Anda di halaman 1dari 53

PROSES PEMBUATAN TEKSTIL

PROSES PEMBUATAN TEKSTIL

Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstil dengan
menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi
benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau
perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat
kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat gelatin, getah, polivinil alkohol (PVA)
dan karboksimetil selulosa (CMC). Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi
merupakan proses kering.

Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati) atau hanya air
(untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapat memakai enzim. Sering
pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan pengikisan (pemasakan) dengan
larutan alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari kain kapas. Kapas juga dapat
dimerserisasi dengan perendaman dalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan
dengan air atau asam untuk meningkatkan kekuatannya.

Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetat dan asam
borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan. Kapas memerlukan
pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan (seperti pendidihan dengan
soda abu dan peroksida).

Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan memakai
proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun. Di Indonesia
denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara kegiatan pemberian
warna. Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau
kasa.

A.PROSES PEMBUATAN BENANG


1. Benang Carded
Benang Carded juga disebut sebagai benang garuk. Bahan bakunya yaitu cotton,
rayon, dan polyester.
Proses Pembuatan :
Bill Store : membuka dan melepaskan ikatan kapas yang disimpan di gudang,
membiarkan kapas selama 24jam agar kapas berkembang dan menyesuaikan kadar
airnya, serta elastisitasnya
Mesin Blowing : mengalami pembukaan dan pembersihan dari kotoran yang
menyertainya. Kapas keluar sebagai Lap, lembaran panjang seperti kain dengan tebal 1
inchi dan digulung pada alat scuhter
Mesin Carding : Gulungan kapas ( Lap) mengalami penarikan
Mesin Drawing : Menyearahkan dan meratakan serat pada sliver 1. Cara : Dilakukan
pencampuran 8 sliver dengan ditarik dan ditekan untuk mendapatkan ukuran sliver yang
baru kemudian dimasukkan pada cone secara melingkar
Mesin Speed frame : 8 sliver dari cone dijadikan satu dan ditarik menghasilkan benang
yang disebut roving dan digulung pada bobong.
Mesin Ring Spinning Frame : menjadikan roving sebagai benang tunggal. Misalnya
bentuk hank dikerjakan pada mesin reeling. Untuk benang rangkap, benang bentuk tube
dikerjakan pada mesin ini dan panjangnya dapat terarah. Benang / serat pendek akan
terpisah dan diproses menjadi sliver kembali
Quick Traverse : Benang dirangkap dan dipilin pada mesin cone. Kemudian
diperdagangkan dalam bentuk hank.
2. Benang Combed
Benang Combed biasa disebut benang sisir yang bahan bakunya berasal dari
cotton.
Proses Pembuatan :
Blowing, Kapas dimasukkan ke dalam mesin Carding. Proses : pembukaan,
pembersihan, dan penarikan. Hasil : Lap, kumpulan kapas yang berbentuk lembaran
tetapi tidak beraturan
Pre Drawing, Membuat Sliver dari lap. Proses : 8 Sliver dijadikan 1 sliver dengan
ditarik diantara rol-rol.
Mesin Lap Former
Proses : Menarik sliver untuk menyearahkan serat panjang dan serat pendek
Mesin Lap Pendek, Sliver dengan serat pendek akan terkumpul sebagi kotoran, dapat
diproses kembali sebagai campuran untuk dijadikan benang Carded.
Mesin Drawing I dan II, Sliver dengan serat panjang / hasil combing dikerjakan pada
mesin ini sebagai bahan baku membuat benang halus
Mesin Speed Frame

Proses : sliver ditarik dan dipilin untuk menghasilkan sliver dengan ukuran yang lebih
kecil (roving). Roving dibuat benang tunggal selanjutnya dapat diperdagangkan.
3. Benang Blended
Benang Blended Adalah benang campur yang bahan bakunya berasal dari dua jenis
serat, yaitu polyester dengan rayon, Polyester dengan cotton, dan rayon dengan cotton.
Benang Blanded merupakan benang berkualitas tinggi disbanding benang carded dan
combed, karena merupakan campuran antara kapas dengan trivera. Mutu kapas harus
tinggi supaya setara dengan trivera.
Proses Pembuatan :
mesin blowing dan carding : untuk mendapat mutu kapas yang sama yaitu dengan
serat-serat yang seragam panjangnya
mesin Drawing I dan II : kapas hasil combing dicampur dengan sliver dari
trivera. Jumlah : 3 sliver trivera dan 3 sliver kapas. Kemudian masuk pada Drawing II
untuk menyearahkan dan meratakan serat
Mesin Speed Frame : Menarik sliver dari Drawing II untuk dibuat roving
Mesin Ring Spinning Frame : Merubah roving menjadi benang tunggal. Hasil: Berupa
benang Blended dalam beberapa bentuk sesuai kebutuhan. Nomor benang : 40 S, 60 S,
atau 40/2, 60/2, 62/2.
B. PROSES PEMBUATAN KAIN
Kain merupakan benang yang dianyam, dirajut atau ditenun menghasilkan lembaran
dengan ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Benang hasil pemintalan tidak dapat langsung
dibuat kain karena kan mudah putus saat proses. Oleh karena itu benang harus
dipersiapkan dahulu melalui beberapa tahapan,yaitu :
Benang dari mesin pintal digulung kembali pada mesin penggulung menjadi gulungan
cones. Tujuannya memudahkan untuk dipasangkan pada mesin reeling dalam proses
menyearahkan benang lusi (warping).
Proses pencelupan benang. Dalam hal ini jika dekehendaki kain dengan efek warna
antara lusi dan pakan seperti sarung atau kain motif.
Sizing Machine. Dalam mesin ini benang dikanji agar benang licin dan tidak mudah
putus ketika bergesekan.
Setelah kering dari pengkanjian, benang bisa ditenun atau dirajut.
Pada proses menenun atau merajut dengan benang lusi dan pakan dilakukan gerakan
menyilang atau teratur secara terus menerus sehingga menjadi bentuk anyaman tertentu
Kain siap diproses menjadi baju atau diperdagangkan.

Pengolahan bahan dasar tekstil


Barang-barang tekstil merupakan hasil akhir dari serangkaian proses yang
berkesinambungan. Pembuatan tekstil dimulai dari satuan terkecilnya, yaitu
serat. Pembuatan tekstil sangat erat kaitannya dengan proses pengolahan
selanjutnya, yaitu pemintalan serat menjadi benang, benang menjadi kain,
hingga akhirnya terwujud kain sebagai suatu produk akhir.
Serat sebagai satuan terkecil dari berbagai jenis tekstil, dibuat dari
bahan dasar khusus yang memiliki panjang dan diameter tertentu, serta
memiliki sifat mikroskopik, fisik dan kimia yang dapat dikenali. Agar cocok
digunakan untuk tekstil, serta harus memiliki panjang yang lebih besar
disbanding dengan diameternya, serat harus lentur serta kuat untuk
menahan ketegangan dalam berbagai proses pembuatan. Serat tersebut
harus murah harganya, mudah diperoleh dan harus selalu tersedia.
Disamping itu, serat harus sesuai untuk segala suasana, baik suhu maupun
tekstur, memiliki sifat menyerap bahan celup, nyaman dipakai dan mudah
dibersihkan dengan cara tertentu. Biasanya serat-serat diklasifikasikan
menurut asal-usulnya, yaitu serat alamiah (serat yang berasal dari sumber
alam) dan serat buatan atau serat sintetis (dibuat oleh manusia dengan
metode tertentu).
Serat bisa berbentuk pendek, seperti kapas, atau sangat panjang
seperti serat sutera dan filamen. Filamen dapat digunakan sebagaimana
adanya karena panjangnya yang luar biasa. Tetapi, serat yang lebih pendek
seperti kapas harus melalui proses permintaan agar panjangnya memadai.
Sejumlah proses harus dilakukan untuk mempersiapkan serat agar
bisadimanfaatkan dalam berbagai system pemintalan yang dewasa ini
digunakan.

