Anda di halaman 1dari 9

1.

Bahan bacaan guru dan peserta didik

KONSEP DASAR PROSES PERSIAPAN KIMIA TEKSTIL

Proses persiapan penyempurnaan kimia tekstil adalah semua proses baik kimia
maupun mekanik yang dilakukan terhadap bahan tekstil baik yang terbuat dari serat alam
maupun serat buatan sebelum mengalami
Proses pencelupan, pencapan, maupun penyempurnaan denga tujuan agar proses- proses
tersebut dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Secara garis besar proses ini meliputi proses pemartaian kain, proses
penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan. Untuk serat-serat tertentu, proses
persiapan penyempurnaan yang dilakukan tergantung kepada jenis serat dan tujuan
pemakaian bahan tekstil tersebut, misalnya untuk serat staple perlu dilakukan proses
pembakaran bulu (sengeing) untuk menghilangkan bulu-bulu yang timbul akibatproses
pertenunan agar permukaan kain menjadi lebih licin dan berkilau. Untuk seratkapas atau
rayon sering dilakukan proses merserisasi untuk menaikan daya serap bahan. Untuk serat
protein, pada sutra biasa dilakukan proses pemberatan untuk mengimbangi kehilangan
berat yang cukup akibat proses degumming. Untuk serat woldilakukan prose karbonisasi
untuk menghilangkan kotoran ranting, daun kering yang terbawa.
Pada serat buatan, karena umumnya sudah dibuat dalam keadaan bersih, proses
persiapan umumnya dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari luar yang di
dapat dari transportasi misalnya minyak pelumas, kanji, zat anti static dan sebagainya.
Proses yang penting pada serat buatan selain rayon viscosa adalah proses pemantapan
panas yang dilakukan dengan cara peregangan pada temperatur tinggi untuk mendapatkan
stabilitas dimensi yang lebih baik.
A. PENGERTIAN
Bahan tekstil mentah pada umumnya mengandung berbagai macam kotoran
baik kotoran dalam maupun kotoran luar seiring dengan tumbuhnya atau proses
pembuatan bahan tekstil tersebut. Jenis-jenis kotoran tersebut dapat digolongkan
menjadi sekurang-kurangnya tiga jenis, yaitu:
1. Kotoran alamiah, atau disebut juga kotoran dalam yaitu jenis kotoran yang berasal
dari serat tersebut yang ada pada serat bersamaan dengan terjadinya serat,
misalnya lemak, lilin, malam, pectin pada kapas, serisin pada sutra, keringat,
lemak, lanolin pada wol dan sebagainya;
2. Kotoran dari luar, yaitu kotoran yang berasal dari luar dan menempel pada kain,
benang, atau serat, misalnya debu, ranting, daun, noda-noda minyak yang berasal
dari mesin dan lain sebagainya; dan
3. Kotoran yang sengaja ditambahkan untuk kelancaran proses, misalnya minyak
untuk zat anti statis pada benang, kanji pada benang lusi dan laian sebagainya.

Zat-zat tersebut diatas dapat menganggu proses selanjutnya yang kan dialami
bahan tekstil tersebut, karena zat–zat ini akan menghambat masuknya zatkimia
termasuk zat warna ke dalam serat. Oleh karena itu, zat-zat tersebut harus
dihilangkan.

Proses persiapan penyempurnaan kimia tekstil adalah semua proses baik kimia
maupun mekanik yang dilakukan terhadap bahan tekstil baik yang terbuat dari serat
alam maupun serat buatan sebelum mengalami proses pencelupan, pencapan ,
maupun penyempurnaan dengan tujuan agar proses-proses tersebut dapat berjalan
dengan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan

Secara garis besar proses ini meliputi proses pemartaian kain, proses penghilangan
kanji, pemasakan, pengelantangan. Untuk serat-serat tertentu, proses persiapan
penyempurnaan yang dilakukan tergantung kepada jenis serat dan tujuan pemakaian
bahan tekstil tersebut, misalnya untuk serat staple perlu dilakukan proses pembakaran
bulu (sengeing) untuk menghilangkan bulu-bulu yang timbul akibat proses pertenunan
agar permukaan kain menjadi lebih licin dan berkilau.

