Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

AIR PROSES DAN LIMBAH TEKSTIL


Analisa Air Proses

Dosen : Octianne D.,MT.


Asisten : Lestari. W, S.Pd
Mia E., S.ST.

Disusun oleh :
Nama : Dinda Anggi Arvianti
NPM : 16020123
Kelas : 3K4

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2018
Analisis Kualitatif Air Proses Industri Tekstil

I. Maksud dan tujuan


Maksud : Dapat melakukan pengujian kandungan zat – zat penyebab
sadah pada air contoh uji.
Tujuan : Menganalisa adanya zat–zat atau logam–logam penyebab
kesadahan yang dapat mempengaruhi proses dalam industri
tekstil.

II. Teori Dasar


Pada setiap industri tekstil, air merupakan bahan dasar yang
sangat penting. Air tidak hanya sebagai penyedia uap boiler untuk
keperluan pemanasan dan pengeringan, tetai juga sebagai medium pada
semua proses basah tekstil, seperti pemasakan, pengelantangan
(bleaching), pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan.
Untuk memenuhi kebutuhan air proses pada bagian finishing
umumnya digunakan air dari sumber alam. Air dari sumber alam terdiri
dari:
1. Air Hujan
Yaitu semua air yang berasal langsung dari atmosfer.
2. Air Permukaan (Surface)
Merupakan air hujan yang telah berkumpul dalam danau–danau atau
sungai–sungai.
3. Air Tanah Permukaan (Sub – Soil)
Merupakan air yang telah meresap kedalam lapisan sub soil dan
terkumpul dalam sumur dangkal.
4. Air Tanah Dalam (Dref – Weil)
Merupakan air yang terdapat pada lapisan yang lebih dalam yang
terpisah ari air sub–soil oleh lapisan impermeable. Air jenis ini mengalir
melintasi bumi samil mendapatkan penucian alami.

Air – air dari sumber ala mini mengandung zat–zat yang beraneka ragam
jenis baik jumlah ion–ion maupun kotoran–kotoran yang terkandung
didalamnya, tergantung dari sumbernya.
Untuk keperluan proses pada bagian finishing, air yang
digunakan memerlukan persyaratan tertentu karena adanya ion–ion dan
kotoran tertentu yang dapat mempengaruhi hasil proses.
Beberapa faktor yang biasanya berpengaruh adalah :
1. Warna dan Kekeruhan
Warna air biasanya disebabkan oleh adanya zat–zat organic
yang terlarut dan berikatan dengan Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
Sedangkan kekeruhan disebabkan oleh partikel yang tersuspensi, baik
berasal dari bahan organic maupun anorganik misalnya kotoran
tumbuhan, lumpur dan sebagainya.
2. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan kadar asam atau basa didalam larutan dengan
melihat konsentrasi hidrogen (H+). Suasana asam dalam air akan
mempengaruhi beberapa proses dan akan merusak beberapa jenis bahan
tekstil terutama bahan selulosa. Suasana alkali misalnya Natium
Hidroksida akan merusak pipa–pipa logam, menyebabkan kerapuhan
yang dikenal dengan istilah “kerapuhan kostik”.
3. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air alam sebagian besar disebabkan oleh
adanya bikarbonat dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Jika kadar
alkalinitas terlalu tinggi akan menyebabkan karat–karat pada pipa
sehingga pada saat proses berlangsung, karat-karat tadi akan terbawa
air dan menodai bahan tekstil. Jika kadar alkalinitas terlalu rendah dan
tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO3
pada dinding pipa dan dinding ketel uap sehingga tekanan menjadi lebih
tinggi.
4. Besi (Fe)
Garam – garam besi berpengaruh pada beberapa proses industri
tekstil, pada proses pemasakan dan pengelantangan, garam–garam besi
selain dapat menyebabkan noda noda-noda kuning coklat yang mengotori
pada bahan tekstil juga dapat memperbesar kerusakan bahan selulosa,
karena logam–logam berat berfungsi sebagai katalis dalam penguraian
zat pengelantang.
Senyawa besi juga dapat bereaksi dengan beberapa jenis zat warna,
sehingga dalam proses pencelupan menghasilkan warna celupan yang
tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
5. Silikat (Si)
Adanya silikat dalam air proses tidak dikehendaki, karena
endapan silikat murni sulit dihilangkan sehingga dapat menyumbat pipa–
pipa dan melapisa dinding ketel uap bertekanan tinggi
6. Klorida (Cl)
Kadar klorida yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerusakan
pada peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida bersifat korosif.
7. Zat Organik
Zat organic didalam air akan menyebabkan terjadinya baud an
warna yang tidak dikehendaki dalam air proses.

Reaksi – reaksi :
 Pengujian Silikat :
SiO2 + (NH4)2(Mo12O10)  H4 (Si Mo12O10)
Silikat –silikat bereaksi dengan molibdat dalam larutan asam membentuk
kompleks berwarna kuning yang larut dalam air dan asam.

 Pengujian Klorida:
Cl- + AgNO3  AgCl (endapan putih) + NO3-

 Pengujian Fe
Fe2+ Fe2+ + K3Fe(CN)6  KFe(Fe(CN)6) + 3K+
Fe3+ Fe3+ + KCNS  Fe(CNS)3 (endapan merah darah) + K+

 Pengujian SO42-
SO42- + BaCl2  BaSO4 (endapan putih) + 2 Cl-

Pengujian Ca2+
Ca2+ + (NH4)2C2O4  CaC2O4 (endapan putih) + 2 NH4+

Pengujian Zat Organik


KMnO4  Mn2+ (tak berwarna)
Adanya zat – zat organic akan mereduksi ion Mn7+ menjadi io Mn2+ yang
tidak berwarna

 Pengujian Mg
Mg2+ + O2N N=N OH alkali O2N N=N MgOH
Magneson OH MgOH

 Pengujian Al

III. Percobaan
A) alat dan bahan
 Alat
- Tabung reaksi dan raknya
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
- Pembakar Bunsen
- Kasa asbes
- Kaki tiga
- Penjepit tabung
 Bahan
- Air proses (air contoh uji)
- HCl 4N
- Ammonium Molibdat 5%
- Benzidine
- CH3COONa
- HNO3 0,1N
- AgNO3 0,1N
- K3Fe(CN)6
- KCNS
- K4Fe(CN)6
- BaCl2 0,5N
- CH3COOH 10 %
- Ammonium Oksalat 4%
- Magneson
- NaOH 10%
- HCl 1N
- Amonium Asetat 3N
- Aluminon

IV. Cara Kerja


1. Uji Calsium (Ca2+)
 Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi.
 Mengasamkan dengan menambah 2-3 tetes asam asetat 10%.
 Menambahkan 5 tetes ammonium oksalat 4%.
 Jika timbul endapan putih menunjukkan adanya ion Ca2+.