Serat yang telah diolah akan menjadi benang (yarn) dan merupakan
bahan dasar utama yang digunakan dalam pembuatan kain. Benang
berwujud helaian panjang, yang dibuat dari jalinan dan pengelompokan serat
atau filamen, untuk digunakan dalam tenunan, rajutan, atau pemrosesan
lainnya agar menjadi kain.

Serat
Industri tekstil mempergunakan bermacam-macam serat, baik serat-serat
yang langsung diperoleh dari alam maupun serat-serat buatan untuk bahan
bakunya. Sebagai bahan baku, serat tekstil memegang peranan yang sangat
penting, karena sifat serat menentukan sifat bahan tekstil jadinya. Disamping
itu proses pengolahan yang dilakukan pada serat tekstil harus didasarkan
pula pada sifat-sifat seratnya. Pembuatan serat menjadi benang harus
melalui serangkaian proses, diantaranya carding (penyikatan), combing
(penyisiran), spinning (pemintalan), dan sizing (penganjian).
1.1. Carding (Penyikatan)
Serat alami biasanya bersumber dari bulu domba yang disebut fleece dan

serat kapas. Sebagai bahan mentah, serat tersebut mungkin masih kotor
karena tercampur aduk dengan helaian dan tangkai daun atau benda asing
lainnya. Oleh sebab itu, serat tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu.
Setelah itu, serat akan disikat guna menyingkirkan benda asing yang
mungkin masih melekat, dan memisahkannya. Penyikatan juga berfungsi
untuk memisahkan serat yang pendek dan serat yang panjang sehingga
ketika dibentangkan secara paralel satu sama lain serat tersebut akan lebih
rata.
Tujuan proses carding adalah memisahkan serat menjadi elemen
tunggal dan menjajarkan serat sejajar mungkin satu sama lain. Proses
carding sangat penting dalam tahap pemintalan karena akan mempengaruhi
mutu hasil akhir.
1.2. Combing (Penyisiran)
Proses penyisiran melanjutkan langkah pembersihan dan penyortiran yang
sudah dimulai dalam tahap penyikatan. Serat-serat tersebut diluruskan
sehingga terbentang secara parallel (sejajar). Penyisiran sangat tergantung
pada jenis kain yang akan dibuat dengan serat tersebut. Biasanya serat
bermutu baik adalah yang berukuran lebih panjang dan bila disisir akan
menghasilkan benang yang lebih halus dan rata. Untuk memperoleh hasil
yang lebih halus dan rata, serat berserabut panjang tadi dapat disisir lebih
dari sekali. Serat berserabut pendek yang dipisahkan pada tahap penyikatan
biasanya tidak dibuang. Serat itu masih diolah menjadi benang, tetapi
hasilnya tidak sehalus berserabut panjang.
Istilah disikat dan disisir dalam produk tekstil biasanya ditujukan untuk
benang yang terbuat dari kapas. Benang hasil penyisiran serat beurukuran
panjang lebih kuat dan menghasilkan kain lebih baik dan permukaanya lebih
halus tetapi kuat, semuanya disisir. Jika akan digunakan untuk membuat kain
wol, serat tersebut hanya disikat. Tetapi jika dipergunakan untuk membuat
benang wol serat harus disikat dan disisir. Benang wol biasanya lebih

pendek dan lebih halus dari pada benang wool yang tidak diluruskan dalam
penyisiran. Jika benang tersebut telah menjadi kain wol, permukaannya
umumnya lunak, seperti permukaan halus kain flannel dan tweed. Sedangkan
kain wol seperti kain gabardin, kain kepar atau kain krep tampak
halus permukaannya namun terasa kaku.
1.3. Spinning (Pemintalan)
Selama proses pemintalan, serabut-serabut kapas dijalin untuk membentuk
benang yang akan saling melekat, sehingga cukup kuat untuk memasuki
tahapan selanjutnya, sebagai rangkaian proses pembuatan kain. Benang
tersebut dapat dipilin ke kiri (simpul s) atau ke kanan (simpul z) atau arah
pilinannya dapat berganti sesuai dengan jenis benang yang ingin dihasilkan.
Jumlah pilinan biasanya diukur dengan jumlah putaran pada panjang yang
ditentukan, biasanya satu inci.
Jika benang wol yang akan dirajut menjadi sebuah sweater halus,
maka hanya diperlukan sedikit pilinan dibandingkan dengan benang wol
worsted yang dirancang untuk menenun kain ketat dan kuat seperti
gabardine atau kain kepar. Kain krep yang memiliki permukaan tidak teratur,
dibuat dari benang yang dipilin dengan ketat. Permukaan kasar yang
dihasilkan oleh kain krep tersebut disebabkan oleh pilinan yang ketat.
Benang yang telah dipilin akan terlihat dari jumlah helaian yang telah
dikombinasikan selama proses pemintalan. Sehelai benang terdiri dari
beberapa serat yang telah terpilin dengan sendirinya. Sedangkan helaian
benang terdiri dari dua helai benang atau lebih yang telah dipilin secara
bersamaan. Benang bias juga dibuat dari serat buatan, biasanya
diklasifikasikan sebagai benang monofilament dan multifilament (terbuat dari
sejumlah filamen yang dipilih bersamaan). Pilihan benang bisanya lebih
kokoh dan lebih kuat disbanding benang satuan.
Pemintalan serat alam, khususnya serat kapas terdiri dari proses cara

tradisional dan mekanisasi/mesin.


Cara tradisional, meliputi proses penarikan serat kapas sedikit demi
sedikit sambil diputar untuk memberikan ikatan antara serat hingga menjadi
panjang tertentu sesuai kebutuhan, kemudian digulung pada tempatnya.
Cara mekanisasi/mesin, meliputi proses yang menggunakan mesin
sebagai berikut:
Blowing, adalah proses pembukaan biji kapas, kemudian
dibersihkan, lalu dicampur dan hasilnya berupa lap.
Carding, adalah proses pembersihan penguraian serat, pemisahan
serat yang panjang dengan serat yang pendek serta merubah
bentuk lap menjadi sliver.
Drawing, adalah proses perangkapan, penarikan dan peregangan
serat-serat dan membuat sliver yang lebih rata
Roving, adalah proses penarikan, pemberian putaran/twist,
penggulungan dan hasilnya berupa roving.
Ring Spinning, adalah proses penarikan, pemberian putaran/twist,
penggulungan dan hasilnya berupa benang
Winding, proses penggulungan benang menjadi bentuk gulungan
yang lebih besar sambil menghilangkan bagian yang lemah dan
tidak rata.
Pemintalan serat buatan, yang terbentuk dari polimer-polimer, baik
yang berasal dari alam maupun buatan hasil proses kimia yang sederhana.
Semua proses pembuatan serat buatan/sintetis dilakukan dengan
menyemprotkan polimer yang terbentuk cairan melalui lubang-lubang kecil
(spineret).
1.4. Sizing (Penganjian)
Menganji berbagai jenis benang merupakan pekerjaan yang sangat rumit,

karena tidak semua serat mengggunakan sistem pengukuran yang sama.


