H
OH H HO OH
HO OH H
H OH H OH
α- Glukosa β- Glukosa
Gambar Selubiosa
H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H
H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH
CH CH CH
O O O
B C
Gambar Tiga Bagian dari Molekul Selulosa yang Dapat Diserang Oleh
Oksidator
Oksiselulosa memberikan ciri bahwa terjadi kerusakan dimana terjadi
pengurangan derajat polimerisasi. Hal ini diakibatkan oleh setelah terjadi oksidasi
terhadap ring glukosa maka serat akan lebih mudah rusak karena adanya sisa
alkali didalam serat. Gambar 1.6 memperlihatkan pemutusan cincin glukosa
karena oksidasi dan dibantu dengan adanya alkali.
Gambar Reaksi Oksidasi dalam Suasana Alkali
Pengaruh alkali yang lainnya adalah menggelembungkan serat kapas.
Penggelembungan tersebut meningkatkan friksi antar serat sehingga gesekan
antar serat pun akan meningkat yang mengakibatkan naiknya kekuatan tarik.
Sedangkan jika friksi antar serat pada benang rendah maka kekuatan menurun
dan memengaruhi proses berikutnya.
3. Pengaruh Reduktor
Serat kapas biasanya aman dikerjakan dengan zat pereduksi dalam
kondisi normal, tetapi akan berwarna kekuning-kuningan dan berkurang
kekuatannya dalam larutan stano-klorida dengan konsentrasi dan suhu tinggi.
4. Pengaruh Panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada
suhu 1200C selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan
penurunan kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir hilang bila dipanaskan
pada suhu 2400C.
Sifat fisika
1. Warna
Warna kapas tidak betul-betul putih, biasanya sedikit cream.
2. Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam
serat, panjang rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata-
rata adalah 96.700 pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum
116.000 pound per inci2. Kekuatan serat kapas dalam keadaan basah makin
tinggi.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantaranya serat-serat
selulosa alam, kira-kira dua kali mulur rami. Diantara serat-serat alam hanya
sutera dan wol yang mempunyai mulur lebih tinggi dari kapas. Mulur serat
kapas berkisar antara 4 – 13 % bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-
rata 7 %.
4. Keliatan (toughnese)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda
untuk menerima kerja, dan merupakan sifat yang penitng untuk serat-serat
selulosa alam, keliatan serat kapas relatif tinggi tetapi dibanding dengan
serat-serat selulosa yang diregenerasi, sutera dan wol keliatannya rendah
tinggi.
5. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terdapat perubahan
bentuk, dan untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara
kekuataan saat putus dengan mulur sAat putus. Kekuatan dipengaruhi oleh
berat molekul, kekuatan rantai selulosa, derajat kristalinitas dan terutama
derajat orientasi rantai selulosa.
6. Moisture regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air
mempunyai pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang
sangat kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain
serat bervariasi dengan perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya.
Moisture regain serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 – 8,5 %.
Etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah dioksidasi dengan udara,
menjadi etilena oksida yang kemudian dihidrasi menjadi etilena glikol. Asam
tereftalat dibuat dari para-xilena yang harus bebas dari isomer meta dan orto, p-
xilena merupakan bagian dari destilasi minyak tanah dan tidak dapat dapat
dipisahkan dari isomer meta dan orto dengan cara destilasi. Oksidasi dengan
asam nitrat pada suhu 220 0C ddan tekanan 30 atmosfer merubah p-xilena
menjadi asam tereftalat. Asam tereftalat atau esternya dan etilena glikol
dipolimerisasikan dalam hampa udara dan suhu tinggi. Polimer disemprotkan
dalam bentuk pita dan kemudian dipotong-potong menjadi sserpih-serpih dan
dikeringkan.
Pemintalan dilakukan dengan cara pemintalan leleh. Filamen yang terjadi
ditarik dalam keadaan panas sampai lima kali panjang semula, kecuali filamen
yang kasar ditarik dalam keadaan dingin. Bentuk penampang melintang serat
polyester umumnya bulat, tetapi banyak yang sudah mengalami modifikasi
sehingga penampang melintangnya berbentuk gerigi atau trilobal dimana
keduanya memiliki kilau yang lebih baik dibandingkan serat polyester yang
penampang melintangnya bulat.
Penampang melintang penampang membujur
2.1 Sifat Fisika
Kekuatan & Mulur
Terylene mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,5 gram/denier dan 25
% sampai 7,5 gram/denier dan 7,5 % bergantung pada jenisnya,
sedangkan dacron mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,0 gram/denier
dan 40 % sampai 6,9 gram/denier.
Elastisitas
Polyester mempunyai elastisitas yang baik, sehingga kain polyester
tahan kusut. Jika benang polyester ditarik dan kemudian dilepaskan
pemulihan yang terjadi dalam satu menit adalah penarikan 2 % pulih 97
%, penarikan 4 % pulih 90 %, penarikan 8 % pulih 80 %.