Untuk serat kapas atau rayon sering dilakukan proses merserisasi untuk menaikan
daya serap bahan. Untuk serat protein, pada sutra biasa dilakukan proses pemberatan
untuk mengimbangi kehilangan berat yang cukup akibat proses degumming. Untuk
serat wol dilakukan prose karbonisasi untuk menghilangkan kotoran ranting, daun
kering yang terbawa.

Pada serat buatan, karena umumnya sudah dibuat dalam keadaan bersih, prose
persiapan umumnya dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari luar yang di
dapat dari transportasi misalnya minyak pelumas, kanji, zat anti static dan sebagainya.
Proses yang penting pada serat buatan selain rayon viscosa adalah proses
pemantapan panas yang dilakukan dengan cara peregangan pada temperatur tinggi
untuk mendapatkan stabilitas dimensi yang lebih baik.

Dengan makin berkembangnya teknologi, maka untuk menaikan efisiensi, proses


penghilangan kanji, pemasakan, dan pengelantangan seringkali dilakukan secara
simultan. Proses-proses simultan ini lebih cocok untuk proses persiapan kain
campuran, kain-kain putih, ataupun kain-kain yang akan dicelup dengan warna muda.
Untuk kain-kain yang akan dicelup dengan warna tua lebih baik dilakukan proses
persiapan penyempurnaan secara bertahap. Proses persiapan penyempurnaan
memegang peranan yang penting, karena jika pada proses persiapan hasilnya tidak
sempurna dengan kata lain zat-zat yang menghalangi penyerapan tidak hilang
sempurna, maka akan mengakibatkan cacatkain pada akhir proses penyempurnaan
tekstil.
B. RUANG LINGKUP PERSIAPAN PENYEMPURNAAN KIMIA TEKSTIL
Proses persiapan penyempurnaan bahan tekstil meliputi beberapa proses,yaitu:
1. Pemartaian kain;
2. Penghilangan kanji/ desizing;
3. Pemasakan/ scouring;
4. Pengelantangan/ bleaching;
5. Merserisasi/ mercerizing;
6. Pemantapan panas/ heat setting; dan
7. Pengurangaan berat/ weight reduce.