2. Uji Magnesium (Mg2+)


 Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi.
 Menambahkan 5 tetes magneson akan timbul warna merah.
 Menambahkan 5 tetes NaOH 10% warna merah akan berubah
menjadi biru ungu.
 Kemudian panaskan
Jika timbul endapan biru yang terpisah menunjukkan adanya ion Mg2+.

3. Uji Besi Fero (Fe2+)


 Memasukkan 1 mL air contoh uji dalam tabung reaksi.
 Menambahkan 1 tetes HCl (sebagai pengasam).
 Menambahkan 2-3 tetes K3Fe(CN)6.
Jika terjadi endapan yang berwarna biru trumbull berarti air
mengandung Fe2+.
4. Uji besi Feri (Fe3+)
 Memasukkan 1 mL air contoh uji dalam tabung reaksi.
 Menambahkan 1 tetes KCNS.
Jika larutan berwarna merah darah kemungkinan mengandung Fe 3+.

5. Uji aluminium (Al3+)


 Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi.
 Mengasamkan dengan menambah 2 mL HCl 1N
 Menambahkan 3 mL ammonium asetat 3N.
 Menambahkan 3 tetes aluminon kemudian diaduk.
Jika timbul endapan merah terang menunjukkan adanya ion Al3+.

6. Uji Mangan (Mn2+)


 Masukkan 2 mL air contoh uji kedalam tabung reaksi
 Tambahkan 2-3 tetes H2SO4 4N
 Tambahkan sedikit KIO4 padat bubuk0, kemudian panaskan
Jika warna air berubah menjadi violet, maka air contoh mengandung
mangan

7. Uji Silikat (Si)


 Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi.
 Menambahkan 2-3 tetes HCl 4N (sebagai pengasam).
 Menambahkan 2-3 tetes Amonium Molibdat 5%.
 Memanaskan sebentar jika perlu, kemudian didinginkan.
Jika larutan berwarna kuning berarti mengandung silikat.

8. Uji Klorida (Cl)


 Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi.
 Menambahkan 2-3 tetes HNO3 4N (sebagai pengasam).
 Menambahkan AgNO3 0,1N.
Jika terjadi endapan putih yang larut dalam amoniak berarti
mengandung klorida
9. Uji Sulfat
 Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi.
 Menambahkan 5 tetes HCl 4N.
 Menambahkan 5 tetes BaCl2 0,5N.
Jika terjadi kekeruhan (endapan) putih berarti contoh uji mengandung
sulfat.

10. Uji Zat Organik


 Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi.
 Mengasamkan dengan 5 tetes H2SO4 10%.
 Menambahkan 4 tetes KMnO4 0,01N.
Adanya zat organic ditunjukkan dengan hilangnya warna KMnO 4

IV. Data Pengamatan


Hasil Keterangan
Jenis Pengujian
Pengamatan
Kalsium (+) Endapan putih
Magnesium (+) Biru ungu
Besi (Fe2+) fero (- ) Kuning
Besi (Fe3+) feri (- ) Tidak bewarna
Aluminium Coklat
(-)
(Al3+)
Mangan (Mn2+) (-) Tidak bewarna
Silikat (+) Kuning silikat
Klorida (+) Endapan putih
Sulfat (+) Kuning
Zat Organik (-) Warna ungu

pH contoh uji = 7
V. Diskusi
Dari hasil pengujian didapatkan kandungan logam – logam sadah
maupun anion dan zat organik yang dapat mempengaruhi kesadahan.
Pada pengujian air contoh uji, pengujian logam seperti Ca, Sulfat,
Klorida, Mn dan zat organik yang merupakan penyebab utama
kesadahan, selain HCO3 dan CO3. Sehingga perlu dilakukan uji
kuantitatif terhadap penyebab kesadahan tersebut untuk kemudian
menentukan proses pelunakan yang perlu dilakukan. Karena setiap cara
uji memiliki batas kepekaan tertentu untuk mengidetifikasi ada atau
tidaknya suatu zat

VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan kualitatif diperoleh kesimpulan bahwa pada
air contoh uji mengandung ion kalsium, magnesium, silikat, klorida,
sulfat, zat organic, besi (Fe2+) dan (Fe3+). Diketahui pH contoh uji adalah
7.
Analisa Kuantitatif Klorida di dalam Air
I. Maksud dan Tujuan
Maksud : Dapat melakukan pengujian kadar klorida dalam contoh uji.
Tujuan : Menganalisa dan mengetahui kadar klorida yang terkandung di
dalam air contoh uji.

II. Teori Dasar


Kadar klorida di dalam air biasanya terdapat sebagai NaCl mungkin
berasal dari limbah-limbah atau dari lapisan-lapisan yang melapisi air. Jika
NaCl terdapat dalam jumlah tertentu, hal ini berguna bagi pembasahan pada
finishing. Kadar klorida di dalam air proses tekstil dibatasi oleh standar karena
klorida bersifat korosif.
Ada dua cara penentuan kadar klorida dalam air, yaitu cara Argentometri
dan Merkurimetri. Cara yang paling sering digunakan yaitu cara Argentometri
yang dikenal dengan cara Mohr. Pada metoda Mohr, klorida diendapkan oleh
AgNO3 membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. AgCl yang terbentuk
akan setara (equivalent) engan kandungan klorida di dalam air.
Kalium Kromat digunakan sebagai indicator, semua AgCl akan
terbentuk lebih dulu sebelum endapan Ag-Kromat yang berwarna merah
terbentuk.
Kondisi titrasi harus diusahakan dalam suasana netral sampai basa
dengan pH antara 7-10. Jika dilakukan dalam suasana asam maka konstanta
ionisasi asam kromat kecil, sehingga kromat bereaksi dengan hidrogen.
Metode ini dapat digunakan untuk konsentrasi klorida sampai 2000
mg/L, untuk konsentrasi yang lebih tinggi sebaiknya dilakukan pengenceran.

