bahan baku utama ikan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi
harga ikan segar. Jika harga ikan segar meningkat dapat berdampak pada
tingginya biaya bahan baku ikan segar yang akan dikeluarkan oleh
produsen dan sebaliknya, jika harga ikan segar menurun, maka biaya
bahan baku ikan segar yang dikeluarkan juga menurun. Bahan pelengkap
yang digunakan dalam usaha pengolahan ikan asin adalah garam, dengan
perbandingan 1 : 3 terhadap berat ikan.
Besarnya biaya bahan pelengkap (garam) yang dikeluarkan
rata-rata perbulan adalah Rp 300.000,-. Garam sebagai bahan pelengkap
digunakan untuk mengasinkan ikan. Garam yang digunakan pada usaha
pengolahan ikan asin adalah garam krosok yang berasal dari Pati, dibeli
dengan harga Rp 1500,00/kg. Biaya pengemasan rata-rata perbulan
adalah Rp 55.000,-. Jenis kemasan yang digunakan oleh produsen terdiri
dari berbagai macam yaitu plastik, kardus, keranjang bambu dan kertas
semen. Jenis kemasan tersebut dipilih karena praktis dan mampu menjaga
kualitas ikan asin agar tetap kering dan tidak mudah rusak. Namun,
kemasan ikan asin yang digunakan tersebut kurang menarik karena
sebagian besar kemasan produk ikan asin tidak berlabel/bermerk. Biaya

19
transportasi yang dikeluarkan oleh produsen rata-rata perbulan sebesar Rp
150.000,-. Rata-rata biaya transportasi perbulan yang dikeluarkan oleh
produsen digunakan untuk biaya transportasi dalam pembelian bahan
baku ikan. Jenis transportasi yang digunakan oleh produsen adalah becak
dan motor.
c. Perhitungan Rugi Laba
Dalam hal ini, tidak ada perhitungan secara detail karena
pelaku wirausaha tidak melakukan pembukuan pada usahanya. Namun,
dapat memperkirakan terkait kerugian dan keuntungan. Pelaku
wirausaha pandai meminimalisir kerugian dengan memperluas relasi
antar pedagang, yaitu misalnya dengan pengusaha makanan ternak. Jadi
apabila terjadi hal-hal diluar dugaan, dapat ditanggulangi dengan cermat.
Adapun keuntungan yang diperoleh setiap bulannya sekitar 1 sampai 2
juta rupiah dan masih tergantung dengan kedaan alam.
4. Analisis Manajemen Resiko Usaha
Besarnya resiko yang harus ditanggung oleh usaha
pengolahan ikan asin di Kecamatan Bancar tersebut dikarenakan adanya
berbagai resiko yang ada, yaitu:
1) Risiko Harga
Risiko harga yang dihadapi oleh produsen ikan asin di
Kecamatan Bancar terkait dengan harga bahan baku ikan segar dan harga
bahan pelengkap (garam) yang fluktuatif. Hal ini dipengaruhi oleh
ketersediaan bahan baku ikan segar dan bahan baku pelengkap (garam).
Ketersediaan bahan baku ikan segar sangat bergantung pada musim.
Ketika musim rame, ketersediaan ikan segar melimpah, tetapi pada saat
musim paceklik ketersediaan ikan segar menurun dan hal ini akan
berdampak pada harga ikan segar. Sedangkan, ketersediaan bahan baku
pelengkap (garam) sangat bergantung pada cuaca. Ketika cuaca mendung,
akan menghambat pada proses penjemuran garam sehingga akan
mempengaruhi ketersediaan garam dan akan berdampak pada harga
garam.

20
Bahan pelengkap (garam) yang digunakan adalah garam
krosak yang harganya Rp 500,00/kg, jika ketersediaan garam menurun
maka harganya akan naik mencapai Rp 2.000,00/kg. Harga bahan baku
ikan segar dan bahan pelengkap (garam) akan meningkat ketika
ketersediaan bahan baku ikan segar dan bahan baku pelengkap (garam)
menurun dan sebaliknya. Jika ketersediaan bahan baku ikan segar dan
bahan baku pelengkap (garam) meningkat, maka harganya menurun. Hal
ini berdampak pada harga jual ikan asin yang diproduksi. Jika harga bahan
baku ikan segar dan bahan baku pelengkap (garam) meningkat, maka
harga jual ikan asin juga meningkat. Sedangkan, jika harga bahan baku
ikan segar dan bahan baku pelengkap (garam) menurun, maka harga jual
ikan asin juga menurun. Langkah antisipasi yang dilakukan oleh produsen
untuk mengantisipasi risiko harga yang fluktuatif, hinggá saat penelitian
belum ada langkah konkret yang dilakukan karena risiko harga tersebut
sangat dipengaruhi oleh faktor alam.
2) Risiko Produksi
Risiko produksi yang harus ditanggung oleh produsen ikan
asin di Kecamatan Bancar adalah jika produk ikan asin tersebut tidak
habis dijual karena rusak atau busuk. Ikan asin yang rusak dapat
dikarenakan ikan asin tersebut remuk akibat kesalahan pada saat
penyimpanan. Sedangkan, ikan asin yang busuk dapat dikarenakan waktu
penyimpanan yang terlalu lama akibat belum laku terjual dan proses
penjemuran yang kurang sempurna sehingga ikan asin tidak kering
sempurna dan menjadi busuk. Langkah yang diambil produsen untuk
mengatasinya adalah dengan menjual ikan asin yang rusak atau busuk
kepada tengkulak, yang nantinya ikan asin tersebut dimanfaatkan untuk
pakan ternak. Selain itu, jika terdapat ikan asin yang tidak habis dijual
karena kualitasnya yang rendah akibat hasil proses produksi yang kurang
sempurna ataupun kesalahan pada waktu penyimpanan, maka produsen
menjualnya dengan harga yang lebih murah.
3) Risiko Pasar

