ABSTRAK
Antijamur Aktivitas tekstil kain katun dipelajari dengan menggunakan TiO2-
SiO2/ kitosan, dengan template CTABr (Cetyl Trimetyl Ammonium Bromide)
sebagai pendispersi suspensi partikel nano pada permukaan tekstil kain katun.
Perbedaan waktu pelapisan dip-spin dikorelasikan dengan kesempurnaan
pelapisan TiO2-SiO2/ kitosan yang ditunjukkan dengan bertambahnya massa
tekstil, stabil terhadap pencucian dan kemampuan tekstil dalam menghambat
pertumbuhan Aspergilus niger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam 24
jam dan 90 menit pelapisan dip-spin terdapat 14 mm zona hambat A. niger,
dibandingkan dengan tekstil kain katun tanpa perlakuan dan lebih besar zona
hambatnya dibandingkan tekstil kain katun yang diberi perlakuan ketokonazol
sebagai kontrol positif. . Perubahan kimiawi yang terjadi pada serat tekstil
setelahTiO2- SiO2pelapisan/ kitosan dianalisis dengan FT-IR dan SEM-EDX.
PENDAHULUAN
Tekstil merupakan kebutuhan primer dan wajib disediakan dalam kegiatan
sehari-hari. Kebutuhan tekstil yang berkualitas sangat dibutuhkan konsumen.
Untuk memilih tekstil kualitas yang akan digunakan, konsumen harus
mengetahui dasar-dasar tekstil yang berkualitas sehingga memudahkan dalam
mengidentifikasi tekstil berkualitas tinggi untuk kebutuhan sehari-hari [1].
Berdasarkan jenis seratnya, tekstil dapat diklasifikasikan sebagai kapas, wol dan
sutra [2]. Kapas adalah produk tekstil yang populer, terbuat dari serat kapas
dengan selulosa sebagai komponen utamanya. Bahan katun memiliki keunikan
seperti serat yang lembut dan ringan, kebal dan mudah dalam perawatan. Serat
kapas memiliki pori-pori sehingga mudah menyerap keringat. Sifat ini
memberikan peluang bagi mikroba untuk tumbuh pada serat tekstil [3].
Pertumbuhan mikroba dirangsang oleh struktur serat dan lingkungan [4,5].
Kehadiran mikroba dalam serat dapat menyebabkan infeksi silang, degradasi
warna dan bau tak sedap pada tekstil [4]. Kebutuhan akan kebersihan tekstil
yang higienis sangat mendesak karena meningkatnya infeksi yang disebabkan
oleh mikroba patogen. Beberapa teknik telah diterapkan untuk mendorong
pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan senyawa kimia atau
interaksi fisik seperti polimerisasiN
monomerhalamin ke serat tekstil, penambahan N-halamin ke elektro
spinning, imobilisasi enzim (eter crosslinked), penempatan garam amonium
menjadi serat tekstil secara kovalen [6].
Bahan
Bahan yang digunakan adalah tekstil kapas (64 g / cm2), asam klorida
(HCl), asam asetat (CH3COOH), diethanol amine (C4H11NO2), isopropanol
(C3H8O) , tetraetoxyortho silikat (C8H20O4Si), Asam salisilat (CH2CHCOOH),
Surfaktan kationik (C16H33N (CH3)3Br) Merck, aquadest, titanium isopropoksida
(C12H28O4Ti ) (Aldrich 97%), kitosan komersial (C6H11NO4)n (85% de-asetilasi).
Gambar 2
menunjukkan
adanya
penambahan massa
tekstil setelah
dilapisi TiO2- SiO2/
kitosan
dengan 60
hingga 90 menit
dicelupkan dengan asam akrilik. Sementara itu, setelah dicelupkan dengan asam
akrilat selama 24 jam, massa tekstil bertambah tinggi. Tidak ada penambahan
massa tekstil yang signifikan setelah dicelupkan dengan bantuan akrilik selama
120 - 150 menit. Diperkirakan terjadi penyebaranTiO2-SiO2suspensi/ kitosan pada
dinding bagian dalam instrumen spin-coating. Waktu optimumTiO2-SiO2pelapisan/
kitosan pada permukaan serat tekstil kapas adalah 90 menit.
Gambar 2. Jumlah massa kapas tekstil setelah dilapisi TiO2-SiO2/ kitosan 1% dengan Ti: komposisi
molar Si 1: 1 dan 2: 1 dengan 24 jam dicelupkan ke dalam asam akrilat
FT-IR Analisis
FT-IR memberikan
informasi bahwa
kesempurnaan
proses pelapisan serat tekstil
dengan TiO2-SiO2/ kitosan
ditunjukkan dengan
terbentuknya
interaksi kimiawi antara gugus hidroksil dari selulosa dengan gugus karboksilat
dari asam akrilat sebagai cross ink agent. Interaksi yang terjadi ditunjukkan
dengan perubahan intensitasC = O regangan gugus fungsipada jarak 1700 cm-1
bilangan gelombang [17].
Gambar 3. Pola FTIR serat kapas tekstil dengan lama waktu pencelupan
dalam asam akrilat. (a)6 jam; (b) 12 jam dan (c) 24 jam.
Gambar 4
menunjukkan bahwa
intensitas interaksi
kovalen ester yang terjadi
pada 6 -24 jam proses
pencelupan dalam asam
akrilat adalah pada 1427,
1160, 1109, 1054 dan
-1.
1031 cm Bilangan gelombang merupakan indikasi gugus selulosa berasal dari
serat (Nasr, HE, et al., 2009). Sedangkan pada spektrum 3 (c) terjadi absorbansi
pada 3000 dan 1000 cm-1 yang menunjukkan C = O berada berasal dari CO2
pada waktu pengukuran [18]. Intensitas regangan C = O pada 1700 cm-1 semakin
tinggi tergantung lamanya waktu celup dalam pengikat asam akrilik yang
menunjukkan kesempurnaan interaksi kovalen ester. Hal ini juga menunjukkan
kesempurnaanTiO2-SiO2pelapisan/ kitosan pada serat tekstil.
Gambar 4. Pola FT-IR serat kapas tekstil dengan TiO2-SiO2/ kitosan (1: 1) waktu pelapisan
(a) 60 menit; (b) 90 menit; (c) 120 menit dan (d) 150 menit; dengan 24 jam dicelupkan ke
dalam asam akrilik.
Gambar 5. Morfologi permukaan dari: (a) kapas tekstil tidak bersalut; (b) kapas tekstil dicelupkan dengan asam akrilat;
(c) - (e) kapas tekstil dilapisi oleh TiO2-SiO2/ kitosan (2: 1) dengan waktu pencelupan dalam asam akrilat: (c) 6 jam; (d)
12 jam dan (e) 24 jam; (f) - (h) kapas tekstil dilapisi asam akrilat dan TiO2-SiO2/ kitosan (1: 1) dengan konsentrasi: (f)
1%
Komposisi molar Ti dan Si berpengaruh terhadap TiO SiO / kitosan proses pelapisan di
2- 2
tekstil. Analisis SEM menunjukkan bahwa pada komposisi molar Ti: Si (1: 1), partikel lapisan
terdistribusi dengan baik dibandingkan dengan Ti: Si (2: 1). TiO merupakan senyawa
2
elektropositif dan apabila komposisi Ti lebih besar dari Si maka akan menghasilkan partikel
bermuatan positif lebih banyak dan meningkatkan interaksi antara serat kapas tekstil denganTiO 2-
SiO nanopartikel/ kitosan [20]. Sedangkan SiO merupakan partikel yang akan membentuk
2 2
cangkang inti dengan TiO untuk memperbesar luas permukaan dan porositas TiO ke sel jamur
2 2
[21]. Oleh karena itu komposisi Ti pada TiO SiO / kitosan berpengaruh terhadap daya hambat
2- 2
jamur. Morfologi permukaan kapas tekstil yang dilapisi TiO SiO / kitosan dengan variasi
2- 2
konsentrasi (Gambar 5 f –h) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jumlah TiO 2-
SiO / kitosan yang dilapisi pada kapas tekstil yang berkorelasi dengan Data EDX.
2
KestabilanTiO SiO lapisan/ kitosan pada permukaan serat tekstil dapat diukur dengan
2- 2
pengulangan pembilasan. Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi penurunan massa tekstil setelah
pembilasan berulang.
peningkatan persentase C dan O serat tekstil setelah diolah dengan asam akrilat
terhadap kapas yang tidak diberi perlakuan. Gambar 7 (c) menunjukkan tekstil
kapas yang dilapisi TiO2-SiO2/ kitosan (1: 1) terdiri dari Ti dan Si dan dipastikan
telah dilapisi TiO2-SiO2/ kitosan. Kapasitas TiO2-SiO2/ kitosan pada permukaan
serat tekstil 8x8 cm, dengan membandingkan kemampuan suspensi serbuk pada
konsentrasi 1%, terdistribusi dengan baik pada permukaan serat. Kapasitas muat
kapas tekstil ke TiO2-SiO2/ kitosan pada 1: 1 lebih tinggi dari 2: 1.
Gambar 7. Analisis EDX: (a) kapas tekstil tidak bersalut; (b) kapas tekstil dicelupkan ke dalam asam akrilat; (c) kapas
tekstil dilapisi asam akrilat dan 1% TiO2-SiO2/ kitosan (1: 1) dan (d) kapas tekstil dilapisi asam akrilat dan 3% TiO2-
SiO2/ kitosan (1: 1)
Aktivitas Antijamur
Gambar 8. Zona penghambatan aktivitas antijamur tekstil ke A. Niger : (a) tekstil tanpa perlakuan (kontrol -); (b)
tekstil diolah dengan ketokonazol (kontrol +); (c) tekstil dilapisi oleh TiO2-SiO2/ kitosan (1: 1) dan (d) tekstil
dilapisi TiO2-SiO2/ kitosan (2: 1
yang dilapisi TiO2-SiO2/ kitosan dengan komposisi masing-masing (1: 1) dan (2:
1). Terlihat bahwa aktivitas antijamur TiO2-SiO2/ kitosan dengan penyinaran UV
lebih tinggi dibandingkan ketokonazol. Zona hambat yang terbentuk pada tekstil
yang dilapisi TiO2-SiO2 / kitosan adalah 14 mm dan 12 mm. Pada komposisi Ti
dan Si (2: 1), dimana besarnya TiO 2 lebih tinggi dari SiO2, kemampuan TiO2-SiO2/
kitosan membentuk radikal bebas hidroksil (• OH) dan anion superoksida (• O 2-)
lebih tinggi dariTiOpada2-SiO2senyawa/ kitosan dengan Ti: Si ( 1: 1) komposisi.
Radikal bebas hidroksil (• OH) dan anion superoksida (• O2-) merupakan
oksidator kuat yang mampu merusak membran sel jamur penyebab terjadinya
lisis yang menghambat pertumbuhan jamur.
Gambar 9. Morfologi Aspergilusniger: (a) sebelum dilapisi TiO2-SiO2/ kitosan (1: 1) dan (b)
setelah dilapisi TiO2-SiO2/ kitosan (2: 1)
Seekor niger memiliki membran sel yang terdiri dari kitin yang merupakan
senyawa kompleks dan spora pelindung terhadap kontaminasi. Hal ini
menyebabkan A. niger lebih sulit untuk lisis sel melalui interaksi dengan
TiO2-SiO2/ kitosan. Struktur morfologi A. niger setelah dihambat oleh TiO2-
SiO2/ kitosan ditunjukkan pada Gambar 9.
KESIMPULAN
REFERENSI