Disusun oleh :
Nama : Dinda Anggi Arvianti
NPM : 16020123
Kelas : 3K4
Air – air dari sumber ala mini mengandung zat–zat yang beraneka ragam
jenis baik jumlah ion–ion maupun kotoran–kotoran yang terkandung
didalamnya, tergantung dari sumbernya.
Untuk keperluan proses pada bagian finishing, air yang
digunakan memerlukan persyaratan tertentu karena adanya ion–ion dan
kotoran tertentu yang dapat mempengaruhi hasil proses.
Beberapa faktor yang biasanya berpengaruh adalah :
1. Warna dan Kekeruhan
Warna air biasanya disebabkan oleh adanya zat–zat organic
yang terlarut dan berikatan dengan Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
Sedangkan kekeruhan disebabkan oleh partikel yang tersuspensi, baik
berasal dari bahan organic maupun anorganik misalnya kotoran
tumbuhan, lumpur dan sebagainya.
2. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan kadar asam atau basa didalam larutan dengan
melihat konsentrasi hidrogen (H+). Suasana asam dalam air akan
mempengaruhi beberapa proses dan akan merusak beberapa jenis bahan
tekstil terutama bahan selulosa. Suasana alkali misalnya Natium
Hidroksida akan merusak pipa–pipa logam, menyebabkan kerapuhan
yang dikenal dengan istilah “kerapuhan kostik”.
3. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air alam sebagian besar disebabkan oleh
adanya bikarbonat dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Jika kadar
alkalinitas terlalu tinggi akan menyebabkan karat–karat pada pipa
sehingga pada saat proses berlangsung, karat-karat tadi akan terbawa
air dan menodai bahan tekstil. Jika kadar alkalinitas terlalu rendah dan
tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO3
pada dinding pipa dan dinding ketel uap sehingga tekanan menjadi lebih
tinggi.
4. Besi (Fe)
Garam – garam besi berpengaruh pada beberapa proses industri
tekstil, pada proses pemasakan dan pengelantangan, garam–garam besi
selain dapat menyebabkan noda noda-noda kuning coklat yang mengotori
pada bahan tekstil juga dapat memperbesar kerusakan bahan selulosa,
karena logam–logam berat berfungsi sebagai katalis dalam penguraian
zat pengelantang.
Senyawa besi juga dapat bereaksi dengan beberapa jenis zat warna,
sehingga dalam proses pencelupan menghasilkan warna celupan yang
tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
5. Silikat (Si)
Adanya silikat dalam air proses tidak dikehendaki, karena
endapan silikat murni sulit dihilangkan sehingga dapat menyumbat pipa–
pipa dan melapisa dinding ketel uap bertekanan tinggi
6. Klorida (Cl)
Kadar klorida yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerusakan
pada peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida bersifat korosif.
7. Zat Organik
Zat organic didalam air akan menyebabkan terjadinya baud an
warna yang tidak dikehendaki dalam air proses.
Reaksi – reaksi :
Pengujian Silikat :
SiO2 + (NH4)2(Mo12O10) H4 (Si Mo12O10)
Silikat –silikat bereaksi dengan molibdat dalam larutan asam membentuk
kompleks berwarna kuning yang larut dalam air dan asam.
Pengujian Klorida:
Cl- + AgNO3 AgCl (endapan putih) + NO3-
Pengujian Fe
Fe2+ Fe2+ + K3Fe(CN)6 KFe(Fe(CN)6) + 3K+
Fe3+ Fe3+ + KCNS Fe(CNS)3 (endapan merah darah) + K+
Pengujian SO42-
SO42- + BaCl2 BaSO4 (endapan putih) + 2 Cl-
Pengujian Ca2+
Ca2+ + (NH4)2C2O4 CaC2O4 (endapan putih) + 2 NH4+
Pengujian Mg
Mg2+ + O2N N=N OH alkali O2N N=N MgOH
Magneson OH MgOH
Pengujian Al
III. Percobaan
A) alat dan bahan
Alat
- Tabung reaksi dan raknya
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
- Pembakar Bunsen
- Kasa asbes
- Kaki tiga
- Penjepit tabung
Bahan
- Air proses (air contoh uji)
- HCl 4N
- Ammonium Molibdat 5%
- Benzidine
- CH3COONa
- HNO3 0,1N
- AgNO3 0,1N
- K3Fe(CN)6
- KCNS
- K4Fe(CN)6
- BaCl2 0,5N
- CH3COOH 10 %
- Ammonium Oksalat 4%
- Magneson
- NaOH 10%
- HCl 1N
- Amonium Asetat 3N
- Aluminon
pH contoh uji = 7
V. Diskusi
Dari hasil pengujian didapatkan kandungan logam – logam sadah
maupun anion dan zat organik yang dapat mempengaruhi kesadahan.
