Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCELUPAN 2

PENCELUPAN POLIESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI SISTEM


EXHAUST METODE SUHU & TEKANAN TINGGI (HT/HP)

Disusun oleh : Kelompok 4

Salma Atsila (21420050)

Ida Natalita Harianja (21420059)

Fadia Shabrina Karami (21420062)

Dosen : Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT. / Yayu


E., S.S.T

POLITEKNIK STTT BANDUNG

KIMIA TEKSTIL

2022/2023

BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN

1.1 Maksud Percobaan


Agar mahasiswa mampu merencanakan proses pencelupan meliputi pemilihan
zat warna dan zat pembantu yang dipakai, menghitung kebutuhan zat warna dan
zat pembantu sesuai dengan resep, menentukan skema dan kondisi proses,
mampu melakukan dan mengontrol proses pencelupan serta mampu
mengevaluasi hasil proses pencelupan.
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar proses pencelupan poliester dengan zat
warna dispersi sistem perendaman (exhaust) metode suhu dan tekanan tinggi.
BAB II
TEORI DASAR

Pencelupan dengan suhu tinggi selalu disertai dengan tekanan tinggi.


Tekanan berfungsi untuk menaikkan suhu proses dan membantu difusi zat warna ke
dalam serat. Pencelupan dilakukan pada mesin tertutup tanpa bantuan zat
pengemban. Pencelupan metode ini banyak dilakukan pada serat poliester karena
dianggap efektif karena :

 Perpindahan atau pergerakan rantai molekul serat poliester lebih aktif pada suhu
tinggi (120-130°C) sehingga memberi ruang lebih besar bagi molekul-molekul zat
warna masuk ke dalam serat.
 Kecepatan difusi zat warna dispersi lebih meningkat pada suhu tinggi (120-
130°C) dan migrasi zat warna menjadi lebih besar sehingga akan mempercepat
proses pencelupan.
 Pencelupan lebih hemat karena kelarutan zat wama dispersi dalam serat pada
suhu tinggi (120-130°C) lebih besar.

Beberapa keuntungan penggunaan metoda ini adalah dapat mencelup warna tua,
lebih hemat zat pembantu, ketahanan luntur warna lebih baik, waktu proses lebih
singkat, dan biaya proses lebih hemat.
Untuk memaksimumkan ketahanan luntur warna hasil celupan, setelah pencelupan
dilakukan proses cuci reduksi untuk menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi
ke dalam serat. Proses cuci reduksi (Reduction Clearing) menggunakan kostik soda
dan natrium hidrosulfit yang akan menghasilkan Hn untuk mereduksi zat warna yang
menempel di permukaan serat. Reaksinya sebagai berikut :

NaOH+ 2 Na₂SO 2 H 2 O Na2S2O4 + 6Hn


Pemakaian kostik soda ini hanya untuk mengaktifkan natrium hidrosulfit agar
menghasilkan Hn. Kostik soda tidak boleh terlalu banyak karena dapat
menghidrolisa permukaan serat poliester dan menyebabkan serat ini terkikis, seperti
pada proses pengurangan berat. Suhu proses cuci reduksi juga tidak boleh lebih dari
80°C agar hanya zat warna yang dipermukaan saja yang tereduksi.

2.1 Serat Poliester


Poliester adalah serat sintetik yang paling banyak digunakan untuk bahan tekstil,
merupakan suatu polimer hasil reaksi antara monomer asam terftalat dan etilena
glikol, seperti reaksi berikut :
Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki keteraturan struktur rantai
yang menyebabkan serat memiliki struktur yang rapat akibat rantai yang saling
berdekatan membentuk ikatan hidrogen antara gugus -OH dan gugus -COOH dalam
molekulnya. Oleh karena itu serat poliester bersifat hidrofob dan sulit dimasuki air
maupun zat warna. Agar dapat dimasuki air dan zat warna maka ikatan hidrogen
antar rantai molekul yang berdekatan harus dikurangi dengan cara menaikkan suhu.
Kenaikan suhu mengakibatkan adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan
antar molekul, mejadikan jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi lebih plastis
sehingga dapat dimasuki oleh molekul air dan zat warna.
Bahan yang cocok untuk pencelupan cara carrier adalah bahan poliester regular
baik dalam bentuk rajutan maupun tenunan, tetapi tidak cocok untuk pencelupan
kain poliester microfiber karena strukturnya terlalu padat.

2.2 Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersi pada mulanya banyak dipergunakan untuk mencelup serat asetat
yang merupakan serat hidrofob. Dengan dikembangkannya serat buatan yang
bersifat hidrofob, seperti serat poliakrilat, poliamida dan poliester, maka penggunaan
zat warna dispersi makin meningkat. Pada waktu ini zat warna dispersi, terutama
dipergunakan pada pencelupan serat poliester. Beberapa nama dagang zat warna
dispersi adalah:

 Foron (Sandoz)
 Dispersol (I.C.I)
 Palanil (BASF)
 Sumikaron (Sumitomo-Jepang)
 Terasil (Ciba-Gelgy)
Zat warna dispersi adalah hasil sintesa senyawa yang bersifat hidrofob sehingga
kelarutannya dalam air kecil sekali. Oleh karena itu zat warna ini dalam
pemakaiannya harus didispersikan dalam larutan. Pada pemakaiannya memerlukan
bantuan zat pengemban (carrier) atau adanya suhu yang tinggi. Zat warna dispersi
digunakan dalam bentuk bubuk (powder dan micro powder) dan dalam bentuk
cairan. Sifat tahan cucinya baik tetapi tahan sinarnya jelek. Ukuran molekulnya
berbeda-beda dan perbedaan tersebut sangat erat hubungannya dengan sifat
kerataan dalam pencelupan dan sifat sublimasinya. Berdasarkan struktur kimianya,
zat warna dispersi dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:
1. Kromogen golongan azo
Zat warna golongan azo umumnya menghasilkan warna kuning, oranye, merah, dan
beberapa warna ungu, biru dan hitam
2. Kromogen golongan antrakuinon
Zat warna golongan antrakuionon umumnya menghasilkan warna pink, merah, ungu
dan biru. Kelebihan zat warna antrakuinon adalah warnanya sangat cerah, tahan
sinar sangat baik, mudah rata, sedangkan kekurangannya adalah perlu banyak zat
warna untuk memperoleh warna tua (color build up jelek), tahan luntur terhadap
pencucian kurang baik, harganya mahal.
3. kromogen golongan Thiopene
Zat warn aini mulai dikembangkan ada tahun 1970 untuk mensubstitsi zat warna
gologan antrakinon, zat warn aini memiliki kelbiha dibandingkan zat warna
antrakuinon dalam hal color buildup, warna biru yang brilian dan than luntur warna
terhadap pencucian lebih baik. Warna yang dihasilkan adalah warna biru dan warna
biru kehijauan.
BAB III

METODE EKSPERIMEN
3.1 Diagram alir

Pembuatan larutan celup dan persiapan


bahan

Pencelupan

Reduction Cleaning

Pencucian (washing)

Pengeringan (drying)

Evaluasi

3.2 Resep

 Resep pencelupan
Zat warna disperse (Terasil yellow SD) : 1% owf
Zat pendispersi : 0,5 ml/L , 1 ml/L , 1,5 ml/L
Asam asetat 30% : 0,5 m/L (pH 5)
Vlot : 1 : 20
Waktu : 1-2 jam
Suhu : 100°C
 Resep cuci reduksi
Detergent : 1 ml/L
Na2S2O4 : 2 g/L
NaOH padat : 1 g/L
Suhu : 80°C
Waktu : 10 menit
Vlot : 1 : 20

3.3 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
1. Gelas piala 100 cc 1. Kain poliester
2. Gelas ukur 2. Zat warna dispersi
3. Pipet volum 3. Pendispersi
4. Tabung rapid 4. Na2S2O4
5. Mesin pencelupan HT- 5. Asam asetat 30%
dyeing 6. NaOH
7. Na2CO3

3.4 Fungsi Zat

 Pendispersi : Mendispersikan zat warna sehingga tersebar


merata ke dalam larutan celup, meratakan dan
mempercepat pembasahan dengan cara
menurunkan tegangan permukaan
 Asam asetet : Pengatur pH larutan, pemberi suasana asam
 Zat warna dispersi : Sebagai pewarna untuk contoh uji
 Na2S2O4 : Menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi
dipermukaan serat dan zat pengemban yang
masih tertinggal di dalam serat pada proses
cuci reduksi
 NaOH : Membantu mengaktifkan Natrium Hidrosulfit
 Zat anticrease : Mencegah lipatan/creasemark pada kain
 Zat perata : Meratakan dan mempercepat pembasahan
dengan cara menurunkan tegangan
permukaan, menanmbah kelarutan zat warna,
memperlambat laju pencelupan.
3.5 Skema Proses

air,asam asetat,
zat warna, zat
pendispersi, kain
100o 70o R/C

30o

10’ 15’ 30’ 10’ 15’

