KIMIA TEKSTIL
2022/2023
BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
Perpindahan atau pergerakan rantai molekul serat poliester lebih aktif pada suhu
tinggi (120-130°C) sehingga memberi ruang lebih besar bagi molekul-molekul zat
warna masuk ke dalam serat.
Kecepatan difusi zat warna dispersi lebih meningkat pada suhu tinggi (120-
130°C) dan migrasi zat warna menjadi lebih besar sehingga akan mempercepat
proses pencelupan.
Pencelupan lebih hemat karena kelarutan zat wama dispersi dalam serat pada
suhu tinggi (120-130°C) lebih besar.
Beberapa keuntungan penggunaan metoda ini adalah dapat mencelup warna tua,
lebih hemat zat pembantu, ketahanan luntur warna lebih baik, waktu proses lebih
singkat, dan biaya proses lebih hemat.
Untuk memaksimumkan ketahanan luntur warna hasil celupan, setelah pencelupan
dilakukan proses cuci reduksi untuk menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi
ke dalam serat. Proses cuci reduksi (Reduction Clearing) menggunakan kostik soda
dan natrium hidrosulfit yang akan menghasilkan Hn untuk mereduksi zat warna yang
menempel di permukaan serat. Reaksinya sebagai berikut :
Pemakaian kostik soda ini hanya untuk mengaktifkan natrium hidrosulfit agar
menghasilkan Hn. Kostik soda tidak boleh terlalu banyak karena dapat
menghidrolisa permukaan serat poliester dan menyebabkan serat ini terkikis, seperti
pada proses pengurangan berat. Suhu proses cuci reduksi juga tidak boleh lebih dari
80°C agar hanya zat warna yang dipermukaan saja yang tereduksi.
Foron (Sandoz)
Dispersol (I.C.I)
Palanil (BASF)
Sumikaron (Sumitomo-Jepang)
Terasil (Ciba-Gelgy)
Zat warna dispersi adalah hasil sintesa senyawa yang bersifat hidrofob sehingga
kelarutannya dalam air kecil sekali. Oleh karena itu zat warna ini dalam
pemakaiannya harus didispersikan dalam larutan. Pada pemakaiannya memerlukan
bantuan zat pengemban (carrier) atau adanya suhu yang tinggi. Zat warna dispersi
digunakan dalam bentuk bubuk (powder dan micro powder) dan dalam bentuk
cairan. Sifat tahan cucinya baik tetapi tahan sinarnya jelek. Ukuran molekulnya
berbeda-beda dan perbedaan tersebut sangat erat hubungannya dengan sifat
kerataan dalam pencelupan dan sifat sublimasinya. Berdasarkan struktur kimianya,
zat warna dispersi dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:
1. Kromogen golongan azo
Zat warna golongan azo umumnya menghasilkan warna kuning, oranye, merah, dan
beberapa warna ungu, biru dan hitam
2. Kromogen golongan antrakuinon
Zat warna golongan antrakuionon umumnya menghasilkan warna pink, merah, ungu
dan biru. Kelebihan zat warna antrakuinon adalah warnanya sangat cerah, tahan
sinar sangat baik, mudah rata, sedangkan kekurangannya adalah perlu banyak zat
warna untuk memperoleh warna tua (color build up jelek), tahan luntur terhadap
pencucian kurang baik, harganya mahal.
3. kromogen golongan Thiopene
Zat warn aini mulai dikembangkan ada tahun 1970 untuk mensubstitsi zat warna
gologan antrakinon, zat warn aini memiliki kelbiha dibandingkan zat warna
antrakuinon dalam hal color buildup, warna biru yang brilian dan than luntur warna
terhadap pencucian lebih baik. Warna yang dihasilkan adalah warna biru dan warna
biru kehijauan.
BAB III
METODE EKSPERIMEN
3.1 Diagram alir
Pencelupan
Reduction Cleaning
Pencucian (washing)
Pengeringan (drying)
Evaluasi
3.2 Resep
Resep pencelupan
Zat warna disperse (Terasil yellow SD) : 1% owf
Zat pendispersi : 0,5 ml/L , 1 ml/L , 1,5 ml/L
Asam asetat 30% : 0,5 m/L (pH 5)
Vlot : 1 : 20
Waktu : 1-2 jam
Suhu : 100°C
Resep cuci reduksi
Detergent : 1 ml/L
Na2S2O4 : 2 g/L
NaOH padat : 1 g/L
Suhu : 80°C
Waktu : 10 menit
Vlot : 1 : 20
Alat : Bahan :
1. Gelas piala 100 cc 1. Kain poliester
2. Gelas ukur 2. Zat warna dispersi
3. Pipet volum 3. Pendispersi
4. Tabung rapid 4. Na2S2O4
5. Mesin pencelupan HT- 5. Asam asetat 30%
dyeing 6. NaOH
7. Na2CO3
air,asam asetat,
zat warna, zat
pendispersi, kain
100o 70o R/C
30o
d. Hitunglah kebutuhan bahan, zat warna, air, zat pembantu pencelpuan sesuai
dengan resep yang anda buat
Ket :
Ketuaan : 1 (paling tua)
Kerataan : 4 (paling rata)
BAB IV
DISKUSI
Pada praktikum ini, yang menjadi pembahasan adalah penggunaan zat
pendispersi. dengan melihat dari hasil variasi yang kami pakai penggunaan zat
pendispersi semakin banyak akan membuat kain terwarnai lebih tua. dan pada kain
yang kami hasilkan terdapat kesalahan hasil warnanya, yang seharusnya menjadi
warna kuning tetapi berwarma hijau. yang kami dapatkan bahwa wadah tabung yang
kami pakai untuk mencelup kain kemungkinan besar terdapat zat pewarna yang
sehingga membuat hasil warna yang kami dapatkan tidak sesuai dengan zat warna
awal. hal ini terjadi karna kelalaian dalam tahap awal untuk mencuci wadah tabung yang
akan dipakai, kemungkinan dapat di tutup tabung ada zat warna. tetapi ketuaan warna
tetap kita dapati sesuai dengan teoritis bahwa penambahan zap pendispersi yang
banyak akan membuat lebih tua warna yang didapati.
BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum pencelupan kain poliester dengan zat warna dispersi sistem exhaust
metode suhu & tekanan tinggi (HT/HP) dengan variasi resep, didapat resep optimum
dengan kerataan warna kain yang baik adalah pada resep variasi zat pendispersi 0,5
ml/L dan 1 ml/L, sedangkan ketuaan warna kain paling tua adalah pada resep variasi
zat pendispersi 1,5ml/L. Dapat disimpulkan pula bahwa semakin banyak zat
pendispersi yang digunakan maka warna yang dihasilkan akan semakin tua.
DAFTAR PUSTAKA
Ichwan,.M.,dkk.2013 Bahan Ajar Praktek Pencelupan II.Bandung : sekolah tinggi
teknologi tekstil
Lampiran
Perhitungan Pencelupan
Berat kain : 5,00 g
Vlot : 5,00 x 20 = 100 ml/L
1
Zat warna : x 5,00 x 100 = 5 ml/L
100
0,5
Zat pendispersi : x 100 = 0,05 ml/L
1000
Asam asetat : 0,5 ml/L
Kebutuhan air : 100 – (5 + 0,05+ 0,5)
: 94,45ml/L
1
Detergent : x 107,2 = 0,10 ml/L
1000
2
Na2S2O4 ; x 107,2 = 0,21 g/L
1000
1
NaOH padat : x 107,2 = 0,10 g/L
1000
Kebutuhan air : 107,2 – (0,10 + 0,21 + 0,10) = 106,8 ml/L
1
Detergent : x 104,8 = 0,10
1000
2
Na2S2O4 ; x 104,8 = 0,2
1000
1
NaOH padat : x 104,8 = 0,10
1000
Kebutuhan air : 104,8 – (0,10 + 0,2 + 0,10) = 104,4 ml/L