Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH DASAR TEKNIK

KONSTRUKSI BATU BATA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Dasar Teknik”

Dosen Pengampu:

Syarifuddin, SKM., M.Kes


Catur Puspawati, ST., MKM.
Zulfia Maharani, ST, Msi
Agus Dwi Pramono, AMKL (Pr.)

Disusun Oleh: Kelompok 2

Kelas 1 D4 A

1. Ahmad Rendi Firdaus (P21335122006)


2. Bayyina Nabila Putri (P21335122017)
3. Divi Yasharani (P21335122023)
4. Fanny Julia Putri (P21335122029)
5. Farrah Putri Febria K. (P21335122032)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat Rahmat dan Hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah
membantu memberikan arahan dan bimbingannya hingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik tanpa ada kendala apapun. Adapun tema dari makalah
ini adalah "Konstruksi Batu Bata".

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan juga sebagai persyaratan
untuk memenuhi nilai dari mata kuliah Dasar Teknik di Poltekkes Kemenkes
Jakarta II. Dalam penulisan makalah ini mungkin kami masih memiliki banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja
sama dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
juga menjadi inspirasi untuk para pembacanya.

Jakarta, 30 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 : PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................1
BAB 2 : ISI...............................................................................................................2
2.1 Perkembangan Kebudayaan........................................................................2
2.2 Pranata Sosial...............................................................................................6
2.3 Institusionalisasi...........................................................................................9
BAB 3 : PENUTUP...............................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................14
3.2 Saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................0

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Batu bata merupakan salah satu komponen yang penting pada suatu bangunan. Batu
bata biasa digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan dinding rumah/gedung. Batu
bata sering dipilih sebagai bahan alternatif utama penyusun bangunan karena harganya yang
relative murah, mudah diperoleh, memiliki kekuatan yang cukup tinggi, tahan terhadap
pengaruh cuaca, dan tahan terhadap api. Pada umumnya pembuatan bata merah pejal dengan
cara dibakar dengan suhu 800°C sehingga tidak hancur bila direndam dalam air, sedangkan
pembakarannya menggunakan sekam padi atau kayu bakar yang dapat menimbulkan polusi
udara melalui emisi.
Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh
masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan
konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik batu bata yang dibangun masyarakat
untuk memproduksi batu bata. Penggunaan batu bata banyak digunakan untuk aplikasi
konstruksi pada bangunan seperti dinding pada bangunan perumahan, bangunan gedung,
pagar, saluran dan pondasi. Pemanfaatan batu bata dalam konstruksi baik non-struktural
ataupun struktural perlu adanya peningkatan produk yang dihasilkan, baik dengan cara
meningkatkan kualitas bahan material batu bata sendiri maupun penambahan dengan bahan
lain.
Dalam pembuatan batu bata tanah liat merah telah menjadi bahan dasar dalam
pembuatan batu bata dengan sifat plastisitas dan susut kering. Plastisitas tanah liat sangat
penting untuk mendorong proses awal pembuatan batu bata. Jika tanah liat yang digunakan
terlalu plastis maka akan menyebabkan batu bata memiliki sifat kuat kering yang lebih tinggi,
yang akan berpengaruh pada kekuatan, menambah susut dan mempengaruhi hasil
pembakaran batu bata.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Batu bata?
2. Apa saja jenis-jenis batu bata?
3. Berapa standar ukuran batu bata?
4. Bagaimana syarat yang diperlukan untuk ikatan batu bata?
5. Ada berapa macam ikatan batu apa?
6. Apa saja penjelasan mengenai perbandingan spasi?