Moisture Regain
Dalam kondisi standar moisture regain polyester hanya 0,4 %, dalam
RH. moisture regainnya hanya o,6-0,8 %.
Berat Jenis
Berat jenis polyester adalah 1,38.
Keterangan :
Dari tabel tersebut terlihat bahwa masing – masing serat tidak memiliki
semua sifat yang sempurna untuk bahan tekstil. Meskipun telah diupayakan
suatu perubahan fisik pada serat tersebut, namun sifat kimia masing – masing
serat tidak berubah sehingga karakteristik pencelupannya bergantung pada
masing – masing serat.
H H -NR
Berdasar kerataan pencelupannya, zat warna direk digolongkan menjadi tiga,
yaitu :
a. Golongan A
Zat warna direk golongan ini mudah bermigrasi sehingga mempunyai daya
perata yang tinggi. Pada awal pencelupan mungkin tidak akan rata, namun
dengan pendidihan yang cukup akan diperoleh hasil yang rata.
Mula-mula zat warna dibuat pasta dengan air dingin dan zat pembasah. Lalu
ditambah air mendidih dan diaduk hingga larut sempurna. Larutan tersebut
ditambah Na2CO3 1-3% untuk menghilangkan kesadahan air. Selanjutnya
ditambah NaCl 5-20% tergantung ketuaan warna yang diinginkan. Bahan
dicelup pada suhu 40-500C sambil dinaikkan suhunya hingga mendidih
selama 30-40 menit. Pencelupan dilanjutkan selama 45-60 menit pada suhu
mendidih tersebut. Apabila hasil celupan kurang rata, maka dapat
diperpanjang waktunya selama beberapa menit.
b. Golongan B
Zat warna direk golongan ini mempunyai daya perata yang rendah sehingga
penyerapannya perlu diatur dengan penambahan elektrolit. Apabila pada
awal pencelupan tidak akan rata, maka sulit diperbaiki.
Cara pencelupannya sama dengan golongan A, hanya penambahan NaCl
dilakukan sedikit-sedikit hingga larutan celup mendidih. Lebih baik jika NaCl
dilarutkan terlebih dahulu dan disuapkan secara kontinyu. Penyerapan dan
kepekaan zat warna terhadap elektrolit dapat dilakukan dengan penambahan
surfaktan.
c. Golongan C
Zat warna direk golongan ini mempunyai daya perata yang rendah dan
sangat peka terhadap elektrolit. Penyerapannya sangat baik walaupun tanpa
penambahan elektrolit, namun perlu dilakukan pengaturan suhu pencelupan.
Pencelupan dimulai pada suhu rendah tanpa penambahan elektrolit.
Kemudian suhu dinaikkan perlahan-lahan hingga mendidih dan pencelupan
dilanjutkan selama 45-60 menit. Pengaturan suhu harus dilakukan agar
hasilnya rata. Ketuaan warna dapat ditingkatkan dengan penambahan
elektrolit setelah larutan mendidih.
Temperatur
Sifat Self Levelling Salt Controlable
Controlable
Tergantung Tergantung Temperatur
Migrasi Tinggi
elektrolit
Dapat dinaikkan Temperatur dinaikkan
Temperatur Langsung 1000 langsung dari 300 secara bertahap dari
sampai 1000 300 sampai 1000
Ditambah
Elektrolit Ditambah bertahap Ditambah sekaligus
sekaligus
Selain zat warna direk biasa, terdapat pula zat warna direk khusus yang
tahan luntur hasil celupannya lebih baik, yaitu zat warna direk yang mengandung
logam. Agar tidak rusak, zat warna direk yang mengandung logam tidak boleh
dipakai dalam larutan celup yang mengandung zat pelunak air.
Faktor yang menentukan kelarutan zat warna direk adalah ukuran partikel zat
warna direk dan jumlah gugus pelarut dalam struktur zat warnanya. Makin kecil
ukuran partikel zat warna makin tinggi kelarutannya, demikian pula bila jumlah
gugus pelarutnya makin banyak.
Dalam proses pencelupan, kelarutan zat warna direk dapat diperbesar
dengan cara memperbesar vlot, menurunkan kesadahan air, menaikkan pH
larutan celup, memperbesar pengadukan atau sirkulasi larutan celup dan
memperbesar suhu pencelupan. Dengan cara tersebut hasil pencelupan akan
lebih rata dan lebih cerah namun penyerapan zat warna akan berkurang.
NC
C2H5
O2N N N N
C2H5
C2H5
O2N N N N
C2H4OH
2. Antrakinon, contoh pada warna biru :
NO2 O OH
OH O NH
N SO2N
H
NH
Zat warna dispersi jenis azo adalah zat warna jenis ini umumnya mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut :
a. Daya pewarnaan yang tinggi
b. Pemakaian ekonomis
c. Sifat kerataan celupan bervariasi, ada yang mudah rata ada juga yang sulit
tetapi secara umum lebih sulit dari jenis antrakwinon
d. Termomigrasi relatif lebih baik dari pada antrakwinon
e. Daya punutup ketidak rataan benang kurang lebih sebanding dengan
antrakwinon.
