Anda di halaman 1dari 11

PENELITIAN PROSES PEMASAKAN (SCOURING) DAN PENGELANTANGAN

(BLEACHING) PADA KAIN CAMPURAN RAMI


Oleh : Zubaidi, Santoso, Sujana, dan Nur Waluyo
BALAI BESAR TEKSTIL Jl. Jend. A. Yani No. 390 Bandung
Telp. 022.7216214-5 Fax. 022.7271288 E-mail : texirdti@bdg-centrin.net.id

I N TI SAR I
Penelitian pemasakan (scouring) dan pengelantangan (bleaching) terhadap kain campuran
rami telah dilakukan dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dan tidak terjadi kerusakan pada
kain-kain campuran rami. Kain yang digunakan ialah kain tenun polyester-rami, kapas-rami anyaman
polos, kapas-rami anyaman keper, kapas-rayon-rami, akrilik-rami (ditenun), dan akrilik-rami (dirajut).
Penelitian dilakukan menggunakan standar pemasakan dan pengelantangan untuk kain campuran
poliester-kapas 65/35. Efektifitas proses diuji melelaui penurunan berat, sedangkan kerusakan serat
diuji melalui penurunan kekuatan tarik.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pemasakan kain campuran poliester-rami,
akrilikrami yang ditenun maupun dirajut dapat menggunakan resep pemasakan poliester-kapas.
tetapi pemasakan kain campuran rami dengan serat rayon atau kapas tidak diperbolehkan.
Pengelantangan kain campuran akrilik-rami yang ditenun maupun dirajut dapat menggunakan resep
pengelantangan kain poliester-kapas. Konstruksi anyaman, tenunan dan perajutan dapat berpengaruh
terhadap penurunan berat dan penurunan kekuatan. Pemasakan dan pengelantangan kain campuran
Kapas-rami dapat menggunakan resep kain campuran poliester-kapas asalkan waktunya dipersingkat
masing-masing 30 menit. Pemasakan dan pengelantangan kain campuran Kapas-Rayon-rami
disarankan menggunakan resep tanpa soda kostik dan waktunya dipersingkat.
Kata kunci : Rami, Pemasakan, Pengelantangan

PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan serat-serat alam selain
kapas. Pengembangan dan pembudidayaan serat alam terutama serat rami pada saat ini sedang dan
akan terus dikembangkan. Penelitian pemanfaatan serat rami sebagai bahan baku tekstil dan produk
tekstil telah dilakukan oleh Balai Besar Tekstil Bandung. Penelitian dilakukan mulai dari pengolahan
batang rami menjadi serat, jumlah rendemen, karkterisasi serat, sampai menjadi serat rami siap pintal.
Penelitian pembuatan tekstil sandang menggunakan serat rami dalam skala pilot, telah dilakukan sejak
tahun 2002 oleh Balai Besar Tekstil sendiri maupun bekerjasama dengan berbagai pihak luar. Sampai
penelitian ini dilakukan pembuatan serat rami 100% masih belum dapat direalisasikan, namun
pembuatan kain campuran rami dengan beberapa serat tekstil sudah dapat direalisasi dengan
kandungan rami sebesar 35%.
Dalam rangka mengantisipasi penggunaan serat rami untuk keperluan sandang perlu
dilakukan penelitian proses pemasakan dan pengelantangan terhadap kain campuran rami yang telah

