Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI 2

Identifikasi ZW Pada Protein Golongan 1 dan 2

Nama : Devina Aulia


NPM : 16020124
Grup : 2K4
Dosen : Maya K.,S.SiT.M.T
Asisten : Kurniawan,S.T.,M
Witri A.S.,S.ST

Tanggal Praktikum :

1. Golongan 1 ( Direk, Asam, Basa ) : 25 September 2017


2. Golongan 2 ( Bejana, Naftol, dan Reaktif ) : 2 Oktober 2017

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2017

1
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud : umtuk mengidentifikasi zat warna pada serat protein golongan I dan II.
1.2 Tujuan :
1.2.1 Identifikasi zat warna golongan I bertujuan untuk menentukan zat warna golongan I
yaitu zat warna direk, asam dan basa yang mencelup kain contoh uji protein.
1.2.2 Identifikasi zat warna golongan II bertujuan untuk menentukan zat warna golongan II
yaitu zat warna bejana, naftol dan reaktif yang mencelup kain contoh uji protein.

II. Teori Dasar


2.1 Serat Protein
2.1.1 Serat Wol
Serat wol adalah serat yang halus, biasanya keriting dan tumbuh terus
menerus.Wol mempunyai struktur kimia sbb : diantara rantai polipeptida pada wol
terdapat beberapa ikatan silang. Ikatan silang yang terpenting adalah ikatan disulfida
yang sangat menentukan sifat-sifat wol, seperti kekuatan basah, kekakuan dan
ketidak larutan. Ikatan silang penting lainnya adalah “ikatan garam” antara gugus-
gugus asam aspartik dan glutarnat dengan gugus-gugus basa lisin dan arginin. Selain
itu juga terdapat ikatan-ikatan hidrogen yang memberi gaya-gaya antar molekul.
Sifat – sifat yang dimiliki serat wol adalah sebagai berikut :

 Di dalam air serat wol akan menggelembung dan derajat penggelembungan


tergantung pada suhu air dan tegangan.
 Kelembaban tinggi akan terjadi dielektrik antara muatan positif dan negatif ikatan
pada jembatan garam sehingga terjadi penurunan kekuatan tegangan.
 Wol cukup tahan zat reduktor dan asam, tetapi tidak tahan terhadap alkali.
 Oksidator dapat menyerang jembatan sistina yang akan mengoksidasi semua gugus
disulfida sehingga terhidrolisa membentuk asam asetat.
 Wol tidak tahan terhadap serangan serangga.

2.1.2 Serat Sutera


Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut
Lepidoptera. Serat sutera yang berbentuk filamen oleh larva ulat sutera waktu

2
membentuk kepompong. Species utama yang dipelihara untuk menghasilkan sutera
adalah Bombyx mori.
Komposisi sutera mentah adalah sebagai berikut :

 Fibrain (serat) 76%


 Serisin (perekat) 22%
 Lilin 1,5%
 Garam-garam mineral 0,5

Sifat – sifat yang dimiliki serat sutera adalah sebagai berikut :

 Dalam keadaan kering kekuatan serat sutera 4-4,5 gram/denier dan dalam keadaan
basah kekuatan serat sutera 3,5-4 gram/denier.
 Mulur dalam keadaan kering 20-25% dan dalam keadaan basah 25-30%.
 MR 11% dan berat jenisnya 1,33-1,25.
 Tahan terhadap asam encer hangat tetapi larut dan rusak terhadap asam kuat pekat.
 Sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali meskipun dalam konsentrasi
rendah, pada suhu tinggi akan terjadi kemunduran kekuatan.
 Sutera tahan terhadap semua pelarut organik, tetapi larut didalam kuproamonium-
hidroksida dan kupri etilena diamina.
 Sutera kurang tahan terhadap zat – zat oksidator dan sinar matahari dibandingkan
serat lainnya.
 Lebih tahan terhadap serangan biologi dibanding serat lainnya.

2.2 Zat Warna Golongan I


Zat warna golongan I merupakan zat warna yang luntur dalam larutan amonia
atau asam asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah
sebagai berikut :
2.2.1 Zat Warna Direk
Zat warna direk umumnya adalah senyawa azo yang disulfonasi, zat warna
ini disebut juga zat warna substantif karena mempunyai afinitas yang besar
terhadap selulosa dan zat warna garam karena dalam pencelupannya memerlukan
elektrolit untuk memperbesar penyerapan zat warna ke dalam serat. Beberapa zat
warna direk dapat mencelup serat bintang berdasarkan ikatan hidrogen. Zat warna

3
direk memiliki macam warna yang cukup banyak dan pada umumnya mempunyai
ketahanan yang kurang baik terhadap pencucian sedangkan ketahanan terhadap
sinar cukup, tidak tahan terhadap oksidasi dan rusak oleh zat pereduksi. Zat warna
direk dibagi 3 golongan yaitu self leveling, salt controllable dan temperature
controllable.

2.2.2 Zat warna Asam


Zat warna asam mengandung asam – asam mineral/asam – asam organik dan
dibuat dalam bentuk garam – garam natrium dari asam organik dengan gugus
anion yang merupakan gugus pembawa warna (kromofor) yang aktif. Struktur
kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk merupakan senyawa yang
mengandung gugusan sulfonat atau karboksilat sebagai gugus pelarut. Zat warna
asam dapat mencelup serat – serat binatang, poliamida dan poliakrilat berdasarkan
ikatan elektrovalen/ikatan ion. Zat warna asam dibagi 3 golongan yaitu leveling,
milling dan super milling.

2.2.3 Zat Warna Basa


Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif/kation. Zat
warna basa merupakan suatu garam; basa zat warna basa yang dapat membentuk
garam dengan asam. Asam dapat berasal dari hidro klorida atau oksalat. Zat warna
basa mampu mencelup serat – serat protein sedangkan pada serat poliakrilat yang
mempunyai gugus – gugus asam dalam molekulnya akan berlaku/bersifat seperti
serat – serat protein terhadap zat warna basa. Zat warna basa mempunyai
ketahanan luntur sinar yang rendah, brilliance dan intensitas warnanya tinggi,
dapat diendapkan oleh zat warna direk dan dapat mencelup selulosa dengan
pemordanan.

2.2 Zat Warna Golongan II


Zat warna golongan II merupakan zat warna yang berubah warnanya karena
reduksi dengan natrium hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali ke

4
warna semula (asli) oleh oksidasi dengan udara. Zat warna yang termasuk
golongan ini adalah sebagai berikut :
2.2.1 Zat Warna Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya
harus diubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut memiliki
substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau
oksigen dari udara, bentuk leuko yang tercelup dalam serat tersebut akan
teroksidasi kembali ke bentuk semula yaitu pigmen zat warna bejana.
Senyawa leuko zat warna bejana golongan indigoida larut dalam alkali lemah
sedangkan golongan antrakinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit
berubah warnanya dalam larutan hipoklorit. Umumnya zat warna turunan tioindigo
dan karbasol warna hampir hilang dalam uji hipoklorit dan di dalam larutan
pereduksi warnanya menjadi kuning. Ikatan zat warna bejana dengan serat antara
lain ikatan hidrogen dan ikatan sekunder seperti gaya – gaya Van Der Waals.

2.2.2 Zat warna Naftol


Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada
waktu pencelupan dan merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan garam
diazonium (kopling). Sifat – sifat umum dari zat warna naftol :
 Tidak larut dalam air.
 Luntur dalam piridin pekat mendidih.
 Bersifat poli genetik dan mono genetik.
 Karena mengandung gugus azo maka tidak tahan terhadap reduktor.
 Tahan gosok (basah) kurang tetapi tahan sinar baik sekali.

2.2.3 Zat Warna Reaktif


Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat, sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu zat
warna ini mempunyai ketahanan cuci yang baik. Zat warna ini mempunyai berat
molekul yang kecil, oleh karena itu kilapnya lebih baik dibandingkan dengan zat
warna direk. Sifat – sifat umum zat warna reaktif adalah sbb :

5
 Larut dalam air.
 Berikatan kovalen dengan serat.
 Karena kebanyakan gugusnya azo maka zat warna ini mudah rusak oleh
reduktor kuat.
 Tidak tahan terhadap oksidator yang mengandung klor (NaOCl).

III. Percobaan
3.1 Peralatan
 Tabung reaksi  Kaki tiga
 Pipet tetes  Penjepit kayu
 Pipet volume  Pengaduk
 Penangas listrik  Rak tabung
 Kassa  Gelas porselen
 Gelas kimia

3.2 Bahan
 Serat kapas  Serat poliakrilat  Kertas saring
 Serat wol  Kain contoh uji  Lilin Parafin

3.3 Peraksi
 Amonia 10%  H2SO4 + Na2S2O4  NaNO2
 NaCl  NaOH 10%  DMF 1:1
 H2SO4 10%  Eter  DMF 100%
 Alkohol  CH3COOH 10%
 Piridin  Na2S2O4

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Zat Warna Golongan I
 Zat Warna Direk
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi  3 ml larutan amonia 10%,
didihkan selama 1-2 menit.
2. Contoh uji dikeluarkan, (bagi 2) masukkan NaCl dan kapas putih, wol dan akrilat,
didihkan selama 1-2 menit.

6
3. Cuci bersih, kapas akan terwarnai tua (lampirkan pada jurnal).

 Zat Warna Asam


1. Netralkan larutan ekstraksi (zat warna direk) dengan H2SO4 10% kemudian asamkan test
dengan lakmus biru  merah.
2. Masukkan kapas, wol dan akrilat didihkan selama 1-2 menit.
3. Wol tercelup lebih tua.

 Zat Warna Basa


1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 5 ml alkohol, didihkan beberapa
menit.
2. Kelurkan contoh uji, kemudian bagi dua untuk pengujian zat warna dan untuk uji
penentuan.
 Uji Zat Warna Basa
1. Uapkan alcohol sampai kering tambahkan 3 ml air, didihkan kembali.
2. Masukkan 0,5 ml NaOH 10%, dinginkan, tambahkan 2 ml larutan eter, kocok.
3. Pindahkan lapisan eter ke dalam tabung reaksi lain kemudian teteskan CH3COOH 10%
kocok.
4. Apabila lapisan asam memberikan warna yang sama dengan contoh uji  zat warna
basa.
 Uji Penentuan
1. Masukkan akrilat kedalam larutan ekstraksi zat warna dalam alkohol.
2. Apabila bahan tercelup menunjukkan zat warna basa (lampirkan pada jurnal).

3.4.2 Zat Warna Golongan II


 Zat Warna Bejana
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi  3 ml NaOH 10% didihkan
sampai serat protein larut.
2. Tambahkan Na2S2O4 didihkan selama 1 menit.
3. Masukkan kapas dan NaCl didihkan selama 1-2 menit, dinginkan sampai suhu kamar.
4. Keluarkan kapas dari tabung letakkan diatas kertas saring, oksidasi kapas tsb dengan
NaNO2 atau Na bikoromat dan CH3COOH (lampirkan pada jurnal).

 Zat Warna Naftol

7
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 1-2 ml piridin, didihkan.
2. Pewarnaan dalam larutan piridin menunjukkan zat warna naftol.
 Uji Penentuan
1. Masukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi yang berisi 1-2 ml NaOH 10% dan 2-3 ml
alkohol kemudian didihkan.
2. Tambahkan 2 ml air dan Na2S2O4, didihkan kembali.
3. Setelah warna tereduksi masukkan kapas putih dan NaCl didihkan selama 2 menit (amati
perubahan warna lunturannya).
4. Dinginkan, keluarkan kapas putih tsb.
5. Bila kapas berwarna kuning dan berpendar dibawah sinar ultra lembayung, menunjukkan
zat warna naftol (lampirkan pada jurnal).

 Zat Warna Reaktif


1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 2-3 ml larutan DMF 1:1,
didihkan selama 3 menit.
2. Ulangi butir (1) dengan DMF 100%.
3. Amati warnanya. DMF 1:1  tidak terwarnai/terwarnai muda dan DMF 100% 
terwarnai tua menunjukkan zat warna reakstif.
 Uji Penentuan 1
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 2 ml NaOH 10%, didihkan.
2. Asamkan larutan tsb dengan H2SO4 10% (tes dengan lakmus biru).
3. Masukkan wol putih, didihkan.
4. Wol akan tercelup (lampirka pada jurnal).
 Uji Penentuan 2
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan (H2SO4 + Na2SO4)
didihkan.
2. Masukkan wol putih, didihkan.
3. Wol akan tercelup (lampirkan pada jurnal).

3.5 Data Pengamatan

(Terlampirkan)

8
9

Anda mungkin juga menyukai