Reaksi
HCl + AgNO3 AgCl + HNO3
2AgCl + K2CrO4 Ag2CrO4 (endapan merah bata) + 2 KC
III. Percobaan
A) Alat dan Bahan
 Alat :
- Pipet volume
- Erlenmeyer
- Buret

 Bahan
- Air contoh uji
- Larutan penitar AgNO3
- Indikator Kalium Kromat
- H2SO4 2N

IV. Cara Kerja


 Pengujian klorida
- Masukkan 10 mL air contoh uji dalam Erlenmeyer.
- Mengatur pH pada pH 7-10 dengan menambahkan H2SO4
- Menambahkan indikator K2CrO4 5% sebanyak 3 tetes.
- Kemudian dititar dengan AgNO3 0,01N sampai timbul endapan merah
bata (merah kekuningan)

V. Data Pengamatan
Dari hasil percobaan diperoleh data pengamatan sebagai berikut :
Titrasi ke Hasil
1 1,0
2 1,0
€ 2,0/2
Rata” 1,0

Kadar Cl- = mL titrasi x N Penitar x BE Cl- x fp


= 1,0 ml x 0,01N x 35,5 x 100
= 0,355 mg/L
V. Diskusi
Kadar klorida dalam air dapat diketahui dengan dua cara yaitu
cara argentometri dan cara merkurimetri. Pada praktikum ini cara
yang dilakukan adalah cara argentomeri yang dikenal dengan cara
Mohr. Pada metoda ini klorida diendapkan oleh AgNO 3 membentuk
endapan AgCl yang berwarna putih. AgCl yang terbentuk akan
setara dengan kandungan klorida didalam air. Kalium kromat
digunakan sebagai indikator, semua AgCl akan terbentuk lebih dulu
sebelum endapan Ag kromat yag berwarna merah terbentuk.

K2CrO4
contoh uji + AgNO3 endapan AgCl (akhir titrasi endapan Ag2CrO4)

Dari hasil pengujian tersebut kadar klorida yang diperolah


adalah 0,355 mg/l. Kadar ini dibawah kadar maksimum klorida,
menurut standar jangan lebih dari 100 mg/l. Kadar klorida yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan kerugian karena dapat mempercepat
kerusakan mesin akibat klorida yang bersifat korosif. Selain itu,
apabila klorida ini berikatan dengan ion Ca2+ dan Mg2+ menyebabkan
kesadahan tetap (CaCl2 dan MgCl2) yang dapat mengganggu proses
basah tekstil.

VI. KESIMPULAN
Kadar klorida yang terkandung dalam air contoh tersebut adalah
sebesar 0,355 mg/L
Analisis Kuantitatif Sulfat Dalam Air

I. Maksud dan Tujuan


Maksud : Dapat melakukan pengujian kadar sulfat dalam larutan
sampel
Tujuan : Menentukan konsentrasi Fe, silikat, dan sulfat dalam
larutan sampel secara spektrofotometri

II. Teori Dasar


Sulfat banyak terdapat dialam , zat – zat organic didalam air dapat
menyebabkan reduksi sulfat menjadi sulfide. On sulfat dapat
diendapkan oleh barium klorida dalam suasana asam menjadi
barium sulfat yang mempunayi benuk kristal yang sama besar.
Absorbansi suspensi barium sulfat dapat ditenukan dengan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Warna dan zat
tersuspensi dalam jumlah besar akan mengganggu penetapan kadar
sulfat. Kadar zat orgik yang cukup tinggi dalam air menyebabkan
barium sulfat tidak mengndeap sempurna.

Alat-alat optik yang digunakan untuk menentukan absorbansi adalah


spektrofotometer. Alat spektrofotometer digunakan untuk cahaya
tampak dan sinal ultra violet. Spektrofotometer adalah alat untuk
mengukur absorbansi (A) dan Transmitasi (T atau %T) suatu
cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Beberapa
keunggulan spektrofotometer adalah sebagai berikut :

Daerah spectrum elektromagnetik adalah  = 380 – 750 nm (sinar


tampak).
Sumber sinar yang digunakan adalah lampu kawat wolfram.
 Dengan spektrofotometri dapat dibuat spectrum serapan (kurva A
terhadap panjang gelombang), serta dapat dilakukan perubahan
panjang gelombang secara kontinyu.
 Pada spektrofotometer, daerah spectrum elektromagnetik yang
digunakan adalah :
-  = 380 – 750 nm (sinar tampak)
-  = 200 – 380 nm (ultra violet)
- di atas  = 750 nm (infra merah).
 Sumber sinar yang digunakan
 Untuk no. 1 di atas, lampu kawat wolfram
 Untuk no. 2 di atas, lampu kawat muatan hydrogen atau
deuterium.
 Untuk no. 3 di atas, pemijar Nernst.
 Pada spektrofotometer menggunakan monokromator yang
berfungsi sebagai pemilih pita panjang gelombang. (monokromator
dapat berupa prisma atau kisi difraksi (Diffraction Grating).
 Pada spektrofotometer digunakan baterai sebagai sumber
tegangan listrik dan dapat dilakukan penguatan arus, sehingga alat
detector sinar digunakan tabung foton hampa atau tabung foton
pelipat ganda, di mana keuntungannya adalah intensitas cahaya
yang sangat kecil dapat diukur. Di bawah ini digambarkan susunan
alat spektrofotometer secara blok diagram:

Sumber monokr Sel Detector Meter/


sinar omator Serapan Tabung Foton Recorder

III. Percobaan
A) Alat dan Bahan
 Alat :
- Pipet volume 25 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Spektrofotometer

 Bahan :
- Larutan Barium Klorida
IV. Cara Kerja
 Pembacaan pada spektrofotometer
Pembacaan dilakukan pada panjang gelombang 410 nm setelah 2 –
15 menit penambahan asam oksalat, sebagai blanko digunakan air
suling.
 Pengujian Kadar Sulfat
- 100 ml larutan contoh dipipet kedalam Erlenmeyer 250 ml
ditambahkan pereaksi kondisi 5 ml
- ditambahkan 8 – 10 gram kristal BaCl2
- Dikocok dengan cepat selama 1 jam
- Segera diukur pada alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 410 nm
- Pengukuran setelah 3 menit

V. Data Pengamatan
Pengujian Sulfat kuanitatif
No Konsentrasi (x) Absorbansi (y) ( x .y) x2
1 5 0,130 0,65 25
2 10 0,279 2,79 100
3 15 0,413 6,195 225
4 20 0,571 11,42 400
5 25 0,665 16,625 625
n=
 = 75  = 2,058  = 37,68  = 1375
5
Pengukuran contoh pada panjang gelombang 410 nm
Perhitungan
a = n (xy) – ( x) ( y)
n (x2) – (x)2
= 5 (37,68) – (75) (2,058)
5 (1375) – (75)2
= 188,4 – 154,35
6875 – 5625
= 34,05 = 0,02724
1250
b = (y) ( x2) – (x) (xy)
n (x2) – (x)2
= (2,058)(1375) – (75) (37,68)
5 (1375) – (75)2
= 3,75
1250
= 0,003

