Anda di halaman 1dari 20

STRUKTURAL BANGUNAN RUMAH TEMPAT TINGGAL

MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pelaksanaan Bangunan pada
semester genap

Dosen Pengampu

Andrew Ghea M.T

disusun oleh,

Septian Nurohman 1831011

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL (S-1)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi nilai
mata kuliah Metode Pelaksanaan Bangunan. Makalah ini disusun agar pembaca
dapat mengetahui bagaimana Struktural Bangunan Rumah Tempat Tinggal yang
disajikan berdasarkan pengamatan dari sumber informasi, dan referensi.

Penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang telah terjadi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, serta pertolongan
Allah SWT. sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya bagi saya selaku
penulis dan umumnya kita semua. Saya menyadari masih banyak kekurangan
yang pembaca temui dalam makalah ini, sebab saya masih dalam tahap belajar.
Untuk itu demi perbaikan makalah ini, pembaca bisa memberikan saran maupun
kritikan yang membangun.

Bandung , 12 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2

Bab II Isi .................................................................................................................. 3

2.1 Pondasi ....................................................................................................... 3

2.1.1 Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Pondasi Batu Kali .............. 3

2.1.2 Langkah-Langkah Pembuatan Pondasi Batu Kali ............................ 4

2.2 Sloof ........................................................................................................... 4

2.2.1 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Sloof ............... 4

2.2.2 Langkah-Langkah Pengerjaan Sloof ................................................. 5

2.3 Kolom ......................................................................................................... 6

2.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Membuat Kolom Ikat ........ 6

2.3.2 Langkah-Langkah Pembuatan Kolom .............................................. 7

2.4 Dinding ....................................................................................................... 8

2.4.1 Alat dan Bahan yang digunakan dalam Pembuatan Dinding


Pasangan Batu Bata Merah ........................................................................ 8

2.4.2 Metode Pelaksanaan Pemasangan Dinding Batu Bata Merah .......... 8

2.5 Balok / Ring Balok ..................................................................................... 9

2.5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Pembuatan Balok atau Ring
Balok .......................................................................................................... 9

ii
2.5.2 Metode Pelaksanaan Pembuatan Balok / Ring Balok ..................... 10

2.6 Atap .......................................................................................................... 11

2.6.1 Jenis Struktur Atap.......................................................................... 11

2.6.2 Metode Pelaksanaan Pembuatan Rangka Atap Baja Ringan .......... 11

2.7 Tie Rod ..................................................................................................... 13

2.8 Form Tie ................................................................................................... 14

2.9 Steel Wale................................................................................................. 14

2.10 Adjustad Support .................................................................................... 14

Bab III Penutup ..................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15

Daftar Pustaka ........................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun ini seluruh dunia sedang disulitkan dengan adanya sebuah


pandemi, yaitu virus terbaru yang pertama kali ditemukan di Wuhan China.
Virus ini dikatakan berbahaya karena penyebaraannya yang sangat cepat,
juga efek yang ditimbulkan dari virus ini bila terinfeksi dapat menyebabkan
kematian. Seluruh dunia bahkan Indonesia sendiri kewalahan dalam
menghadapi virus ini dikarenakan belum ditemukannya vaksin Covid-19.
Jalan satu-satunya untuk menghadapi virus tersebut adalah dengan
mengehentikan seluruh aktivitas perekonomian, pendidikan, dan aktivitas
lainnya (Lock Down), serta pemerintah memberikan himbauan kepada
masyarakat untuk diam di rumah (Stay at Home) dan saling menjaga jarak
antar satu sama lain (Social Distancing) demi terhentinya penyebaran dari
virus Covid-19.

Berdasarkan kejadian diatas, kegiatan pendidikan yang sering dilakukan


di kampus ataupun sekolah akhirnya digantikan dengan aktivitas daring, yaitu
aktivitas belajar online. Meskipun dengan adanya pandemi yang sedang
melanda, itu tidak dapat menghentikan kita sebagai pelajar untuk terus
semangat dalam belajar karena pendidikan adalah nomer satu bagi kita
maupun bagi negara.