Tujuan

4
Untuk mengetahui mengenai batu bata seperti jenis batu bata, standar ukuran batu bata,
ikatan batu bata serta perbandingan spasi.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Batu Bata


Salah satu bahan baku pokok kontruksi bangunan untuk pembuatan dinding yaitu batu
bata. Batu bata tersebut terbuat dari bahan tanah liat yang pembuatannya dengan cara dibakar
hingga berwarna kemerah-merahan.
Menurut Wikipedia, Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan
pembuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah lempung yang dibakar sampai berwarna
kemerah-merahan.
Menurut Nuraisyah Siregar, batu bata merah adalah batu buatan yang terbuat dari
suatu bahan yang dibuat oleh manusia supaya mempunyai sifat-sifat seperti batu. Hal tersebut
hanya dapat dicapai dengan memanasi atau membakar atau juga dengan pengerjaan-
pengerjaan kimia.
Menurut data SNI-2094-1991, batu bata merupakan unsur bahan bangunan yang
digunakan untuk pembuatan konstruksi bangunan seperti rumah, gedung, dan bangunan
lainnya. Batu bata tersebut terbuat dari tanah liat yang dibuat dengan atau tanpa campuran
bahan-bahan lain yang selanjutnya akan dibakar pada suhu yang cukup tinggi sehingga
tekstur pada batu bata tersebut keras atau tidak dapat hancur lagi bila direndam kedalam air.
Menurut Suwardono, ada beberapa tahapan dalam proses pembuatan batu bata.
Berikut proses atau cara dalam pembuatan batu bata, yaitu:

A. Penggalian Bahan Mentah


Penggalian bahan mentah untuk batu bata merah disarankan untuk mencari
tanah yang bertekstur tidak terlalu plastis dan juga tanah yang mengandung sedikit
pasir agar nantinya dapat menghindari dari penyusutan. Penggalian bahan mentah
dilakukan pada tanah yang lapisannya berada paling atas dan kira-kira tanah tersebut
setebal 40-50 cm. Pada saat ingin mengambil tanah tersebut, sebaiknya tanah tersebut
dibersihkan dari sampah-sampah akar pohon, sampah plastik, sampah daun, dan
bahan-bahan lainnya agar tidak ikut terbawa oleh tanah tersebut. Kemudian tanah
tersebut digali hingga ke bawah dan sedalam 1,5-2,5 Meter atau tergantung dengan
kondisi tanah tersebut. Tanah yang sudah digali akan dikumpulkan dan disimpan pada
tempat yang aman dan terlindungi agar tidak tercampur dengan bahan-bahan lain.
Semakin lama tanah liat disimpan, maka tanah liat tersebut akan semakin baik
dikarenakan dapat membuat tanah liat menjadi lapuk. Tahap tersebut bertujuan untuk
membusukkan atau mematikan organisme yang ada dalam tanah liat.

B. Pengolahan Bahan
Tanah liat yang sudah diamkan tadi selama beberapa hari, kemudian akan
dicampur dengan air secara merata dan tidak terlalu banyak. Air yang digunakan

5
dalam proses pembuatan batu bata harus air bersih dan air tersebut harus tidak boleh
mengandung bahan-bahan lain. Kemudian pelumatan atau pecampuran bahan-bahan
tersebut dapat dilakukan dengan tangan atau kaki. Pada saat pengolahan bahan
tersebut, bahan campuran tadi harus benar-benar dapat menyatu dan rata satu sama
lain. Lalu, bahan mentah atau bahan campuran tadi kemudian akan didiamkan selama
2 sampai 3 hari sebelum akan dicetak melalui cetakan yang tersedia. Hal itu bertujuan
untuk memberikan waktu atau kesempatan agar partikel-partikel tanah liat dapat
menyerap air dengan stabil dan dapat terjadi penyusutan secara merata.

C. Pembentukan Batu Bata


Bahan mentah atau bahan campuran yang telah didiamkan selama 2 sampai 3
hari sebelumnya akan mempunyai sifat plastisitas. Kemudian bahan mentah tersebut
akan dibentuk menggunakan alat cetak yang terbuat dari bahan baku kayu atau kaca
yang sesuai dengan ukuran standar SNI S-04-1989-F atau SII-0021-78. Sebelum
mencetak bahan mentah tersebut kedalam cetakan kayu atau kaca tadi, sebaiknya
cetakan tersebut dibasahi dengan air agar tanah liat tersebut tidak akan menempel
pada cetakan. Untuk lantai dasar atau permukaan pada pencetakan batu bata merah
harus pada permukaan yang rata dan juga ditaburi dengan abu sebelumnya.

