I N TI SAR I
Penelitian pemasakan (scouring) dan pengelantangan (bleaching) terhadap kain campuran
rami telah dilakukan dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dan tidak terjadi kerusakan pada
kain-kain campuran rami. Kain yang digunakan ialah kain tenun polyester-rami, kapas-rami anyaman
polos, kapas-rami anyaman keper, kapas-rayon-rami, akrilik-rami (ditenun), dan akrilik-rami (dirajut).
Penelitian dilakukan menggunakan standar pemasakan dan pengelantangan untuk kain campuran
poliester-kapas 65/35. Efektifitas proses diuji melelaui penurunan berat, sedangkan kerusakan serat
diuji melalui penurunan kekuatan tarik.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pemasakan kain campuran poliester-rami,
akrilikrami yang ditenun maupun dirajut dapat menggunakan resep pemasakan poliester-kapas.
tetapi pemasakan kain campuran rami dengan serat rayon atau kapas tidak diperbolehkan.
Pengelantangan kain campuran akrilik-rami yang ditenun maupun dirajut dapat menggunakan resep
pengelantangan kain poliester-kapas. Konstruksi anyaman, tenunan dan perajutan dapat berpengaruh
terhadap penurunan berat dan penurunan kekuatan. Pemasakan dan pengelantangan kain campuran
Kapas-rami dapat menggunakan resep kain campuran poliester-kapas asalkan waktunya dipersingkat
masing-masing 30 menit. Pemasakan dan pengelantangan kain campuran Kapas-Rayon-rami
disarankan menggunakan resep tanpa soda kostik dan waktunya dipersingkat.
Kata kunci : Rami, Pemasakan, Pengelantangan
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan serat-serat alam selain
kapas. Pengembangan dan pembudidayaan serat alam terutama serat rami pada saat ini sedang dan
akan terus dikembangkan. Penelitian pemanfaatan serat rami sebagai bahan baku tekstil dan produk
tekstil telah dilakukan oleh Balai Besar Tekstil Bandung. Penelitian dilakukan mulai dari pengolahan
batang rami menjadi serat, jumlah rendemen, karkterisasi serat, sampai menjadi serat rami siap pintal.
Penelitian pembuatan tekstil sandang menggunakan serat rami dalam skala pilot, telah dilakukan sejak
tahun 2002 oleh Balai Besar Tekstil sendiri maupun bekerjasama dengan berbagai pihak luar. Sampai
penelitian ini dilakukan pembuatan serat rami 100% masih belum dapat direalisasikan, namun
pembuatan kain campuran rami dengan beberapa serat tekstil sudah dapat direalisasi dengan
kandungan rami sebesar 35%.
Dalam rangka mengantisipasi penggunaan serat rami untuk keperluan sandang perlu
dilakukan penelitian proses pemasakan dan pengelantangan terhadap kain campuran rami yang telah
ada, yaitu campuran dengan serat poliester, kapas, rayon, akrilik dengan berbagai konstruksi dan
anyaman.
Dalam industri tekstil, proses pemasakan bertujuan menghilangkan kandungan zat-zat yang
tidak berguna pada serat seperti sisa-sisa getah, lemak, minyak, lilin dan sebagainya. Dengan
dilakukannya proses tersebut maka sifat serat akan lebih baik, lebih bersih, dan lebih mudah
dilakukan pewarnaan baik pada proses pencelulpan maupun pencapan. Dalam proses pemasakan
biasanya digunakan alkali kuat dan zat aktif permukaan (Teepol) pada suhu dan waktu tertentu. Proses
yang baik pada pemasakan ialah proses yang dapat menghilangkan kotoran secara sempurna serta
tidak terjadi kerusakan serat. Untuk mengetahui hilangnya kotoran secara sempurna dapat diketahui
dari penurunan beratnya yang sama dengan banyaknya kotoran (non-selulosa), dan untuk mengetahui
tidak terjadi kerusakan polimer serat dapat dilihat dari penurunan kekuatan tarik kainnya. Penurunan
kekuatan makin kecil berarti kerusakan serat makin sedikit, atau sebaliknya.