Seperti halnya perkuliahan pada umumnya, metode perkuliahan online


hanya dibedakan dari segi mediatornya yaitu yang sebelumnya secara
langsung atau tatap muka, digantikan dengan secara tidak langsung
menggunakan media online atau aplikasi. Selain materi yang diberikan dalam
perkuliahan online, tugas juga merupakan salah satu penunjang berjalannya
kegiatan perkuliahan serta penilaian terhadap mahasiswa itu sendiri.

Contohnya pada makalah yang saya buat ini. Makalah ini merupakan
tugas demi memenuhi persyaratan mata kuliah Metode Pelaksanaan
Bangunan pada semester genap. Makalah yang saya buat merupakan makalah
tentang bagaimana Struktural Bangunan Rumah Tempat Tinggal sesuai
dengan prosedur yang baik. Semoga dengan pembuatan makalah ini dapat

1
memberikan penambahan wawasan bagi pembaca maupun bagi saya sebagai
penulis.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut merupakan rumusan masalah telah disusun :

1. Bagaimana struktural bangunan rumah tempat tinggal dari awal


pondasi hingga akhir ring balok?

2. Apa yang dimaksud dari Tie Rod, Form Tie, Steel Wale dan
Adjustad Support?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang telah disusun berdasarkan rumusan masalah :

1. Memahami metode pelaksanaan mebangun rumah tempat tinggal


sesuai dengan prosedur yang baik.

2. Mengetahui arti serta penjelasan dari Tie Rod, Form Tie, Steel Wale
dan Adjustad Support.

2
BAB II

ISI

2.1 Pondasi

Pondasi merupakan bagian dasar pada bangunan yang berfungsi sebagai


penopang beban diatasnya. Pondasi sendiri terdiri dari berbagai macam dan
memiliki fungsi masing-masing tergantung bagaimana bentuk dan struktur
bangunan itu sendiri. Contoh dari jenis pondasi adalah pondasi batu kali,
pondasi tapak, pondasi sumuran, dan masih banyak lagi jenis pondasi
lainnya. Pondasi yang paling sering dipakai dalam pembuatan rumah tempat
tinggal biasanya adalah pondasi batu kali.

Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan serta langkah-langkah


dalam pembuatan pondasi batu kali.

2.1.1 Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Pondasi Batu Kali

A. Alat yang digunakan

1. Gerobak

2. Sekop

3. Ayakan

4. Cetok

5. Pengaduk Molen

6. Bowplank

7. Benang

8. Timba

B. Bahan yang digunakan

1. Pasir

2. Semen

3
3. Air

4. Batu Kali

2.1.2 Langkah-Langkah Pembuatan Pondasi Batu Kali

1. Ukur tanah yang akan dipasang pondasi lalu pasang Bowplank


untuk mengetahui ketinggian muka tanah setalah itu pasang
benang agar pondasi bisa tegak dan lurus.
2. Gali tanah yang akan dipasang pondasi dengan kedalaman
sekitar setengah meter karena pondasi tersebut dibuat untuk
pagar tembok yang mempunyai ketinggian 3 meter saja.
3. Landasan tanah tersebut diberi anstamping dengan ketinggin
sekitar 20 cm, dengan posisi batu tegak.
4. Pasir dan semen dicampur dengan menggunakan perbandingan
1:5 maksudnya 1 pasir : 5 semen kemudian campur dengan air
secukupnya sebagai pengikat dengan menggunakan alat
pengaduk molen.
5. Susun batu kali tersebut di atas anstamping setinggi 80 cm.
6. Setelah semuanya tercampur (pasir dan semen) dengan baik
tuangkan campuran tersebut ke dalam batu kali yang tersusun
tadi sambil dipadatkan dengan menggunakan tongkat besi agar
campuran tersebut memadati lobang-lobang yang berada di
pondasi batu kali tersebut.
7. Setelah itu tunggu pasangan batu kali tersebut hingga mengeras
dan siap untuk diberi beban di atasnya.