3.6 Cara Kerja

a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

b. Pilihlah zat warna disperse yang sesuai untuk metoda carrier

c. Buatlah rencana proses pencelupannya meliputi, penyusunan diagram alir proses,


pemilihan skema proses, pemilihan zat pembantu dan penyusunan resep
pencelupan

d. Hitunglah kebutuhan bahan, zat warna, air, zat pembantu pencelpuan sesuai
dengan resep yang anda buat

e. Lakukan proses pencelupan sesuai skema proses yang anda pilih

f. Evaluasi dan analisa hasil pencelupannya serta bandingkan dengan variasi


percobaan teman anda dalam kelompok
3.7 Data Percobaan

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


Variasi Zat Pendispersi Variasi Zat Pendispersi 1 Variasi Zat Pendispersi
0,5 ml/L ml/L 1,5 ml/L

Ketuaan : 3 Ketuaan : 2 Ketuaan : 1


Kerataan : 4 Kerataan : 4 Kerataan : 1

Ket :
Ketuaan : 1 (paling tua)
Kerataan : 4 (paling rata)
BAB IV

DISKUSI
Pada praktikum ini, yang menjadi pembahasan adalah penggunaan zat
pendispersi. dengan melihat dari hasil variasi yang kami pakai penggunaan zat
pendispersi semakin banyak akan membuat kain terwarnai lebih tua. dan pada kain
yang kami hasilkan terdapat kesalahan hasil warnanya, yang seharusnya menjadi
warna kuning tetapi berwarma hijau. yang kami dapatkan bahwa wadah tabung yang
kami pakai untuk mencelup kain kemungkinan besar terdapat zat pewarna yang
sehingga membuat hasil warna yang kami dapatkan tidak sesuai dengan zat warna
awal. hal ini terjadi karna kelalaian dalam tahap awal untuk mencuci wadah tabung yang
akan dipakai, kemungkinan dapat di tutup tabung ada zat warna. tetapi ketuaan warna
tetap kita dapati sesuai dengan teoritis bahwa penambahan zap pendispersi yang
banyak akan membuat lebih tua warna yang didapati.
BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum pencelupan kain poliester dengan zat warna dispersi sistem exhaust
metode suhu & tekanan tinggi (HT/HP) dengan variasi resep, didapat resep optimum
dengan kerataan warna kain yang baik adalah pada resep variasi zat pendispersi 0,5
ml/L dan 1 ml/L, sedangkan ketuaan warna kain paling tua adalah pada resep variasi
zat pendispersi 1,5ml/L. Dapat disimpulkan pula bahwa semakin banyak zat
pendispersi yang digunakan maka warna yang dihasilkan akan semakin tua.
DAFTAR PUSTAKA
Ichwan,.M.,dkk.2013 Bahan Ajar Praktek Pencelupan II.Bandung : sekolah tinggi
teknologi tekstil

Lampiran
 Perhitungan Pencelupan
 Berat kain : 5,00 g
Vlot : 5,00 x 20 = 100 ml/L
1
Zat warna : x 5,00 x 100 = 5 ml/L
100
0,5
Zat pendispersi : x 100 = 0,05 ml/L
1000
Asam asetat : 0,5 ml/L
Kebutuhan air : 100 – (5 + 0,05+ 0,5)
: 94,45ml/L

 Berat kain : 5,36 g


Vlot : 5,36 x 20 = 107,2 ml/L
1
Zat warna : x 5,36 x 100 = 5,36 ml/L
100
0,1
Zat pendispersi : x 100 = 0,10 ml/L
1000
Asam asetat : 0,5 ml/L
Kebutuhan air :107,2– (5,36 + 0,10 + 0,5)
: 101,21 ml/L

 Berat kain : 5,24 g


Vlot : 5,24 x 20 = 104,8 ml/L
1
Zat warna : x 5,24 x 100 = 5,24 ml/L
100
1,5
Zat pendispersi : x 104,8 = 0,15
1000
Asam asetat : 0,5 ml/L
Kebutuhan air : 104,8 – (5,24 + 0,15 + 0,5)
: 98,89 ml/L

 Perhitungan Cuci Reduksi


1
 Detergent : x 100 = 0,1 ml/L
1000
2
Na2S2O4 ; x 100 = 0,2 g/L
1000
1
NaOH padat : x 100 = 0,1 g/L
1000
Kebutuhan air : 100 – (0,1 + 0,2 + 0,1) = 99,6 ml/L

1
 Detergent : x 107,2 = 0,10 ml/L
1000
2
Na2S2O4 ; x 107,2 = 0,21 g/L
1000
1
NaOH padat : x 107,2 = 0,10 g/L
1000
Kebutuhan air : 107,2 – (0,10 + 0,21 + 0,10) = 106,8 ml/L

1
 Detergent : x 104,8 = 0,10
1000
2
Na2S2O4 ; x 104,8 = 0,2
1000
1
NaOH padat : x 104,8 = 0,10
1000
Kebutuhan air : 104,8 – (0,10 + 0,2 + 0,10) = 104,4 ml/L

Anda mungkin juga menyukai