21
Risiko pasar yang dihadapi pada usaha pengolahan ikan asin di
Kabupaten Cilacap berupa selera konsumen dan perubahan permintaan
yang terjadi terhadap produk ikan asin. Selera konsumen yang berbeda-
beda terhadap produk ikan asin merupakan risiko yang tidak dapat
dikendalikan oleh produsen. Perubahan permintaan terhadap produk ikan
asin terjadi pada saat-saat tertentu, misalnya ketika hari libur atau hari
raya, permintaan akan meningkat karena akan lebih banyak konsumen
yang membeli produk ikan asin untuk oleh-oleh. Langkah antisipasi yang
diambil produsen untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan tetap
memproduksi ikan asin yang sesuai dengan permintaan konsumen.
Dengan kata lain, setiap melakukan proses produksi, para
produsen selalu mengacu pada permintaan konsumen, misalnya dengan
cara memproduksi ikan asin sesuai dengan pesanan konsumen dan dapat
memenuhi permintaan konsumen ketika permintaan konsumen
meningkat, yaitu dengan cara meningkatkan produksi untuk waktu-waktu
tertentu seperti hari libur dan hari raya.
Adapun kendala yang dihadapi setiap usaha pasti memiliki
kendala yang dapat mengganggu kelancaran produksi sehingga setiap
kendala harus dihadapi agar usaha tersebut dapat terus berkembang. Sama
halnya dengan usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Bancar, juga
memiliki kendala yang mengganggu kelancaran produksinya. Kendala
yang dihadapi pada usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Bancar
adalah cuaca (sinar matahari). Usaha pengolahan ikan asin dilakukan
secara tradisional dengan mengandalkan sinar matahari dalam proses
pengeringan. Jika cuaca mendung atau musim penghujan, usaha
pengolahan ikan asin menghadapi kendala pada proses pengeringan atau
penjemuran. Pada musim penghujan atau cuaca mendung proses
pengeringan atau penjemuran ikan asin akan memerlukan waktu yang
lebih lama dan produk yang dihasilkan berisiko rusak. Langkah yang
selama ini dilakukan produsen untuk mengatasi kendala tersebut adalah
dengan menumpuk widig dan menutupnya dengan terpal.

22
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjadi wirausaha yang sukses itu tidaak mudah pastilah dimulai
dengan pengalaman dan keyakinan. Pelajaran penting yang dapat
diteladani yaitu menjadi Jasa Konstruksi dan pengusaha penjual ikan
asin/ikan kering Jasa Konstruksi adalah layanan jasa keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan,
pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu
bangunan. Salah satu wirausaha yang digeluti oleh beberapa masyarakat
perempuan yaitu sebagai penjual ikan asin/ikan kering. Mereka
mengerjakan proses pengeringannya sendiri-sendiri sampai pemasaran
dan distribusinya juga mereka lakukan sendiri dengan kemampuan dan
keterampilan seadanya. Salah satunya ikan asin/kering Mbah Jumini yang
dirintis sejak tahun 2011.
B. Saran
Demikian pembahasan dari makalah kami. Semoga pembahasan
dalam makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan
kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya. Sekian dan terima kasih.

23
DAFTAR PUSTAKA

Lilin, 2012 : Pengrtian Pengembangan Usaha Kecil (Tersedia Online)


http://www.referensimakalah.com/2013/02/pengertian-pengembanganusaha-
kecil.html (30 Oktober 2021).

Nyimas, H.T. (2017). Kewirausahaan: Laporan Profil Wirausaha Sukses. Diakses


pada 30 Oktober 2021, dari
https://www.academia.edu/7556325/Kewirausahaan_Laporan_Profil_Wiraus
aha_Sukses

Profil Kota Tuban, 2013. (Tersedia online) http://ciptakarya.pu.go.id/


profil/profil/barat/jatim/tuban.pdf [30 Oktober 2021].

Soharto, Johan. (2011). Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten


Cilacap. Diakses pada 30 Oktober 2021, dari https://adoc.pub/analisis-usaha-
pengolahan-ikan-asin-di-kabupaten-cilacap.html

24
25

Anda mungkin juga menyukai