2.2 Sloof

Sloof merupakan struktur bangunan yang berada di atas pondasi. Sloof


berfungsi untuk menyalurkan beban di atas bangunan ke pondasi secara
merata, selain itu sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding dan kolom
agar tidak roboh pada saat pergerakan tanah.

2.2.1 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Sloof

A Alat yang digunakan


1. Papan cor (Bekisting)
2. Benang nilon
3. Paku Papan
4. Kertas Semen

4
5. Alat Ukur (meteran, pensil, penyiku, teodolith, waterpass,
dll.)
6. Gergaji
7. Palu
8. Alat Untuk Pembesian (bar cutter, bar bender, alat pengikat
bendrat bisa catut atau kateha)
9. Peralatan Untuk Pengecoran (molen kecil, jika tidak memakai
beton ready mix; vibrator atau batang besi/kayu; wadah untuk
menuang beton berupa ember, pompa, pipa, dll.)
10. Peralatan Pendukung lain, seperti kompresor, tangga, dsb.;
juga perlengkapan K3
B Bahan yang digunakan
1. Kerangka besi sloof yang sudah dianyam sesuai dengan
ukuran dan volume pekerjaan
2. Semen
3. Pasir
4. Batu Split
5. Air

2.2.2 Langkah-Langkah Pengerjaan Sloof

Metode pemasangan sloof adalah sebagai berikut :

1. Setelah pondasi telah selesai di cor, selanjutnya buatlah


anyaman sloof diatas pondasi atau bisa langsung beli jadi di
toko-toko. Pemasangan sloof tersebut harus masuk kepada tiang
kolom sehingga membentuk anyaman. Besi yang biasa
digunakan untuk sloof biasanya berdiameter 8 mm ke atas,
semakin tebal diameter maka semakin kuat.
2. Setalah ayaman sloof dipasang, lalu tutup dengan papan
bekisting. Cara membuatnya adalah dengan mengambil dua
buah papan bekisting dan satukan dengan kayu kaso. Jarak
lebar antara papan bekisting harus seukuran dengan batu bata
yang akan di pasang.
3. Papan bekisting di simpan diatas pondasi batu kali. Posisi besi
sloof harus tepat berada di tengah papan bekisting, sehingga
coran bisa menutupi besi sloof.
4. Gunakanlah papan kaso untuk menyetel posisi papan bekisting
sloof dan gunakan juga kertas bekas pembungkus semen untuk
menutup celah sehingga coran sloof tidak keluar.

5
5. Setelah papan bekisting dipasang, selanjutnya adalah membuat
coran. Takarannya adalah 1:2:3 satu untuk semen, dua untuk
pasir, dan tiga untuk split apabila menggunakan mesin molen,
apabila manual 1:2:3 (tiganya diganti semen dan duanya split)
dengan tujuan memudahkan pengadukan. Pergunakan air
secukupnya, di lapangan takaran air biasanya cukup encer
dengan maksud beton yang encer akan bisa mengisi
ruang-ruang sloof sehingga hasilnya akan lebih mulus.
6. Saat coran masuk kepada papan bekisting ketuk-ketuk dengan
palu kayu dan tusuk-tusuk dengan besi agar coran masuk ke
setiap ruang sloof.
7. Tunggu satu hingga tiga hari akan coran sloof kering untuk
membuka papan bekisting, untuk coran yang kering maksimal
adalah setelah lewat 28 hari.

2.3 Kolom

Kolom adalah struktur beton yang berdiri tegak vertikal sebagai pemikul
beban dari balok. SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah
komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial
tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali
dimensi lateral terkecil. Kolom dibagi menjadi tiga jenis yaitu kolom ikat,
kolom spiral, dan kolom komposit. Pembuatan kolom pada suatu bangunan
berbeda dengan pembuatan kolom pada rumah satu lantai perlu ketelitian dan
ketepatan penggunaan metode kerja terbaik agar bisa menghasilkan kualitas
beton terbaik dan termurah.

2.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Membuat Kolom Ikat

A Alat yang digunakan


1. Papan cor (Bekisting)
2. Benang nilon
3. Paku Papan
4. Kertas Semen
5. Alat Ukur (meteran, pensil, penyiku, teodolith, waterpass, dll.)
6. Gergaji
7. Palu
8. Alat Untuk Pembesian (bar cutter, bar bender, alat pengikat
bendrat bisa catut atau kateha)

6
9. Peralatan Untuk Pengecoran (molen kecil, jika tidak memakai
beton ready mix; vibrator atau batang besi/kayu; wadah untuk
menuang beton berupa ember, pompa, pipa, dll.)
10. Peralatan Pendukung lain, seperti kompresor, tangga, dsb.;
juga perlengkapan K3
B Bahan yang digunakan
1. Kerangka besi yang sudah dianyam sesuai dengan ukuran dan
volume pekerjaan
2. Semen
3. Pasir
4. Batu Split
5. Air

2.3.2 Langkah-Langkah Pembuatan Kolom

Metode pelaksanaan pembuatan kolom adalah sebagai berikut :

1. Dalam pembutan kolom kita harus mengetahui letak titik


pembuatan kolom yang sesuai dengan gambar desain bangunan.
2. Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk
mendapatkan dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat
untuk digunakan namun tetap ekonomis.
3. Kemudian melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan
posisi kolom bangunan, ini harus pas dengan gambar rencana.
Apalagi pada gedung bertingkat tinggi yang angka toleransi
kesalahannya berkisar 1 cm, jika salah dalam mengukur maka
ada resiko keruntuhan gedung.
4. Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi
yang perlu dipersiapkan. Ini sering disebut sebagai bestek besi.
5. Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang
telah direncanakan.
6. Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang
akan dibuat.
7. Memasang bekisting sebagai cetakan kolom.
8. Melakukan pengecekan posisi bekisting , apakah sudah sesuai
dengan ukuran rencana dan apakah sudah benar-benar tegak.
9. Menghitung kebutuhan beton yang diperlukan.
10. Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan
kualitas sesuai dengan perhitungan semula. Misalnya mau
menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-400 dan
seterusnya.

7
11. Melakukan pengerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor
bisa dilakukan dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau
mengukur sisa cor dari ujung atas bekisting.

2.4 Dinding
Dinding merupakan suatu struktur padat yang dapat membatasi dan
melindungi suatu area. Pada umumya, dinding membatasi suatu bangunan
dan menyokong struktur lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi
ruangan-ruangan seperti kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dll. Dinding
terbagi menjadi dinding interior dan dinding ekserior. Dinding yang akan kita
gunakan dalam makalah ini adalah dinding pasangan batu bata merah.
Berikut adalah alat dan bahan serta pelaksanaan pembuatan dinding
pasangan batu bata merah.
2.4.1 Alat dan Bahan yang digunakan dalam Pembuatan Dinding
Pasangan Batu Bata Merah
A. Alat yang Digunakan
1. Ayakan
2. Pengki atau Perangkat Ukur Material
3. Alat Pengaduk atau Box
4. Sendok atau Cetok
5. Roskam
6. Benang
7. Mistar ukur
8. Slang air atau Waterpass
9. Plastik
B. Bahan yang Digunakan
1. Batu Bata Merah
2. Semen
3. Pasir
4. Air
2.4.2 Metode Pelaksanaan Pemasangan Dinding Batu Bata Merah
1. Pasangan batu bata untuk dinding-dinding luar pada bangunan
umumnya dapat dipakai pasangan batu bata 1/2 batu.
2. Dinding pengisi dari pasangan bata, 1/2 bata harus diperkuat
dengan kolom praktis, sloof, rollag, dan ring balok yang
berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan
menahan/menyalurkan beban struktural pada bangunan agar
tidak mengenai pasangan dinding bata tersebut.
3. Campuran spesi pada pasangan tembok harus cukup kedap air
agar tembok tidak mudah basah jika terkena air hujan. Dinding

8
bata yang memerlukan campuran kedap air misalnya tembok
pada kamar mandi, WC, tempat cuci, dan dapur spesinya 1:3,
artinya 1 takaran semen dan 3 takaran pasir. Dinding bata yang
tidak memerlukan campuran kedap air, perbandingan spesinya
1:5.
4. Perkuatan dinding batu bata dengan kolom praktis.
Kolom-kolom praktis merupakan bagian kerangka yang
membantu dan memperkuat posisi dinding pasangan batu bata,
dan pemasangan kolom ditempatkan pada sudut pertemuan
pasangan batu bata.
5. Pasangan dan penempatan kolom-kolom yang berukuran 13 x 13
atau 15 x 15 ditempatkan pada seluas bidang dindig tembok batu
bata 12 m2. Jadi, penampang kolom praktis yang berukuran 15 x
15 cm itu ditempatkan penulangan / pembesian Ø4-12 mm dan
pemasangan sengkang / cincinnya dengan Ø8-20 cm dan
terpasang pada dinding bata sejarak 3-4 m2.
6. Kusen gendong yang diartikan konstruksi kusen pintu dan
jendelanya menjadi satu. Di bagian atas dari ambang atas kusen
dipasangakan batu bata berdiri atau disebut sebagai ro;;ag
dengan adukan menggunakan perbandingan 1 PC : 3 PS.

2.5 Balok / Ring Balok


Balok atau Ring Balok merupakan struktur yang diletakan di atas
pasangan batu bata yang saling mengikat antara kolom dan sloof yang
berfungsi sebagai tumpuan atap atau bangunan lantai atas dan sebagai
pengikat pasangan batu bata di atasnya supaya tidak runtuh.
2.5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Pembuatan Balok atau
Ring Balok
A. Alat yang digunakan
1. Papan cor (Bekisting)
2. Benang nilon
3. Paku Papan
4. Kertas Semen
5. Perancah (Steger) atau Set Scaffolding
6. Alat Ukur (meteran, pensil, penyiku, teodolith, waterpass, dll.)
7. Gergaji
8. Palu
9. Alat Untuk Pembesian (bar cutter, bar bender, alat pengikat
bendrat bisa catut atau kateha)

9
10.Peralatan Untuk Pengecoran (molen kecil, jika tidak memakai
beton ready mix; vibrator atau batang besi/kayu; wadah untuk
menuang beton berupa ember, pompa, pipa, dll.)
11.Peralatan Pendukung lain, seperti kompresor, tangga, dsb.; juga
perlengkapan K3
B. Bahan yang digunakan
1. Kerangka besi sloof yang sudah dianyam sesuai dengan
ukuran dan volume pekerjaan
2. Semen
3. Pasir
4. Batu Split
5. Air
2.5.2 Metode Pelaksanaan Pembuatan Balok / Ring Balok
1. Pertama-tama, pastikan kolom-kolom telah dicor sampai
ketinggian di mana akan disatukan dengan balok. Semestinya
pada bagian atas kolom telah disisakan tulangan yang akan
disatukan dengan tulangan balok.
2. Lakukan pengukuran untuk menentukan as balok. Kemudian
pasang perancah (scaffolding). Perancah disusun di antara setiap
dua kolom struktur di bawah posisi balok akan dicor. Untuk
perancah kockdown pemasangan dimulai dari jack base, main
frame, dan ladder frame, yang disambung dengan joint pin; lalu
diperkuat dengan cross brace.
3. Sementara di area lain bisa dilakukan pembuatan papan bekisting
sesuai ukuran balok, terdiri dari papan alas dan 2 papan untuk
kedua sisi balok. Berikan penguatan pada papan bekisting agar
tidak melengkung. Selain bekisting, bisa juga dikerjakan
pemasangan kerangka besi yang telah dianyam baik itu dibuat
sendiri atau beli jadi.
4. Setelah perancah siap, pasang dua balok gelagar pada kedua sisi
memanjang (searah panjang balok), jaraknya bisa disesuaikan.
Melintang di atas gelagar, susunlah suri-suri dari tepi satu ke tepi
lain dengan jarak ±40-60 cm.
5. Pasang papan bekisting bagian dasar. Lalu, kerjakan pembesian
balok di atasnya. Atau, jika pembesian telah dikerjakan di bawah
(fabrikasi), bisa langsung dipasang di atas bekisting tersebut.
Atur posisinya secara tepat dan satukan dengan tulangan kolom
yang tersisa.

10
6. Setelah penulangan selesai, pasanglah papan bekisting bagian
samping. Sebagai perkuatan, pasang beberapa kayu penahan
(skur) pada kedua sisi bekisting, jika perlu juga di atasnya.
7. Sebelum pengecoran, perlu diperiksa kelurusan dan kedataran
serta kekuatan bekisting.
8. Setelah siap bisa dilakukan pengecoran dengan adukan beton
buatan sendiri atau dari “ready mix”. Agar dihasilkan beton yang
padat, selama pengecoran ratakan dan padatkan adukan dengan
bantuan vibrator atau batang kayu/besi.
9. Untuk proses perawatan bisa dilakukan penyiraman air, setelah
beberapa hari. Pembongkaran papan bekisting bisa dilakukan
setelah 7-21 hari, sesuai proses pengeringan beton sehingga
didapat beton yang kokoh.

2.6 Atap
Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang melindungi bagian dalam
bangunan dari hujan maupun panas. Bentuk atap ada yang datar dan ada yang
miring, walaupun datar harus dipikirkan untuk mengalirkan air agar bisa
jatuh. Bahan untuk atap bermacam-macam, di antaranya: genting (keramik,
beton), seng bergelombang, asbes, maupun semen cor.
2.6.1 Jenis Struktur Atap
1. Struktur Rangka Atap Baja
2. Struktur Rangka Atap Kayu
3. Struktur Atap Beton Bertulang
4. Struktur Rangka Atap Baja Ringan
2.6.2 Metode Pelaksanaan Pembuatan Rangka Atap Baja Ringan
1. Pekerjaan Persiapan
 Menyiapkan gambar rencana atap dan perletakkan kuda- kuda,
dan tidak diperkenankan menggunakan gambar draft sebagai
panduan.
 Menyiapkan semua peralatan perlengkapan keselamatan dan
kesehatan kerja, dan memperhatikan petunjuk tentang
persyaratan melakukan pekerjaan di atas ketinggian (lihat bagian
keselamatan kerja).
 Menyiapkan semua perlengkapan untuk pemasangan kuda-kuda,
antara lain: bor dan hexagonal socket,meteran, selang air
(waterpass), alat penyiku, mesin pemotong, gergaji besi, palu,
dan sebagainya.

11
2. Leveling dan Marking
 Memastikan seluruh permukaan atas ring balok dalam keadaan
rata dan siku, dengan menggunakan selang air (waterpass) dan
penyiku sebagai alat bantu.
 Memastikan bahwa rangkaian ring balok telah mengikat semua
bagian bangunan dan tersambung secara benar (monolith)
dengan kolom yang ada di bawahnya.
 Memberi tanda posisi perletakan kuda-kuda (truss), sesuai
dengan gambar rencana atap.
 Mengukur jarak antar kuda-kuda.
3. Pengangkatan dan Pemasangan Kuda-Kuda
 Mengangkat kuda-kuda secara hati-hati, agar tidak meng
akibatkan kerusakan pada rangkaian kuda-kuda yang telah
selesai dirakit.
 Memastikan posisi kiri dan kanan (L-R) kuda-kuda tidak
terbalik. Sisi kanan dan kiri kuda-kuda dapat ditentukan dengan
acuan posisi saat pekerja melihat kuda-kuda, dengan mulut web
dapat dilihat oleh pekerja. Bagian di sebelah kiri pekerja disebut
sisi kiri, sedangkan yang berada di sebelah kanannya adalah sisi
kanan.
 Mengontrol posisi berdirinya kuda-kuda agar tegak lurus
dengan ringbalok menggunakan benang dan lot (unting-unting)
 Mengencangkan kuda-kuda dengan plat L (L bracket), dengan
menggunakan 4 buah screw 12 – 14 x 20 HEX.
 Mengencangkan plat L dengan ring balok menggunakan
dynabolt, dan menambahkan balok penopang sementara, agar
posisi kuda-kuda tidak berubah.
 Mengulangi langkah ke-1 sampai ke-6 untuk mendirikan semua
kuda-kuda, sesuai dengan posisinya dalam gambar kerja.
 Memeriksa ulang jarak antar kuda-kuda dari as ke as
(maksimum 1,2 meter).
 Memeriksa kedataran (leveling) semua puncak kuda-kuda
(Apex), dan memastikan garis nok memiliki ketinggian yang
sama (datar).
 Memasang balok nok.
 Memasang bracing (pengikat) sebagai perkuatan, jika bekerja
beban angin. Bracing
dipasang di atas top-chord dan di bawah reng.

12
 Bila menggunakan aluminium foil, lapisan ini dipasang terlebih
dahulu di atas truss,
jurai dan rafter
 Memasang reng (roof battens) dengan jarak menyesuaikan jenis
penutup atap yang digunakan. Setiap pertemuan reng dengan
kuda-kuda diikat memakai screw ukuran 10-16×16 sebanyak 2
(dua) buah
 Memasang outrigger (gording tambahan setelah kuda-kuda
terakhir yang menumpu ringbalk). Pada atap jenis pelana,
outrigger dapat dipasang sebagai overhang dengan panjang
maksimal 120 cm dari kuda- kuda terluar, dan jarak antar
outrigger 120 cm. outrigger harus diletakkan dan di-screw
dengan dua buah kuda-kuda yang terdekat.
 Memasang ceilling battens dengan jarak antar masing-masing
ceilling battens adalah 120 cm. Komponen ini dipasang pada
permukaan bagian atas bottom chord kuda-kuda dan di-screw.
4. Pemasangan Penutup Atap
 Memeriksa ulang pemasangan kuda-kuda sesuai dengan nomor,
kedataran nok maupun sisi atap, dan memastikan support
overhang terpasang dengan benar .
 Bila menggunakan Aluminium Foil, maka lapisan ini dipasang
terlebih dahulu di atas jurai dan rafter.
 Menentukan jarak reng sesuai dengan jenis penutup atap yang
digunakan, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan reng (roof
battens) dengan screw 10 – 16 x 16 HEX.
 Memasang satu jalur penutup terlebih dahulu dari bawah ke atas.
Pemasangan penutup atap harus lurus dan rapi agar polanya
menjadi rapi dan tidak berbelok – belok.

2.7 Tie Rod


Tie rod bekisting adalah alat bantu berupa besi yang ditujukan untuk
mengamankan bekisting pada kolom bangunan. Di sisi lain, tie rod bekisting
dapat menetralkan tekanan pada rangka beton sebelum mengeras. Umumnya,
tie rod dibuat dengan menggunakan besi beton yang disambungkan pada plat
besi dan as drat. Diameter tie rod bekisting adalah sekitar 10 mm dengan
ukuran panjang sesuai dengan ukuran kolom struktur.
Tie rod bekisting adalah bagian terpenting pada penggunaan bekisting
kayu. Ini dikarenakan tie rod berperan untuk menjaga bentuk beton ketika
proses pengecoran kolom atau dikenal dengan istilah bunting. Ukuran tie rod
bekisting harus dibuat dengan tepat, karena jika terlalu kecil justru akan

13
menimbulkan terjadinya perubahan bentuk beton. Sebaliknya, jika ukuran
dibuat terlalu besar justru akan membuat pengecoran gagal karena terjadi
perubahan bentuk pada beton.

2.8 Form Tie


Form ties adalah batangan besi berupa mur-baut, yang dipasang pada
daerah begisting yang dikawatirkan akan terjadi lendutan (gagal). Form ties
tidak hanya dipergunakan pada dinding dan balok tinggi, tetapi juga sangat
efektif digunakan pada kolom-kolom struktur beton bertulang yang
berdimensi besar.

2.9 Steel Wale


Steel wale adalah baja yang berfungsi sebagai penahan bekisting agar
ketika pengecoran, papan bekisting bisa tetap berdiri dan tidak hancur
ataupun bergeser.

2.10 Adjustad Support


Adjustad support adalah daya dukungan yang disesuaikan untuk
menopang papan bekisting agar tetap diam dan tidak bergeser jika papan
bekisting mengalami lendutan.

14
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam sebuah proses membangun rumah tempat tinggal maupun
bangunan gedung bertingkat terdapat prosedur yang harus kita laksanakan
dengan baik sehingga bangunan tersebut dapat berdiri kokoh dan bertahan
lama dengan kondisi yang sangat baik. Contohnya dalam pembuatan rumah
tempat tinggal pemasangan pondasi, sloof, kolom, dinding, ring balok, dan
atap sebagai komponen yang paling utama itu harus sesuai dengan metode
pelaksanaan yang tepat.
Makalah diatas telah menyajikan bagaimana cara membangun rumah
tempat tinggal dari pembuatan pondasi hingga rangka atap. Makalah ini juga
dilengkapi dengan alat dan bahan material apa saja yang harus di siapkan
dalam proses pembangunan.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://elfaengineer.blogspot.com/2015/11/langkah-kerja-pemasangan-pondasi-ba
tu.html

https://bangun-rumah.com/pondasi-rumah-2-lantai/

https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/96-kolom-bangunan-pengertian-jenis-dan-f
ungsinya

https://www.asdar.id/pengertian-sloof/

https://asiaarsitek.com/cara-pembuatan-sloof-rumah-lengkap/

http://www.ilmusipil.com/cara-membuat-kolom-beton-bertulang

http://windradesainkonstruksi.blogspot.com/2015/09/mengenal-beton-sloofkolom
-balok-plat.html#:~:text=Ring%20balok%20atau%20ring%20balk,bagian%20ata
s%20agar%20tidak%20runtuh.

https://www.slideshare.net/vini93/bahan-dinding-materi-bahan-bangunan

https://jasa-arsitek.com/begini-cara-memasang-dinding-bata-yang-rapi-dan-koko
h/

http://jagobangunan.com/article/read/material-alat-dan-teknik-pengecoran-balok-
yang-wajib-diketahui-tukang-bangunan

https://www.indosteger.co.id/berita/detail/5-hal-yang-perlu-anda-ketahui-tentang-
tie-rod-bekisting

https://ronymedia.wordpress.com/2011/02/15/form-ties/#:~:text=Form%20Ties%
20adalah%20batangan%20besi,akan%20terjadi%20lendutan%20(gagal).&text=B
atang%20besi%20dari%20form%20ties,cor%20cair%20(lihat%20gambar).

https://jayawan.com/cara-pasang-rangka-atap-baja-ringan/

iv

Anda mungkin juga menyukai