ada, yaitu campuran dengan serat poliester, kapas, rayon, akrilik dengan berbagai konstruksi dan
anyaman.
Dalam industri tekstil, proses pemasakan bertujuan menghilangkan kandungan zat-zat yang
tidak berguna pada serat seperti sisa-sisa getah, lemak, minyak, lilin dan sebagainya. Dengan
dilakukannya proses tersebut maka sifat serat akan lebih baik, lebih bersih, dan lebih mudah
dilakukan pewarnaan baik pada proses pencelulpan maupun pencapan. Dalam proses pemasakan
biasanya digunakan alkali kuat dan zat aktif permukaan (Teepol) pada suhu dan waktu tertentu. Proses
yang baik pada pemasakan ialah proses yang dapat menghilangkan kotoran secara sempurna serta
tidak terjadi kerusakan serat. Untuk mengetahui hilangnya kotoran secara sempurna dapat diketahui
dari penurunan beratnya yang sama dengan banyaknya kotoran (non-selulosa), dan untuk mengetahui
tidak terjadi kerusakan polimer serat dapat dilihat dari penurunan kekuatan tarik kainnya. Penurunan
kekuatan makin kecil berarti kerusakan serat makin sedikit, atau sebaliknya.
Proses pengelantangan bertujuan menghilangkan kandungan zat-zat non selulosa yang tidak
dapat / sukar dihilangkan oleh proses pemasakan(6). Pada serat kapas, zat-zat tersebut ialah pigmen
alam, pektat, protein dan sebagainya. Kandungan zat-zat tersebut relatif sedikit dibanding zat-zat yang
dapat dihilangkan pada proses pemasakan (sisa-sisa getah, lemak, minyak, lilin dan sebagainya).
Dalam proses pengelantangan, zat utama yang digunakan ialah zat oksidator kuat (hidrogen peroksida
(H2O2), dan zat aktif permukaan), pada suasana alkali atau pada pH lebih dari 7. Dengan
dilakukannya proses tersebut maka serat selulosa akan lebih murni dan bersih karena hilangnya
pigmen alam dan zat kotoran lainnya, oleh karena itu maka proses pengelantangan juga sering disebut
proses pemutihan.
Pada proses pemasakan dan pengelantangan kain kapas, ada beberapa zat-zat yang perlu
dihilangkan karena zat-zat tersebut dapat mengganggu proses pencelupan, pencapan maupun proses
penyempurnaan (resin finish). Ada beberapa peneliti yang telahmelakukan hal tersebut. Menurut
Trotman(6), serat kapas mentah mengandung selulosa sebanyak 85,5%, protein, pektin, pigmen alam
sebanyak 5%, zat-zat mineral sebesar 1%, minyak dan lemak sebasar 0,5%, dan air (moisture) 8%.
Menurut penelitian sebelumnya dari sumber yang sama, pemasakan serat kapas yang baik dan ideal
akan mengalami penurunan berat sebesar 5-6%. Hal tersebut ditetapkan dengan beberapa
pertimbangan terutama terhadap sifat-sifat seratnya dan untuk menjamin kelancaran pada prosesproses berikutnya.
Menurut penelitian sebelumnya oleh seorang berkebangsaan Haiti(6), serat rami yang telah
didekortisasi terdiri dari selulosa 83,32%, pektin dan zat lain 7,51%, abu 2,05%, ekstrak terlarut
6,90%, lemak dan lilin 0,22%. Menurut peneliti dari Jepang (1), serat rami yang telah didekortisasi
terdiri dari selulosa 83,09%, pektin dan zat lain 6,65%, abu 3,15%, ekstrak terlarut 6,89%, lemak dan
lilin 0,22%. Sedangkan proses degumming yang baik ialah proses yang menghasilkan serat dengan

kandungan selulosa sebesar 96-98%. Dengan mengacu pada kedua penelitian tersebut, maka zat
nonselulosa yang ideal untuk dihilangkan pada serat rami adalah 97 - 83,2 = 13,8%.
Penelitian ini bertujuan melakukan proses pemasakan dan pengelantangan terhadap kain
campuran rami yang selama ini resepnya masih disamakan dengan resep untuk serat kapas. Dengan
penelitian ini diharapkan akan menghasil resep yang cocok/baik untuk setiap kain campuran rami,
yaitu yang dapat menghilangkan kotoran (nonselulosa) yang optimal dan tidak terjadi kerusakan serat
maksimal 10% setelah pemasakan dan pengelantangan.