1. Pemartaian kain
Sebelum dilakukan proses basah (Pretreatment) yang meliputi proses
penghilangan kanji, pembakaran bulu, pemasakan, pengelantangan, merserisasi,
pencelupan, pencapan dan proses lainya yang menggunakan zat kimia maupun
proses mekanik/ fisika, kain yang dihasilkan oleh mesin tenun atau rajut memiliki
keterbatasan panjang/ lebar, sedangkan mesin proses Pretreatment memiliki
kapasitas tertentu, maka untuk menyesuaikan panjang kain dengan kapasitas mesin
proses perlu dilakukan penyesuaian panjang/ lebar kain yakni perlu dilakukan
beberapa tahapan proses persiapan awal yang dikerjakan terhadap bahan tekstil
(kain mentah/ greige) tersebut meliputi:
a. Proses pembukaan kain dari bentuk gulungan dan penumpukan kain (pile up);
b. Pemeriksaan cacat kain greige (Inspecting); dan
c. Penyambungan kain (sewing) untuk mendapatkan ukuran yang diharapkan pada
proses produksi.
Penumpukan kain (PILE UP) biasanya kain hasil produksi baik tenun maupun
rajut dibuat dalam bentuk gulungan kain mentah, proses pile up adalah pengerjaan
membuka kain grey yang masih dalam bentuk gulungan kemudian menumpuknya
dengan rapi di atas palet secara mendatar dengan menarik ujung- ujungnya dengan
panjang tertentu, penarikan ujung kain bertujuan untuk mempermudah pemberian
kode kain, penyambungan/ penjahitan.
INSPECTING adalah proses untuk memeriksa dan memperbaiki mutu kain grey
hasil proses pertenunan sehingga dapat diketahui jenis-jenis cacat, mutu, dan
jumlah produks. pada tahapan ini kain diperiksa secara manual dalam mengamati
permukaan kain yang dijalankan dimeja inspecting dengan bantuan cahaya
penerangan yang cukup.
Penyambungan kain (SEWING), ketersediaan panjang kain tidak selamanya
sesuai dengan kebutuhan pesanan yang akan diproses selanjutnya, untuk
mendapatkan panjang kain yang sesuai perlu dilakukan proses penyambungan
kain (sewing), sewing adalah proses menyambungkan ujung kain satu dengan
ujung kain lainya sehingga didapatkan panjang kain yang sesuai dengan yang
diinginkan sehingga dapat mempermudah untuk proses selanjutnya.
2. Penghilangan kanji/ desizing
Sebelum ditenun, benang lusi dikanji untuk menambah kekuatan dan daya
gesek yang tinggi. Benang lusi yang tidak dikanji kekuatannya rendah, mudahputus
sehingga mengurangi mutu kain dan efisiensi produksi. Kanji bersifat menghalangi
penyerapan (Hidrofob) larutan baik dalam proses pemasakan, pengelantangan,
pencelupan, pencapan, danpenyempurnaan khusus sehingga jika kanji tidak
dihilangkan mengakibatkan hasil proses tersebut kurang sempurna. Pada proses
pencelupan dan pencapan zat warna tidak bisa masuk kedalam serat sehingga
warna akan luntur dan tidak rata.
Penganjian benang lusi biasanya menggunakan kanji alam maupun kanji
sintetik tergantung dari jenis seratnya. Proses Desizing atau penghilangan kanji
merupakan proses awal yang dilakukan setelah proses pertenunan.
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kanji pada kain agar tidak
mengganggu proses selanjutnya. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor - faktorapa
saja yang dapat mempengaruhi dalam proses desizing untuk mengetahuikondisi
optimum yang dapat dilakukan dalam proses desizing.
Penganjian benang lusi biasanya menggunakan kanji alam maupun kanji
sintetik tergantung dari jenis seratnya.
Kanji alam antara lain:
Pati (tapioka): jagung (meizena), kentang (farina), gandum (terigu),
Kanji protein: seperti glue, gelatin, dan kasein
Kanji sintetik antara lain:
PVA (Polivenil Alkohol), Akrilik, dan lain-lain
Derivat selulosa seperti tylose (CMC), Hidrksil etil selulosa, dan metil selullosa.
Derivat kanji seperti starch ester, starch eter.
Cara penghilangan kanji ini terdiri dari beberapa cara yaitu:
a. Perendaman;
b. Asam Encer;
c. Alkali Encer;
d. Enzym; dan
e. Oksidator.

Penghilangan Kanji dengan Cara Perendaman:


