Anda di halaman 1dari 27

PENCELUPAN KAIN TETTORON COTTON (T/C) DENGAN MENGGUNAKAN

ZAT WARNA DISPERSI DIREK SISTEM HT LATURAN TUNGGAL

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud :
1. Mempelajari prinsip – prinsip dasar proses pencelupan kain poliester/kapas
dengan zat warna dispersi-direk dengan konsentrasi zat pembantu dengan
evaluasi ketuaan warna dan kerataan warna.
2. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi zat pembantu pada proses
pencelupan poliester/kapas dengan zat warna dipersi-direk
Tujuan :
1. Agar dapat melakukan pencelupan pada kain poliester/kapas dengan zat
warna dispersi-direk
2. Untuk dapat mengevaluasi hasil pencelupan dengan variasi konsentrasi zat
pembantu.

II. TEORI DASAR


1. Kapas
Serat kapas tumbuh dipengaruhi oleh faktor – faktor alamiah, sehingga sifat –
sifat serat ini bervarias tergantung dari tempatnya tumbuh. Kelebihan serat kapas
tersebut antara lain nyaman dipakai, daya serapnya cukup tinggi dan kekuatan
basah serat lebih tinggi dari kekuatan keringnya.
1.1 Morfologi Serat Kapas
Bentuk penampang melintang dan membujur serat kapas dapat dilihat pada
Gambar

Penampang melintang penampang membujur


Gambar penampang serat kapas

I.1.1 Struktur Kimia Serat Kapas


CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H

H
OH H HO OH
HO OH H

H OH H OH

α- Glukosa β- Glukosa

Gambar Struktur Molekul Glukosa

Gambar Selubiosa

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Gambar Struktur Rantai Molekul Polimer Selulosa

I.1.2 Sifat kimia dan fisika serat kapas


Sifat kimia
1. Pengaruh Asam
O
SelulosaOtahan terhadap asam lemah O asam kuat
akan tetapi terhadap
CH CH
akan menyebabkan
CH kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa
HCOH HC-CH 2OH HCOH HC-CH 2OH
yang mengambil tempat
HCOH HC-CH 2OH pada jembatan oksigen penghubung, sehingga
OH OH
HOCH HOCH
terjadi pemutusan
HOCH O rantai molekul selulosa
O
(hidroselulosa). RantaiO molekul
danCmenyebabkan C
selulosa menjadi
CH lebih pendek
H penurunan kekuatan
OH
Hidrolisa
tarik selulosa. O
OH OH
CH C C

HOCH 2-CH HOCH HOCH 2-CH HOCH HOCH 2-CH HOCH

O HCOH O HCOH O HCOH

CH CH CH

O O O

B C

Gb.2 Reaksi Hidrolisa Pada Se lulosa


2. Pengaruh Alkali dan Oksidator
Oksidator dapat menyerang cincin glukosa dari serat kapas yang
kemudian dikenal dengan nama oksiselulosa. Pada gambar dibawah ini
dapat dilihat bagian – bagian yang dapat diserang oleh oksidator :

Gambar Tiga Bagian dari Molekul Selulosa yang Dapat Diserang Oleh

Oksidator
Oksiselulosa memberikan ciri bahwa terjadi kerusakan dimana terjadi
pengurangan derajat polimerisasi. Hal ini diakibatkan oleh setelah terjadi oksidasi
terhadap ring glukosa maka serat akan lebih mudah rusak karena adanya sisa
alkali didalam serat. Gambar 1.6 memperlihatkan pemutusan cincin glukosa
karena oksidasi dan dibantu dengan adanya alkali.
Gambar Reaksi Oksidasi dalam Suasana Alkali
Pengaruh alkali yang lainnya adalah menggelembungkan serat kapas.
Penggelembungan tersebut meningkatkan friksi antar serat sehingga gesekan
antar serat pun akan meningkat yang mengakibatkan naiknya kekuatan tarik.
Sedangkan jika friksi antar serat pada benang rendah maka kekuatan menurun
dan memengaruhi proses berikutnya.
3. Pengaruh Reduktor
Serat kapas biasanya aman dikerjakan dengan zat pereduksi dalam
kondisi normal, tetapi akan berwarna kekuning-kuningan dan berkurang
kekuatannya dalam larutan stano-klorida dengan konsentrasi dan suhu tinggi.

4. Pengaruh Panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada
suhu 1200C selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan
penurunan kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir hilang bila dipanaskan
pada suhu 2400C.

Sifat fisika
1. Warna
Warna kapas tidak betul-betul putih, biasanya sedikit cream.
2. Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam
serat, panjang rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata-
rata adalah 96.700 pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum
116.000 pound per inci2. Kekuatan serat kapas dalam keadaan basah makin
tinggi.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantaranya serat-serat
selulosa alam, kira-kira dua kali mulur rami. Diantara serat-serat alam hanya
sutera dan wol yang mempunyai mulur lebih tinggi dari kapas. Mulur serat
kapas berkisar antara 4 – 13 % bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-
rata 7 %.
4. Keliatan (toughnese)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda
untuk menerima kerja, dan merupakan sifat yang penitng untuk serat-serat
selulosa alam, keliatan serat kapas relatif tinggi tetapi dibanding dengan
serat-serat selulosa yang diregenerasi, sutera dan wol keliatannya rendah
tinggi.
5. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terdapat perubahan
bentuk, dan untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara
kekuataan saat putus dengan mulur sAat putus. Kekuatan dipengaruhi oleh
berat molekul, kekuatan rantai selulosa, derajat kristalinitas dan terutama
derajat orientasi rantai selulosa.
6. Moisture regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air
mempunyai pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang
sangat kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain
serat bervariasi dengan perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya.
Moisture regain serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 – 8,5 %.

7. Berat jenis (Density)


Berat jenis serat kapas 1,50 sampai 1,56
2. Poliester
Poliester sering digunakan sebagai blends bersama dengan kapas atau
rayon, hal ini dimaksudkan untuk menggabungkan sifat-sifat yang dimiliki oleh
kedua serat tersebut sehingga didapatkan serat campuran yang memiliki sifat-
sifat yang lebih baik seperti yang dikehendaki. Contohnya serat kapas yang
memiliki sifat regain yang baik tetapi memiliki sifat kekusutan dibuat serat
campuran dengan menggunakan polyester yang memiliki sifat crease recovery
(tahan kusut) namun sifat regainnya buruk. Dengan membuat serat campuran
dari kedua bahan tersebut, maka akan didapatkan serat campuran yang memiliki
sifat tahan kusut dan regain yang lebih baik.
Pada penggunaannya di zaman sekarang, polyester banyak digunakan untuk
tekstil industri selain digunakan untuk tekstil sandang, karena banyak sekali
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh serat polyester seperti kekuatannya
yang besar, dan lain-lain.
Poliester dibuat dari reaksi antara senyawa asam tereftalat dengan etilena
glikol. Berikut ini skema pembuatan serat tersebut :

Gambar Struktur Serat Polyester

Etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah dioksidasi dengan udara,
menjadi etilena oksida yang kemudian dihidrasi menjadi etilena glikol. Asam
tereftalat dibuat dari para-xilena yang harus bebas dari isomer meta dan orto, p-
xilena merupakan bagian dari destilasi minyak tanah dan tidak dapat dapat
dipisahkan dari isomer meta dan orto dengan cara destilasi. Oksidasi dengan
asam nitrat pada suhu 220 0C ddan tekanan 30 atmosfer merubah p-xilena
menjadi asam tereftalat. Asam tereftalat atau esternya dan etilena glikol
dipolimerisasikan dalam hampa udara dan suhu tinggi. Polimer disemprotkan
dalam bentuk pita dan kemudian dipotong-potong menjadi sserpih-serpih dan
dikeringkan.
Pemintalan dilakukan dengan cara pemintalan leleh. Filamen yang terjadi
ditarik dalam keadaan panas sampai lima kali panjang semula, kecuali filamen
yang kasar ditarik dalam keadaan dingin. Bentuk penampang melintang serat
polyester umumnya bulat, tetapi banyak yang sudah mengalami modifikasi
sehingga penampang melintangnya berbentuk gerigi atau trilobal dimana
keduanya memiliki kilau yang lebih baik dibandingkan serat polyester yang
penampang melintangnya bulat.
Penampang melintang penampang membujur
2.1 Sifat Fisika
 Kekuatan & Mulur
Terylene mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,5 gram/denier dan 25
% sampai 7,5 gram/denier dan 7,5 % bergantung pada jenisnya,
sedangkan dacron mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,0 gram/denier
dan 40 % sampai 6,9 gram/denier.
 Elastisitas
Polyester mempunyai elastisitas yang baik, sehingga kain polyester
tahan kusut. Jika benang polyester ditarik dan kemudian dilepaskan
pemulihan yang terjadi dalam satu menit adalah penarikan 2 % pulih 97
%, penarikan 4 % pulih 90 %, penarikan 8 % pulih 80 %.
 Moisture Regain
Dalam kondisi standar moisture regain polyester hanya 0,4 %, dalam
RH. moisture regainnya hanya o,6-0,8 %.

 Berat Jenis
Berat jenis polyester adalah 1,38.

2.2 Sifat Kimia


Serat polyester tahan terhadap asam lemah meskipun pada suhu
didih dan tahan asam kuat dingin. Selain itu polyester tahan terhadap basa
lemah tetapi kurang tahan terhadap basa kuat. Polyester tahan terhadap zat
oksidasi, alkohol, keton, sabun, dan zat-zat pencucian kering.
Serat polyester mempunyai kritalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob
dan tidak polyester hanya dapat dicelup dengan zat warna dispersi pada
suhu tinggi. Sedangkan pada suhu mendidih untuk pencelupannya diperlukan
zat peggelembung atau dengan beberapa senyawa naftol yang dikoplingkan
dengan zat warna dispersi yang diazotasikan

a. Serat campuran poliester kapas


Tujuan pencampuran
Tujuan utama dari pencampuran serat poliester dan kapas adalah untuk
mendapatkan kain yang mutunya lebih baik dibandingkan dengan kain yang
terbuat dari masing – masing seratnya. Faktor yang merupakan suatu
keuntungan dalam pencampuran antar serat poliester dan kapas adalah sifat
buruk dari poliester merupakan sifat yang baik dari serat kapas, begitu pula
sebaliknya. Sehingga dari pencampuran kedua jenis serat ini, sifat – sifat yang
kurang dari salah satu jenis serat dapat diimbangi dengan sifat – sifat yang baik
dari serat lain. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

Sifat – sifat Poliester Kapas


Sifat mekanik A B–A
Kemampuan menyerap air C B–A
Kemampuan untuk dicelup C A
Sifat estetika A B
Abrasi basah B B
Abrasi kering B C–B
Tahan kusut A C
Daya menahan lipatan A C
Tahan listrik statis C A
Tahan piling C A

Keterangan :

A = Baik , B = Sedang, C = Buruk

Dari tabel tersebut terlihat bahwa masing – masing serat tidak memiliki
semua sifat yang sempurna untuk bahan tekstil. Meskipun telah diupayakan
suatu perubahan fisik pada serat tersebut, namun sifat kimia masing – masing
serat tidak berubah sehingga karakteristik pencelupannya bergantung pada
masing – masing serat.

Sifat – sifat Bahan Campuran Poliester – Kapas


Bahan – bahan yang terbuat dari serat poliester merupakan bahan yang
memiliki sifat – sifat yang baik seperti kekuatan tinggi, daya tahan abrasi yang
baik, sifat cuci pakai yang baik, dan lipatan yang lama. Sifat – sifat yang baik dari
serat poliester tersebut akan lebih baik lagi jika dicampur dengan serat selulosa
pada kondisi tertentu. Serat selulosa yang dicampur dengan serat poliester ini
akan memberikan bahan campuran dengan sifat yang baik, diantaranya : Rasa
yang nyaman dalam pemakaian.
- Daya Elektrostatik
Bahan yang terdiri dari 100 % serat poliester dapat menimbulkan daya
elektrostatik. Daya ini menyebabkan bahan melekat pada tubuh, sehingga
memberikan rasa yang kurang nyaman pada pemakai. Dalam pencampuran
serat poliester dan kapas, jumlah serat sampai 35 % dari campurannya,
dapat menghilangkan daya elektrostatik dari serat poliester sampai tingkat
minimal.
- Kekuatan Tarik
Jumlah yang kecil dari serat poliester dalam pencampurannya tidak
akan memberikan perbaikan pada kekuatan tarik kapas dan bahkan akan
melemahkan bahan tersebut. Untuk mendapatkan kain campuran serat
poliester dan kapas dengan kekuatan baik, paling sedikit dibutuhkan 60 %
serat poliester dalam larutan.
- Daya Tahan Abrasi
Daya tahan abrasi merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan keawetan. Bahan yang terdiri dari 100 % serat poliester memiliki
daya tahan abrasi yang baik sekali. Jumlah 30 – 40 % serat kapas dalam
campuran masih memberikan daya tahan abrasi yang cukup baik.
- Daya Tahan Kusut
Jumlah serat kapas tidak melebihi 35 % dalam kain campuran
poliester – kapas, masih memberikan daya tahan kusut yang baik.
- Ketahanan Gesek
Kain 100% poliester mempunyai ketahanan gesekan yang tinggi.
Ketahanan gesekan berbanding lurus dengan komposisi campurannya.
Jumlah 30 – 40% kapas didalam campuran menunjukkan penurunan
ketahanan geseknya, tetapi masih lebih baik dari pada kain kapas.

3. Zat Warna Direk Dan Disperse


A. Zat warna direk
Dikenal sebagai zat warna subtantif, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
selulosa dan tidak memerlukan senyawa Mordant. Dikenal juga sebagai zat
warna garam karena dalam pencelupan selalu harus ditambahkan garam untuk
memperbesar penyerapan. Dapat juga digunakan untuk mencelup serat wol dan
sutra.
Zat warna direk mempunyai tahan sinar yang cukup baik, namun tahan
cucinya kurang baik, sehingga memerlukan kerja iring untuk memperbaikinya.
Kerja iring dilakukan untuk memperbesar molekul zat warna dengan
menggunakan formaldehid, garam-garam diazonium, dan garam logam agar
tidak mudah luntur. Garam diazonium akan menggandeng garam lain sehingga
molekul zat warna menjadi besar. Selain itu, zat warna direk juga tidak tahan
terhadap oksidasi dan reduksi.
Pada pencelupan dengan zat warna direk, gugus hidroksil dalam molekul
selulosa memegang peranan penting. Akan terjadi ikatan hidrogen antara gugus
hidroksil dengan gugus amina dalam molekul zat warna direk, menurut reaksi :

R-N-H---O-selulosa atau R-N---HO-selulosa

H H -NR
Berdasar kerataan pencelupannya, zat warna direk digolongkan menjadi tiga,
yaitu :
a. Golongan A
Zat warna direk golongan ini mudah bermigrasi sehingga mempunyai daya
perata yang tinggi. Pada awal pencelupan mungkin tidak akan rata, namun
dengan pendidihan yang cukup akan diperoleh hasil yang rata.
Mula-mula zat warna dibuat pasta dengan air dingin dan zat pembasah. Lalu
ditambah air mendidih dan diaduk hingga larut sempurna. Larutan tersebut
ditambah Na2CO3 1-3% untuk menghilangkan kesadahan air. Selanjutnya
ditambah NaCl 5-20% tergantung ketuaan warna yang diinginkan. Bahan
dicelup pada suhu 40-500C sambil dinaikkan suhunya hingga mendidih
selama 30-40 menit. Pencelupan dilanjutkan selama 45-60 menit pada suhu
mendidih tersebut. Apabila hasil celupan kurang rata, maka dapat
diperpanjang waktunya selama beberapa menit.
b. Golongan B
Zat warna direk golongan ini mempunyai daya perata yang rendah sehingga
penyerapannya perlu diatur dengan penambahan elektrolit. Apabila pada
awal pencelupan tidak akan rata, maka sulit diperbaiki.
Cara pencelupannya sama dengan golongan A, hanya penambahan NaCl
dilakukan sedikit-sedikit hingga larutan celup mendidih. Lebih baik jika NaCl
dilarutkan terlebih dahulu dan disuapkan secara kontinyu. Penyerapan dan
kepekaan zat warna terhadap elektrolit dapat dilakukan dengan penambahan
surfaktan.
c. Golongan C
Zat warna direk golongan ini mempunyai daya perata yang rendah dan
sangat peka terhadap elektrolit. Penyerapannya sangat baik walaupun tanpa
penambahan elektrolit, namun perlu dilakukan pengaturan suhu pencelupan.
Pencelupan dimulai pada suhu rendah tanpa penambahan elektrolit.
Kemudian suhu dinaikkan perlahan-lahan hingga mendidih dan pencelupan
dilanjutkan selama 45-60 menit. Pengaturan suhu harus dilakukan agar
hasilnya rata. Ketuaan warna dapat ditingkatkan dengan penambahan
elektrolit setelah larutan mendidih.

Temperatur
Sifat Self Levelling Salt Controlable
Controlable
Tergantung Tergantung Temperatur
Migrasi Tinggi
elektrolit
Dapat dinaikkan Temperatur dinaikkan
Temperatur Langsung 1000 langsung dari 300 secara bertahap dari
sampai 1000 300 sampai 1000
Ditambah
Elektrolit Ditambah bertahap Ditambah sekaligus
sekaligus

Struktur Zat Warna Direk


Pada dasarnya zat warna direk merupakan pewarna organik yang dalam
system kromogennya terdapat gugus pelarut. Biasanya berupa sulfonat. Struktur
zat warna direk dapat digolongkan dalam jenis azo, stilbene, tiazolum, ftalosianin.
Kebanyakan zat warna direk merupakan jenis azo yang berupa monoazo, diazo,
triazo, dan poliazo. Sehingga zat warna direk pada umumnya tidak tahan reduktor.
Contoh : Zat warna direk poliazo

Selain zat warna direk biasa, terdapat pula zat warna direk khusus yang
tahan luntur hasil celupannya lebih baik, yaitu zat warna direk yang mengandung
logam. Agar tidak rusak, zat warna direk yang mengandung logam tidak boleh
dipakai dalam larutan celup yang mengandung zat pelunak air.

Tahan Luntur dan Ikatan Zat Warna Direk dengan Selulosa


Zat warna direk dapat dipakai mencelup serat selulosa karena dapat
berikatan dengan gugus hidroksil dari selulosa dengan ikatan hidrogen,
R1-N=N-R2-SO3Na
Ikatan Hidrogen
Sel-OH
Kekuatan ikatan hidrogen umumnya tidak terlalu kuat, dapat putus dalam
suhu tinggi, oleh karenanya tahan luntur hasil pencelupan zat warna direk sangat
rendah tertutama dalam pencucian panas.
Selain ikatan hidrogen sebagai ikatan yang utam, kekuatan ikatan zat warna
direk dengan serat juga ditunjang dengan ikatan dari gaya Van Der Waals.
Kekuatan ikatan dari gaya Van Der Waals relatif sangat lemah, namun cukup
berpengaruh bila ukuran partikel zat warna direknya makin besar. Dari hal
tersebut, terlihat tahan luntur hasil celupan zat warna direk bervariasi mulai dari
yang rendah hingga yang sedang.
Prinsip tersebut dipakai dalam proses iring (setelah pencelupan) dengan zat
pemiksasi kationik, dimana dalam proses tersebut zat warna direk dalam serat
berikatan dengan zat pemiksasi sehingga ukurannya menjadi besar, akibatnya
tahan luntur hasil celupannya menjadi lebih baik.
Hal lain yang juga berpengaruh terhadap tahan luntur hasil celup adalah
faktor kelarutan zat warna direk. Dengan memilih zat warna direk yang
kelarutannya makin kecil akan diperoleh tahan luntur hasil celup terhadap
pencucian yang lebih baik. Selain itu proses difusi zat warna selama proses
pencelupan perlu diusahakan sesempurna mungkin, yaitu dengan menetapkan
waktu celup yang tidak terlalu singkat, sebab bila waktu pencelupannya kurang
maka akan terjadi proses pencelupan cincin yang tahan lunturnya akan lebih
rendah dari hasil pncelupan yang normal.

Kelarutan Zat Warna Direk


Kelarutan zat warna direk merupakan faktor penting yang perlu
dipertimbangkan karena zat warna direk yang kelarutannya tinggi akan
memudahkan dalam pemakaiannya dalan hasil pencelupannya relatif lebih mudah
rata, tetapi dilain pihak kelarutan yang tinggi akan mengurangi substantifitas zat
warna dan tahan luntur hasil celupannya lebih rendah.

Proses pelarutan zat warna direk :


R1-N=N-R2-SO3Na  R1-N=N-R2-SO3- + Na+
Zat warna direk

R1-N=N-R2-SO3- + Na+ + H2O  R1-N=N-R2-SO3- .aq. + Na+ .aq.

Faktor yang menentukan kelarutan zat warna direk adalah ukuran partikel zat
warna direk dan jumlah gugus pelarut dalam struktur zat warnanya. Makin kecil
ukuran partikel zat warna makin tinggi kelarutannya, demikian pula bila jumlah
gugus pelarutnya makin banyak.
Dalam proses pencelupan, kelarutan zat warna direk dapat diperbesar
dengan cara memperbesar vlot, menurunkan kesadahan air, menaikkan pH
larutan celup, memperbesar pengadukan atau sirkulasi larutan celup dan
memperbesar suhu pencelupan. Dengan cara tersebut hasil pencelupan akan
lebih rata dan lebih cerah namun penyerapan zat warna akan berkurang.

Substantifutas Zat Warna Direk


Substantifitas zat warna direk relatif kecil, sehingga diakhir pencelupan selalu
ada sisa zat warna direk yang tidak terserap bahan. Untuk memperbesar
penyerapan zat warna direk selama pencelupan dapat dilakukan beberapa usaha
antara lain dengan menurunkan vlot, menambahkan garam (NaCl atau Na 2SO4)
serta menurunkan suhu dan pH larutan pencelupan.

Faktor – faktor yang berpengaruh pada pencelupan zat warna direk


1. Elektrolit
Elektrolit berfungsi untuk menambahkan penyerapan zat warna. Selulosa
bermuatan negative tapi disisi lain zat warna direk cenderung bermuatan
negative juga sehingga terjadi tolak menolak. Elektrolit akan mengion dalam air
dan ion positifnya akan menetralakan selulosa sahingga zat warna terserap.
Sehingga fungsi dari elektrolit selain untuk penyerapan juga membantu zat warna
direk yang memiliki gugus pelarut yang banyak (mudah larut) untuk larut
dibandingkan zat warna direk yang tidak mudah larut.
2. Temperatur
Pencelupan selulosa dengan zat warna direk bersifat eksotermis.
3. Liquor Ratio (Vlot)
Dengan penggunaan liquor ratio yang rendah maka dapat membantu
penghematan zat warna. Pada liquor ratio rendah didapatkan konsentrasi yang
tinggi sehingga penyerapan zat warna semakin tinggi.
4. pH larutan
Zat warna direk umumnya digunakan pada pH netral. Penambahan alkali lemah
seperti Na2CO3 akan menghambat penyerapan. Soda ash juga berfungsi untuk
mengurangi kesadahan dan menambah kelarutan.

B. Zat warna disperse


Definisi Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara sintesis,
yang kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan terdispersi. Zat
warna tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetis atau serat tekstil
yang bersifat hidrofob dan mampu menyerap zat organik yang tidak larut dalam
air, dengan membuatnya dalam bentuk suspensi.
Penemuan zat dispersi ini menjadi sangat penting dengan ditemukannya
serat sintetik lainnya yang sifatnya lebih hidrofob daripada serat selulosa asetat,
seperti serat Poliamida, Poliester dan Poliakrilat. Terutama untuk serat poliester
yang kebanyakan hanya dapat dicelup dengan zar warna dispersi. Zat warna ini
mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak mengandung gugus pelarut.
Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi untuk
mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya secara merata didalam
larutan, yang disebut zat pendispersi. Zat warna dispersi dapat mewarnai serat
poliester dengan baik jika memakai zat pengemban atau dengan temperatur
tekanan tinggi. Zat warna dispersi mula-mula diperdagangkan dalam bentuk
pasta, tetapi sekarang dapat diperoleh dalam bentuk bubuk.

Contoh struktur zat warna disperse:

NC

C2H5
O2N N N N
C2H5

CI. DIsperse Red 71

Sifat-sifat umum zat warna dispersi


- Berat molekul kecil (Partikel)
- Tidak larut dalam air, karena tidak mempunyai gugus pelarut didalam struktur
molekul
- Tidak mengandung gugus pelarut, kelarutan amat kecil 0,1 mg/l pada 800C
- Pada umumnya zat warna dispersi berasal dari turunan azo, antrakwinon/nitro
akril amina dengan berat molekul rendah
- Sebagian besar (50%) ZW monoazo, sebagian (25%) turunan antrakuinoid.
Sisanya khromofor lain (benzodiifuranone, coumarin, methin, niitrodfenilamin,
dsb).
- Mempunyai titik leleh yang cukup tinggi yaitu 150 0C dengan ukuran partikel
antara 0,5-2 mikron
- Bersifat non ion walaupun polar, mengandung gugus-gugus aromatik/alfatik (-
NR2, -NH2, -NRH, -OH.
- Selama proses pencelupan dengan zat dispersi tidak mengalami perubahan
kimia
- Tidak mengadakan reaksi kimia dalam pencelupan.
- Untuk mencelup serat-serat buatan hidrofob
- Warna lengkap, cerah.
- molekul besar (lebh sukar menyublim/bisa menyublim pada suhu tinggi
- molekul kecil (mudah menyublim).

Struktur zat warna dispersi


Struktur kimia yang umum di gunakan dalam zat warna dispersi dan persentasi
penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Azo, contoh pada warna merah

C2H5

O2N N N N
C2H4OH
2. Antrakinon, contoh pada warna biru :
NO2 O OH

OH O NH

3. Difenil amina, contoh pada warna kuning :

N SO2N
H
NH

Zat warna dispersi jenis azo adalah zat warna jenis ini umumnya mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut :
a. Daya pewarnaan yang tinggi
b. Pemakaian ekonomis
c. Sifat kerataan celupan bervariasi, ada yang mudah rata ada juga yang sulit
tetapi secara umum lebih sulit dari jenis antrakwinon
d. Termomigrasi relatif lebih baik dari pada antrakwinon
e. Daya punutup ketidak rataan benang kurang lebih sebanding dengan
antrakwinon.

Zat antrakwinon adalah zat warna yang umumnya mempunyai sifat – sifat sebagai
berikut:
a. Warna lebih cerah tetapi daya pewarna lebih rendah.
b. Relatif lebih mahal
c. Sifat kecerahan dan migrasi relatif lebih baik dari azo.
d. Termomigrasi lebih jelek, bila di bandingkan dengan azo.
e. Daya penutupan ketidakrataan benang yang baik.
f. Daya tahan reduksi / hidrolisa yang baik.
g. Daya tahan sinar umumnya sangat tinggi

Sifat – sifat fisika zat warna disperse


Kelarutan
Meskipun Azobenzena, Antrakuinon dan Defilamina dalam bentuk dispersi dapat
mencelup kedalam hidrofop, dalam perdagangan kebanyak zat warna dispersi
mengandung gugus aromatik dan alifatik yang mengikat gugus fungsional (-OH,
-NH2-BHR, dsb.) dan bentuk sebagai gugus pemberi (donor) Hidrogen. Gugus
fungsional tersebut merupakan pengikat dipol (dwikutub) dan juga membentik ikatan
hidrogen dengan gugus karbonol atau gugus asentil dari serat polyester.
Adanya gugus aromatik OH dan alifatik NH2 dan gugus fungsional yang lain
menyebabkan zat warna sedikit larut dalam air. Zat warna dispersi mempunyai daya
kelarutan air dingin yang sangat rendah akan tetapi dengan peningkatan temperatur
daya kelarutan dapat meningkat dengan cepat sampai beberapa ratus gram/L. Yang
sangat penting dalam proses pencelupan adalah daya kelarutan.

Sensitifitas
Zat warna dispersi yang berupa partikel – partikel kecil tidak mungkin berada
pada keadaan terdispersi yang stabil tanpa adanya zat pendispersi (Dispersing
Agent) zat pendispersi ini berfungsi sebagai pelindung di sekeliling zat warna
sehingga adanya gaya elektrostatis yang saling tolak menolak juga dapat membantu
terjadinya stabilitas. Kestabilan dispersi zat warna di pengaruhui oleh:
a. Jenis zat pendispersi : umumnya yang digunakan adalah jenis anionik yaitu
lignin sulfonat yang berasal dari alam tetapi ada pula yang berasal dari sintetik.
b. Kualitas dari pigmen zat warna dan ketidakmurnian pigmen zat warna
c. Bentuk kristal dari pigmen zat warna. Bentuk kristal tertentu mudah dibersihkan
dan ada yang relatip sulit .
d. Distribusi partikel ukuran zat warna

Klasifikasi zat warna dispersi


Zat warna dispersi dapat di golongkan menurut sifat sublimasinya secara umum di
bagi menjadi 4 kelompok yaitu :
a) Golongan satu (A)
Zat warna dispersi ini mempunyai sifat sublimasi rendah tetapi mempunyai sifat
celup yang baik. Karena molekulnya kecil dengan sifat sublimasi yang rendah
biasanya digunakan untuk pencelupan serat rayon, serat poliamida, serat di/tri
asetat, dapat juga di gunakan untuk serat poliester yang di bantu dengan zat
pengemban pada temperatur 1000C.

b) Golongan Kedua (B)


Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul yang relatif kecil dengan
sifat sublimasinya cukup. Memiliki sifat celup yang baik sehingga sangat baik untuk
pencelupan polyester dengan zat pengemban pada temperatur tinggi. Pada proses
thermosol hanya digunakan untuk mewarnai warna – warna muda, dengan
temperatur yang lebih rendah.
c) Golongan Ketiga (C)
Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul sedang dengan sifat
sublimasi yang baik. Sifat celup dan sublimasi yang baik biasa di gunakan untuk
pencelupan zat pengemban. Temperatur tinggi atau proses termosol dengan hasil
yang baik.
d) Golongan Keempat (D)
Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul besar dengan sifat
sublimasi tinggi. Mempunyai sifat celup yang kurang baik atau sifat sublimasinya
yang paling tinggi tidak dapat di gunakan untuk pencelupan dengan zat
pengemban. Tetapi sangat cocok untuk pencelupan termosol/ temperatur tinggi
berat molekul ukuran dan bentuk zat warna dispersi memegang peranan penting,
terhadap sifat pencelupan.

Adapun golongan zat warna disperse dapat dilihat pada table berikut :

Bentuk Sumitomo Suhu Metoda Celup


Kelompok HT/HP Carrier
molekul BASF sublimasi Thermosol
A 1700C 1300C 1000C
B E 1900C 0
200 C x V
C SE 2000C 0
210 C V V
D S 2100C 2200C V x
Ikatan yang utama antara zat warna disperse dengan poliester adalah ikatan
hidrofobik, namun untuk beberapa kasus dapat pula terjadi ikatan hydrogen atau
ikatan dwi kutub.
Dalam perdagangan umumnya zat warna disperse mengandung gugus
aromatic dan alifatik yang mengakibatkatkan gugus fungsional seperti : -OH, -NH 2,
-NHR dan bertindak sebagai gugus pemberi (donor) hydrogen. Gugus fungsional
tersebut merupakan pengikat dipol atau dwi kutub juga membentuk ikatan hydrogen
dengan gugus karboknil atau gugus asetil.

δ- δ+ δ- δ+

O2N N N N H O C
Ikatan hidrogen

H OH

Gambar : Reaksi terjadinya ikatan hydrogen pada proses pencelupan serat poliester
dengan zat warna dispersi.

C. Pencelupan Serat Campuran


Pencelupan bahan tekstil yang terbuat dari serat campuran merupakan suatu
pekerjaan yang sangat rumit. Hal ini disebabkan oleh sifat fisika dan kimia dari
masing-masing zat serat yang berbeda satu dengan lainnya sehingga pemilihan zat
warna yang akan dipergunakan dan cara pencelupannya harus diperhatikan.
Beberapa efek warna yang dapat diperoleh adalah :
1. Efek ”Solid Colour”, dimana kedua macam serat di dalam campuran tersebut
dicelup dengan corak warna dan tingkat ketuaan warna yang sama misalnya
merah, kuning atau biru pada tingkat ketuaan warna yang sama.
2. Efek ”Reservation”, dimana salah satu serat di dalam campuran tersebut sama
sekali tidak diwarnai sehngga timbul bintik-bintik putih misalnya warna biru
dengan bintik-bintik bupih.
3. Efek ”Tone in Tone”, di mana salah satu serat dalam campuran tersebut tercelup
lebih tua dari yang lainnya, misalnya biru tua dan biru muda.
4. Efek ”Cross Dyeing”, di mana kedua serat di dalam campuran tersebut dicelup
dengan corak warna yang berbeda, misalnya biru dan merah.
Efek warna yang dihasilkan dapat diatur sesuai dengan keinginan.

Pencelupan Metoda Exhaust


Terdapat beberapa cara untuk proses pencelupan kain campuran metode exhaust
yaitu:
1. One Bath one stage (satu larutan da satu tahap)
Yang dimaksud dengan metoda pencelupan satu larutan adalah
pencelupannya dengan larutan tetap. Jadi selama proses pencelupan berlangsung,
larutan tersebut tidak dibuang atau diganti, sehingga dalam satu larutan celup
tersebut terdiri dari zat warna dispersi dan zat warna direk beserta zat-zat
pembantu untuk kedua zat-zat warna tersebut. Pemasukan zat warna dispersi dan
zat-zat pembantunya maupun zat warna direk dan zat-zat pembantunya, dilakukan
pada awal pencelupan sehingga fiksasi kedua zat warna tersebut pada masing-
masing serat terjadi dalam satu tahap. Pada metode ini harus dilakukan seleksi
zat warna dispersi dan zat warna dnirekya, dimana fiksasi kedua zat warna
tersebut harus terjadi pada kondisi yang sama dan masing-masing zat warna tidak
terpengaruh oleh masing-masing zat pembantu yang digunakan.
- Dua macam zw.dicampurkan, fiksasi dilakukan bersamaan
- Prosesnya paling cepat diantara metoda yang lain
- Ketahanan luntur biasanya lebih rendah daripada metoda yang lain
2. One bath two stage (satu larutan dan dua tahap)
Yang dimaksud dengan dua tahap pada metoda ini berarti fiksasi zat warnanya
terjadi dalam dua tahap.
Pada umumnya tahap pertama terjadi fiksasi zat warna dispersi pada serat
poliester kemudian pada tahap kedua terjadi fiksasi zat warna direk pada serat
kapasnya. Dengan demikian maka pada awal pencelupan larutan celup hanya
terdiri dari zat warna dispersi beserta zat-zat pembantunya. Sedangkan
pemasukan zat warna direk dan zat-zat pembantu untuk zat warna direk dilakukan
setelah suhu diturunkan atau setelah terjadi fiksasi zat warna dispersi pada serat
poliester.
3. Two bath two stage (dua larutan dan dua tahap)
Pada metoda ini digunakan dua larutan celup, yaitu larutan celup yang terdiri
dari zat warna dispersi dan zat-zat pembantunya, sedangkan satu larutan celup
lagi terdiri zat warna direk dan zat-zat pembantunya. Proses pencelupannya juga
dilakukan dalam dua tahap yaitu pertama-tama pencelupan serat poliester dengan
larutan celup yang pertama dan terjadi fiksasi antara zat warna dispersi dengan
serat poliesternya. Kemudian tahap kedua, setelah larutan celup pertama diganti
dengan larutan celup kedua, dilakukan pencelupan serat kapas dengan kondisi
pencelupan seperti yang biasa dilakukan pada masing-masing serat tersebut.
- Zw. Masing-masing (dua larutan), fiksasi dilakukan sendiri-sendiri
- Dapat memperoleh efek warna solid,kontras,tone in tone yang baik
- Yang paling baik ketahanan lunturnya

III. ALAT, BAHAN DAN PEREAKSI


III.1 Alat
- Gelas kimia 500 mL
- Pengaduk kaca
- Pipet
- Timbangan digital
- Gelas ukur
- Mesin HT/HP
- Tabung HT/HP

III.2 Bahan dan pereaksi


- Zat warna disperse
- Zat warna direk
- Kain T/C
- CH3COOH
- Pendispersi
- NaCl

IV. RESEP
IV.1 Resep Pencelupan

Resep Resep 1 Resep 2 Resep 3

Zat warna disperse (%) 1 1 1

Zat warna direk (%) 1 1 1

Asam asetat (ml/l) 1 1 1


Pendispersi anionik
1 1 1
modifikasi (ml/l)
NaCl (gr/l) 10 20 30
Vlot 1 : 20 1 : 20 1 : 20
Suhu (C) 130 130 130
Waktu (menit) 30 30 45

IV.2 Resep Pencucian

Resep Resep 1 Resep 2 Resep 3


Teepol(g/L) 1 1 1
Na2CO3 (gr/L) 1 1 1
Vlot 1 : 20 1 : 20 1 : 20
Suhu (C) 60 60 60
Waktu (menit) 15 15 15

V. FUNGSI ZAT
- Zat warna dispersi untuk memberikan warna pada kain polyester
- Zat warna direk untuk memberikan warna pada kain kapas
- Asam asetat untuk melindungi serat poliester dan membantu kerataan zat warna
direk
- Pendispersi anionic modifikasi untuk menurunkan tegangan permukaan
- NaCl untuk membantu penyerapan zat warna pada bahan
- Sabun (teepol) untuk menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi

VI. CARA KERJA


1. Siapkan bahan yaitu kain T/C, tiras pinggiran kain agar tidak mengganggu
proses.
2. Timbang berat bahan awal sebelum proses.
3. Hitung kebutuhan zat sesuai resep.
4. Siapkan zat yang akan dibutuhkan untuk proses pencelupan ke dalam tabung
HT/ HP
5. Masukkan bahan sehingga bahan terendam dengan baik.
6. Proses kain dengan menggunakan mesin HT/ HP dengan penahanan suhu
selama 10 menit di suhu kamar lalu ditambahkan NaCl, kemudian dilakukan
proses pencelupan dengan suhu 130C dengan waktu 30 menit.
7. Lakukan pencucian proses selama 15 menit dengan menggunakan resep
pencucian
8. Cuci dingin
9. Keringkan bahan
10. Evaluasi
- Kerataan
- Ketuaan

VII. DIAGRAM ALIR

Persiapan bahan

Proses pencelupan disperse


direk

Pencucian sabun

Pengeringan

Evaluasi

VIII. SKEMA PROSES PENCELUPAN

Zw dispersi
Zw dIrek
As. Asetat
Pendispersi 130oC
Bahan

NaCl
60 oC

30 oC
10 20 30 15
T ( C)
o 10

Pencucian
Pencelupan

IX. PERHITUNGAN RESEP


Resep 1

Berat Bahan : 5,60 gram


Jumlah larutan : 5,60 x 20 = 112 ml
Zat warna dispersi : 1/100 x 5,60 x 100 = 5,60 ml
Zat warna direk : 1/100 x 5,60 x 100 = 5,60 ml
Asam asetat : 1/1000 x 112 = 0,112 ml
Pendispersi : 1/1000 x 112 = 0,112 ml
NaCl : 10/1000 x 112 = 1,12 gram
Air : 100,57 ml
Resep 2
Berat Bahan : 5,60 gram
Jumlah larutan : 5,60 x 20 = 112 ml
Zat warna dispersi : 1/100 x 5,60 x 100 = 5,60 ml
Zat warna direk : 1/100 x 5,60 x 100 = 5,60 ml
Asam asetat : 1/1000 x 112 = 0,112 ml
Pendispersi : 1/1000 x 112 = 0,112 ml
NaCl : 20/1000 x 112 = 2,24 gram
Air : 100,57 ml

Resep 3

Berat Bahan : 5,60 gram


Jumlah larutan : 5,60 x 20 = 112 ml
Zat warna dispersi : 1/100 x 5,60 x 100 = 5,60 ml
Zat warna direk : 1/100 x 5,60 x 100 = 5,60 ml
Asam asetat : 1/1000 x 112 = 0,112 ml
Pendispersi : 1/1000 x 112 = 0,112 ml
NaCl : 30/1000 x 112 = 3,36 gram
Air : 100.57 ml

X. SAMPLE

Resep Kain hasil pencelupan

1
2

XI. EVALUASI
10
9
8
7
6
5 Kerataan
Ketuaan
4
3
2
1
0
1 2 3

XII. DISKUSI
Pada praktikum kali ini yaitu pencelupan kain T/C dengan zat warna dispersi
direk dengan system HT larutan tunggal terdapat beberapa hal yang harus
didiskusikan, diantaranya :
1. Ketuaan warna hasil pencelupan
Dimana ketuaan warna pada hasil pencelupan cukup baik, hal ini dapat
terjadi karena proses fiksasi zat warna pada bahan cukup berjalan dengan
baik, fiksasi yang terjadi adalah fiksasi endoterm, dimana struktur serat pecah
antara rantai molekulnya dan zat warna yang sudah terdifusi ke dalam bahan
terfiksasi dengan cara bahan menyerap dan mengikat zat warna. Dan dilihat
dari grafik evaluasinya pun dari resep 1 sampai dengan resep 3 mengalami
peningkatan ketuaan warna. Pada resep 1, nilai ketuaan warna hanya
mendapat point 7 dari 10. Dimana ini adalah ketuaan warna paling rendah
dibandingkan dengan 2 resep lainnya. Hal ini dapat terjadi karena pada resep
1 ini NaCl yang berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat warna pada
bahan yang ditambahkan kedalam larutan celup hanya sedikit yaitu 10
gram/liter. Pengaruh NaCl ini terjadi pula pada resep nomor 2, dimana NaCl
yang ditambahkan hanya 20gram/liter sehingga ketuaan warna pada resep
nomor 2 tidak dapat mencapai derajat ketuaan warna pada resep nomor 3
karena resep nomor 3 NaCl yang ditambahkan adalah sebanyak 30
gram/liter.

2. Kerataan warna hasil pencelupan


Pada evaluasi kerataan warna, dimana dalam hal kerataan warna kain hasil
celupan mendapatkan nilai yang tidak cukup baik yaitu nilai 7 untuk ketiga
resep. Nilai ini diperoleh karena bahan hasil celupan yang berwarna ungu ke
arah merah terlihat belang (tidak rata). Hal ini dapat terjadi karena perbedaan
pada warna zat warna direk dan dispersi yang digunakan merupakan warna
yang kontras. Sehingga mengakibatkan warna yang muncul tidak terlihat
baik. Yang kedua karena pada proses pelarutan zat warna dispersi, zat
warna tidak larut atau tidak terdispersikan dengan baik yang mengakibatkan
gumpalan-gumpalan zat warna melempel pada permukaan bahan yang
membuat bahan di daerah tersebut memiliki warna lebih tua. Yang ketiga
adalah pengaruh zat warna yang digunakan merupakan zat warna yang
jenisnya berbeda (struktur molekul zat warna berbeda) dimana
mengakibatkan difusi zat warna yang terjadi memiliki kecepatan yang
berbeda pula mengakibatkan zat warna yang terfiksasi dalam bahan
jumlahnya tidak sama jadi bahan hasil celupan belang.

XIII. KESIMPULAN
- Banyaknya NaCl mempengaruhi ketuaan warna
- Jenis zat warna yang digunakan dapat mempengaruhi kerataan warna
- Pelarutan zat warna dapat mempengaruhi kerataan warna hasil celupan

XIV. DAFTAR PUSTAKA


- Ir. Rasyid Djufri, M.Sc. dkk, “Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan
Pencapan”, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1973
- www.wikipedia.com/poliester
- www.isotextile.blogspot.com/colorants-and-auxiliaries-vol-1
- www.isotextile.blogspot.com/colorants-and-auxiliaries-vol-2

LAPORAN PENCELUPAN 3
PENCELUPAN SERAT T/C DENGAN ZAT WARNA DISPERSI DIREK
SISTEM HT LARUTAN TUNGGAL
Disusun Oleh : Lukman Prabowo Dwimukti 11020039
Nine Imania 11020051
Ratna Siti Aisyah 11020054

Dosen : R.R. Wiwiek E.M., S.ST


Anna Sumpena
Priatna

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2014

Anda mungkin juga menyukai