PERCOBAAN
Bahan
Kain standar berupa kain campuran poliester-kapas 65/35 diperoleh dari PT Bintang Agung,
Ujung berung, Bandung, dengan konstruksi anyaman keper. Kain campuran rami diperoleh dari hasil
penelitian sendiri maupun dari perusahaan yang telah berhasil mengembangkan pembuatan kain
campuran rami. Kain tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kain campuran poliester-rami 65/35 dengan konstruksi anyaman polos, dengan berat 300
g /m2.
2. Kain campuran kapas-rami 65/35 dengan konstruksi anyaman polos, dengan berat 240 g /m2.
Sampel tersebut selanjutnya disebut : Kapas-Rami.
3. Kain campuran kapas-rami 65/35 dengan konstruksi anyaman keper, dengan berat 290 g /m2.
Sampel tersebut selanjutnya disebut : Kapas-Rami1.
4. Kain campuran kapas-rayon-rami dengan komposisi sebagai berikut : Benang lusi : kapas
35,5%, rayon 38,5%, dan rami 26,0%. Benang pakan : kapas 35,7%, rayon 37,9%, dan rami
26,4%, dan berat 220g/meter2. Sample ini selanjutnya disebut kapas/rayon/rami (C8).
5. Kain campuran akrilik-rami 65/35 yang dibuat dengan cara ditenun dengan berat kain lebih
210 g/m2. Sample ini selanjutnya disebut Akrilik/rami.
6.

Kain campuran akrilik-rami 65/35 yang dibuat dengan cara dirajut dengan berat kain lebih
150 g/m2. Sample ini selanjutnya disebut Akrilik/rami (rajut).

Peralatan
Alat yang digunakan pada persiapan penyempurnaan dalam skala Laboratorium terdiri dari
alat pemasakan terbuka (exhaust), oven, timbangan analitis, mixer, eksikator, labu ukur, gelas ukur,
pH meter, mesin Jigger mini, pemeras sentrifugal, pengering.

Cara Kerja
Untuk melakukan proses pemasakan (scouring) dan pengelantangan (bleaching) terhadap kain
campuran rami terlebih dahulu dibuat resep standard yang mengacu pada resep standar kain campuran
polyester-kapas 65/35. Dari hasil pemasakan dan pengelantangan optimal tersebut akan diperoleh
masing-masing resep standar 1 dan resep standar 2.

Kain campuran rami (sampel) dilakukan pemasakan menggunakan resep1. Selanjutnya


dilakukan proses pencucian menggunakan natrium karbonat dan zat aktif permukaan (Teepol) pada
suhu 700C selama 15 menit. Sebelum dan sesudah dilakukan proses pemasakan, semua sampel
ditentukan berat tetapnya (berat kering).
Kain diuapkan menggunakan oven selama 30 menit kemudian dimasukkan eksikator selama 6
jam, dan selanjutnya ditimbang menggunakan neraca analitis. Melalui berat tetap sebelum dan
sesudah proses pemasakan dapat ditentukan penurunan berat pada setiap sampel. Untuk mengetahui
terjadinya degradasi/ kerusakan rantai polimer serat, ditentukan melalui perubahan kekuatan tarik
yang diuji menggunakan alat tensile tester. Kain yang sudah dimasak dilanjutkan proses
pengelantangan menggunakan resep 2. Pelaksanaan dan perhitungannya dilakukan seperti prosedur
pemasakan.

Zat Kimia
Zat yang digunakan diperoleh dari pasaran / toko bahan kimia dengan kualitas teknis yang
terdiri dari natrium hidroksida (kostik soda), Teepol, hidrogen peroksida, natrium karbonat, dan
natrium silikat.