Cara perendaman merupakan cara yang paling mudah dilakukan, kain
direndam dalam air panas +35oC-40oC selama 24 jam, selanjutnya dicuci dengan
air panas kemudian dengan air dingin. Penghilangan kanji dengan perendamanini
dapat dilakukan untuk Jenis kanji yang mudah larut dalam air seperti gom, dekstrin,
CMC, PVA dan lain-lain.
Penghilangan Kanji dengan Asam Encer:
Asam dapat menghidrolisa kanji melalui dextrin menjadi glukosa yang larut
dalam air, sehingga mudah dihilangkan dalam proses pencucian. Jenis asam
yang banyak digunakan dalam proses penghilangan kanji adalah asam sulfat
(H2SO4) encer dan asam chlorida (HCl) encer.
Penghilangan Kanji dengan Soda Kostik (NaOH) Encer:
Proses penghilangan kanji dapat dilakukan pula dengan soda kostik/ soda api
encer tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, cara ini jarang dilakukan di
samping makan waktu lama juga hasilnya kurang begitu sempurna. Jenis
kanji yang larut dengan alkali seperti kanji protein, PVA, pati.
Penghilangan Kanji dengan Enzima:
Penghilangan kanji dengan enzim sekarang banyak dilakukan baik oleh
industri besar maupun industri kecil. Karena ada beberapa kelebihan dalam
penggunaannya yaitu:
a. Hidrolisa kanji berjalan cepat sehingga waktu pengerjaan lebih pendek;
b. Tidak terjadi kerusakan pada serat; dan
c. Senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator.
3. Pemasakan (scouring)
Proses pemasakan (scouring) hanya dilakukan untuk serat-serat alam karena
serat sintetik relatif sudah dibuat bersih dan murni. Proses pemasakan pada serat
sintetik hanya untuk menghilangkan emulsi minyak pelumas pada benang. Tujuan
pemasakan adalah untuk menghilangkan zat-zat yang berupa kotoran dari serat
nerupa minyak, malam, protein dan debu.
Pada dasarnya proses pemasakan terbagi pada 2 tahap, yaitu:
a. Tahap Saponifikasi (Boiling Off)
Tahap ini untuk menghilangkan zat zat hidrofobik yang menghalangi
proses selanjutnya seperti pektin, wax, protein, abu dan kotoran organik
lainnya.
b. Tahap Pemasakan (Scouring)
Tahap ini untuk melepaskan hasil saponifikasi kotoran dari serat berupa
penyabunan. Pembentukan sabun dalam pemasakan sangat dipengaruhioleh
kesadahn air dan kandungan mineral. Jadi, dalam proses pemasakan kita
memerlukan soda kostik (NaOH) untuk saponifikasi, scouring agent (deterjen)
sebagai pembasah, pendispersi dan pengemulsi kotoran hasil reaksi serta
squestering agent untuk melunakkan air proses pemasakan.
Logam alkali tanah (Ca, Mg) dan logam berat (Fe, Cu) dalam bahan atau
dalam air akan membentuk ikatan komplek dengan NaOH sehingga mengurangi
efektifitas kerja sabun. Juga Hidroksil dan pektin dapat terikat dalam garam2
dalam air membentuk endapan dan endapan pektin brikatan dengan kapas
melalui ikatan hidrogen.
4. Pengelantangan (Bleaching)
Proses pengelantangan (bleaching) proses yang dilakukan terhadap bahan
tekstil dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran organik, organik yang
terwujud sebagai pigmen–pigmen warna alami yang disebabkan oleh adanya
pigmen-pigmen warna alami yang tidak bisa hilang hanya dengan proses
pemasakan, tetapi harus dengan proses pengelantangan. Pengelantangan dapat
berlangsung karena senyawa-senyawa organik yang mempunyai ikatan rangkap
dioksidasi menjadi ikatan tunggal sehingga bahan tekstil tersebut menjadi putih.
Pigmen-pigmen alam pada bahan tekstil umumnya terdapat pada bahan dari serat-
serat alam baik serat tumbuh-tumbuhan maupun serat binatang yang tertentu
selama masa pertumbuhan sedangkan bahan tekstil dari serat sintetik tidak perlu
dikelantang, karena pada proses pembuatan seratnya sudah mengalami pemurnian
dan pengelantangan, tetapi untuk bahan tekstil yang terbuat dari campuran serat
sintetik dan serat alam diperlukan proses pengelantangan terutama prosesnya
ditujukan terhadap serat alamnya. Untuk menghilangkan pigmen-pigmen alam
tersebut hanya dapat dilakukan dalam proses pengelantangan dengan
menggunakan zat pengelantang yang bersifat oksidator atau yang bersifat reduktor.
Zat pengelantang yang bersifat oksidator ada dua golongan, yaitu yang
mengandung khlor dan yang tidak mengandung khlor.
Zat pengelantang oksidator yang mengandung khlor, diantaranya:
a. Kaporit (CaOCl2);
b. Natrium hipokhlorit (NaOCl); dan
c. Natrium khlorit (NaOClO2).
Zat pengelantang oksidator yang tidak mengandung khlor, diantaranya:
a. Hidrogen peroksida (H2O2);
b. Natrium peroksida (Na2O2);
c. Natrium perborat (NaBO3);
d. Kalium bikhromat (K2Cr2O7); dan
e. Kalium permanganat (KMnO2).
Zat Pengelantang yang bersifat reduktor, antara lain:
a. Sulfur dioksida (SO2);
b. Natrium sulfit (Na2SO3);
c. Natrium bisulfit (NaHSO3); dan
d. Natrium hidrosulfit (Na2S2O4).
5. Merserisasi/ mercerizing
Pemberian tegangan pada benang atau kain selama proses menimbulkan
efek kilau yang bersifat tetap, sedangkan pengerjaan tanpa tegangan memberikan
pertambahan mulur yang besar yang sesuai untuk produk-produk stretch. Proses
ini disebut merserisasi dan ditemukan pertama kali oleh John Mercer pada tahun
1844 (patennya baru terdaftar kemudian pada tahun 1850) di tengah penelitiannya
mengenai kemungkinan pemisahan berbagai macam hidrat dengan cara
penyaringan fraksional perlahan. Pada saat itu, Mercer mengamati adanya
perubahan-perubahan seperti tersebut di atas, kecualikilau, pada kain kapas yang
digunakannya untuk menyaring larutan natrium hidroksida.
Mercer juga mendapati adanya penurunan konsentrasi larutan di akhir proses
yang disebabkan oleh absorpsi preferensial alkali oleh selulosa. Efek kilau baru
ditemukan sekitar lima puluh tahun kemudian (1889) oleh Horace Lowe secara tidak
sengaja ketika mencoba mencegah mengkeret benang yang dimerser dengan cara
memberikan tegangan selama proses.
Serat kapas akan mengalami perubahan yakni terjadi penggelembungan
secara lateral/ ke sebelah sisi dan mengkeret/ menyusut ke arah panjangnya bila
direndam dalam larutan soda api pekat (NaOH). Perubahan dimensi bahan kapas
tersebut diikuti juga oleh perubahan-perubahan penting pada sifat-sifat bahan tekstil
yang terbuat dari bahan kapas, seperti meningkatnya:
a. Kekuatan tarik;
b. Higroskopisitas (moisture regan);
c. Daya serap terhadap zat warna; dan
d. Reaktifitasnya terhadap pereaksi-pereaksi kimia.