Pada pengujian air contoh uji, pengujian logam seperti Ca, Sulfat,
Klorida, Mn dan zat organik yang merupakan penyebab utama
kesadahan, selain HCO3 dan CO3. Sehingga perlu dilakukan uji
kuantitatif terhadap penyebab kesadahan tersebut untuk kemudian
menentukan proses pelunakan yang perlu dilakukan. Karena setiap cara
uji memiliki batas kepekaan tertentu untuk mengidetifikasi ada atau
tidaknya suatu zat
VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan kualitatif diperoleh kesimpulan bahwa pada
air contoh uji mengandung ion kalsium, magnesium, silikat, klorida,
sulfat, zat organic, besi (Fe2+) dan (Fe3+). Diketahui pH contoh uji adalah
7.
Analisa Kuantitatif Klorida di dalam Air
I. Maksud dan Tujuan
Maksud : Dapat melakukan pengujian kadar klorida dalam contoh uji.
Tujuan : Menganalisa dan mengetahui kadar klorida yang terkandung di
dalam air contoh uji.
Reaksi
HCl + AgNO3 AgCl + HNO3
2AgCl + K2CrO4 Ag2CrO4 (endapan merah bata) + 2 KC
III. Percobaan
A) Alat dan Bahan
Alat :
- Pipet volume
- Erlenmeyer
- Buret
Bahan
- Air contoh uji
- Larutan penitar AgNO3
- Indikator Kalium Kromat
- H2SO4 2N
V. Data Pengamatan
Dari hasil percobaan diperoleh data pengamatan sebagai berikut :
Titrasi ke Hasil
1 1,0
2 1,0
€ 2,0/2
Rata” 1,0
K2CrO4
contoh uji + AgNO3 endapan AgCl (akhir titrasi endapan Ag2CrO4)
VI. KESIMPULAN
Kadar klorida yang terkandung dalam air contoh tersebut adalah
sebesar 0,355 mg/L
Analisis Kuantitatif Sulfat Dalam Air
III. Percobaan
A) Alat dan Bahan
Alat :
- Pipet volume 25 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Spektrofotometer
Bahan :
- Larutan Barium Klorida
IV. Cara Kerja
Pembacaan pada spektrofotometer
Pembacaan dilakukan pada panjang gelombang 410 nm setelah 2 –
15 menit penambahan asam oksalat, sebagai blanko digunakan air
suling.
Pengujian Kadar Sulfat
- 100 ml larutan contoh dipipet kedalam Erlenmeyer 250 ml
ditambahkan pereaksi kondisi 5 ml
- ditambahkan 8 – 10 gram kristal BaCl2
- Dikocok dengan cepat selama 1 jam
- Segera diukur pada alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 410 nm
- Pengukuran setelah 3 menit
V. Data Pengamatan
Pengujian Sulfat kuanitatif
No Konsentrasi (x) Absorbansi (y) ( x .y) x2
1 5 0,130 0,65 25
2 10 0,279 2,79 100
3 15 0,413 6,195 225
4 20 0,571 11,42 400
5 25 0,665 16,625 625
n=
= 75 = 2,058 = 37,68 = 1375
5
Pengukuran contoh pada panjang gelombang 410 nm
Perhitungan
a = n (xy) – ( x) ( y)
n (x2) – (x)2
= 5 (37,68) – (75) (2,058)
5 (1375) – (75)2
= 188,4 – 154,35
6875 – 5625
= 34,05 = 0,02724
1250
b = (y) ( x2) – (x) (xy)
n (x2) – (x)2
= (2,058)(1375) – (75) (37,68)
5 (1375) – (75)2
= 3,75
1250
= 0,003
0.5
0.4
y
0.3
Linear (y)
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi
V. Diskusi
Penentuan kadar sulfat dalam air dapat dilakukan dengan cara
mengendapkan ion sulfat oleh Barium Klorida dalam suasana asam
menjadi barium sulfat. Barium sulfat yang mempunyai bentuk kristal
sama besar dan dengan menggunakan alat spektrofotometer maka
dapat diukur nilai sulfatnya. Pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang 420 nm setelah 2 -10 menit, penambahan kristal Barium
Klorida. Analisis kuantitatif sulfat ini akan terganggu apabila warna
dan zat tersuspensi dalam larutan contoh jumlahnya sangat besar,
kadar zat organik yang cukup tinggi didalam air menyebabkan
barium sulfat tidak mengendap sempurna. Jika larutan contoh uji
ternyata memiliki warna larutan terlalu pekat, sehingga
spektrofotometer tidak dapat membaca larutan tersebut karena
cahaya tidak dapat menembus larutan yang terlalu pekat maka akan
menghasilkan data yang tidak tepat (tidak valid) dibandingkan
dengan standar. Oleh karena keterbatasan tersebut maka perlu
dilakukan pengenceran beberapa kali untuk mendapatkan larutan
yang tembus cahaya dan dapat diperiksa dengan alat
spektrofotometer.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kadar sulfat yang terkandung dalam air
contoh adalah sebesar 6,350 ppm.