Proses pengelantangan bertujuan menghilangkan kandungan zat-zat non selulosa yang tidak
dapat / sukar dihilangkan oleh proses pemasakan(6). Pada serat kapas, zat-zat tersebut ialah pigmen
alam, pektat, protein dan sebagainya. Kandungan zat-zat tersebut relatif sedikit dibanding zat-zat yang
dapat dihilangkan pada proses pemasakan (sisa-sisa getah, lemak, minyak, lilin dan sebagainya).
Dalam proses pengelantangan, zat utama yang digunakan ialah zat oksidator kuat (hidrogen peroksida
(H2O2), dan zat aktif permukaan), pada suasana alkali atau pada pH lebih dari 7. Dengan
dilakukannya proses tersebut maka serat selulosa akan lebih murni dan bersih karena hilangnya
pigmen alam dan zat kotoran lainnya, oleh karena itu maka proses pengelantangan juga sering disebut
proses pemutihan.
Pada proses pemasakan dan pengelantangan kain kapas, ada beberapa zat-zat yang perlu
dihilangkan karena zat-zat tersebut dapat mengganggu proses pencelupan, pencapan maupun proses
penyempurnaan (resin finish). Ada beberapa peneliti yang telahmelakukan hal tersebut. Menurut
Trotman(6), serat kapas mentah mengandung selulosa sebanyak 85,5%, protein, pektin, pigmen alam
sebanyak 5%, zat-zat mineral sebesar 1%, minyak dan lemak sebasar 0,5%, dan air (moisture) 8%.
Menurut penelitian sebelumnya dari sumber yang sama, pemasakan serat kapas yang baik dan ideal
akan mengalami penurunan berat sebesar 5-6%. Hal tersebut ditetapkan dengan beberapa
pertimbangan terutama terhadap sifat-sifat seratnya dan untuk menjamin kelancaran pada prosesproses berikutnya.
Menurut penelitian sebelumnya oleh seorang berkebangsaan Haiti(6), serat rami yang telah
didekortisasi terdiri dari selulosa 83,32%, pektin dan zat lain 7,51%, abu 2,05%, ekstrak terlarut
6,90%, lemak dan lilin 0,22%. Menurut peneliti dari Jepang (1), serat rami yang telah didekortisasi
terdiri dari selulosa 83,09%, pektin dan zat lain 6,65%, abu 3,15%, ekstrak terlarut 6,89%, lemak dan
lilin 0,22%. Sedangkan proses degumming yang baik ialah proses yang menghasilkan serat dengan
kandungan selulosa sebesar 96-98%. Dengan mengacu pada kedua penelitian tersebut, maka zat
nonselulosa yang ideal untuk dihilangkan pada serat rami adalah 97 - 83,2 = 13,8%.
Penelitian ini bertujuan melakukan proses pemasakan dan pengelantangan terhadap kain
campuran rami yang selama ini resepnya masih disamakan dengan resep untuk serat kapas. Dengan
penelitian ini diharapkan akan menghasil resep yang cocok/baik untuk setiap kain campuran rami,
yaitu yang dapat menghilangkan kotoran (nonselulosa) yang optimal dan tidak terjadi kerusakan serat
maksimal 10% setelah pemasakan dan pengelantangan.
PERCOBAAN
Bahan
Kain standar berupa kain campuran poliester-kapas 65/35 diperoleh dari PT Bintang Agung,
Ujung berung, Bandung, dengan konstruksi anyaman keper. Kain campuran rami diperoleh dari hasil
penelitian sendiri maupun dari perusahaan yang telah berhasil mengembangkan pembuatan kain
campuran rami. Kain tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kain campuran poliester-rami 65/35 dengan konstruksi anyaman polos, dengan berat 300
g /m2.