Nilai absorbansi pada Cu = 0,176 A


y = ax + b
0,176 = 0,02724x + 0,003
0,176 = 0,0096x
= 24,1354 mg/l ppm

Grafik Kandungan Sulfat dalam Air


0.8 y = 0.0272x + 0.003
0.7 R² = 0.9946
0.6
Absorbansi

0.5
0.4
y
0.3
Linear (y)
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi
V. Diskusi
Penentuan kadar sulfat dalam air dapat dilakukan dengan cara
mengendapkan ion sulfat oleh Barium Klorida dalam suasana asam
menjadi barium sulfat. Barium sulfat yang mempunyai bentuk kristal
sama besar dan dengan menggunakan alat spektrofotometer maka
dapat diukur nilai sulfatnya. Pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang 420 nm setelah 2 -10 menit, penambahan kristal Barium
Klorida. Analisis kuantitatif sulfat ini akan terganggu apabila warna
dan zat tersuspensi dalam larutan contoh jumlahnya sangat besar,
kadar zat organik yang cukup tinggi didalam air menyebabkan
barium sulfat tidak mengendap sempurna. Jika larutan contoh uji
ternyata memiliki warna larutan terlalu pekat, sehingga
spektrofotometer tidak dapat membaca larutan tersebut karena
cahaya tidak dapat menembus larutan yang terlalu pekat maka akan
menghasilkan data yang tidak tepat (tidak valid) dibandingkan
dengan standar. Oleh karena keterbatasan tersebut maka perlu
dilakukan pengenceran beberapa kali untuk mendapatkan larutan
yang tembus cahaya dan dapat diperiksa dengan alat
spektrofotometer.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kadar sulfat yang terkandung dalam air
contoh adalah sebesar 6,350 ppm.
Analisa Alkalinitas Air

I. Maksud dan Tujuan


Maksud :
Dapat melakukan pengujian alkalinitas contoh uji .
Tujuan :
Menganalisa dan mengetahui alkalinitas air contoh dengan cara
alkalinitas PP dan alkalinitas MO

II. Teori Dasar


Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan asam tanpa
menurunkan pH larutan. Alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh
ion – ion karbonat (CO3), bikarbonat (HCO3), hidroksida (OH) dan
sebagainya.
Alkalinitas dinyatakan dalam mgrek/Liter atau mg CaCO 3/Liter.
Alkalinitas diperiksa dengan cara titrasi asam basa. Asam yang
banyak digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) dan HCl. Asam ini
akan mengikat zat penyebab alkalinitas sampai titik akhir titrasi
tercapai. Titik akhir titrasi ditentukan oleh :
 Perubahan warna indicator pada titik akhir titrasi.
 Perubahan nilai pH pada pH-meter.

Jika di dalam air hanya ada karbonat, bikarbonat, dan hidroksida


maka unsure alkalinitas dapat ditentukan dengan bantuan tabel:

Tabel
Perhitungan mencari kadar unsur alkalinitas

Hasil OH- CO32- HCO3-


P=0 0 0 M
2P < M 0 2P M - 2P
2P = M 0 2P 0
2P > M 2P – M 2(M - P) 0
P=M M 0 0
Reaksi
OH- + H+ H2O titik akhir terletak pada pH 8,3
CO2- 3 + H+ HCO3
HCO3- + H+ H2O + CO2 terjadi pada pH 4,5
Pada saat titik akhir titrasi pertama , yaitu pH 8,3 dikenal dengan nilai P,
untuk mencapai titik akhir ke 2 yaitu pada pH 4,3 , yang dikenal dengan
nilai M
Jadi pada saat tercapai nilai P pada pH 8,3 :
OH - + H + H2O
nilai P menunjukkan OH- dan ½ CO3 = (HCO3-)

III. Percobaan
A) Alat dan Bahan
 Alat:
- Pipet volume 25 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Buret 50 mL

 Bahan:
- Air contoh uji
- Indicator PP
- Indicator MO
- H2SO4 0,02 N

IV. Cara Kerja


Alkalinitas PP
- Pipet 25 mL contoh uji kedalam erlenmeyer
- Tambahkan 2 tetes indikator PP kealam erlenmeyer
- Titar dengan larutan H2SO4 0
Alkalinitas MO
- Mengambil 25 mL air contoh uji dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
- Menambahkan 2 tetes indicator MO.
- Menitar dengan HCl 0,1N sampai berwarna orange (sindur).
IV. Data Pengamatan
Dari hasil percobaan yang diperoleh data pengamatan sebagai berikut:
Alkalinitas PP
 titrasi Ml titrasi
1 0,4
2 0,4
€ 0,8 : 2
0,4

Alkalinitas PP = ml H2SO4 x N H2SO4 x fp


= 0,4 x 0,02 x 40
= 0,32 mgrek/L

Alkalinitas MO
titrasi Ml titrasi
1 9,2
2 9,3
€ 18,5 : 2
9,25

Alkalinitas MO = ml H2SO4 x N H2SO4 x fp


= 9,25 x 0,02 x 40
= 7,4 mgrek/ L

Hasil OH- CO32- HCO32-


2P < M 0 2P M – 2P

CO32- = 2P = 2 (0,32) = 0,64


HCO32- = M – 2P = 7,4 – 0,64 = 6,76
Kesadahan Sementara
HCO32- = 6,76 x 2,8 = 18,92 dH
V. Diskusi
Alkalinitas merupakan ukuran kemampuan air untuk menetralkan asam
tanpa penurunan pH larutan. Penyebab alkalinitas adalah ion CO3, HCO3,
OH. Dari hasil pengujian, larutan contoh uji memiliki pH 7 maka pada
pengujian alkalinitas dengan menggunakan indikator PP memberikan
hasil 0,32 mgrek/L dan MO memberikan nilai 7,4 mgrek/L. Diperolehnya
nilai alkalinitas MO dan PP ini menunjukan bahwa dalam air contoh
banyak terkandung kesadahan sementara dari ion – ion karbonat
sebanyak 0,64 mgrek/L dan bikarbonat sebanyak 6,76 mgrek/L. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai kesadahan sementaranya sebesar 18,92 dH.

VI. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
- Alkalinitas PP = 0,32 mgrek/L
- Alkalinitas MO = 7,4 mgrek/L
- Karbonat = 0,64 mgrek/L
- Bikarbonat = 6,76 mgrek/L
- Hidroksida = 0 mgrek/L
- Kesadahan sementara = 18,92 dH
Analisis Kadar Besi (Fe) dalam Air Cara Spektrofotometri

I. Maksud dan tujuan


Untuk mengetahui dan memahami cara uji analisa kandungan Fe
(besi) pada air contoh uji menggunakan spektrofotometer uv-vis.