Analisa Alkalinitas Air
Tabel
Perhitungan mencari kadar unsur alkalinitas
III. Percobaan
A) Alat dan Bahan
Alat:
- Pipet volume 25 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Buret 50 mL
Bahan:
- Air contoh uji
- Indicator PP
- Indicator MO
- H2SO4 0,02 N
Alkalinitas MO
titrasi Ml titrasi
1 9,2
2 9,3
€ 18,5 : 2
9,25
VI. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
- Alkalinitas PP = 0,32 mgrek/L
- Alkalinitas MO = 7,4 mgrek/L
- Karbonat = 0,64 mgrek/L
- Bikarbonat = 6,76 mgrek/L
- Hidroksida = 0 mgrek/L
- Kesadahan sementara = 18,92 dH
Analisis Kadar Besi (Fe) dalam Air Cara Spektrofotometri
Perhitungan
a = n (xy) – ( x) ( y)
n (x2) – (x)2 b = (y) ( x2) – (x) (xy)
= 5 (1,581) – (7,5) (0,849) n (x2) – (x)2
5 (13,75) – (7,5)2 = (0,849)(13,75) – (7,5) (1,581)
= 7,905 – 6,3675 5 (13,75) – (7,5)2
68,75 – 56,25 = - 0,1835 = - 0,01468
= 1,5375 = 0,123 12,5
12,5
VI. Diskusi
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai
perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel
diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu
perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk
komponen yang berbeda.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi besi dalam air dapat ditentukan dengan
mengukur spektrum serapan dari masing-masing larutan standar
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan
membandingkan absorbansinya dengan air yang akan ditentukan
konsentrsi besinya. Kadar besi dalam sampel adalah 0,12747 ppm
Analisa kesadahan (Ca dan Mg) dengan cara Kompleksometri
III. Percobaan
a) Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan:
- Pipet volume 25 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Buret 50 mL
- Pipet ukur 10 mL
- Corong gelas
b) Cara kerja
c. Penetapan Kesadahan Total
- Mngambil 10 mL air contoh uji dan dimasukkan dalam Erlenmeyer.
- Menambahkan 1 mL larutan buffer pH 10.
- Menambahkan 2 mL KCN 5%.
- Menambahkan 3–4 tetes EBT sesaat sebelum titrasi, larutan
menjadi berwarna merah.
- Menitar dengan larutan EDTA 0,01M, sampai tepat berwarna
menjadi biru terang
d. Penetapan Kesadahan Ca
- Memasukkan 25 mL air contoh uji dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
- Menambahkan 1 mL NaOH 4N
- Menambahkan 2 mL KCN 5%.
- Menambahkan indicator Murexid sesat sebelum titrasi sehingga
larutan menjadi merah.
- Seera untuk menitar dengan larutan EDTA 0,01M sampai larutan
tepat berubah menjadi ungu.
Sadah ca (b)
titrasi Hasil
1 4,2
2 4,3
€ 8,5 :2
4,25
Sadah Ca tetap
Titrasi Hasil
1 1,5
2 1,6
€ 3,1 :2
1,55
Sadah tetap
Titrasi Hasil
1 1,7
2 1,8
€ 3,5 : 2
1,75
V. Diskusi
Analisa kesadahan cara kompleksometri ini harus ditambahkan larutan
buffer pH 7 – 10, karena larutan kompleksometri akan terurai berdasarkan
pH larutan yang dipakai, cara kompleksometri dilakukan berdasarkan
pembentukan garam kompleks dari ion – ion sadah dengan larutan penitar
EDTA. EDTA lebih banyak dipakai karena membentuk ion – ion komplek
yang lebih stabil bila dibandingkan dengan garam Natrium
Heksametafosfat.
Penambahan KCN 5% berguna untuk mengikat logam – logam
penggangu terutama besi sehingga hasil penitaran sesuai dengan
kadarnya.
VI. Kesimpulan
Pada analisa kesadahan Ca dan Mg dengan cara kompleksometri
diperoleh data sebagai berikut :
Sadah total = 12,4 °dH
Sadah tetap total = 3,92 °dH
ca total = 9,52 °dH
ca tetap = 3,48 °dH
mg total = 2,8 °dH
mg tetap = 0,448 °dH
Sadah sementara = 8,52 °dH
Ca sementara = 6,04 °dH
Mg sementara = 3,52 °dH
Analisa Pelunakan Air Sadah.
- Cara pengendapan
Cara ini merupakan cara yang paling murah yang dapat mengendapkan
kesadahan total. Pada cara ini garam – garam kalsium dan magnesium
penyebab kesdahan diendapkan sebagai karbonat – karbonat.
Sebagai zat pengendap dipakai campuran Na2CO3 dan Ca(OH)2 atau
campura NaOH dan Ca(OH)2
- Cara Penukar Ion
Cara ini sangat mahal tetapi efisiensi cukup tinggi, cocok dipakai untuk
penyediaan air ketel. Pada cara ini kalsium dan magnesium yang
terkandung dalam air didesak dan diikat oleh senyawa penukar ion.
Reaksi
Penetapan pelunakan kesadahan cara pemanasan
Ca(HCO3)2 CaCO3 + H2O + CO2
Mg(HCO3)2 MgCO3 + H2O + CO2
↓ H2O
Mg(OH)2 + CO2
Penetapan pelunakan kesadahan cara pengendapkan dengan
Ca(OH)2 dan Na2CO3 (cara soda – soda kapur)
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2CaCO3↓ + 2H2O
Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 → CaCO3↓ + Mg(OH)2 + 2H2O
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2↓ + CaCl2
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2↓ + CaSO4
CO2 + Ca(OH)2 → CaCO3↓ + H2O
FeCl2 + Ca(OH)2 → Fe(OH)2↓ + CaCl2
FeCl3 + Ca(OH)2 → Fe(OH)3↓ + 3CaCl3
MnSO4 + Ca(OH)2 → Mn(OH)2↓ + CaSO4
III. Percobaan
a) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
- Pipet volum 25 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Buret 50 mL
- Pipet ukur 10 mL
- Corong gelas
- Taabung Resin
Bahan dan Zat Kimia yang digunakan :
- Air contoh uji
- Larutan EDTA 0,01M
- Larutan buffer pH 10
- Indikator EBT
- KCN 5%
- NaOH 4N
- Resin Penukar ion
- CaO
b) Cara kerja
Penetapan pelunakan kesadahan cara pemanasan
- 100 mL air contoh uji dipipet ke dalam Erlenmeyer.
- Dipanaskan sampai mendidih selama + 30 menit.
- Air yang telah mendidih kemudian didinginkan.
- Sisa kesadahan diperiksa kesadahan totalnya dengan larutan EDTA.
Penetapan pelunakan kesadahan cara pengendapkan dengan
Ca(OH)2 dan Na2CO3
- Kebutuhan soda kapur dan soda ash dihitung sesuai kebutuhan.
- 100 mL air contoh uji dipipet ke dalam piala gelas.
- Soda ash dan soda kapur yang telah dihitung kebutunhannya
dimasukkan ke dalam piala gelas.
- Larutan didihkan selama 15 – 30 menit, akan terjadi endapan karbonat.
- Larutan yang telah ada endapannya didinginkan, kemudian disaring
dengan kertas saring barit.
- Saringan dianalisa kesadahan sisanya dengan cara kompleksometri.
Penetapan pelunakan kesadahan cara pengendapkan dengan NaOH
dan Na2CO3
- Kebutuhan soda kostik dan soda ash dihitung sesuai kebutuhan
- 100 mL air contoh uji dipipet ke dalam piala gelas 500 mL.
- Soda kostik dan soda ash yang telah dihitung dimasukkan kedalam
piala gelas.
- Larutan didihkan selama 15 - 30 menit, akan terjadi endapan.
- Larutan yang telah ada endapannya didinginkan, kemudian disaring
dengan kertas saring barit.
- Saringan dianalisa kesadahan sisanya dengan cara kompleksometri.
Penetapan pelunakan kesadahan cara penukar ion
- 100 mL air contoh uji dimasukkan ke dalam piala gelas.
Air contohuji tersebut dialirkan melalui tabung yang berisi resin penukar
ion dan ditampung ke dalam Erlenmeyer 250 mL
- Proses di atas dikerjakan 3 kali aliran melalui tabung resin penukar ion.
- Larutan yang telah dialirkan melalui tabung resin dianalisia
kesadahannya secara kompleksometri.
e. Penetapan Kesadahan Total (kesadahan cara kompleksometri)
- Mengambil 10 mL air contoh uji dan dimasukkan dalam Erlenmeyer.