Zat antrakwinon adalah zat warna yang umumnya mempunyai sifat – sifat sebagai
berikut:
a. Warna lebih cerah tetapi daya pewarna lebih rendah.
b. Relatif lebih mahal
c. Sifat kecerahan dan migrasi relatif lebih baik dari azo.
d. Termomigrasi lebih jelek, bila di bandingkan dengan azo.
e. Daya penutupan ketidakrataan benang yang baik.
f. Daya tahan reduksi / hidrolisa yang baik.
g. Daya tahan sinar umumnya sangat tinggi
Sensitifitas
Zat warna dispersi yang berupa partikel – partikel kecil tidak mungkin berada
pada keadaan terdispersi yang stabil tanpa adanya zat pendispersi (Dispersing
Agent) zat pendispersi ini berfungsi sebagai pelindung di sekeliling zat warna
sehingga adanya gaya elektrostatis yang saling tolak menolak juga dapat membantu
terjadinya stabilitas. Kestabilan dispersi zat warna di pengaruhui oleh:
a. Jenis zat pendispersi : umumnya yang digunakan adalah jenis anionik yaitu
lignin sulfonat yang berasal dari alam tetapi ada pula yang berasal dari sintetik.
b. Kualitas dari pigmen zat warna dan ketidakmurnian pigmen zat warna
c. Bentuk kristal dari pigmen zat warna. Bentuk kristal tertentu mudah dibersihkan
dan ada yang relatip sulit .
d. Distribusi partikel ukuran zat warna
Adapun golongan zat warna disperse dapat dilihat pada table berikut :
δ- δ+ δ- δ+
O2N N N N H O C
Ikatan hidrogen
H OH
Gambar : Reaksi terjadinya ikatan hydrogen pada proses pencelupan serat poliester
dengan zat warna dispersi.
IV. RESEP
IV.1 Resep Pencelupan
V. FUNGSI ZAT
- Zat warna dispersi untuk memberikan warna pada kain polyester
- Zat warna direk untuk memberikan warna pada kain kapas
- Asam asetat untuk melindungi serat poliester dan membantu kerataan zat warna
direk
- Pendispersi anionic modifikasi untuk menurunkan tegangan permukaan
- NaCl untuk membantu penyerapan zat warna pada bahan
- Sabun (teepol) untuk menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi
Persiapan bahan
Pencucian sabun
Pengeringan
Evaluasi
Zw dispersi
Zw dIrek
As. Asetat
Pendispersi 130oC
Bahan
NaCl
60 oC
30 oC
10 20 30 15
T ( C)
o 10
Pencucian
Pencelupan
Resep 3
X. SAMPLE
1
2
XI. EVALUASI
10
9
8
7
6
5 Kerataan
Ketuaan
4
3
2
1
0
1 2 3
XII. DISKUSI
Pada praktikum kali ini yaitu pencelupan kain T/C dengan zat warna dispersi
direk dengan system HT larutan tunggal terdapat beberapa hal yang harus
didiskusikan, diantaranya :
1. Ketuaan warna hasil pencelupan
Dimana ketuaan warna pada hasil pencelupan cukup baik, hal ini dapat
terjadi karena proses fiksasi zat warna pada bahan cukup berjalan dengan
baik, fiksasi yang terjadi adalah fiksasi endoterm, dimana struktur serat pecah
antara rantai molekulnya dan zat warna yang sudah terdifusi ke dalam bahan
terfiksasi dengan cara bahan menyerap dan mengikat zat warna. Dan dilihat
dari grafik evaluasinya pun dari resep 1 sampai dengan resep 3 mengalami
peningkatan ketuaan warna. Pada resep 1, nilai ketuaan warna hanya
mendapat point 7 dari 10. Dimana ini adalah ketuaan warna paling rendah
dibandingkan dengan 2 resep lainnya. Hal ini dapat terjadi karena pada resep
1 ini NaCl yang berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat warna pada
bahan yang ditambahkan kedalam larutan celup hanya sedikit yaitu 10
gram/liter. Pengaruh NaCl ini terjadi pula pada resep nomor 2, dimana NaCl
yang ditambahkan hanya 20gram/liter sehingga ketuaan warna pada resep
nomor 2 tidak dapat mencapai derajat ketuaan warna pada resep nomor 3
karena resep nomor 3 NaCl yang ditambahkan adalah sebanyak 30
gram/liter.
XIII. KESIMPULAN
- Banyaknya NaCl mempengaruhi ketuaan warna
- Jenis zat warna yang digunakan dapat mempengaruhi kerataan warna
- Pelarutan zat warna dapat mempengaruhi kerataan warna hasil celupan
LAPORAN PENCELUPAN 3
PENCELUPAN SERAT T/C DENGAN ZAT WARNA DISPERSI DIREK
SISTEM HT LARUTAN TUNGGAL
Disusun Oleh : Lukman Prabowo Dwimukti 11020039
Nine Imania 11020051
Ratna Siti Aisyah 11020054
BANDUNG
2014