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


Pemasakan dan Pengelantangan Standar
Dari percobaan pemasakan dan pengelantangan terhadap kain standar campuran polyesterkapas 65/35 dengan variasi konsentrasi kostik soda, suhu dan waktu untuk pemasakan, dan variasi
hidrogen peroksida, suhu dan waktu untuk pengelantangan diperoleh resep standar 1 dan 2. Dalam
pemasakan tersebut, kain mengalami penurunan berat sebesar 2,01% sesudah pemasakan dan sebesar
2,2% sesudah pengelantangan. Penurunan berat tersebut diperkirakan berasal dari serat kapasnya,
karena serat poliester adalah serat sintetik yang murni, stabil, dan tidak rusak oleh proses pemasakan.
Penurunan berat tersebut mendekati jumlah kotoran (nonselulosa)
yang ideal untuk dihilangkan pada kain campuran tersebut (6% x 0,35 = 2,1%).
Resep Pemasakan (Resep standard 1):

Resep Pengelantangan (Resep standard 2)

Vlot : 1:20

Vlot : 1:20

Kostik soda : 2 g/l

H2O2 50% : 20 ml/l

Teepol : 1 ml/l

Kostik soda : 5 g/l

Suhu : 70-800C

Soda abu : 10 g/l

Waktu : 1 jam

Teepol : 2 ml/l
Na Silikat : 1 g/l
Suhu : 800C
Waktu : 1 jam

Pemasakan Kain Campuran Rami


Kehilangan berat kain campuran rami dengan serat tekstil lainnya oleh proses pemasakan disajikan
pada Gambar 1.

Gb. 1. Kehilangan berat kain campuran rami oleh proses pemasakan


Pemasakan Kain Poliester-Rami 65/35
Dalam percobaan pemasakan terhadap kain polyester-rami dengan komposisi 65/35 diperoleh
data penurunan berat sebesar 7%. Padahal, zat nonselulosa yang seharusnya dihilangkan adalah 13,8%
x 0,35 = 4,83% yang berarti nonselulosa sudah hilang semua dan bahkan sudah mulai merusak
selulosanya. Ditinjau dari kekuatan tarik (lihat Tabel 3), kekuatan kain poliester-rami (awal) sebelum
pemasakan sebasar 31,3 Kg, dan sesudah proses pemasakan turun menjadi 30,5 Kg atau kekuatannya
turun sebesar 2,56%. Penurunan kekuatan dalam proses pemasakan dikategorikan cukup aman
meskipun sudah ada sesulosa yang terlepas. Dengan kata lain pemasakan kain polyester-rami 65/35%
dapat menggunakan resep pemasakan kain campuran polyester-kapas 65/35 sesuai resep standar 1.
Pemasakan Kain Kapas-Rami 65/35 (anyaman polos)
Kain campuran kapas-rami 65/35 dengan anyaman polos keduanya adalah serat alam yang
mempunyai kandungan nonselulosa yang berbeda. Total kandungan nonselulosa yang perlu
dihilangkan pada kain campuran tersebut adalah 6% x 0,65 dan 13,8% x 0,35 = 8,73%. Hasil
pemasakan kain campuran tersebut mengalami penurunan berat sebesar 12% yang berarti kadar
nonselulosa sudah hilang sempurna.
Dari pengujian kekuatan terhadap kain campuran kapas-rami menunjukkan bahwa kekuatan
kain kapas-rami (awal) sebelum pemasakan sebasar 43,7 Kg dan sesudah proses pemasakan turun
menjadi 37,5 Kg atau kekuatannya turun sebesar 14,18%. Penurunan kekuatan sebesar 14,18% sudah