2. Kain campuran kapas-rami 65/35 dengan konstruksi anyaman polos, dengan berat 240 g /m2.
Sampel tersebut selanjutnya disebut : Kapas-Rami.
3. Kain campuran kapas-rami 65/35 dengan konstruksi anyaman keper, dengan berat 290 g /m2.
Sampel tersebut selanjutnya disebut : Kapas-Rami1.
4. Kain campuran kapas-rayon-rami dengan komposisi sebagai berikut : Benang lusi : kapas
35,5%, rayon 38,5%, dan rami 26,0%. Benang pakan : kapas 35,7%, rayon 37,9%, dan rami
26,4%, dan berat 220g/meter2. Sample ini selanjutnya disebut kapas/rayon/rami (C8).
5. Kain campuran akrilik-rami 65/35 yang dibuat dengan cara ditenun dengan berat kain lebih
210 g/m2. Sample ini selanjutnya disebut Akrilik/rami.
6.
Kain campuran akrilik-rami 65/35 yang dibuat dengan cara dirajut dengan berat kain lebih
150 g/m2. Sample ini selanjutnya disebut Akrilik/rami (rajut).
Peralatan
Alat yang digunakan pada persiapan penyempurnaan dalam skala Laboratorium terdiri dari
alat pemasakan terbuka (exhaust), oven, timbangan analitis, mixer, eksikator, labu ukur, gelas ukur,
pH meter, mesin Jigger mini, pemeras sentrifugal, pengering.
Cara Kerja
Untuk melakukan proses pemasakan (scouring) dan pengelantangan (bleaching) terhadap kain
campuran rami terlebih dahulu dibuat resep standard yang mengacu pada resep standar kain campuran
polyester-kapas 65/35. Dari hasil pemasakan dan pengelantangan optimal tersebut akan diperoleh
masing-masing resep standar 1 dan resep standar 2.
Zat Kimia
Zat yang digunakan diperoleh dari pasaran / toko bahan kimia dengan kualitas teknis yang
terdiri dari natrium hidroksida (kostik soda), Teepol, hidrogen peroksida, natrium karbonat, dan
natrium silikat.
Vlot : 1:20
Vlot : 1:20
Teepol : 1 ml/l
Suhu : 70-800C
Waktu : 1 jam
Teepol : 2 ml/l
Na Silikat : 1 g/l
Suhu : 800C
Waktu : 1 jam
melampaui batasan yang diperbolehkan yaitu 10%, sehingga resep 1 tersebut tidak boleh digunakan
untuk kain campuran kapas-rami 65/35. Percobaan lanjutan dengan menurunkan waktu proses selama
30 menit menggunakan resep yang sama diperoleh penurunan berat sebanyak 8,52% dan penurunan
kekuatan sebesar 5,70%. Dengan merubah waktu pemasakan menjadi 30 menit, resep standar 1 dapat
digunakan dan cukup aman untuk proses pemasakan kain campuran kapas-rami 65/35 anyaman polos.
Pemasakan Kain Kapas-Rami 65/35 (anyaman Keper)
Pemasakan terhadap kain campuran kapas-rami 65/35 dengan anyaman keper mengalami
penurunan berat sebesar 9%. Penurunan berat tersebut sedikit dibawah kain campuran kapas-rami
65/35 (anyaman polos) yaitu sebesar 12%. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktor anyamam
dan konstruksi kain yang lebih padat. Jenis anyaman berpengaruh terhadap penurunan berat.
Kekuatan tarik kain campuran kapas-rami1 65/35 (anyaman keper) mengalami penurunan kekuatan
sebesar 9,41%. Penurunan kekuatan kain 9,41% sudah hampir diambang batas maksimum 10%.