Pemberian tegangan pada benang atau kain selama proses


menimbulkanefek kilau yang bersifat tetap, sedangkan pengerjaan tanpa
tegangan memberikan pertambahan mulur yang besar yang sesuai untuk produk-
produk stretch.
Merserisasi yang berlangsung secara bertahap mulai dari bentuknya yang pipih
hingga mencapai penggembungan maksimum pada tahap 5, tahap 6 dan7 masing-
masing memperlihatkan kontraksi yang terjadi pada saat pencucian dan
pengeringan. Pengamatan dengan mikroskop memperlihatkan bahwa
penggembungan belum terjadi pada konsentrasi soda kostik 7%. Pada saat itu
serat hanya mengalami pembebasan puntiran dan perubahan
penampanglintang menjadi lonjong sesuai dengan tahap 1-3 Pada konsentrasi
di atas 7% mulai terjadi penggembungan ke arah dalam dan mencapai
maksimum pada konsentrasi sedikit di atas 11% dimana lumen nampak hanya
sebagai celah sempit (tahap 4). Pada konsentrasi yang lebih tinggi mulai terjadi
penggembungan ke arah luar dan mencapai maksimumnya pada konsentrasi13,
5%. Sebagian literatur menyebutkan penggembungan maksimum pada
konsentrasi 18%. Perbedaan tersebut bisa saja terjadi karena perbedaan serat
kapas dan metoda yang digunakan selama penelitian.

6. Pemantapan panas/ Heat setting


Pemantapan panas atau heat setting adalah istilah yang digunakan dalam
industri tekstil untuk menggambarkan proses termal yang biasanya terjadi di
atmosfer uap atau lingkungan panas kering. Efek dari proses ini memberikan serat,
benang atau stabilitas dimensi kain dan, sangat sering, atribut yang diinginkan
lainnya seperti volume yang lebih tinggi, resistensi kerut atau tahan suhu. Sangat
sering, pengaturan panas juga digunakan untuk meningkatkan atribut untuk proses
selanjutnya.
Pemantapan panas atau heat setting dapat menghilangkan kecenderungan
getaran yang tidak diinginkan. Pada proses lilitan, puntir, tenun, tufting, dan
rajutan, meningkatnya kecenderungan untuk menggorok dapat menyebabkan
kesulitan dalam memproses benang. Saat menggunakan pemantapan panas
untuk benang karpet, hasil yang diinginkan tidak hanya mencakup penurunan
torsi, tetapi juga stabilisasi atau pemasangan benang serat. Baik stabilisasitwist
dan stabilisasi efek dekorasi adalah hasil dari proses pemantapan panas.
Pemantapan panas menguntungkan benang staples serta benang bulked
continuous filament (BCF). Pengaturan panas sering menyebabkan serat
sintetis untuk mendapatkan volume juga. Pertumbuhan volume ini umumnya
digambarkan sebagai “pengembangan massal”. Semua proses menggunakan
suhu dan/ atau uap air untuk memberikan tekstil salah satu atribut yang
disebutkan di atas dikenal sebagai pemantapan panas. Istilah “fiksasi termal” lebih
jarang digunakan. Dalam industri karpet, proses ini secara eksklusif disebut “
pemantapan panas”.
Kain-kain yang dibuat dari benang sintetik seperti kain poliester dan poliamida,
sebelumnya dimantapkan akan mengkeret bila dikerjakan dalam proses-proses
yang menggunakan panas. Apabila kain dicuci atau dikerjakandalam air panas,
maka kain akan kusut. Setelah disetrika kain tidak akan licin kembali dan tidak akan
kembali kepanjang semula. Makin tinggi suhu pengerjaan, makin besar
mengkeretnya. Kain yang seperti ini disebut juga kain yang tidak mempunyai
kesetabilan dimensi. Karena itu perlu dilakukan pemantapan panas atau heat setting
untuk memperoleh kain yang stabil dimensinya, tidak mengkeret atau kecil sekali
untuk memperoleh kain yang stabil dimensinya, tidak mengkeret atau kecil sekali
mengkeretnya dan tahan kusut serta mudah menjadi licin seperti semula pada waktu
disetrika.
Kecenderungan kerutan disebabkan oleh kondisi teknologi produksi benang
pintal dan sifat serat fisik. Di atas segalanya, “kondisi teknologiproduksi benang
pintal” berarti momen balik benang. Twisted thread akan selalu mencoba untuk
memutar ketika menggantung bebas di antara dua titik tetap dalam bentuk lingkaran.
Dalam melakukan ini, ia melepaskan bagian dari putaran aslinya yang menjadi spiral
yang arah putarannya berlawanan dengan arah putaran asli. Perkembangan
pelintiran ke arah yang berlawanan terjadi saat benang terpuntir berusaha mencapai
kesetimbangan.
7. Pengurangan berat/ Weight reduce
Penggunaan serat buatan atau disebut juga bahan sintetis seperti serat
poliester filamen untuk kain mempunyai beberapa sifat kekurangan antara lain
permukaan licin, pegangan kaku dan keras. Untuk mendapatkan sifat kain poliester
yang lebih baik, dapat dilakukan dengan proses pengerjaan kain poliester dengan
larutan alkali yang dikenal dengan proses pengurangan berat (weight reduction).
Proses pengurangan berat ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan sifat kain
poliester yang tipis, lemas atau langsai, ringan dan pegangan lembut menyerupai
sutera (Silky).
Proses pengurangan berat kain adalah metode pemrosesan melunakkan
drape dengan meleburnya permukaan serat (berdasarkan reduksi berat)
dengan reaksi hidrolisis poliester dan larutan alkali yang kuat (soda kaustik).
Dengan menerapkan poliester untuk menyerupai serat sutera dengan
teksturyang baik dengan mencairkan sericin permukaan dengan sutra dan
membuatcelah di antara serat. Sentuhan poliester jauh lebih baik dengan
pengurangan berat dan diperluas untuk digunakan. Proses yang baik adalah
proses kontinu yang menggunakan proses kerja mesin dengan konveyor. Untuk
penurunan berat menjadi 1-15%dan alat kontinu yang berada di bawah
tegangan konstan dengan metode roll to roll untuk pengurangan berat tinggi
hingga 15-30% (terutama lebih dari 20%). Ini menentukan panjang steamer
dengan kecepatan pemrosesan dan waktu reaksi yang diperlukan. Panjang
proses pencucian dengan laju reaksi juga berubah dan Stabil bahkan pada
operasi kecepatantinggi.
Proses pengurangan berat kain poliester didasarkan pada sifat poliester
yang tidak tahan terhadap alkali kuat, terutama bila dikerjakan pada suhu tinggi.
Alkali kuat seperti NaOH akan menghidrolisa bagian permukaan serat poliester
pada tingkat tertentu menjadi natrium tereftalat yang larut dalam air. Hidrolisa ini
selanjutnya perlahan-lahan menuju ke dalam serat. Dengan adanya hidrolisa serat
ini penampang serat menjadi lebih kecil, berat kain berkurang sehingga kain
menjadi lebih tipis, lemas dan pegangan menjadi lembut. Semakin besar
pengurangan beratnya, semakin lemas kainnya hingga pengurangan berat
tertentu sekitar 20-30%, lebih dari itu seratnya rusak.
Serat poliester terdiri dari bagian amorf dan kristalin. Bagian amorf akan lebih
mudah diserang oleh NaOH, karena pada bagian amorf ini alkali akan lebih mudah
berpenetrasi masuk kedalam serat poliester sehingga lebih cepat menghidrolisa
serat.
2. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Setelah mempelajari bahasan pada bab 1 ini, untuk lebih memantapkan


pemahaman kalian, silahkan jawab beberapa pertanyaan di bawah ini!

1. Kain mentah/ grey sebelum dilakukan proses pencelupan/ pencapan perlu


dilakukan terlebih dahulu proses pengerjaan Pretreatment, apa sebabnya,
jelaskan?
2. Jenis kotoran yang berasal dari serat tersebut yang timbul bersamaan dengan
terjadinya serat, ini merupakan definisi dari?
3. Lemak, malam, lilin yang terdapat pada serat kapas, termasuk jenis?
4. Zat anti statik, Kanji, yang terdapat pada serta zat tersebut merupakan?
5. Sebelum dilakukan proses persiapan penyempurnaan baik secara kimia
maupun mekanik, kain grey terlebih dahulu dilakukan?
6. Apa yang menjadi tujuan proses penghilangan kanji/ desizing?
7. Apa yang menjadi tujuan proses ppemasakan/ scouring pada bahan kapas?
8. Apa yang menjadi tujuan proses pengelantangan pada bahan cotton?
9. Apa yang menjadi tujuan proses pemantapan panas/ heat setting?
10. Apa yang menjadi tujuan proses merserisasi pada bahan kapas,?

Anda mungkin juga menyukai