Pada benang pintal, jumlah ukuran, atau perhitungannya didasarkan pada
berat dan panjang benang tersebut.
Penganjian sutra juga berdasarkan pada yard gulungan benang.
Benang wol (wool) menggunakan 300 yard sedangkan pengajian benang
worsted berdasarkan pada gulungan 560 yard. Pengajian benang kapas
dihitung berdasarkan jumlah gulungan yang panjangnya 840 yard. Pada
benang filamen, ukurannya ditentukan oleh ukuran lubang-lubang pada
spinneret dan juga jumlah larutan, yang dimasukkan melalui spinneret
tersebut.
Pengajian benang lusi adalah proses paling penting dalam pertenunan
karena hasilnya akan mempengaruhi effisiensi tenunan dan mutu hasilnya.
Pemilinan bahan kanji yang sesuai juga penting. Pengajian lusi bertujuan
untuk memperbaiki sifat tenunan, rupa, dan rabaan (handling), dan
menimbang kain. Benang yang telah dikanji akan terikat bulu-bulu
benangnya, mempertinggi kekuatan dan kekenyalan serta kelicinan
permukaan benang yang akan mengalami gesekan pada waktu menenun.

Benang
Benang adalah hasil akhir daripada proses pemintalan baik berupa benang
alam antara lain benang kapas/katun, ataupun benang buatan antara lain
benang nilon, poliester, sesuai dengan asal dari seratnya. Benang umumnya
digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu benang dasar (simple yarns),
benang hias (novelty yarns) dan benang bertek stur. Sebenarnya, terdapat
berbagai variasi di dalam ketiga kategori benang tersebut, namun yang
diuraikan pada bagian ini hanyalah informasi dasar saja.
2.1. Benang dasar (simple yarns)

Benang dasar adalah jenis yang paling sederhana. Meskipun benang ini
mungkin terbuat dari satu serat yang sama atau serat campuran, jumlah
pilinan pada keseluruhan panjangnya sama dan jenis ini tampak cukup
lembut serta rata. Kain yang terbuat dari benang dasar satu ukuran dengan
kandungan serat yang sama, akan menghasilkan tenunan yang lembut
permukaannya namun kurang bervariasi. Sedangkan benang dasar yang
dipilih dengan cara berlainan, atau benang dasar yamg memiliki kandungan
serat berbeda, dapat dikombinasikan dalam proses menenun untuk
menghasilkan kain dengan efek permukaan yang beragam. Dengan ini, dapat
dilakukan berbagai kombinasi sehingga menghasilkan jenis kain yang
bervariasi.

2.2. Benang hias (novelty yarns)


Benang hias biasanya dibuat berpilin dua, meskipun terdapat beberapa jenis
khusus yang diperoleh dari benang tunggal. Benang khusus jenis ini dibuat
dari dua benangtunggal atau lebih.
Benang tunggal pertama berfungsi sebagai dasar atau inti dan
menjadi tempat membelitnya benang-benang tunggal lainnya. Benang
tunggal kedua akan menciptakan efek-efek khusus. Benang ketiga,
menyatukan kedua benang pertama. Bila benang dasar dibuat halus dan
rata, sebaliknya dengan benang hias dibuat tidak teratur, kadang-kadang
tidak rata, agar bisa menghasilkan kain dengan permukaan dan tekstur yang
tidak lazim.
Benang-benang hias dapat menghasilkan berbagai kain yang menarik,

tetapi kain tersebut biasanya kurang enak dipakai dibanding dengan kain
permukaan halus. Ikatan pada boucle misalnya, mudah robek. Semnetara
bagian yang lebih tinggi yang terbuat dari simpul-simpul tampak lebih usang
dibanding kain halus bagian belakangnya. Terdapat banyak variasi pada
benang hias, tetapi yang paling umum digunakan adalah jenis slubbed,
looped, dan knotted spiral.
2.2.1. Benang slubbed (slubbed yarns)
Benang slubbed dibuat dengan mengubah kadar pilih yang digunakan
sehingga selembar benang akan tampak lebih halus. Pada helaian benang,
slub dapat dibentuk dalam satu benang, sementara benang-benang lainnya
digunakan untuk menahan slub itu ke bawah. Benang yang digunakan untuk
jenis kain shantung merupakan jenis slubbed dan permukaannya yang tidak
rata dibuat oleh slub benang.
2.2.2. Benang ikal (looped yarns)
Benang jenis ini dibuat dengan ikatan penuh pada interval yang teratur.
Boucle, merupaka salah satu contoh benang ikal yang kerap kali digunakan
untuk pakaian wanita.
2.2.3 Benang bersimpul (knotted/nubbed yarns)
Benang semacam ini dibuat dengan mengatur mesin pemintalnya sehingga
mesin tersebut akan melilit benang dengan sendirinya secata terus menerus
di satu tempat, hingga terbentuk suatu simpul. Kadangkala, benang ini dibuat
dengan dua warna, dan simpul yang terjadi hanmya dalam satu warna. Kain
yang ditenun dengan benang dua warna itu akan tampak memiliki bintik
berwarna yang jelas pada dasarnya.
2.3. Benang spiral
Benang spiral dapat diperoleh dengan memilin dua benang yang memiliki
ketebalan berbeda. Biasanya, benang bermutu memiliki pilinan lebih tinggi
dan lebih baik daripada yang kasar dan benang yang lebih kasar melilit

benang yang lebih baik. Berbagai variasi dapat dilakukan tergantung pada
efek yang dikehendaki pada kain yang akan dibuat.
2.4. Benang bertekstur
Benang bertekstur umumnya dihasilkan dari serat thermoplastic (serat yang
bentuknya dapat diatur oleh panas, yang diterapkan pada proses
pembuatannya). Serat-serat buatan mampu menyesuaikan diri terhadap
panas.
Pada bagian terdahulu telah diuraikan bahwa benang akan melalui
proses penyisiran agar menjadi lurus, sehingga pada saat dibentangkan
akan rapi ke satu arah. Pada benang bertekstur serat-serat justru sengaja
diacak, sehingga pada saat dibentangkan menjadi tidak sama. Benang
bertekstur dapat diikalkan pada sati sisi atau kedua-duanya, digulung, dilipat,
atau dikerut atau diolah menjadi bulu-bulu halus (agar mengembang). Panas
yang diterapkan pada titik tertentu ketika proses pembuatan berlangsung
akan menghasilkan tekstur yang dikehendaki pada benang. Benang bahkan
dapat dirajut menjadi kain, yang setelah dipanaskan lalu ditutup sehingga
benang yang dihasilkan akan memiliki bentuk dan akan mempengaruhi
permukaan kain yang dibuat dengan benang bertekstur.

Pencelupan Benang
Pencelupan benang, adalah proses mewarnai/memberi warna pada benang
secara merata. Untuk proses ini tidak harus dilakukan, hanya pada
benangbenang
yang diperlukan berwarna, sedangkan untuk benang yang putih atau
natural tidak perlu dicelup.
Pewarna benang yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis
benang yang akan dipergunakan, untuk benang yang berasal dari serat alam
dipergunakan zat warna alam dan sintetis yang sesuai untuk serat alam,

sedangkan untuk benang yang berasal dari serat sintetis dipergunakan zat
warna yang sesuai dengan serat sintetis.

Tekstil Struktur
Tekstil struktur adalah tekstil yang terbentuk dari jenis benang/serat yang
melalui proses tertentu hingga membentuk struktur.

Pertenunan
Pertenunan adalah persilangan antara dua benang yang terjalin saling tegak
lurus satu sama lainnya, yang disebut benang lusi dan benang pakan, yang
akhirnya menghasilkan lembaran kain.
Benang lusi adalah benang yang arahnya vertikal atau mengikuti
panjang kain, sedangkan benang pakan adalah benang yang arahnya
horisontal atau mengikuti lebar kain. Pada umumnya proses pertenunan
meliputi :

Pembuatan benang lusi, biasa disebut penghanian yaitu pengaturan dan


penyusunan jumlah benang lusi sesuai panjang dan lebar kain yang
akan dibuat sesuai desain.

Pembuatan benang pakan, yaitu menggulung benang pada alat yang


akan dipergunakan sebagai benang pakan.

Pencucukan pada gun dan sisir, yaitu proses benang lusi yang sudah
berada pada bum lusi, dimasukan/dicucukan satu persatu kedalam mata
gun lalu kedalamn celah-celah saisir dengan menggunakan pisau cucuk.

Penyetelan, yaitu memasang benang lusi pada alat tenun sehingga


benang dapat ditenun.

Pertenunan, yaitu proses memasukan benang pakan diantara benang


lusi. Untuk proses ini dapat dipergunakan ATBM (Alat Tenun Bukan
Mesin) atau ATM (Alat Tenun Mesin).

Perajutan
Perajutan adalah salah satu proses untuk mendapatkan lembaran kain yang
dihasilkan dari jeratan-jeratan benang yang bersambung satu sama lainnya,
dimana letak jeratan-jeratan ini teratur merupakan suatu deretan. Cara yang
dipergunakan untuk membuat jeratan-jeratan benang terdiri dari:
Cara tradisional, menggunakan jarum rajut yang terdiri atas dua
batang yang terbuat dari kayu, bambu, plastik atau besi yang
berbentuk bulat kecil sepanjang 40 cm, yang runcing pada salah
satu ujungnya. Dengan gerakan-gerakan yang sederhana alat-alat
ini digerakkan dengan tangan untuk mengambil benang dan selanjutnya
membentuk rajutan. Alat ini masih digunakan hingga
kini, tetapi terbatas untuk kerajinan tangan saja.
Cara mesin, sebagai pembentuk rajutan digunakan mesin rajut
yang menggunakan jarum yang bergerak naik turun untuk
mengambil benang dan membentuknya menjadi rajutan.

Renda
Untuk proses ini hampir sama dengan proses perajutan secara tradisional,
hanya alat yang dipergunakan bukan jarum rajut melainkan menggunakan
alat yang disebut hakpen, guna membuat sengkelit dari benang yang saling
berkaitan.

Makrame

Makrame yaitu teknik jalinan benang atau tali dengan menggunakan


bermacam-macam simpul.

Kain
Kain adalah lembaran-lembaran hasil dari proses pertenunan, perajutan,
yang masih dapat dilanjutkan dengan proses lanjutan sesuai dengan yang
diinginkan, antara lain proses batik, sablon dan jahit.

Tekstil Hias Permukaan


Tekstil hias permukaan pada prinsipnya memberikan atau membuat unsur
hias pada suatu permukaan, dalam hal ini permukaan kain tekstil.

Batik
Secara keteknikan, membatik adalah suatu cara penerapan corak di atas
permukaan kain dengan canting/cap melalui proses tutup celup dan atau
colet dengan lilin batik sebagai perintang pewarnaan.

Pencelupan Kain
Proses ini sama dengan proses pencelupan benang, hanya saja yang
dicelup/diwarnai bukan benang melainkan lembaran kain. Begitu pula
dengan jenis zat warna yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis kain
yang akan dicelup.

Sablon/Cetak Saring

Proses pelekatan zat warna secara setempat pada kain, sehingga


menimbulkan corak tertentu. Pada umumnya urutan proses sablon/pencapan
adalah sebagai berikut:
Pembuatan screen, melalui tahapan pekerjaan yaitu pemasangan
kain kasa pada rangka screen dan pemindahan gambar dari film
diapositif pada kasa dengan cara penyinaran.
Persiapan pasta cap, hal ini tergantung dari jenis kain yang akan
dicap harus sesuai dengan jenis zat warna yang akan digunakan,
sama seperti pada proses pencelupan benang/ kain.
Pencapan kain, pelekatan/pencapan pasta cap pada kain dapat
dilakukan sesuai dengan alat yang akan digunakan.
Pengeringan, hal ini harus dilakukan untuk menghindari zat warna
keluar dari corak-corak yang ditentukan.
Fiksasi zat warna, dimaksudkan untuk membangkitkan zat warna,
tergantung pada jenis zat warna yang dipergunakan.
Pencucian, proses ini berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa
pengental, zat warna yang berlebihan yang tidak terfiksasi.

Jahit
Yang termasuk jahit disini meliputi:
Jahit perca, adalah proses pembuatan suatu karya kerajinan yang
terbuat dari guntingan/potongan kain perca yang digabungkan
dengan cara dijahit sesuai desain.
Jahit tindas, adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara
melapisi/mengisi kain dengan bahan pelapis/pengisi kemudian
dijahit tindas pada permukaan kain.
Jahit aplikasi, adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara
menempelkan guntingan kain pada kain nlainnya kemudian dijahit

dengan tusuk hias sulam.


Pada proses jahit dikenal dua macam, yaitu:
Jahit tangan, adalah proses menjahit secara manual dengan
mempergunakan tangan untuk menghasilkan suatu karya.
Jahit mesin, adalah proses menjahit dengan mempergunakan alat
yang dikenal dengan mesin jahit.

Sulam
Sulam/bordir adalah suatu teknik yang digunakan untuk membuat hiasanhiasan
pada permukaan kain dengan mempergunakan benang hias sulam,
sedangkan untuk proses pengerjaannya dapat menggunakan tangan atau
mesin.

Barang Jadi
Hasil akhir dari proses pengolahan bahan tekstil yang sudah siap
dipergunakan sesuai fungsinya atau siap jual.
Diposkan 20th January 2013 oleh yuliansyah sandria
5
Lihat komentar

1.
DEDENCM26 Januari 2014 22.58
Artikel Yang Bagus... mohon Izin Share kalo diperbolehkan....??
Balas

2.
Anonymous9 September 2014 18.31
Boleeeeeeeh
Balas

3.
Dwi Sulistiyani6 Mei 2015 01.58
Nice Info.. Terimakasih untuk sharing informasinya kak.. Salam Fitinline..
Balas

4.
sonny verarri23 Mei 2015 01.02
Thanks for info
Balas

5.
Abimayu Galang26 November 2015 23.37
Para pen-jual mesin musti tau nih gan :D
Balas

Tekstil
mari kita melestarikan batik Indonesia

Beranda

Ornamen

Batik

HN Community

Facebook

Twitter

About Me

Bahan batik
2

Alat Batik
1

Contoh produk batik


1
Cara Membatik
2
Pengertian batik
1

Zat warna tekstil


15
Serat Tekstil
1
Kompetensi kriya tekstil

Klasifikasi desain tekstil

Klasifikasi tekstil
1

Pengolahan bahan dasar tekstil


5
Sejarah Tekstil
2

Bahan batik

Bahan untuk membuat batik ada beberapa jenis, masing-masing


memiliki jenis dan fungsi sendiri. antara lain:

Lilin klowong: untuk membatik (Klowong/garis motif)

Lilin Tembok: untuk menembok/menutup bagian yang tidak dikehendaki


berwarna

Parafin: untuk membuat motif pecahan pada kain batik

Soda Abu: untuk obat bantu melorod

TRO: untuk pembasah

Kostik: obat bantu zat warna napthol

Natrium nitrit: untuk obat bantu zat warna indigosol

HCl: untuk obat bantu pembangkit warna indigosol

Garam biru BB: pembangkit zat warna napthol

Garam kuning GC: pembangkit zat warna napthol

Garam orange GC: pembangkit zat warna napthol

Indigosol violet B: untuk zat warna batik

Indigosol kuning IGK: zat warna untuk batik

Napthol AS: sebagai warna dasar

Napthol AS-0L: sebagai warna dasar

Napthol AS-BS: sebagai warna dasar

Napthol ASG: sebagai warna dasar

Kertas roti: untuk menggambar pola batik.

Selendang sutera: bahan untuk batik

Selendang katun: bahan untuk batik

Kain sutera: bahan untuk batik

Mori primisima: bahan untuk batik

Blaco dan santung: bahan untuk batik

Kain untuk kaos: bahan untuk batik

Kaos (T-shirt): bahan untuk batik

Waterglass: untuk obat bantu nglorod

Diposkan 24th January 2013 oleh yuliansyah sandria


2
Lihat komentar

1.
Jual Kain Batik3 Desember 2015 18.57
Kak, ada kain batik yang lucu warna-warni ndak.?
Balas

2.
Dwi Sulistiyani3 Maret 2016 00.28
Thanks for sharing.. Mencari perlengkapan membatik berkualitas dengan harga
murah. Kunjungi toko online kami dan dapatkan penawaran menarik lainnya.
Regards : Fitinline..
Balas

Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengolahan bahan dasar tekstil meliputi proses awal pembuatan bahan dasar tekstil
dari proses pembuatan benang menggunakan serat tekstil dilanjutkan proses pewarnaan
benang tersebut hingga proses pembuatan produk tekstil dari bahan dasar tekstil
tersebut.

Proses Pengolahan Bahan Dasar Tekstil

Pencelupan Benang
Pencelupan benang, adalah proses mewarnai/memberi warna pada benang secara
merata. Untuk proses pengolahan bahan dasar tekstil ini tidak harus dilakukan, hanya
pada benang-benang yang diperlukan berwarna, sedangkan untuk benang yang putih
atau natural tidak perlu dicelup.
Pewarna benang yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis benang yang akan
dipergunakan, untuk benang yang berasal dari serat alam dipergunakan zat warna alam
dan sintetis yang sesuai untuk serat alam, sedangkan untuk benang yang berasal dari
serat sintetis dipergunakan zat warna yang sesuai dengan serat sintetis.
Tekstil Struktur
Tekstil struktur adalah tekstil yang terbentuk dari jenis benang/serat yang melalui
proses tertentu hingga membentuk struktur.
Pertenunan
Pertenunan adalah persilangan antara dua benang yang terjalin saling tegak lurus satu
sama lainnya, yang disebut benang lusi dan benang pakan, yang akhirnya menghasilkan
lembaran kain.

Benang lusi adalah benang yang arahnya vertikal atau mengikuti panjang kain,
sedangkan benang pakan adalah benang yang arahnya horisontal atau mengikuti lebar
kain. Pada umumnya proses pertenunan meliputi :

Pembuatan benang lusi, biasa disebut penghanian yaitu pengaturan dan


penyusunan jumlah benang lusi sesuai panjang dan lebar kain yang
akan dibuat sesuai desain.

Pembuatan benang pakan, yaitu menggulung benang pada alat yang


akan dipergunakan sebagai benang pakan.

Pencucukan pada gun dan sisir, yaitu proses benang lusi yang sudah
berada pada bum lusi, dimasukan/dicucukan satu persatu kedalam mata
gun lalu kedalamn celah-celah saisir dengan menggunakan pisau cucuk.

Penyetelan, yaitu memasang benang lusi pada alat tenun sehingga


benang dapat ditenun.

Pertenunan, yaitu proses memasukan benang pakan diantara benang


lusi. Untuk proses ini dapat dipergunakan ATBM (Alat Tenun Bukan
Mesin) atau ATM (Alat Tenun Mesin).

Perajutan
Perajutan adalah salah satu proses untuk mendapatkan lembaran kain yang dihasilkan
dari jeratan-jeratan benang yang bersambung satu sama lainnya, dimana letak jeratanjeratan ini teratur merupakan suatu deretan. Cara yang dipergunakan untuk membuat
jeratan-jeratan benang terdiri dari:

Cara tradisional, menggunakan jarum rajut yang terdiri atas dua batang
yang terbuat dari kayu, bambu, plastik atau besi yang berbentuk bulat
kecil sepanjang 40 cm, yang runcing pada salah satu ujungnya. Dengan
gerakan-gerakan yang sederhana alat-alat ini digerakkan dengan tangan
untuk mengambil benang dan selanjutnya membentuk rajutan. Alat ini
masih digunakan hingga kini, tetapi terbatas untuk kerajinan tangan saja.

Cara mesin, sebagai pembentuk rajutan digunakan mesin rajut yang


menggunakan jarum yang bergerak naik turun untuk mengambil benang
dan membentuknya menjadi rajutan.

Renda

Untuk proses ini hampir sama dengan proses perajutan secara tradisional, hanya alat
yang dipergunakan bukan jarum rajut melainkan menggunakan alat yang disebut
hakpen, guna membuat sengkelit dari benang yang saling berkaitan.
Makrame
Makrame yaitu teknik jalinan benang atau tali dengan menggunakan bermacam-macam
simpul.
Kain
Kain adalah lembaran-lembaran hasil dari proses pertenunan, perajutan, yang masih
dapat dilanjutkan dengan proses lanjutan sesuai dengan yang diinginkan, antara lain
proses batik, sablon dan jahit.
Tekstil Hias Permukaan
Tekstil hias permukaan pada prinsipnya memberikan atau membuat unsur hias pada
suatu permukaan, dalam hal ini permukaan kain tekstil.
Batik
Secara keteknikan, membatik adalah suatu cara penerapan corak di atas permukaan kain
dengan canting/cap melalui proses tutup celup dan atau colet dengan lilin batik sebagai
perintang pewarnaan.
Pencelupan Kain
Proses ini sama dengan proses pencelupan benang, hanya saja yang dicelup/diwarnai
bukan benang melainkan lembaran kain. Begitu pula dengan jenis zat warna yang
dipergunakan harus sesuai dengan jenis kain yang akan dicelup.
Sablon/Cetak Saring
Proses pelekatan zat warna secara setempat pada kain, sehingga menimbulkan corak
tertentu. Pada umumnya urutan proses sablon/pencapan adalah sebagai berikut:

Pembuatan screen, melalui tahapan pekerjaan yaitu pemasangan kain


kasa pada rangka screen dan pemindahan gambar dari film diapositif
pada kasa dengan cara penyinaran.

Persiapan pasta cap, hal ini tergantung dari jenis kain yang akan dicap
harus sesuai dengan jenis zat warna yang akan digunakan, sama seperti
pada proses pencelupan benang/ kain.

Pencapan kain, pelekatan/pencapan pasta cap pada kain dapat


dilakukan sesuai dengan alat yang akan digunakan.

Pengeringan, hal ini harus dilakukan untuk menghindari zat warna keluar
dari corak-corak yang ditentukan.

Fiksasi zat warna, dimaksudkan untuk membangkitkan zat warna,


tergantung pada jenis zat warna yang dipergunakan.

Pencucian, proses ini berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa


pengental, zat warna yang berlebihan yang tidak terfiksasi.

Jahit
Yang termasuk jahit disini meliputi:

Jahit perca, adalah proses pembuatan suatu karya kerajinan yang


terbuat dari guntingan/potongan kain perca yang digabungkan dengan
cara dijahit sesuai desain.

Jahit tindas, adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara


melapisi/mengisi kain dengan bahan pelapis/pengisi kemudian dijahit
tindas pada permukaan kain.

Jahit aplikasi, adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara


menempelkan guntingan kain pada kain nlainnya kemudian dijahit
dengan tusuk hias sulam.

Pada proses jahit dikenal dua macam, yaitu:

Jahit tangan, adalah proses menjahit secara manual dengan


mempergunakan tangan untuk menghasilkan suatu karya.

Jahit mesin, adalah proses menjahit dengan mempergunakan alat yang


dikenal dengan mesin jahit.

Sulam
Sulam/bordir adalah suatu teknik yang digunakan untuk membuat hiasanhiasan pada
permukaan kain dengan mempergunakan benang hias sulam, sedangkan untuk proses
pengerjaannya dapat menggunakan tangan atau mesin.