II. Teori Dasar


Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat
dibentuk, biasanya di alamdidapat sebagai hematit. Besi merupakan
elemen kimiawi yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di
muka bumi, pada semua bagian lapisan geologis dan semua badan
air. Pada air permukaan, jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1
mg/L, tetapi didalam air, kadar tanah Fe dapat jauh lebih tinggi.
Konsentrasi Fe yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain
dan perkakas dapur, selain itu juga menimbulkan pengendapan pada
dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, kekeruhan karena adanya
koloidal yang terbentuk.

Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah


bagi penderita anemia. Salah satu bentuk garam besi yang
digunakan sebagai komponen zat aktif dalam sediaan penambah
darah adalah besi(II) sulfat, yaitu bentuk besi bervalensi dua atau
ferro. Hal ini berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang lebih
mudah menyerap besi dua daripada besi bervalensi tiga. Sifat kimia
besi yang sangat dikenal adalah mudah teroksidasi oleh oksigen dari
udara dan oksidator lainnya, sehingga besi umumnya dijumpai
sebagai besi bervalensi tiga. Pada kondisi tertentu dimana kurang
kontak dengan udara, besi berada sebagai besi bervalensi dua.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan praktikum
penentuan kadar besi secara spektrofotometri.
III. Percobaan
A) alat dan bahan
 Alat
- Spektrofotometer
- Gelas ukur
- Pipet ukur
- Cuvet
- Labu ukur
 Bahan
- Air contoh
- Standar Fe 100 ppm
- KCNS 10%
- HNO3 4N
- Aquades

IV. Cara Kerja


Larutan Standar
- Masukan 5 ml HNO3 dalam labu ukur
- Tambahkan 4 ml KCNS 10%
- Masukan larutan standar Fe sesuai perhitungan
- Tambahakan aquades sampai batas, homogenkan
- Uji pada spektrofotometer uv-vis

Larutan contoh uji


- Masukan 5 ml HNO3 4N dalam labu ukur
- Tambahkan 4 ml KCNS 10%
- Masukan contoh uji dalam labu ukur sampai batas, homogenkan
- Uji pada spektrofotometer uv-vis
V. Data Pengamatan

No Konsentrasi (x) Absorbansi (y) ( x .y) x2


1 0,5 0,050 0,25 0,025
2 1 0,109 1 0,109
3 1,5 0,165 2,25 0,2475
4 2 0,226 4 0,452
5 2,5 0,299 6,25 0,7475
n=
 = 7,5  = 0,849  = 13,75  = 1,581
5
Pengukuran contoh pada panjang gelombang 410 nm

Perhitungan

a = n (xy) – ( x) ( y)
n (x2) – (x)2 b = (y) ( x2) – (x) (xy)
= 5 (1,581) – (7,5) (0,849) n (x2) – (x)2
5 (13,75) – (7,5)2 = (0,849)(13,75) – (7,5) (1,581)
= 7,905 – 6,3675 5 (13,75) – (7,5)2
68,75 – 56,25 = - 0,1835 = - 0,01468
= 1,5375 = 0,123 12,5
12,5

Nilai absorbansi pada Cu = 0,001 A


y = ax + b
0,001 = 0,123x + (- 0,01468)
0,001 + 0,01468 = 0,123x
0,01568 = 0,123x
x = 0,12747 ppm
Grafik Kandungan Besi dalam Air
0.35 y = 0.123x - 0.0147
0.3 R² = 0.9974
Absorbansi 0.25
0.2
0.15 y
0.1 Linear (y)
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Konsentrasi

VI. Diskusi
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai
perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel
diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu
perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk
komponen yang berbeda.

Percobaan kali ini dilakukan analisis penentuan kadar besi Fe(II)


dalam sampel air dengan cara spektrofotometri UV-Vis.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Syarat
analisis menggunakan visibel adalah cuplikan yang dianalisis
bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna. Dalam
keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu
ditambahkan larutan HNO3 dan KCNS agar membentuk kompleks
larutan berwarna.
Percobaan ini dilakukan dengan mengukur absorbansi sampel air
yang dilakukan dengan mengukur absorbansi dari larutan besi (II)
dengan konsentrasi yang berbeda-beda untuk menentukan kurva
larutan standarnya. Larutan yang digunakan yaitu larutan besi (II)
dengan kosentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, dan 2,5 ppm
yang masing-masing ditambahkan larutan HNO3 dan KCNS. Setiap
kali pengukuran aborbansi, alat spektrofotometri-UV vis yang
digunakan dinolkan dengan larutan blanko. Larutan blanko ini adalah
larutan berbeda dengan sampel tapi dibuat dengan cara yang sama
yang bertujuan sebagai pembanding. Dimasukannya larutan blanko
ke dalam spektrofotometri-UV vis pada setiap pengukuran
absorbansi dimaksudkan agar yang terukur nantinya hanya
absorbansi atau penyerapan zat yang diinginkan.
Langkah selanjutnya adalah mengukur absorbansi Larutan besi (II)
dengan konsentrasi yang berbeda. Larutan yang akan diukur
absorbansinya harus distandarisasi dan untuk menstandarkan
larutan digunakan larutan blanko. Larutan yang dijadikan larutan
blanko pada percobaan ini adalah aquades. Dari hasil pengukuran
absorbansi larutan besi (II) dengan konsentrasi yang berbeda pada
panjang gelombang 410 nm diperoleh absorbansi larutan besi (II)
untuk masing-masing konsentarsi dari 0,5 ppm hingga 2,5 ppm yaitu
0,050 A, 0,109 A, 0,165 A, 0,226 A dan 0,299 A.

Setelah diketahui absorbansi dan panjang gelombangnya maka


dilakukanlah preparasi sampel air, yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kandungan besi yang terdapat dalam sampel.
Setelah pengukuran, diperoleh absorbansi sampel air sebesar 0,001
A. Kemudian untuk mengetahui kadar besi dalam sampel dapat
dilakukan dengan membuatkan grafik hubungan antara absorbansi
dan konsetrasi dengan fungsi koefisien korelasi (linear). Koefesien
korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua
variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1.
Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan
linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi
positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya
jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula.
Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel
mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi,
maka nilai variabel Y akan menjadi rendah. Dari grafik yang dibuat,
diperoleh kadar Fe dalam sampel tersebut sebanyak 0,12747 ppm.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi besi dalam air dapat ditentukan dengan
mengukur spektrum serapan dari masing-masing larutan standar
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan
membandingkan absorbansinya dengan air yang akan ditentukan
konsentrsi besinya. Kadar besi dalam sampel adalah 0,12747 ppm
Analisa kesadahan (Ca dan Mg) dengan cara Kompleksometri

I. Maksud dan Tujuan


Maksud :
Dapat melakukan pengujian kandungan Ca dan Mg dalam contoh uji
Tujuan :
Menganalisa dan mengetahui kesadahan Ca dan Mg dari air contoh uji
dengan cara kompleksometri.