- Menambahkan 1 mL larutan buffer pH 10.
- Menambahkan 2 ml KCN 5%.
- Menambahkan 3–4 tetes EBT sesaat sebelum titrasi, larutan menjadi
berwarna merah.
- Menitar dengan larutan EDTA 0,01M, sampai tepat berwarna menjadi
biru terang.
Hasil
Titrasi Soda Kapur = 3,9 mL
Titrasi Soda Soda = 1,2 mL
Titrasi Penukar Ion Resin = 1 mL
Titrasi Arang Aktif = 4,4 mL
Kesadahan sisa
1000
Soda Kapur = 3,9 x 0,01 x = 1,56 mmol/L x 5,6 = 8,738 dH
25
1000
Soda Soda = 1,2 x 0,01 x = 0,48 mmol/L x 5,6 = 2,688 dH
25
1000
Resin = 1 x 0,01 x = 0,4 mmol/L x 5,6 = 2,24 dH
25
1000
Arang Aktif = 4,4 x 0,01 x = 1,76 mmol/L x 5,6 = 9,856 dH
25
12,4−8,738
Soda Kapur = 𝑥 100% = 29,53%
12,4
12,4−2,688
Soda Soda = 𝑥 100% = 78,32%
12,4
12,4−2,24
Resin = 𝑥 100% = 81,935%
12,4
12,4−9,856
Arang Aktif = 𝑥 100% = 20,516%
12,4
Grafik Perbandingan Efisiensi
90
80
70
60
EFISIENSI (%)
50
40
30
20
10
0
Saoda kapur Soda Soda Arang Aktif Resin
V. Diskusi
Kesadahan tetap dapat diketahui dengan pengujian cara pemanasan.
Dengan dipanaskan tersebut kesadahan sementara dapat dihilangkan
dengan cara mendidihkan air contoh uji. Reaksinya yang terjadi sebagai
berikut :
Ca(HCO3)2 → CaCO3 + H2O + CO2
↑
Mg(HCO3)2 → MgCO3↓ + H2O + CO2
↑
MgCO3 + H2O → Mg(OH)2 + CO2
↑
Pada pengujian cara pengendapan soda – soda kapur dengan
mengasumsikan bahwa garam – garam penyebab dari kalsium dan
magnesium diendapkan sebagai karbonat – karbonat, sedangkan CO2
bebas dan bikarbonat diendapkan sebagai karbonat – karbonat normal
oleh CaO, maka cara ini paling sering digunakan karena murah dan
sederhana.
Pada pengujian dengan cara pengendapan soda – soda kostik dengan
prinsip bahwa bikarbonat, Mg dan Ca diendapkan dengan NaOH,
sedangkan Ca diendapkan dengan soda. Maka akan diperoleh
keuntungan yaitu jika banyak HCO3 penggunaan Na2CO3 kecil sekali. Hal
ini disebabkan karena reaksi bikarbonat dengan kostik soda
menghasilkan Na2CO3.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ca(HCO3)2 + 2NaOH → CaCO3↓ + Na2CO3 +
2H2O
Mg(HCO3)2 + 4NaOH → Mg(OH)2 + Na2CO3
Pada pengujian pelunakan air sadah cara penukar ion pada prinsipnya
yaitu ion Ca dan Mg yang terkandung dalam air didesak dan diikat oleh
senyawa penukar ion. Cara penukar ion ini merupakan cara yang sangat
efektif dalam menurunkan kesadahan. Keuntungannya dari cara ini yaitu
dapat menukar semua jenis ion yang melebihi persyaratan sampai kurang
dari 2,8 ˚dH, biasanya digunakan untuk air pengisi ketel uap. Salah satu
kelemahannya adalah harganya mahal dan juga cepat jenuh dengan ion
– ion pengganggu, untuk menghindarinya maka harus sering
diregenerasi.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum didapatkan hasil penurunan kesadahan/efisiensi
sebagai berikut :
Cara Soda Kapur Sebesar 29,53%
Cara Soda Soda Sebesar 78,32%
Cara Penukar Ion Resin Sebesar 81,935%
Cara Arang Aktif Sebesar 20,516 %
Dari Hasil tersebut disimpulkan bahwa Pelunakan Air dengan menggunakan
cara penukar ion resin memiliki nilai efisiensi paling baik dari cara lain
DAFTAR PUSTAKA
Isminingsih G, DR, Msc, S.Teks, Analisa dan Pengolahan Air untuk
IndustriTekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung.
Noerati Kemal, S.Teks, Kualitas Air Proses dan Limbah Industri TekstilI,
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung.