Proses persiapan penyempurnaan kimia tekstil adalah semua proses baik kimia
maupun mekanik yang dilakukan terhadap bahan tekstil baik yang terbuat dari serat alam
maupun serat buatan sebelum mengalami
Proses pencelupan, pencapan, maupun penyempurnaan denga tujuan agar proses- proses
tersebut dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Secara garis besar proses ini meliputi proses pemartaian kain, proses
penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan. Untuk serat-serat tertentu, proses
persiapan penyempurnaan yang dilakukan tergantung kepada jenis serat dan tujuan
pemakaian bahan tekstil tersebut, misalnya untuk serat staple perlu dilakukan proses
pembakaran bulu (sengeing) untuk menghilangkan bulu-bulu yang timbul akibatproses
pertenunan agar permukaan kain menjadi lebih licin dan berkilau. Untuk seratkapas atau
rayon sering dilakukan proses merserisasi untuk menaikan daya serap bahan. Untuk serat
protein, pada sutra biasa dilakukan proses pemberatan untuk mengimbangi kehilangan
berat yang cukup akibat proses degumming. Untuk serat woldilakukan prose karbonisasi
untuk menghilangkan kotoran ranting, daun kering yang terbawa.
Pada serat buatan, karena umumnya sudah dibuat dalam keadaan bersih, proses
persiapan umumnya dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari luar yang di
dapat dari transportasi misalnya minyak pelumas, kanji, zat anti static dan sebagainya.
Proses yang penting pada serat buatan selain rayon viscosa adalah proses pemantapan
panas yang dilakukan dengan cara peregangan pada temperatur tinggi untuk mendapatkan
stabilitas dimensi yang lebih baik.
A. PENGERTIAN
Bahan tekstil mentah pada umumnya mengandung berbagai macam kotoran
baik kotoran dalam maupun kotoran luar seiring dengan tumbuhnya atau proses
pembuatan bahan tekstil tersebut. Jenis-jenis kotoran tersebut dapat digolongkan
menjadi sekurang-kurangnya tiga jenis, yaitu:
1. Kotoran alamiah, atau disebut juga kotoran dalam yaitu jenis kotoran yang berasal
dari serat tersebut yang ada pada serat bersamaan dengan terjadinya serat,
misalnya lemak, lilin, malam, pectin pada kapas, serisin pada sutra, keringat,
lemak, lanolin pada wol dan sebagainya;
2. Kotoran dari luar, yaitu kotoran yang berasal dari luar dan menempel pada kain,
benang, atau serat, misalnya debu, ranting, daun, noda-noda minyak yang berasal
dari mesin dan lain sebagainya; dan
3. Kotoran yang sengaja ditambahkan untuk kelancaran proses, misalnya minyak
untuk zat anti statis pada benang, kanji pada benang lusi dan laian sebagainya.
Zat-zat tersebut diatas dapat menganggu proses selanjutnya yang kan dialami
bahan tekstil tersebut, karena zat–zat ini akan menghambat masuknya zatkimia
termasuk zat warna ke dalam serat. Oleh karena itu, zat-zat tersebut harus
dihilangkan.
Proses persiapan penyempurnaan kimia tekstil adalah semua proses baik kimia
maupun mekanik yang dilakukan terhadap bahan tekstil baik yang terbuat dari serat
alam maupun serat buatan sebelum mengalami proses pencelupan, pencapan ,
maupun penyempurnaan dengan tujuan agar proses-proses tersebut dapat berjalan
dengan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan
Secara garis besar proses ini meliputi proses pemartaian kain, proses penghilangan
kanji, pemasakan, pengelantangan. Untuk serat-serat tertentu, proses persiapan
penyempurnaan yang dilakukan tergantung kepada jenis serat dan tujuan pemakaian
bahan tekstil tersebut, misalnya untuk serat staple perlu dilakukan proses pembakaran
bulu (sengeing) untuk menghilangkan bulu-bulu yang timbul akibat proses pertenunan
agar permukaan kain menjadi lebih licin dan berkilau.
Untuk serat kapas atau rayon sering dilakukan proses merserisasi untuk menaikan
daya serap bahan. Untuk serat protein, pada sutra biasa dilakukan proses pemberatan
untuk mengimbangi kehilangan berat yang cukup akibat proses degumming. Untuk
serat wol dilakukan prose karbonisasi untuk menghilangkan kotoran ranting, daun
kering yang terbawa.
Pada serat buatan, karena umumnya sudah dibuat dalam keadaan bersih, prose
persiapan umumnya dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari luar yang di
dapat dari transportasi misalnya minyak pelumas, kanji, zat anti static dan sebagainya.
Proses yang penting pada serat buatan selain rayon viscosa adalah proses
pemantapan panas yang dilakukan dengan cara peregangan pada temperatur tinggi
untuk mendapatkan stabilitas dimensi yang lebih baik.
1. Pemartaian kain
Sebelum dilakukan proses basah (Pretreatment) yang meliputi proses
penghilangan kanji, pembakaran bulu, pemasakan, pengelantangan, merserisasi,
pencelupan, pencapan dan proses lainya yang menggunakan zat kimia maupun
proses mekanik/ fisika, kain yang dihasilkan oleh mesin tenun atau rajut memiliki
keterbatasan panjang/ lebar, sedangkan mesin proses Pretreatment memiliki
kapasitas tertentu, maka untuk menyesuaikan panjang kain dengan kapasitas mesin
proses perlu dilakukan penyesuaian panjang/ lebar kain yakni perlu dilakukan
beberapa tahapan proses persiapan awal yang dikerjakan terhadap bahan tekstil
(kain mentah/ greige) tersebut meliputi:
a. Proses pembukaan kain dari bentuk gulungan dan penumpukan kain (pile up);
b. Pemeriksaan cacat kain greige (Inspecting); dan
c. Penyambungan kain (sewing) untuk mendapatkan ukuran yang diharapkan pada
proses produksi.
Penumpukan kain (PILE UP) biasanya kain hasil produksi baik tenun maupun
rajut dibuat dalam bentuk gulungan kain mentah, proses pile up adalah pengerjaan
membuka kain grey yang masih dalam bentuk gulungan kemudian menumpuknya
dengan rapi di atas palet secara mendatar dengan menarik ujung- ujungnya dengan
panjang tertentu, penarikan ujung kain bertujuan untuk mempermudah pemberian
kode kain, penyambungan/ penjahitan.
INSPECTING adalah proses untuk memeriksa dan memperbaiki mutu kain grey
hasil proses pertenunan sehingga dapat diketahui jenis-jenis cacat, mutu, dan
jumlah produks. pada tahapan ini kain diperiksa secara manual dalam mengamati
permukaan kain yang dijalankan dimeja inspecting dengan bantuan cahaya
penerangan yang cukup.
Penyambungan kain (SEWING), ketersediaan panjang kain tidak selamanya
sesuai dengan kebutuhan pesanan yang akan diproses selanjutnya, untuk
mendapatkan panjang kain yang sesuai perlu dilakukan proses penyambungan
kain (sewing), sewing adalah proses menyambungkan ujung kain satu dengan
ujung kain lainya sehingga didapatkan panjang kain yang sesuai dengan yang
diinginkan sehingga dapat mempermudah untuk proses selanjutnya.
2. Penghilangan kanji/ desizing
Sebelum ditenun, benang lusi dikanji untuk menambah kekuatan dan daya
gesek yang tinggi. Benang lusi yang tidak dikanji kekuatannya rendah, mudahputus
sehingga mengurangi mutu kain dan efisiensi produksi. Kanji bersifat menghalangi
penyerapan (Hidrofob) larutan baik dalam proses pemasakan, pengelantangan,
pencelupan, pencapan, danpenyempurnaan khusus sehingga jika kanji tidak
dihilangkan mengakibatkan hasil proses tersebut kurang sempurna. Pada proses
pencelupan dan pencapan zat warna tidak bisa masuk kedalam serat sehingga
warna akan luntur dan tidak rata.
Penganjian benang lusi biasanya menggunakan kanji alam maupun kanji
sintetik tergantung dari jenis seratnya. Proses Desizing atau penghilangan kanji
merupakan proses awal yang dilakukan setelah proses pertenunan.
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kanji pada kain agar tidak
mengganggu proses selanjutnya. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor - faktorapa
saja yang dapat mempengaruhi dalam proses desizing untuk mengetahuikondisi
optimum yang dapat dilakukan dalam proses desizing.
Penganjian benang lusi biasanya menggunakan kanji alam maupun kanji
sintetik tergantung dari jenis seratnya.
Kanji alam antara lain:
Pati (tapioka): jagung (meizena), kentang (farina), gandum (terigu),
Kanji protein: seperti glue, gelatin, dan kasein
Kanji sintetik antara lain:
PVA (Polivenil Alkohol), Akrilik, dan lain-lain
Derivat selulosa seperti tylose (CMC), Hidrksil etil selulosa, dan metil selullosa.
Derivat kanji seperti starch ester, starch eter.
Cara penghilangan kanji ini terdiri dari beberapa cara yaitu:
a. Perendaman;
b. Asam Encer;
c. Alkali Encer;
d. Enzym; dan
e. Oksidator.