II. Teori Dasar


Kesadahan total adalah jumlah ion-ion Ca dan Mg yang terkandung di
dalam air. Ion-ion ini dapat ditentukan melalui titrasi kompleksometri /
kelatometri yaitu suatu titrasi dengan menggunakan larutan koplekson yaitu
EDTA (Etilena Diamin Tetra Asetat).
EDTA adalah suatu senyawa yang dapat membentuk pasangan kimiawi
secara ikatan kompleks dengan ion-ion kesadahan. Indikator yang dipakai
pada titrasi kompleksometri merupakan asam atau basa organic yang dapat
membentuk ikatan kompleks dengan ion logam, dan warna senyawa tersebut
berbeda dengan warna indikator dalam keadaan bebas.
Indikator yang sering digunakan adalah EBT (Eriochrome Black T),
sejenis indikator yang berwarna merah apabila berada dalam larutan yang
mengandung ion kalsium dan magnesium pada pH 10. indikator yang lain
adalah Muraid (Erichrome Blue Black R), suatu senyawa yang berwarna
merah jika berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium saja.
Pada penetapan kesadahan ada beberapa factor yang biasanya
mengganggu penetapan ion Ca dan Mg ini, diantaranya adanya kation
sepertiAl3+, Fe3+, Fe2+, dan Mn2+, dapat juga ikut bergabung dengan EDTA
membentuk senyawa kompleks. Jika kesadahan terlalu tinggi endapan Ca 2+
dapat muncul dalam waktu titrasi lebih dari 5 menit.
Reaksi
Prinsip : “Pengikatan Ca2+ dan Mg2+ dengan garam komplek yang larut.”

III. Percobaan
a) Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan:
- Pipet volume 25 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Buret 50 mL
- Pipet ukur 10 mL
- Corong gelas

b. Bahan dan Zat Kimia yang digunakan :


- Air contoh uji
- Larutan EDTA 0,01M
- Larutan buffer pH 10
- Indikator EBT
- Indicator Murexid
- KCN 5%
- NaOH 4N

b) Cara kerja
c. Penetapan Kesadahan Total
- Mngambil 10 mL air contoh uji dan dimasukkan dalam Erlenmeyer.
- Menambahkan 1 mL larutan buffer pH 10.
- Menambahkan 2 mL KCN 5%.
- Menambahkan 3–4 tetes EBT sesaat sebelum titrasi, larutan
menjadi berwarna merah.
- Menitar dengan larutan EDTA 0,01M, sampai tepat berwarna
menjadi biru terang

d. Penetapan Kesadahan Ca
- Memasukkan 25 mL air contoh uji dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
- Menambahkan 1 mL NaOH 4N
- Menambahkan 2 mL KCN 5%.
- Menambahkan indicator Murexid sesat sebelum titrasi sehingga
larutan menjadi merah.
- Seera untuk menitar dengan larutan EDTA 0,01M sampai larutan
tepat berubah menjadi ungu.

IV. Data Pengamatan


Sadah total (a)
titrasi Hasil
1 5,5
2 5,6
€ 11,1 : 2
5,55

Sadah total = ml titrasi x 0,01 x f (1000/25)


= 5,55 x 0,01 x 40
= 2,2 mmol/L

Sadah ca (b)
titrasi Hasil
1 4,2
2 4,3
€ 8,5 :2
4,25

Sadah Ca = ml titrasi x 0,01 x f (1000/25)


= 4,25 x 0,01 x 40
= 1,7 mmol/L

Sadah Ca tetap
Titrasi Hasil
1 1,5
2 1,6
€ 3,1 :2
1,55

Sadah Ca tetap = ml titrasi x 0,01 x f (1000/25)


= 1,55 x 0,01 x 40
= 0,62 mmol/L

Sadah tetap
Titrasi Hasil
1 1,7
2 1,8
€ 3,5 : 2
1,75

Sadah tetap = ml titrasi x 0,01 x f (1000/25)


= 1,75 x 0,01 x 40
= 0,7 mmol/L

Mg Tetap = 0,7 – 0,62


= 0,08 mmol/L

Mg Total = 2,2 – 1,7


= 0,5 mmol/L

V. Diskusi
Analisa kesadahan cara kompleksometri ini harus ditambahkan larutan
buffer pH 7 – 10, karena larutan kompleksometri akan terurai berdasarkan
pH larutan yang dipakai, cara kompleksometri dilakukan berdasarkan
pembentukan garam kompleks dari ion – ion sadah dengan larutan penitar
EDTA. EDTA lebih banyak dipakai karena membentuk ion – ion komplek
yang lebih stabil bila dibandingkan dengan garam Natrium
Heksametafosfat.
Penambahan KCN 5% berguna untuk mengikat logam – logam
penggangu terutama besi sehingga hasil penitaran sesuai dengan
kadarnya.
VI. Kesimpulan
Pada analisa kesadahan Ca dan Mg dengan cara kompleksometri
diperoleh data sebagai berikut :
Sadah total = 12,4 °dH
Sadah tetap total = 3,92 °dH
ca total = 9,52 °dH
ca tetap = 3,48 °dH
mg total = 2,8 °dH
mg tetap = 0,448 °dH
Sadah sementara = 8,52 °dH
Ca sementara = 6,04 °dH
Mg sementara = 3,52 °dH
Analisa Pelunakan Air Sadah.

I. Maksud dan Tujuan


Maksud :
Dapat melakukan pelunakan kesadahan contoh uji
Tujuan :
Penghapusan ion – ion penyebab kesadahan di dalam air contoh uji
dengan cara pemanasan, pengendapan dan cara penukar ion. Serta
mengetahui cara yang paling efektif dalam menurunkan kesadahan.