Langkah awal pencetakan batu bata yaitu dengan meletakkan cetakan pada
lantai dasar pencetakan dan kemudian tanah liat yang telah disiapkan akan ditaruh
pada bingkai cetakan dengan tangan sembari ditekan-tekan sampai tanah liat tersebut
memenuhi semua sudut ruangan pada bingkai cetakan yang selanjutnya cetakan
tersebut diangkat dan batu bata mentah hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar
terkena sinar matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian dikumpulkan pada
tempat yang aman dan terlindungi untuk diangin-anginkan.

D. Pengeringan Batu Bata


Proses pada pengeringan batu bata akan lebih baik jika berlangsung secara
bertahap. Hal itu agar panas dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung ke tanah
liat tersebut. Maka dari itu diperlukan untuk pemasangan penutup plastik agar sinar
matahari tidak langsung jatuh ke tanah liatnya. Apabila proses pengeringan batu bata
terlalu cepat atau panas sinar matahari terlalu menyengat ke tanah liat, hal itu akan
mengakibatkan retakan-retakan pada batu bata nantinya. Setelah itu, batu bata yang
sudah dijemur selama satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup
kering, batu bata tersebut ditumpuk secara menyilang satu sama lain yang bertujuan
agar terkena angin. Proses pengeringan batu bata memerlukan waktu selama dua hari
jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab atau hujan, maka
proses pengeringan batu bata sekurang-kurangnya satu minggu atau bisa memakan
waktu lebih lama.

E. Pembakaran Batu Bata


Menurut Suwardono, pembakaran batu bata yang dilakukan tidak hanya
bertujuan untuk mencapai suhu yang diinginkan, melainkan juga memperhatikan

6
kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk mencapai
pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan fisika dan kimia serta
mineralogi dari tanah liat tersebut. Proses pembakaran batu bata berjalan seimbang
dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu.
Berikut ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam tahap pembakaran yaitu:
1. Tahap pertama, yaitu adalah penguapan (pengeringan)
yaitu pengeluaran air pembentuk yang terjadi hingga temperatur kira-kira
120°C.
2. Tahap kedua, yaitu adalah oksidasi
Yaitu terjadi pembakaran sisa-sisa tumbuhan (karbon) yang terdapat didalam
tanah liat. Proses ini berlangsung pada temperatur 650°C-800°C.
3. Tahap ketiga, yaitu adalah pembakaran penuh
Yaitu batu bata dibakar hingga matang dan terjadi proses pengerasan hingga
menjadi bata yang bertekstur padat. Temperatur matang bervariasi antara
920°C-1020°C tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai.
4. Tahap kempat, yaitu adalah penahanan
Tahap ini terjadi penahanan temperatur selama 1-2 jam. Pada tahap 1, 2 dan 3
kenaikan temperatur harus perlahan-lahan agar tidak terjadi kerusakan pada
batanya. Kerusakan tersebut dapat terjadi seperti pecah-pecah, noda hitam
pada batu bata, pengembangan, dan lain-lain.

F. Pendinginan Batu Bata


Setelah dilakukan tahap pembakaran, suhu pada batu bata kemudian akan
diturunkan atau didinginkan dengan cara diangin-anginkan. Hal itu bertujuan agar
suhu pada batu bata menjadi stabil yaitu tidak kepanasan ataupun kedinginan.

G. Pemilihan (seleksi)
Tahap ini merupakan tahap terakhir setelah melalui tahapan-tahapan diatas
tadi. Setelah batu bata sudah jadi dan selesai didinginkan, maka selanjutnya akan
dipilah-pilah atau diseleksi agar batu bata yang akan diperjualbelikan dapat
berkualitas baik dan tidak mengecewakan para konsumennya. Batu bata yang
berkualitas baik yaitu memiliki ciri-ciri seperti permukaannya tidak pecah-pecah,
tidak terdapat noda hitam, dan memiliki ukuran yang sesuai dengan standar SNI.