melampaui batasan yang diperbolehkan yaitu 10%, sehingga resep 1 tersebut tidak boleh digunakan
untuk kain campuran kapas-rami 65/35. Percobaan lanjutan dengan menurunkan waktu proses selama
30 menit menggunakan resep yang sama diperoleh penurunan berat sebanyak 8,52% dan penurunan
kekuatan sebesar 5,70%. Dengan merubah waktu pemasakan menjadi 30 menit, resep standar 1 dapat
digunakan dan cukup aman untuk proses pemasakan kain campuran kapas-rami 65/35 anyaman polos.
Pemasakan Kain Kapas-Rami 65/35 (anyaman Keper)
Pemasakan terhadap kain campuran kapas-rami 65/35 dengan anyaman keper mengalami
penurunan berat sebesar 9%. Penurunan berat tersebut sedikit dibawah kain campuran kapas-rami
65/35 (anyaman polos) yaitu sebesar 12%. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktor anyamam
dan konstruksi kain yang lebih padat. Jenis anyaman berpengaruh terhadap penurunan berat.
Kekuatan tarik kain campuran kapas-rami1 65/35 (anyaman keper) mengalami penurunan kekuatan
sebesar 9,41%. Penurunan kekuatan kain 9,41% sudah hampir diambang batas maksimum 10%.
Penurunan tersebut dianggap terlalu tinggi, karena dengan proses pengelantangan berikutnya
diperkirakan akan megalami penurunan kekuatan lebih dari 10%. Percobaan lanjutan dengan
menurunkan waktu proses selama 30 menit dengan resep yang sama diperoleh penurunan berat
sebanyak 7,76% dan penurunan kekuatan sebesar 5,61%. Dengan merubah waktu pemasakan menjadi
30 menit Resep standar 1 dapat digunakan untuk proses pemasakan kain campuran kapas-rami 65/35
anyaman keper.
Pemasakan Kain Kapas-Rayon-Rami
Percobaan pemasakan terhadap kain campuran kapas/rayon/rami menggunakan resep 1
mengalami kehilangan berat sebesar 14%. Penurunan berat yang cukup besar tersebut diperkirakan
berasal dari serat rayon dengan alasan serat tersebut sangat mudah terdegradasi. Banyak
literatur(5,6,7) dan pengalaman mengindikasikan bahwa proses penyempurnaan terhadap serat rayon
perlu kehati-hatian karena serat rayon adalah serat regenerasi selulosa yang mempunyai kristalinitas
rendah (amorf) serta mempunyai berat molekul (panjang rantai polimer) yang kecil. Oleh karena itu,
resep standar 1 yang digunakan dalam pemasakan tersebut cukup mudah menyebabkan hidroselulosa
dan oksiselulosa yang mengakibatkan penurunan berat cukup signifikan.
Dilihat dari hasil pengujian kekuatan pada kain campuran kapas-rayon-rami sesudah
pemasakan kekuatannya turun 50%. (lihat Tabel 1). Penggunaan resep standar 1 untuk pemasakan
pada kain Kapas- Rayon-Rami tersebut tidak diperbolehkan. Dari pengalaman, perlakuan yang aman
terhadap proses serat rayon ialah merubah alkali kuat natrium hidroksida (NaOH) menjadi natrium
karbonat (Na2 CO3). Pada percobaan lanjutan telah dilakukan 2 macam cara yaitu : pertama
menurunkan waktu proses selama 30 menit (Alternatif Standard 1A), dan kedua mengganti kostik
soda dengan natrium karbonat dengan waktu proses selama 30 menit (Alternatif Standar 1B).
Hasilnya disajikan pada tabel 1. Dari Tabel 1 tersebut dapat ditentukan hasil yang lebih aman
menggunakan resep Alternatif 1B, karena penurunan kekuatannya lebih kecil dari 10%.

Tabel 1. Penurunan berat dan kekuatan tarik kain kapas-rayon-rami sesudah pemasakan
menggunakan resep standard 1 dan Alternatif Standar 1A dan B.

Pemasakan Kain Akrilik-Rami


Serat akrilik adalah serat sintetik dari polihidrokarbon yang disubtitusi dengan nitril. Sifat
serat tersebut cukup padat dan hanya mempunyai persen penyerapan kelembaban (moisture regain
/MR) sebesar 1- 2%. Percobaan pemasakan terhadap kain campuran akrilik-rami terjadi penurunan
berat sebesar 2% pada kain yang dirajut, dan penurunan sebesar 1% untuk kain yang ditenun (Gambar
1). Perbedaan tersebut diperkirakan disebabkan oleh perbedaan konstruksi kain yang dirajut dan yang
ditenun (lebih rapat).
Hal

ini

menguatkan

pada

hasil

pemasakan

kain

kapas-rami

yang

memiliki

konstruksi/anyaman dan kerapatan yang berbeda akan terjadi perbedaan penurunan berat seperti yang
telah diuraikan sebelumnya. Pengujian kekuatan tarik terhadap kedua kain campuran akrilik-rami
tersebut masing-masing sebesar 2,59% untuk yang ditenun dan sebesar 1,81% untuk kain yang
dirajut. Resep standard 1 untuk pemasakan kain campuran poliester-kapas dapat diterapkan pada kain
campuran akrilik-rami yang ditenun maupun yang dirajut.

Pengelantangan kain campuran rami


Pengelantangan kain campuran rami dilakukan menggunakan resep 2, dan besarnya penurunan berat
disajikan pada Gambar 2.

Gb. 2. Penurunan berat kain campuran rami oleh proses pengelantangan


Pengelantangan Kain Poliester-Rami 65/35
Pengelantangan terhadap kain polyester-rami menunjukkan penurunan berat sebesar 1,6%,
dan kehilangan berat oleh pemasakan sebesar 7%, sehingga total kehilangan berat sebesar 8,6%.
Jumlah tersebut sudah jauh melampaui kandungan nonselulosa yang ada pada kain campuran
poliester-rami 65/35 yaitu sebesar13,8% x 0,35 = 4,83%. Ditinjau dari penurunan kekuatan, setelah
dilakukan pengelantangan kekuatannya turun sebesar 21,09%. Dapat disimpulkan bahwa kain
campuran poliester-rami tidak boleh menggunakan resep standar 2 untuk pengelantangan. Percobaan
lanjutan dengan mempersingkat waktu proses selama 30 menit dengan resep yang sama diperoleh
penurunan berat sebanyak 7,1% dan penurunan kekuatan sebesar 9,2%. Oleh karena itu, dengan
merubah waktu pemasakan menjadi 30 menit Resep standar 2 dapat digunakan.
Pengelantangan Kain Kapas-Rami 65/35 (Polos)
Pengelantangan terhadap kain kapas-rami (anyaman polos) menunjukkan penurunan
berat 2,1% dan penurunan berat pada pemasakan sebesar 12% dengan total penurunan berat sebesar
14,1%. Penurunan berat tersebut sudah melampaui jumlah kotoran (nonselulosa) yang ada pada kain
tersebut yaitu sebesar 8,73% (yaitu 6% x 0,65 dari serat kapas + 13,8% x 0,35 dari serat rami). Hal
tersebut berarti penghilangan kotoran nonselulosa sudah sempurna. Setelah proses pengelantangan
terjadi penurunan kekuatan yaitu sebesar 25,86%. Percobaan lanjutan terhadap kain yang dimasak
selama 30 menit dan pengelantangan dengan waktu proses selama 30 menit diperoleh penurunan berat
sebanyak 8,78, dan penurunan kekuatan sebesar 8,8%.
Pengelantangan Kain Kapas-Rami 65/35 (Keper)
Pengelantangan terhadap kain kapas-rami (anyaman keper) terjadi penurunan berat 2,1% dan
penurunan berat pada pemasakan sebesar 9% dengan total penurunan berat sebesar 11,1%. Penurunan
berat tersebut sedikit lebih kecil dari kain anyaman polos. Hal tersebut disebabkan pengaruh
konstruksi anyaman yang lebih padat. Penurunan berat juga sudah melampaui jumlah kotoran
(nonselulosa) yang ada pada kain tersebut yaitu sebesar 8,73%. Diperkirakan pada pengelantangan
tersebut sudah terjadi degradasi/ kerusakan serat selulosanya. Terjadinya degradasi selulosa dikuatkan
oleh besarnya penurunan kekuatan sesudah pengelantangan yaitu sebesar 11,57%. Percobaan terhadap
kain hasil pemasakan selama 30 menit dan pengelantangan selama 30 menit diperoleh penurunan
berat sebanyak 8.76% dan penurunan kekuatan sebesar 6,0%. Dengan mempersingkat waktu
pemasakan dan waktu pengelantangan selama masing-masing 30 menit, maka resep standar 1 dan 2
dapat digunakan pada kain campuran kapas-rami 65/35 baik untuk anyaman polos maupun keper.

Pengelantangan Kain Kapas-Rayon-Rami


Pada pengelantangan kain Kapas-Rayon-Rami menunjukkan kehilangan berat sebesar 5%.
Pada pemasakan yang dilakukan sebelumnya telah mengalami kehilangan berat sebesar 14%,
sehingga total kehilangan besat sebesar 19%. Hasil pengujian kekuatan tarik terhadap kain hasil
pengelantangan menunjukkan penurunan sebesar 57,04%. Penurunan yang sangat besar tersebut
meyakinkan terjadi kerusakan kain yang sangat dramatis pada proses pemasakan menggunakan resep
standard 1 dan pengelantangan menggunakan resep standard 2. Telah dicoba pengelantangan dengan
menggunakan resep Alternatif standard 2A yaitu dengan mengurangi konsentrasi kostik soda menjadi
2 g/l, dan juga menggunakan resep Alternatif standard 2B yaitu menghilangkan penggunaan kostik
soda dan mempersingkat waktu selama 30 menit. Pemasakan menggunakan resep Alternatif Standard
1B yang dilanjutkan dengan pengelantangan menggunakan resep Alternatif 2A atau 2B diperoleh hasil
yang lebih aman (Lihat Tabel 2). Pemasakan menggunakan resep Alternatif Standard 1B yang
dilanjutkan pengelantangan menggunakan resep Alternatif Standar 2B (tanpa kostik soda) adalah yang
disarankan.
Tabel 2. Penurunan berat dan kekuatan tarik kain kapas-rayon-rami sesudah pemasakan dan
pengelantangan menggunakan resep Alternatif.

Pengelantangan Kain Akrilik-Rami


Proses pengelantangan terhadap kain akrilik-rami anyaman tenun maupun anyaman rajut
menunjukkan penurunan berat sebesar 1%. Pada proses pemasakan sebelumnya masing-masing
sebesar 1% dan 2%, sehingga total penurunan berat pada kain tenun sebesar 2%, sedangkan pada kain
rajut sebesar 3% dan masih sedikit dibawah kandungan nonselulosa 4,83. Ditinjau dari penurunan
kekuatan menunjukkan bahwa pada akhir proses pengelantangan sebesar 2,41% pada kain tenun dan
2,59 pada kain rajut. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan resep standar 1 dan 2 untuk proses
pemasakan dan pengelantangan dapat digunakan untuk kain campuran akrililk-rami meskipun
penghilangan kandungan nonselulosa sedikit kurang sempurna tetapi kekuatannya cukup aman.

Kekuatan Kain
Faktor kekuatan adalah yang paling penting dalam proses tekstil karena betapapun baiknya
hasil proses dyeing, printing, finishing kalau kekuatannya jelek maka semuanya dianggap gagal. Tabel
3 memperlihatkan besarnya perubahan kekuatan pada awal, sesudah pemasakan, dan sesudah
pengelantangan.
Tabel 3. Perubahan kekuatan tarik kain sesudah pemasakan dan Pengelantangan dengan resep
standard 1 dan 2

Proses pemasakan terhadap kain campuran rami dilakukan menggunakan alkali kuat natrium
hidroksida dan dilakukan pada suhu mendidih. Dalam proses tersebut terjadi pelarutan lemak, lilin
dan sejenisnya yang ditandai oleh sifat seratnya yang kurang lembut disertai penurunan kekuatan
akibat kerusakan serat.
Proses pengelantangan terhadap kain campuran rami dilakukan menggunakan zat oksidator
(hidrogen peroksida) pada suhu mendidih. Proses oksidasi ditujukan terhadap zat-zat seperti pigmen
alam, pektat, dan kotoran-lainnya sehingga diperoleh serat selulosa yang lebih murni. Perlu
kehatihatian dalam proses pengelantangan ini karena konsentrasi oksidator yang tinggi, atau waktu
yang terlalu lama, dan suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya oksiselulosa yang
menyebabkan penurunan kekuatan.
Ditinjau secara keseluruhan dari penurunan berat dan penurunan kekuatan, serat rami
cenderung lebih peka terhadap proses pemasakan dan pengelantangan dibanding serat kapas. Hal
tersebut mungkin disebabkan karena serat kapas merupakan serat indifividu yang keluar dari biji
kapas, mempunyai kutikula, dinding primer, dinding sekunder yang kokoh, dan lumen, sedangkan
serat rami diperoleh dari kulit batang, dan merupakan berkas serat yang menyatu yang diuraikan pada
proses degumming.

KESIMPULAN
Penelitian pemasakan (scouring) dan pengelantangan (bleaching) terhadap kain campuran rami
dengan serat-serat tekstil lainnya telah dilakukan dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dan
tidak terjadi kerusakan serat yang diperbolehkan (maksimal 10% setelah pemasakan dan
pengelantangan). Penelitian dilakukan menggunakan standar pemasakan dan pengelantangan untuk
kain campuran poliester-kapas 65/35. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemasakan kain campuran poliester-rami, akrilikrami tenun maupun rajut dapat
menggunakan resep pemasakan poliester-kapas (standard1). tetapi pemasakan kain campuran
rami dengan serat rayon atau kapas tidak diperbolehkan.
2. Pengelantangan kain campuran akrilik-rami tenun maupun rajut dapat menggunakan resep
pengelantangan poliester-kapas (standard 2).
3. Konstruksi anyaman, tenunan, dan perajutan dapat berpengaruh terhadap penurunan berat dan
penurunan kekuatan.
4. Pemasakan

kain

campuran

Kapas-rami

dapat

menggunakan

resep

standar1

dan

pengelantangannya menggunakan resep standar2 asalkan waktunya dipersingkat masingmasing 30 menit.


5. Pemasakan dan pengelantangan kain campuran Kapas-rayon-rami disarankan masing-masing
menggunakan resep Alternatif Standard 1B dan resep Alternatif Standar 2B (tanpa soda kostik
dan waktunya dipersingkat selama 30 menit).

DAFTAR PUSTAKA :
1. Bernard, P. Corbman, Textiles , Fiber to Fabric sixth edition, Mc Graw Hill, International
Edition, Singapore 1985.
2. Heetjans J.H.,Tindall, A Handbook for the Yarn Dyer Thies GmbH & Co. Postfach 1855,
Coesfeld, Germany 1995.
3. Peter Schomakers at.al A Handbook for the Faric Piece Dyer Thies GmbH & Co.KG,
Borkener Str 155, Germany 2002.
4.

Santoso dan Zubaidi, Laporan BBT, Prospek pengembangan serat alam Indonesia,
Bandung, 2003.

5. Santoso dan Zubaidi, Prospek Budidaya Rami Sebagai Bahan Baku Tekstil dan Produk
Tekstil, Jurnal Riset Indistri dan Perdagangan, Vol 2, No.1, Tahun 2004.
6. Trottman, Dyeing and Chemical Technology, 5th edition, Charles Griffin & Co Ltd, London
1975.
7. Zubaidi dkk, Pengolahan dan karakterisasi serat rami dan abaka secara sederhana dan
ramah lingkungan, Proyek Penelitian BBT tahun 2001.

8. Zubaidi, dkk, Biofinishing Serat Rami, Kapas dan Rayon Menggunakan Enzim,Simposium
dan Konggres ke III, Himpunan Polimer Indonesia (HPI), Teknik Kimia ITB, Agustus 2001.

Anda mungkin juga menyukai