Penurunan tersebut dianggap terlalu tinggi, karena dengan proses pengelantangan berikutnya
diperkirakan akan megalami penurunan kekuatan lebih dari 10%. Percobaan lanjutan dengan
menurunkan waktu proses selama 30 menit dengan resep yang sama diperoleh penurunan berat
sebanyak 7,76% dan penurunan kekuatan sebesar 5,61%. Dengan merubah waktu pemasakan menjadi
30 menit Resep standar 1 dapat digunakan untuk proses pemasakan kain campuran kapas-rami 65/35
anyaman keper.
Pemasakan Kain Kapas-Rayon-Rami
Percobaan pemasakan terhadap kain campuran kapas/rayon/rami menggunakan resep 1
mengalami kehilangan berat sebesar 14%. Penurunan berat yang cukup besar tersebut diperkirakan
berasal dari serat rayon dengan alasan serat tersebut sangat mudah terdegradasi. Banyak
literatur(5,6,7) dan pengalaman mengindikasikan bahwa proses penyempurnaan terhadap serat rayon
perlu kehati-hatian karena serat rayon adalah serat regenerasi selulosa yang mempunyai kristalinitas
rendah (amorf) serta mempunyai berat molekul (panjang rantai polimer) yang kecil. Oleh karena itu,
resep standar 1 yang digunakan dalam pemasakan tersebut cukup mudah menyebabkan hidroselulosa
dan oksiselulosa yang mengakibatkan penurunan berat cukup signifikan.
Dilihat dari hasil pengujian kekuatan pada kain campuran kapas-rayon-rami sesudah
pemasakan kekuatannya turun 50%. (lihat Tabel 1). Penggunaan resep standar 1 untuk pemasakan
pada kain Kapas- Rayon-Rami tersebut tidak diperbolehkan. Dari pengalaman, perlakuan yang aman
terhadap proses serat rayon ialah merubah alkali kuat natrium hidroksida (NaOH) menjadi natrium
karbonat (Na2 CO3). Pada percobaan lanjutan telah dilakukan 2 macam cara yaitu : pertama
menurunkan waktu proses selama 30 menit (Alternatif Standard 1A), dan kedua mengganti kostik
soda dengan natrium karbonat dengan waktu proses selama 30 menit (Alternatif Standar 1B).
Hasilnya disajikan pada tabel 1. Dari Tabel 1 tersebut dapat ditentukan hasil yang lebih aman
menggunakan resep Alternatif 1B, karena penurunan kekuatannya lebih kecil dari 10%.
Tabel 1. Penurunan berat dan kekuatan tarik kain kapas-rayon-rami sesudah pemasakan
menggunakan resep standard 1 dan Alternatif Standar 1A dan B.
ini
menguatkan
pada
hasil
pemasakan
kain
kapas-rami
yang
memiliki
konstruksi/anyaman dan kerapatan yang berbeda akan terjadi perbedaan penurunan berat seperti yang
telah diuraikan sebelumnya. Pengujian kekuatan tarik terhadap kedua kain campuran akrilik-rami
tersebut masing-masing sebesar 2,59% untuk yang ditenun dan sebesar 1,81% untuk kain yang
dirajut. Resep standard 1 untuk pemasakan kain campuran poliester-kapas dapat diterapkan pada kain
campuran akrilik-rami yang ditenun maupun yang dirajut.
Kekuatan Kain
Faktor kekuatan adalah yang paling penting dalam proses tekstil karena betapapun baiknya
hasil proses dyeing, printing, finishing kalau kekuatannya jelek maka semuanya dianggap gagal. Tabel
3 memperlihatkan besarnya perubahan kekuatan pada awal, sesudah pemasakan, dan sesudah
pengelantangan.
Tabel 3. Perubahan kekuatan tarik kain sesudah pemasakan dan Pengelantangan dengan resep
standard 1 dan 2
Proses pemasakan terhadap kain campuran rami dilakukan menggunakan alkali kuat natrium
hidroksida dan dilakukan pada suhu mendidih. Dalam proses tersebut terjadi pelarutan lemak, lilin
dan sejenisnya yang ditandai oleh sifat seratnya yang kurang lembut disertai penurunan kekuatan
akibat kerusakan serat.
Proses pengelantangan terhadap kain campuran rami dilakukan menggunakan zat oksidator
(hidrogen peroksida) pada suhu mendidih. Proses oksidasi ditujukan terhadap zat-zat seperti pigmen
alam, pektat, dan kotoran-lainnya sehingga diperoleh serat selulosa yang lebih murni. Perlu
kehatihatian dalam proses pengelantangan ini karena konsentrasi oksidator yang tinggi, atau waktu
yang terlalu lama, dan suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya oksiselulosa yang
menyebabkan penurunan kekuatan.
Ditinjau secara keseluruhan dari penurunan berat dan penurunan kekuatan, serat rami
cenderung lebih peka terhadap proses pemasakan dan pengelantangan dibanding serat kapas. Hal
tersebut mungkin disebabkan karena serat kapas merupakan serat indifividu yang keluar dari biji
kapas, mempunyai kutikula, dinding primer, dinding sekunder yang kokoh, dan lumen, sedangkan
serat rami diperoleh dari kulit batang, dan merupakan berkas serat yang menyatu yang diuraikan pada
proses degumming.
KESIMPULAN
Penelitian pemasakan (scouring) dan pengelantangan (bleaching) terhadap kain campuran rami
dengan serat-serat tekstil lainnya telah dilakukan dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dan
tidak terjadi kerusakan serat yang diperbolehkan (maksimal 10% setelah pemasakan dan
pengelantangan). Penelitian dilakukan menggunakan standar pemasakan dan pengelantangan untuk
kain campuran poliester-kapas 65/35. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemasakan kain campuran poliester-rami, akrilikrami tenun maupun rajut dapat
menggunakan resep pemasakan poliester-kapas (standard1). tetapi pemasakan kain campuran
rami dengan serat rayon atau kapas tidak diperbolehkan.
2. Pengelantangan kain campuran akrilik-rami tenun maupun rajut dapat menggunakan resep
pengelantangan poliester-kapas (standard 2).
3. Konstruksi anyaman, tenunan, dan perajutan dapat berpengaruh terhadap penurunan berat dan
penurunan kekuatan.
4. Pemasakan
kain
campuran
Kapas-rami
dapat
menggunakan
resep
standar1
dan
DAFTAR PUSTAKA :
1. Bernard, P. Corbman, Textiles , Fiber to Fabric sixth edition, Mc Graw Hill, International
Edition, Singapore 1985.
2. Heetjans J.H.,Tindall, A Handbook for the Yarn Dyer Thies GmbH & Co. Postfach 1855,
Coesfeld, Germany 1995.
3. Peter Schomakers at.al A Handbook for the Faric Piece Dyer Thies GmbH & Co.KG,
Borkener Str 155, Germany 2002.
4.
Santoso dan Zubaidi, Laporan BBT, Prospek pengembangan serat alam Indonesia,
Bandung, 2003.
5. Santoso dan Zubaidi, Prospek Budidaya Rami Sebagai Bahan Baku Tekstil dan Produk
Tekstil, Jurnal Riset Indistri dan Perdagangan, Vol 2, No.1, Tahun 2004.
6. Trottman, Dyeing and Chemical Technology, 5th edition, Charles Griffin & Co Ltd, London
1975.
7. Zubaidi dkk, Pengolahan dan karakterisasi serat rami dan abaka secara sederhana dan
ramah lingkungan, Proyek Penelitian BBT tahun 2001.
8. Zubaidi, dkk, Biofinishing Serat Rami, Kapas dan Rayon Menggunakan Enzim,Simposium
dan Konggres ke III, Himpunan Polimer Indonesia (HPI), Teknik Kimia ITB, Agustus 2001.