Jenis-jenis Batu Bata

1. Bata Tanah
Proses pembuatannya dimulai dari tanah liat yang dicetak dalam balok persegi
panjang, kemudian dibakar pada suhu yang sangat tinggi hingga mengeras dan
berwarna kemerahan. Jenis bata tanah liat terbagi menjadi dua, yakni
a. bata merah

7
Meskipun diberi istilah bata merah, bata ini tidak berwarna merah terang,
melainkan merah kecokelatan. Teksturnya sedikit kasar, tidak rapi, berfungsi
sebagai pembentuk dinding yang direkatkan dengan semen, dan harus diberi
pelapis lagi. Kelebihan bata merah adalah mampu menciptakan suasana sejuk di
dalam rumah dan tahan terhadap api sehingga memberikan perlindungan ekstra
pada penghuni rumah. Namun, kekurangannya, akan memerlukan banyak bahan
perekat saat dipasang.

b. bata muka.
bata muka atau lebih dikenal dengan sebutan bata ekspos adalah batu bata yang
memiliki permukaan lebih halus dan rapi. Selain sebagai pembentuk dinding,
biasanya bata muka dibiarkan begitu saja tanpa pelapis lagi. Tujuannya untuk
dekorasi serta menciptakan kesan natural dan industrial.

2. Batako
Batako merupakan campuran semen dan pasir kasar yang kemudian dipres
hingga mengeras. Batako berwarna abu-abu dengan ukuran lebih besar daripada batu
bata merah. Namun, bobotnya lebih ringan karena memiliki rongga. batako sering kali
digunakan untuk konstruksi bangunan komersial, bangunan industrial, pagar, dan
kolam renang. Ini karena batako memiliki sifat kuat dan kedap air, sehingga cocok
digunakan untuk dinding bagian luar rumah dan untuk bangunan di lahan basah.
Namun, jika diaplikasikan sebagai bahan baku pembuatan tembok untuk hunian di
daerah tropis seperti Indonesia, batako dinilai kurang cocok. Ini karena sifatnya yang
menyimpan panas, sehingga bisa membuat suasana rumah menjadi pengap.

3. Bata Kapur Putih


Bata kapur putih ditambang langsung dari gunung kapur alam. Setelah
ditambang, batu kapur yang masih berupa bongkahan besar dipotong kecil-kecil
berbentuk balok dan bisa digunakan tanpa melalui proses pembakaran ataupun press.
keunggulan bata kapur putih, yaitu kuat dan tahan asam. Jika dibandingkan dengan
bata merah dan batako, kekuatan dan ketahanan bata kapur putih menjadi juaranya.
Bata kapur putih bisa digunakan untuk dinding hunian, pabrik, bahkan konstruksi
bangunan berat seperti jembatan karena kuat, tahan lama, tahan di lingkungan berair,
dan tidak mudah keropos.

4. Bata Ringan
Jenis bata ini terbuat dari campuran semen, abu terbang, kapur, dan serbuk
aluminium. Bata ringan memiliki sejumlah kelebihan, di antaranya tiga kali lebih
ringan dibanding bata biasa, menghalau panas, tahan api, kedap suara, dan mudah
dipotong. Namun, jenis bata ini harus dipasang dengan semen khusus dan lebih
mudah pecah dibanding bata tanah liat. Bata ringan cocok digunakan untuk bangunan
tinggi, sekolah, rumah sakit, hotel, dan kantor.

5. Bataton

8
Bahan-bahan penyusun bata beton alias bataton di antaranya semen, agregat,
kerikil, pasir, dan air. Di Indonesia, bataton yang terkenal merupakan keluaran
perusahaan Holcim (sekarang berganti nama menjadi Dynamix). Bentuk bataton
bermacam-macam dan memiliki rongga di bagian dalamnya. Rongga tersebut bisa
diisi baja untuk membuat pilar atau menjadi jalur pipa air dan kabel listrik. Karena
berongga pula, bataton bisa menjadi isolator panas. Selain itu, proses konstruksi
dengan bataton lebih efisien dibanding dengan bata merah.

6. Bata Roster
Dikenal dengan istilah ventilation block dalam Bahasa Inggris, bata roster
adalah bata yang memiliki lubang-lubang sehingga memungkinkan udara dan cahaya
masuk. Karena itu, bata roster cocok digunakan di negara-negara tropis yang beriklim
panas dan lembap.

7. Conblock
Berbeda dengan jenis-jenis bata di atas yang dipasang sebagai dinding
bangunan, conblock alias concrete block atau paving block digunakan di atas tanah.
Beton berbentuk blok-blok kecil membuat permukaan tanah jadi lebih keras dan rata,
tapi tetap menyerap air. Karena itu, conblock biasa digunakan di area taman.

Ukuran Batu Bata


Menurut standar Badan Standardisasi Nasional (BSN) nomor 15-2094-2000, standar
bata merah di Indonesia ditetapkan harus sesuai ukuran standar berikut ini:

9
MACAM – MACAM IKATAN BATA :
Macam-macam ikatan bata pada tembok suatu bangunan meliputi :
 Ikatan ½ bata : untuk tembok tebal lapisan setengah bata
 Ikatan tegak : untuk tembok tebal lapisan 1 bata/lebih dan kombinasinya
 Ikatan silang : untuk tembok tebal lapisan 1 bata atau lebih dan kombinasinya
 Ikatan plam : untuk tembok tebal lapisan 1 bata atau lebih dan kombinasinya
 Ikatan rantai : untuk tembok tebal lapisan setengah bata / lebih
 Ikatan kop : untuk tembok tebal lapisan 1 bata atau lebih

Contoh :
Ikatan setengah bata pada sudut siku dua tembok: ½ x ½ bata
Penyusunan bata pada tembok rumah, pagar halaman dapat membentuk sudut siku (90 o),
sudut lancip (< 90o), sudut tumpul (> 90o)

10
Keterangan:
 Lapis tembok berselang seling (berganti)
 Agar siar tegak saling berselisih ½ strek serta siar tegak tidak saling berhimpit pada 2 lapis
berturut-turut perlu dipasang 2 buah bata dengan panjang ¾ bata.

Keterangan:
 Ditempat persilangan 2 tembok lapisannya berganti-ganti
 Agar siar tegak tidak saling berhimpit perlu dipasang 2 bata ukuran panjang ¾ bata

11
Keterangan tembok 1 bata:
 Ikatan tegak yang banyak digunakan mempunyai tebal lapisan satu bata atau juga dapat
dibuat lebih.
 Sifat hubungan bata pada ikatan tembok satu bata adalah:
o Tembok terdiri dari 2 macam lapisan, yaitu lapisan strek dan kop
o Dalam 2 lapis berturut turut siar lintang saling berselisih ½ panjang bata
o Panjang tembok jika dibagi dengan lebar bata akan berjumlah k (kepala) ganjil dan
genap

Keterangan:
Pada sudut tembok, pertemuan dan persilangan pada lapisan bujur (strek) berjalan terus
diawali dan diakhiri dengan ¾ bata. Jika lapisan pertama merupakan lapisan bujur maka
lapisan di atasnya menjadi lapisan kepala (kop).

12
Perbandingan Spesi

Spesi merupakan bahan perekat pada dinding bata dan plesteran. Spesi terdiri atas
campuran antara pasir dan semen dengan perbandingan tertentu. Kebutuhan pasir untuk
campuran spesi tergantung perbandingan yang akan digunakan, dan harus dihitung dengan
benar agar tercukupi sesuai dengan kebutuhan. Terdapat beberapa perbandingan spesi yang
digunakan untuk spesi dinding bata dan plesteran berdasarkan SNI.

Berikut beberapa perbandingan campuran spesi yang digunakan untuk pekerjaan dinding
bata, antara lain :

 Pasangan dinding batu bata trasram

Dinding bata trasram adalah dinding bata yang berada di atas sloof. Ketinggian
dinding ini sekitar 50 – 100 cm dari sloof. Dinding ini bersentuhan langsung dengan air,
sehingga campuran spesi trasram dibuat kedap.

Ada 2 perbandingan spesi yang digunakan untuk dinding trasram yaitu :

a. Perbandingan 1 Pc : 3 Ps

Berdasarkan SNI koefisien pasir untuk campuran spesi tersebut adalah 0,043 m3 setiap m2.
Jadi misalnya luasan dinding trasram 10 m2, maka kebutuhan pasirnya = 10 x 0,043 = 0,43
m3 pasir.

b. Perbandingan 1 Pc : 2 Ps

Koefisien pasir untuk perbandingan 1 pc:2 ps adalah 0,038 m3 setiap m2 dinding. Maka jika
luasan dinding 10 m2 kebutuhan pasir = 0,038 x 10 = 0,38 m3

 Pasangan dinding batu bata biasa

Posisi dinding bata biasa berada di atas dinding bata trasram.

13
Ada beberapa perbandingan spesi yang digunakan untuk dinding ini, antara lain :

a. Perbandingan 1 Pc : 3 kp : 10 ps

Pasir pada perbandingan ini mempunyai nilai koefisien 0,05 m3 setiap m2 dinding batu bata.
Maka untuk kebutuhan dinding 10 m2 di butuhkan pasir = 0,05 x 10 = 0,5 m3 pasir.

b. Perbandingan 1 Pc : 5 Ps

Koefisien pasir berdasarkan SNI untuk perbandingan ini adalah 0,045 m3. Jika luasan
dinding bata adalah 10 m2, maka kebutuhan pasir untuk luasan dinding 10 m2 adalah = 0,045
x 10 = 0,45 m3 pasir

c. Perbandingan 1 Pc : 8 ps

Koefisien pasir berdasarkan SNI untuk perbandingan 1 pc : 8 ps ini adalah 0,05 m3. Jika
luasan dinding bata adalah 10 m2, maka kebutuhan pasir untuk luasan dinding 10 m2 adalah
= 0,05 x 10 = 0,5 m3 pasir

d. Perbandingan 1 Pc : 4 Ps

Pasir pada perbandingan ini mempunyai nilai koefisien 0,043 m3 setiap m2 dinding batu
bata. Maka untuk kebutuhan dinding 10 m2 di butuhkan pasir = 0,043 x 10 = 0,43 m3 pasir.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sambungan kayu merupakan dua batang kayu atau lebih yang disambung-
sambung sehingga menjadi satu batang kayu panjang atau mendatar maupun

14
tegak lurus dalam satu bidang datar atau bidang dua dimensi. Adapun hubungan
kayu merupakan dua batang kayu atau lebih yang dihubung-hubungkan menjadi
satu benda atau satu bagian konstruksi dalam satu bidang (dua dimensi) maupun
dalam satu ruang berdimensi tiga.

Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai


konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran konstruksi
sambungan dan hubungan kayu. Dalam kontruksi sambungan dan hubungan-
hubungan kayu harus memenuhi persyaratan guna kekokohan sambungan kayu.

Saran

Dengan demikian kami sebagai penulis dari makalah ini, kami meminta saran
dan kritik dari para pembaca apabila masih terdapat banyak kekurangan dan
hal-hal yang harus diperbaiki agar makalah ini dapat lebih baik nantinya dan
diharapkan mahasiswa serta pembaca lainnya dapat memahami dan juga
mempelajari terkait materi tentang “Sambungan Kayu” yang telah kami
paparkan didalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Suwardono. 2002. Mengenal Pembuatan Bata, Genteng Berglasir. VC, Yrama Widya.
Bandung
Siregar. 2010. Pemanfaatan Abu Pembakaran Ampas Tebu dan Tanah Liat Pada Pembuatan
Batu Bata. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Standar Nasional Indonesia 15-2094-2000: Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding.

15
Standar Nasional Indonesia, 15-2094-1991. Mutu dan Cara Uji Batu Merah Pejal.
Jasakontraktorjogja1. (2021, March 28). Cara Menghitung Kebutuhan Pasir Untuk Pasangan
dinding Bata /Kontraktor jogja. Cipta Graha Mandiri.

16

Anda mungkin juga menyukai