Barang Jadi
Hasil akhir dari proses pengolahan bahan tekstil yang sudah siap dipergunakan sesuai
fungsinya atau siap jual

Proses pembuatan tekstil

PROSES PEMBUATAN KAIN DARI KAPAS SAMPAI KE BAJU


YANG KITA PAKAI
Seperti yang telah kita ketahui, bahan baku utama untuk membuat kaos
baik t-shirt maupun polo shirt adalah kain katun. Sedangkan bahan untuk
membuat kain katun adalah kapas dan polyester. Selama ini Indonesia belum bisa
memenuhi kebutuhan akan kapas dari dalam negeri, sehingga masih
mendatangkan dari luar negeri. Negara yang banyak memproduksi kapas adalah
Cina, India, dan Pakistan.

Untuk membuat kaos, t-shirt, dan kaos polo, atau polo shirt, dimulai dari
bahan baku yang paling dasar yaitu kapas. Dari kapas proses selanjutnya untuk
membuat kain kaos disebut proses pemintalan atau didalam industri tekstil biasa
disebut dengan proses spinning. Proses spinning yakni proses mengolah kapas atau
polyester menjadi benang.
Setelah proses pemintalan atau spinning, maka hasilnya adalah benang.
Benang hasil pemintalan ini akan masuk ke proses berikutnya yang disebut soft
winder. Soft winder adalah proses penggulungan benang hasil dari pemintalan.
Benang yang telah digulung melalui proses soft winder, akan masuk ke
proses pencelupan benang. Tujuannya adalah untuk memberi warna pada benang
sebelum ditenun menjadi kain. Jadi warna dari kain itu berasal dari proses
pencelupan benang ini. Setelah proses pencelupan benang selesai kemudian
benang dikeringkan.
Proses selanjutnya setelah pencelupan atau pewarnaan pada benang adalah
proses weaving. Weaving biasa disebut juga proses penenunan, yaitu proses
mengolah benang menjadi kain. Sebelum masuk ke proses penenunan atau
weaving, benang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Proses ini, mempersiapkan
benang hingga terbentuk anyaman benang yang siap masuk ke mesin tenun.
Setelah itu baru masuk ke proses dalam proses weaving atau penenunan.
Setelah proses penenunan selesai maka hasilnya adalah lembaran-lembaran
kain. Kain-kain dari hasil mesin tenun ini kemudian masuk ke proses pemeriksaan
atau disebut Shiage. Di proses ini kain akan dicek dan ditentukan gradenya. Bila

dari pemeriksaan ditemukan kecacatan maka kain dikirim ke bagian perbaikan.


Di proses ini juga dilakukan proses klasifikasi kain sesuai dengan jenisnya. Untuk
jenis t-shirt biasanya hasilnya berupa bahan cotton carded, cotton combed, atau
Teteron Cotton. Sementara untuk polo shirt, biasanya terbuat dari jenis cotton
pique yang berpori-pori lebih besar.
Lulus dari proses pemeriksaan atau Shiage. Kain akan masuk ke proses
pemolesan terhadap warna, penampilan dan pegangan (handling) disebut dengan
proses Dyeing. Proses ini merupakan proses terakhir dari proses produksi, mulai
dari pengolahan bahan baku kapas atau polyester hingga menjadi kain.
Sebelum kain dikirim ke pasaran ada proses terakhir yaitu proses
penggulungan dan pengepakan kain sesuai dengan pesanan dari pelanggan.
Sampai tahap ini selesailah proses produksi kain di pabrik.
Kemudian kain akan dipasarkan ke pelanggan-pelanggan atau distributor
dan pusat-pusat grosir kain. Dari pusat-pusat grosir inilah bisanya industri
garmen mendapatkan supply bahan baku kain. Industri-industri garmen ini
meliputi industri konveksi, sablon atau percetakan hingga ke level industri rumah
tangga.
Sampai di level konveksi atau industri garment, kain-kain tersebut
dipotong sesuai pola kaos atau polo shirt. Setelah dipotong kain kaos kemudian
dijahit, dan dikemas sampai menjadi produk akhir seperti t-shirt, atau polo shirt.
Industri garmen atau tekstil mulai dari hulu hingga hilir seperti disebut
diatas saling memiliki ketergantungan. Sehingga sangat diperlukan stabilitas
pasokan bahan baku dan harga agar industri garmen ini tetap tumbuh dan
berkembang.

Proses, Teknik, dan Alat Kerajinan Tekstil


By Ensiklopedi Asli - Monday, November 02, 2015 Proses pembuatan kerajinan tekstil terdiri atas beberapa tahapan. Pertama,
proses serat atau benang menjadi kain, lalu kain menjadi kerajinan tekstil,
seperti busana, tas, sarung bantal dan lain-lain, serta pewarnaan dan
pemasangan aksesori untuk suatu fungsi tertentu atau menambah nilai estetis
atau keindahan pada produk kerajinan tekstil yang dibuat.
Proses pada pembuatan kerajinan tekstil, terdiri atas beberapa tahapan.
Pertama, pembuatan serat/benang menjadi kain/tekstil yang menggunakan
teknik tenun. Kedua, pembuatan kain/tekstil menjadi satu bentuk kerajinan
tekstil. Terakhir, proses pemasangan aksesori atau finishing sehingga
menghasilkan kerajinan tekstil yang siap digunakan.
Proses pewarnaan dapat dilakukan pada serat/benang, pada kain atau pada
bagian akhir setelah kerajinan tekstil terbentuk. Pewarnaan pada benang
dilakukan dengan pencelupan serat/benang. Pada tekstil tanpa motif/polos,
pewarnaan dilakukan dengan pencelupan dengan 1 warna, sedangkan untuk
menghasilkan tekstil dengan motif tertentu, pewarnaan menggunakan teknik
ikat dengan beberapa kali pewarnaan.
Pewarnaan pada kain/tekstil dapat menggunakan teknik rintang warna, seperti
teknik batik atau jumputan, teknik print seperti cap, sablon, atau digital printing,
serta teknik lukis.

Dekorasi dapat dilakukan pada kain atau pada produk yang sudah terbentuk,
dengan teknik sulam dan bordir, maupun penambahan aksesori untuk
menambah keindahan produk kerajinan tekstil.

1. Teknik Tenun
Teknik pembuatan kain yang masih tergolong kerajinan karena mengandalkan
keterampilan tangan adalah teknik tenun. Teknik pembuatan kain dengan mesin
otomatis tidak termasuk dalam kerajinan. Kain tenun di Indonesia di kerjakan
dengan dua jenis teknik, yaitu tenun gendong (benang lungsin yang akan
ditenun diikat mengelilingi hingga punggung penenun) yang digunakan di
seluruh Indonesia, dan teknik tenun yang menggunakan bingkai kayu sebagai
alat bantu tenun. Pada teknik tenun dua jenis, dengan benang lungsin putus
yang akan menghasilkan kain panjang atau selendang dan dengan benang
lungsin tidak terputus untuk menghasilkan sarung (berbentuk tabung).
Proses teknik tenun adalah sebagai berikut.
a. Menyiapkan benang lungsin yang panjangnya sama dengan panjang kain
yang diinginkan.
b. Memasang benang lungsin pada cucukan.
c. Menyiapkan benang pakan.

d. Penenunan dilakukan dengan memasukkan benang pakan ke antara


benang-benang lungsin.

2. Teknik Pewarnaan
Pada umumnya, teknik pewarnaan kain-kain tradisional di Indonesia
memanfaatkan proses celup dengan rintang warna seperti teknik batik dan
teknik pada kain Sasirangan khas Banjar, Kalimantan Selatan, dan teknik ikat
pada pewarnaan serat/benang tenun.
Teknik pewarnaan pada kain tenun adalah teknik ikat celup. Teknik ikat celup
sudah dilakukan sejak lama di seluruh dunia. Asal usul teknik ini diperkirakan
berkembang di India dengan sebutan Bhandani sejak 906 s.d. 618 SM. Teknik
ini berasal dari dataran Cina pada zaman Dinasti Tang dibuat pada kain sutera
yang merupakan alat barter pada masa kejayaan Jalur Sutra, yaitu jalur yang
menghubungkan wilayah Cina ke Timur Tengah hingga ke Italia. Teknik
pewarnaan ikat terdiri atas ikat (hanya pada benang lungsin atau pakan) dan
ikat ganda (pewarnaan pada benang pakan dan lungsin). Langkah pertama
teknik ikat celup menempatkan benang pakan/lungsin pada plangkan. Langkah
kedua adalah menggambarkan pola motif pada benang yang sudah terpasang
pada plangkan. Langkah ketiga adalah mengikat bagian benang sesuai dengan
motif yang diinginkan. Ikatan yang kuat, tebal, dan rapi akan dapat menghalangi
warna dengan baik. Benang yang sudah diikat dicelup dengan warna-warna
sesuai dengan rancangan. Pewarnaan dilakukan mulai dari warna yang paling
tua, ke warna yang paling muda. Setelah pewarnaan pertama, warna kedua
diperoleh dengan melepaskan ikatan pada bagian yang ingin diwarnai, dan
seterusnya hingga selesai. Benang yang sudah diwarnai lalu dikeringkan.
Setelah kering, benang lungsin dipasang pada alat tenun, sedangkan benang
pakan dipasang pada kelenting.
Selain teknik pewarnaan ikat celup pada benang tenun, ada pula teknik rintang
warna dengan menggunakan lilin/malam, yaitu teknik batik. Pada masa
Kerajaan Majapahit, teknik batik diaplikasikan di atas daun lontar. Setelah

diperkenalkan material kain dari serat katun, sebagai pengganti serat alam
lainnya yang lebih kasar, teknik batik mulai diaplikasikan di atas kain katun.
Kain batik, semula hanya dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan kerajaan,
namun teknik tersebut mulai dikenal masyarakat di luar keraton dari para
pengrajin batik. Lambat laun kegiatan membatik menjadi mata pencaharian
masyarakat sekitar kerajaan.
Proses teknik batik adalah sebagai berikut.
a. Membuat sketsa motif batik pada kain polos.
b. Menyiapkan alat dan bahan seperti malam, canting, kompor batik, dan alat
warna alam berikut fasilitas pendukung lainnya.
c. Memanaskan malam pada kompor batik sampai 60 derajat celcius.
d. Dengan menggunakan canting (untuk batik tulis) atau cap aluminium (untuk
batik cap), mengambil malam, dan menutup pola motif pada kain sesua sketsa
yang telah ditentukan.
e. Menentukan warna celup.
f. Mencelup kain batik sesuai dengan warna yang telah ditentukan.
g. Melorod (melepaskan malam) dengan cara merebus kain pada air mendidih,
dibilas, dan diangin-angin.
h. Untuk proses pewarnaan lebih daripada 1 warna, langkah kerja mulai dari
menggambar dengan canting atau cap hingga melorod diulang sesuai dengan
jumlah warna.
Perbedaan utama teknik batik dan sasirangan dengan kain tenun ikat adalah
pewarnaan kain batik dilakukan setelah benang ditenun menjadi kain,
sedangkan pada kain tenun ikat pewarnaan dilakukan pada benang sebelum
ditenun menjadi kain.

3. Teknik Membentuk Kerajinan Tekstil


Produk kerajinan tekstil sangat beragam. Namun, secara umum, pembentukan
kerajinan tekstil dilakukan dengan memotong dan menyambung bahan.
Pemotongan diawali dengan penggambaran pola sesuai dengan bentuk dan
ukuran produk kerajinan tekstil yang dirancang. Pemotongan dilakukan dengan

menggunakan gunting khusus kain, untuk kemudahan pemotongan dan


menghasilkan potongan yang rapi. Ingatlah selalu untuk memotong bahan
sedikit lebih besar daripada pola, untuk memberikan ruang penyambungan.
Penyambungan bahan dapat dilakukan dengan teknik jahit manual, teknik jahit
dengan menggunakan mesin jahit, dan penggunaan lem. Teknik penempelan
dengan lem hanya digunakan untuk kebutuhan tertentu saja, misalnya
penempelan aksesori dengan syarat kain atau bahan tekstil cukup tebal atau
rapat dan lem cukup kental sehingga lem tidak menembus kain.

4. Teknik Dekorasi
Teknik dekorasi di antaranya adalah sulam dan bordir. Sulam sudah menjadi
bagian dari tradisi tekstil Indonesia sejak abad ke-16 Masehi. Dekorasi sulam
pada kain tenun di antaranya dengan menambahkan benang emas dan manikmanik kaca (cermuk), contohnya seperti kain Tapis Lampung, Kain Tapis bagi
masyarakat Lampung melambangkan kesucian dan dipercaya dapat melindungi
penggunanya dari segala bentuk sifat buruk manusia. Secara garis besar, corak
dan warna kain Tapis menunjukkan kebesaran Sang Pencipta Alam.
Suku adat di wilayah Lampung yang menghasilkan dan mengembangkan kain
Tapis ini adalah suku Pepadun. Sebelumnya, kain Tapis yang berlapis benang
emas ini merupakan pakaian wanita dari daerah Liwa, Kenali, dan Talar
Padang. Tapis banyak digunakan baik oleh pria dan wanita sebagai kain sarung
yang dikenakan pada upacara adat. Misalnya, kain Tapis Jung Sarat digunakan
oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Kain Tapis Tuho
dikenakan seorang istri yang mengantar suaminya mengambil gelar sutan. Kain
Tapis Lampung ini kaya akan ragam warna dan corak, hasil dari akulturasi
budaya yang datang ke wilayah Lampung, di antaranya kebudayaan Dongson,
Hindu, Budha, Islam, Eropa, dan China.
Dekorasi juga dilakukan dengan memanfaatkan teknik bordir, yaitu teknik sulam
yang dikerjakan dengan bantuan mesin jahit modifikasi. Beberapa daerah di
Indonesia dikenal dengan kerajinan sulam dan bordirnya, yaitu Tasikmalaya,

Sumatra Barat, Gorontalo, Aceh, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur
(NTT).
Proses sulam atau bordir adalah sebagai berikut.
a. Menyiapkan kain yang akan disulam atau dibordir.
b. Menentukan pola sulam/bordir atau motif atau ragam hias.
c. Menjiplak pada kertas minyak dengan menggunakan spidol atau balpoin.
d. Menjiplak ke atas kain dengan menggunakan kertas karbon.
e. Menyiapkan kain pada gelang ram atau pamidangan dengan meregangkan
kain sampai ketegangan maksimum.
f. Kain siap untuk disulam atau dikerjakan dengan teknik bordir.
Teknik Pengolahan kerajinan tekstil dapat dilakukan berupa pembentukan
bahan, pembuatan motif, dan finishing. Pengolahan bahan: serut; pintal; tarik.
Pembentukan motif: tenun ikat pakan, tenun ikat lungsin, tenun ikat ganda,
batik tulis, batik cap, printing mesin, sablon tangan, batik kombinasi, songket,
sasirangan, dan lain-lain. Pada tahap finishing: dikanji; kerawang; aplikasi
kain; aplikasi manik; aplikasi payet; aplikasi prada; aplikasi hiasan logam;
aplikasi kerang-kerangan, dan lain-lain.
Kita dapat menghasilkan karya tekstil yang inovatif dan unik dengan kreativitas
kita mengolah tekstil dengan teknik-teknik tersebut, secara khusus ataupun
mencampurkan beberapa teknik.

Proses Pembuatan dari Serat Sampai


Menjadi Pakaian
December 16, 2013 | arthanugraheni

Bahan baku adalah bahan yang digunakan oleh suatu proses untuk diolah menjadi
barang jadi. Dalam macam pembuatan tekstil dikenal 3 macam proses ,yaitu proses
pembuatan benang , proses pembuatan kain dan proses penyempurnaan tekstil, sehingga
bahan bakunya pun digolongkan menurut proses tersebut .
Disini akan diuraikan setiap jenis bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan
tekstil yaitu :
1.1.bahan baku pembuatan barang
1.1.1.pengertian serat
Serat yaitu suatu benda yang perbandingan panjang dan diameternya besar sekali.
Serat merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan benang atau kain.
Sebagai bahan baku ,serat tekstil memegang peranan penting sebab :

Sifat-sifat serat mempenggaruhi sifat-sifat benang atau kain yang akan

dihasilkan

Semua pengolahan benang atau kain , baik secara mekanik maupun secara kimia

selalu berdasarkan sifatsifat yang dimiliki oleh seratnya


Berdasarkan panjangnya ,maka serat dibagi menjadi :

Serat atapel :

Yaitu serat-serat yang mempunyai panjang terbatas

Serat filament :

Yaitu serat-serat yang panjangnya lanjut

PRODUKSI SERAT
Produksi serat dari tahun ketahun dapat dikatakan tetap. Tetapi presentasi terhadap
seluruh produksi serat-serat tekstil makin lama makin menurun karena kenaikan yang
pesat dari produksi serat-serat kain buatan.
Hal ini disebabkan karena pengembangan serat-serat alam terbatas pada luas tanah dan
iklim.

Menurut asal seratnya, maka serat dapat digolongkan menjadi:


1. Serat alam, ialah serat yang telah tersedia di alam
2. Serat buatan, ialah serat yang dibuat oleh manusia

Proses pemintalan
Setelah proses penyortiran serat kain yang akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan benang, proses selanjutnya adalah tahapan pemintalan. Pemintalan
merupakan proses dimana serat yang relative pendek disejajarkan satu sama lain agar
menjadi ukuran tertentu lalu dipilin supaya serat-seratnya tidak terlepas untuk
menghasilkan pintalan benang.
Secara umum proses pemintalan benang dibagi atas tahap-tahap berikut :

1. Pembukaan proses memisahkan serat-serat mentah menjadi


gumpalan-gumpalan serat atau serat tunggal.
2. Mencampurmencampur jumbai-jumbai serat.
3. Membersihkanmembuang benda-benda asing dalam serat mentah.
4. Carding memisahkan serat menjadi elemen tunggal
5. Doubling saling menutupi ikatan-ikatan serat
6. Pereganganperegangan dan finning ikatan-ikatan benang
7. Twisting memberi pilihan yang cocok pada ikatan-ikatan serat
Proses pemintalan benang sendiri dibagi menjadi proses dengan tradisional dan ada pula
yang masih menggunakan mesin sederhana.

Mesin blowing dan scotching

Tujuan prose ini adalah menghasilkan serat mentah dari bal padat ,mencampur macammacam jenis serat mentah sesuai dengan mutu hasil yang diinginkan, melepaskan
menjadi jumbai-jumbai serat kecil agar dapat membuang benda-benda asing, nep
(simpul serat-serat kecil yang kusut), nap ( gumpalan serat yang relative besar atau serat
yang kusut, yang sebagian besar dari serat mentah), dan serat pedek, dan untuk
menyiapkan lap yang rata .Fungsinya membuka pembungkus, mencampur.

Mesin carding

Proses ini memisahkan serat menjadi elemen tunggal, mengeluarkan kotoran-kotoran


dan serat pendek, dan menjajarkan serat sejajar mungkin satu dengan lain.Fungsinya
membersihkan dan memindahkan.

Mesin Sisir (Combing Machine)

Tujuannya adalah untuk menghilangkan serat-serat pendek dalam ikatan serat disebut
sliver, meluruskan serat-serat panjang dan mensejarkannya dan menghilangkan nep dan
abu.

Benang yang dibuat melalui sisiran disebut benang sisir dan yang dihasilkan dengan
melewatkan pada mesin sisir dinamakan benang card.

Mesin Roving

Tujuannya mengecilkan sliver sampai ukuran yang cocok untuk dipintal, hingga
menyiapkan bobbing roving. Oleh karena itu pada proses roving sliver dipilin untuk
member kekuatan yang cocok. Fungsinya sliver yang telah disuapkan telah ditarik pada
bagian tarik, dipilin oleh flayer ke alat roving dan digulung pada bobbin untuk
membentuk bobbin roving.

Mesin Pintal

Tujuannya menarik roving atau sliver hingga ukuran yang diinginkan dan untuk
member pilinan yang tepat untuk mendapatkan kekuatan yang diinginkan.Fungsinya
adalah penarikan memilin dan copping.
Proses pembuatan benang menjadi kain
Kapas dipanen sekitar 6-7 bulan setelah ditanam dan kemudian harus melewati
beberapa proses yang berbeda sebelum diubah menjadi kain. Proses produksi kapas
telah dimodernisasi dengan computer dan mesin untuk meningkatkan kecepatan dan
efisiensi dalam perindustrian kapas.
1.Ginning (Penjeratan)
Proses produksi kain katun dimulai setelah musim panen di lading kapas. Ginning
dilakukan oleh mesin di lading kapas dengan cara memisahkan serat kapas dari polong
dan biji yang melekat. Serat kapas kemudian dikeringkan dan ditampung kedalam tas
besar dan diangkut kepabrik tekstil,dan efisiensi dalam perindustrian kapas.

2.Spinning (Pemintalan)
Spinning dimulai dengan membuka bola kapas yang biasanya secara otomatis terbuka
dibantu oleh alat pemintal tradisional ataupun modern. Biasanya pemintalan benang

dicampur dari berbagai serat dari bola kapas yang berbeda agar semua bola kapas
tersebut bias menyatu. Serat kapas kemudian melewati sebuah mesin yang disebut
mesin carding. Mesin ini membersihkan kapas dan menghasilkan serat benang yang
tipis. Otomatisasi mesin carding memungkinkan pengolahan lebih dari seratus pon per
jam dan ketebalan benang bias kita tentukan sesuka hati.
3.Weaving (Penenunan)
Ini adalah proses utama mengubah benang menjadi kain. Sebelum masuk ke proses
penenunan atau weaving, benang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Benang dianyam
hingga terbentuk anyaman kain. Kita bias menambahkan benang buatan kedalam kain
katun sehingga menghasilkan jenis kain katun yang berbeda kadar kapasnya.
4.Treatments (Perawatan)
Bagian tenunan dari benang katun selanjutnya akan melewati sejumlah perawatan untuk
meningkatkan kualitas kain karena tidak semua potongan kapas benar-benar disortir.
Beberapa perawatan dapat dilakukan seperti penggosokan di mana beberapa area
spesifik kain dibersihkan. Pemutihan cerah dan mencerahkan kain atau penambahan
warna pada kain katun. Ada beberapa industry melakukan pemutihan kapas sebelum
ditenun.

5.Finishing (Penyelesaian)
Kualitas kain pada tahap finishing ditingkatkan dengan penambahan bahan kimia dan
bahan lainnya. Misalnya, katun dapat dicampur dengan bahan kimia yang
melindunginya dari sinar UV matahari.

Anda mungkin juga menyukai