II. Teori Dasar


Pelunakan berarti penghapusan ion – ion penyebab kesadahan
dalam air. Kesadahan air terutama disebabkan oleh ion – ion Ca2+ dan
Mg2+. Ion-ion ini dapat ditentukan melalui titrasi kompleksometri yaitu
suatu titrasi dengan menggunakan larutan koplekson yaitu EDTA (Etilena
Diamin Tetra Asetat).
EDTA adalah suatu senyawa yang dapat membentuk pasangan
kimiawi secara ikatan kompleks dengan ion-ion kesadahan. Indikator yang
dipakai pada titrasi kompleksometri merupakan asam atau basa organic
yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan ion logam, dan warna
senyawa tersebut berbeda dengan warna indikator dalam keadaan bebas.
Indikator yang sering digunakan adalah EBT (Eriochrome Black
T), sejenis indikator yang berwarna merah apabila berada dalam larutan
yang mengandung ion kalsium dan magnesium pada pH 10.
Pada penetapan kesadahan ada beberapa factor yang biasanya
mengganggu penetapan ion Ca dan Mg ini, diantaranya adanya kation
seperti Al3+, Fe3+, Fe2+, dan Mn2+, dapat juga ikut bergabung dengan
EDTA membentuk senyawa kompleks. Jika kesadahan terlalu tinggi
endapan Ca2+ dapat muncul dalam waktu titrasi lebih dari 5 menit
Air sadah akan mengendapkan sabun, akibatnya penggunaan sabun
akan lebih banyak. Selain itu akan merusak beberapa jenis zat warna
pada proses pencelupan, kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32- juga akan
mengakibatkan kerak pada dinding ketel uap yang disebabkan oleh
endapan karbonat.
Beberapa proses untuk pelunakan air sadah adalah :
- Cara Pemanasan
Cara ini hanya dapat menghilangkan kesadahan sementara yang
disebabkan bikarbonat – bikarbonat dari ion kesadahan.

- Cara pengendapan
Cara ini merupakan cara yang paling murah yang dapat mengendapkan
kesadahan total. Pada cara ini garam – garam kalsium dan magnesium
penyebab kesdahan diendapkan sebagai karbonat – karbonat.
Sebagai zat pengendap dipakai campuran Na2CO3 dan Ca(OH)2 atau
campura NaOH dan Ca(OH)2
- Cara Penukar Ion
Cara ini sangat mahal tetapi efisiensi cukup tinggi, cocok dipakai untuk
penyediaan air ketel. Pada cara ini kalsium dan magnesium yang
terkandung dalam air didesak dan diikat oleh senyawa penukar ion.
Reaksi
 Penetapan pelunakan kesadahan cara pemanasan
Ca(HCO3)2 CaCO3 + H2O + CO2
Mg(HCO3)2 MgCO3 + H2O + CO2
↓ H2O
Mg(OH)2 + CO2
 Penetapan pelunakan kesadahan cara pengendapkan dengan
Ca(OH)2 dan Na2CO3 (cara soda – soda kapur)
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2CaCO3↓ + 2H2O
Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 → CaCO3↓ + Mg(OH)2 + 2H2O
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2↓ + CaCl2
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2↓ + CaSO4
CO2 + Ca(OH)2 → CaCO3↓ + H2O
FeCl2 + Ca(OH)2 → Fe(OH)2↓ + CaCl2
FeCl3 + Ca(OH)2 → Fe(OH)3↓ + 3CaCl3
MnSO4 + Ca(OH)2 → Mn(OH)2↓ + CaSO4

Al2(SO4)3 + 3Ca(OH)2 → 2Al(OH)3↓ + 3CaSO4


CaCl2 + Na2CO3 → 2CaCO3↓ + NaCl
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3↓ + Na2SO4
 Penetapan pelunakan kesadahan cara pengendapkan dengan NaOH
dan Na2CO3 (cara kostik soda – soda)
Ca(HCO3)2 + 2NaOH → CaCO3↓ + Na2CO3 + 2H2O
Mg(HCO3)2 + 4NaOH → Mg(OH)2 + Na2CO3
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2 + 2NaCl
MgSO4 + 2NaOH → Mg(OH)2 + Na2SO4
CO2 + 2NaOH → Na2CO3 + H2O
FeCl2 + 2NaOH → Fe(OH)2 + 2NaCl
FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl
MnSO4 + 2NaOH → Mn(OH)2 + Na2SO4
Al2(SO4)3 + 6NaOH → 2Al(OH)3 + 3 Na2SO4
CaCl2 + Na2CO3 → 2CaCO3 + 2NaCl
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 + Na2SO4

III. Percobaan
a) Alat dan Bahan
 Alat yang digunakan:
- Pipet volum 25 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Buret 50 mL
- Pipet ukur 10 mL
- Corong gelas
- Taabung Resin
Bahan dan Zat Kimia yang digunakan :
- Air contoh uji
- Larutan EDTA 0,01M
- Larutan buffer pH 10
- Indikator EBT
- KCN 5%
- NaOH 4N
- Resin Penukar ion
- CaO

b) Cara kerja
 Penetapan pelunakan kesadahan cara pemanasan
- 100 mL air contoh uji dipipet ke dalam Erlenmeyer.
- Dipanaskan sampai mendidih selama + 30 menit.
- Air yang telah mendidih kemudian didinginkan.
- Sisa kesadahan diperiksa kesadahan totalnya dengan larutan EDTA.
 Penetapan pelunakan kesadahan cara pengendapkan dengan
Ca(OH)2 dan Na2CO3
- Kebutuhan soda kapur dan soda ash dihitung sesuai kebutuhan.
- 100 mL air contoh uji dipipet ke dalam piala gelas.
- Soda ash dan soda kapur yang telah dihitung kebutunhannya
dimasukkan ke dalam piala gelas.
- Larutan didihkan selama 15 – 30 menit, akan terjadi endapan karbonat.
- Larutan yang telah ada endapannya didinginkan, kemudian disaring
dengan kertas saring barit.
- Saringan dianalisa kesadahan sisanya dengan cara kompleksometri.
 Penetapan pelunakan kesadahan cara pengendapkan dengan NaOH
dan Na2CO3
- Kebutuhan soda kostik dan soda ash dihitung sesuai kebutuhan
- 100 mL air contoh uji dipipet ke dalam piala gelas 500 mL.
- Soda kostik dan soda ash yang telah dihitung dimasukkan kedalam
piala gelas.
- Larutan didihkan selama 15 - 30 menit, akan terjadi endapan.
- Larutan yang telah ada endapannya didinginkan, kemudian disaring
dengan kertas saring barit.
- Saringan dianalisa kesadahan sisanya dengan cara kompleksometri.
 Penetapan pelunakan kesadahan cara penukar ion
- 100 mL air contoh uji dimasukkan ke dalam piala gelas.
Air contohuji tersebut dialirkan melalui tabung yang berisi resin penukar
ion dan ditampung ke dalam Erlenmeyer 250 mL
- Proses di atas dikerjakan 3 kali aliran melalui tabung resin penukar ion.
- Larutan yang telah dialirkan melalui tabung resin dianalisia
kesadahannya secara kompleksometri.
e. Penetapan Kesadahan Total (kesadahan cara kompleksometri)
- Mengambil 10 mL air contoh uji dan dimasukkan dalam Erlenmeyer.
- Menambahkan 1 mL larutan buffer pH 10.
- Menambahkan 2 ml KCN 5%.
- Menambahkan 3–4 tetes EBT sesaat sebelum titrasi, larutan menjadi
berwarna merah.
- Menitar dengan larutan EDTA 0,01M, sampai tepat berwarna menjadi
biru terang.

VIII. Data Pengamatan


a. Kebutuhan Na2CO3 dan Ca(OH)2
Na2CO3 = Sadah tetap + L
0,7 𝑋 5,6
=( ) + 0,12747
5,6
= 37,1+ 0,12747
= 37,22747 mg/L

Larutan Standar Na2CO3 = 2000 mg/1000 mL


Na2CO3 yang dipipet = 𝑉1. 𝑁1 = 𝑉2. 𝑁2
V1.2000 = 1000. 37,22747
V1 = 18,6137 mL (untuk 100 mL air)
100
V1 = 18,6137 x 1000 = 1,86137 (100 mL)

CaO = Sadah sementara + Mg tetap + L


1,52 𝑋 5,6 0,08 𝑋 5,6
= ( 5,6 ) + ( 5,6 ) + 0,12747
= (1,52 + 0,08) + 0,12747
56
= (1,6+ 2 ) + 0,12747
= 44,8 + 0,12747
= 44,92747 mg/L

Larutan Standar CaO = 2000 mg/1000 mL


CaO yang dipipet = 𝑉1. 𝑁1 = 𝑉2. 𝑁2
V1.2000 = 1000. 44,92747
V1 = 22,4637 mL (untuk 100 mL air)
100
V1 = 22,4637 x 1000 = 2,24637 (100 mL)

b. Kebutuhan Na2CO3 dan NaOH


sadah sementara 𝑀𝑔 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
NaOH = + +𝑙
= (1,52 + 0,08) + 0,12747
40
= (1,6+ 1 ) + 0,12747
= 64 + 0,12747
= 64,12747 mg/L

Larutan Standar NaOH = 2000 mg/1000 mL


NaOH yang dipipet
V1.N1 = V2.N2
V1.2000 = 1000. 64,12747
V1 = 32,0637 mL (untuk 100 mL air)
100
V1 = 32,0637 x 1000 = 3,20637 (100 mL)

Na2CO3 = [Ca Tetap] – [Sadah Sementara] – [CO2]


= 0,62 – 1,52 – 0
106
= -0,69 x = - 47,7 mg/L
2

Karena Dosis Na2CO3 negatif maka dianggap 0 atau tidak digunakan

Hasil
Titrasi Soda Kapur = 3,9 mL
Titrasi Soda Soda = 1,2 mL
Titrasi Penukar Ion Resin = 1 mL
Titrasi Arang Aktif = 4,4 mL

Kesadahan sisa
1000
 Soda Kapur = 3,9 x 0,01 x = 1,56 mmol/L x 5,6 = 8,738 dH
25
1000
 Soda Soda = 1,2 x 0,01 x = 0,48 mmol/L x 5,6 = 2,688 dH
25
1000
 Resin = 1 x 0,01 x = 0,4 mmol/L x 5,6 = 2,24 dH
25
1000
 Arang Aktif = 4,4 x 0,01 x = 1,76 mmol/L x 5,6 = 9,856 dH
25

𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 – 𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎


Efisiensi = 𝑥 100%
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙

12,4−8,738
 Soda Kapur = 𝑥 100% = 29,53%
12,4
12,4−2,688
 Soda Soda = 𝑥 100% = 78,32%
12,4
12,4−2,24
 Resin = 𝑥 100% = 81,935%
12,4
12,4−9,856
 Arang Aktif = 𝑥 100% = 20,516%
12,4
Grafik Perbandingan Efisiensi
90
80
70
60
EFISIENSI (%)

50
40
30
20
10
0
Saoda kapur Soda Soda Arang Aktif Resin

V. Diskusi
Kesadahan tetap dapat diketahui dengan pengujian cara pemanasan.
Dengan dipanaskan tersebut kesadahan sementara dapat dihilangkan
dengan cara mendidihkan air contoh uji. Reaksinya yang terjadi sebagai
berikut :
Ca(HCO3)2 → CaCO3 + H2O + CO2

Mg(HCO3)2 → MgCO3↓ + H2O + CO2

MgCO3 + H2O → Mg(OH)2 + CO2

Pada pengujian cara pengendapan soda – soda kapur dengan
mengasumsikan bahwa garam – garam penyebab dari kalsium dan
magnesium diendapkan sebagai karbonat – karbonat, sedangkan CO2
bebas dan bikarbonat diendapkan sebagai karbonat – karbonat normal
oleh CaO, maka cara ini paling sering digunakan karena murah dan
sederhana.
Pada pengujian dengan cara pengendapan soda – soda kostik dengan
prinsip bahwa bikarbonat, Mg dan Ca diendapkan dengan NaOH,
sedangkan Ca diendapkan dengan soda. Maka akan diperoleh
keuntungan yaitu jika banyak HCO3 penggunaan Na2CO3 kecil sekali. Hal
ini disebabkan karena reaksi bikarbonat dengan kostik soda
menghasilkan Na2CO3.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ca(HCO3)2 + 2NaOH → CaCO3↓ + Na2CO3 +
2H2O
Mg(HCO3)2 + 4NaOH → Mg(OH)2 + Na2CO3

Pada pengujian pelunakan air sadah cara penukar ion pada prinsipnya
yaitu ion Ca dan Mg yang terkandung dalam air didesak dan diikat oleh
senyawa penukar ion. Cara penukar ion ini merupakan cara yang sangat
efektif dalam menurunkan kesadahan. Keuntungannya dari cara ini yaitu
dapat menukar semua jenis ion yang melebihi persyaratan sampai kurang
dari 2,8 ˚dH, biasanya digunakan untuk air pengisi ketel uap. Salah satu
kelemahannya adalah harganya mahal dan juga cepat jenuh dengan ion
– ion pengganggu, untuk menghindarinya maka harus sering
diregenerasi.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum didapatkan hasil penurunan kesadahan/efisiensi
sebagai berikut :
 Cara Soda Kapur Sebesar 29,53%
 Cara Soda Soda Sebesar 78,32%
 Cara Penukar Ion Resin Sebesar 81,935%
 Cara Arang Aktif Sebesar 20,516 %
Dari Hasil tersebut disimpulkan bahwa Pelunakan Air dengan menggunakan
cara penukar ion resin memiliki nilai efisiensi paling baik dari cara lain
DAFTAR PUSTAKA
Isminingsih G, DR, Msc, S.Teks, Analisa dan Pengolahan Air untuk
IndustriTekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung.

Noerati Kemal, S.Teks, Kualitas Air Proses dan Limbah Industri TekstilI,
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai