Anda di halaman 1dari 22

PROSES PENCELUPAN KAPAS MENGGUNAKAN ZAT WARNA

BELERANG METODE EXHAUST DENGAN VARIASI ZAT WARNA

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Teknologi Pencelupan 1

dengan Dosen pengampu :

1. Elly K., Bk. Teks, M.Pd.


2. Witri A. S., S.ST., M.Tr.T.
3. Yayu E. Y., S.S.T

Oleh Kelompok
6 (2K3)

Yvone Delifrefa Naza (22420068)

Grace Aprilia Sihombing (22420071)

Vela Viola Ramadhani (22420074)

Muhammad Nur Maulidzaini Ichsan (22420076)

PROGRAM STUDI KIMIA

TEKSTIL POLITEKNIK STTT

BANDUNG 2023
Tanggal Praktikum : 27 Oktober 2023

Praktikum ke- : 6

Judul : Proses Pencelupan Kapas dengan Zat Warna


Belerang variasi zat warna 0,5% , 1% , 1,5% , 2%

I. PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan

1.1.1. Maksud
Mahasiswa dapat mengetahui hasil dari pencelupan kain kapas
menggunakan zat warna bejana metoda exhaust dengan pengaruh
variasi zat warna 0,5% , 1% , 1,5% , 2% dengan menggunakan suhu
90C selama 60 menit.
1.1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui
perbandingan kerataan dan ketuaan warna akibat pengaruh variasi zat
warna 0,5% , 1% , 1,5% , 2% dengan menggunakan suhu 90C selama
60 menit pada proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna
bejana metode exhaust sehingga menggunakan penggunaan yang
optimal.

1.2. Teori Dasar

1.2.1. Serat Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-
tumbuhan yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari
buahnya. Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk
dalam jenis Gossypium. Serat kapas merupakan sumber bahan baku
utama pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaos
murah. Serat kapas semakin dewasa maka dinding selnya makin tebal.
Serat yang belum dewasa adalah serat yang pertumbuhannya
terhenti karena kondisi pertumbuhan yang jelek, kerusakan karena
serangga dan udara dingin, dan lain-lain.

Selulosa pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa yang


menyusun molekul glukosa (monosakarida) dalam bentuk β-
glukopironase dan berikatan bersama-sama yang dihubungkan pada
posisi 1 dan 4 atom karbon molekulnya. Formula unit pengulanganya
menyerupai selobiosa (disakarida) yang kemudian membentuk selulosa
(polisakarida).

Warna serat kapas secara umum adalah putih cream, tetapi


sesungguhnya terdapat bermacam-macam warna putih. Kekuatan serat
kapas perbundel rata- rata adalah 96.700 pound per inci 2. Mulur serat
kapas berkisar 4 – 13 % bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-
rata 7 %. Moisture Regain serat kapas pada kondisi standar berkisar
antara 7 – 8,5 %.

1.2.2 Pencelupan Kapas


Mekanisme pencelupan Kapas dengan Zat Warna Belerang (Sulfur)
 Pelarutan zat warna belerang (sulfur)

Na2S + 4H2O Na2SO4 + 8 Hn


n D-S-S-D + 2n Hn 2n D-S-H + Na2CO3 2n D-S-Na
Zw.belerang(sulfur) asam leuco garam leuco
(tidak larut) (sedikit larut) (larut)
 Pencelupan
Dengan dibantu NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna,garam
leuco akan masuk ke pori-pori serat kapas.
Selulosa.2n D-S-Na On selulosa.2n D-S-Na
 Oksidasi (pembangkit warna)
Garam leuco zat warna belerang(sulfur)dalam serat diubah menjadi zat
warna belerang yang tidak larut dan berkaitan secara fisik dengan serat.
Selulosa.2n D-S-Na On selulosa.n(D-S-S-D)
 Pencucian dan proses tambahan( bila diperlukan)
Selain unsur belerang (sulfur) yang terdapat pada kromofor dan jembatan
disulfida, unsur belerang lain adalah belerang bebas sebagai zat pengotor.
Zat pengotor ini terutama ketika pencelupan warna tua sering
menimbulkan efek bronzing, yaitu pengangan kain hasil celupan jadi kasar
dan warnanya jadi lebih suram. Bila kain hasil celup dengan efek bronzing
disimpan dalam keadaan lembab maka kain akan rusak karna belerang
bebas tersebut dengan air dan oksidasi udara kan membentuk H2SO4 pada
kain kapas sehingga kain hasil celup menjadi rusak bolong-bolong. Oleh
karna itu, setelah proses pencelupan dengan zat warna belerang perlu
dilakukan usaha untuk menghilangkan belerang bebas, antara lain dengan
pengerjaan Na2S, H2O2 dan lain lain.

1.2.3 Zat Warna Belerang


Zat warna belerang merupakan suatu zat warna yang mengandung
unsur belerang di dalam molekulnya baik sebagai chromofornya maupun
gugus lain yang berguna dalam pencelupannya. Zat warna ini tidak larut
dalam air dan dapat dipakai untuk mencelup serat-serat selulosa. Selain
itu, dapat dipakai untuk mencelup serat wol. Beberapa diantaranya dapat
larut dalam air dan ada juga dalam pemakaiannya seperti cara pencelupan
dengan zat warna bejana. Golongan terakhir ini sering disebut zat warna
bejana belerang. Nama dagang zat warna belerang adalah :
 Sulphur (RRC)
 Hydrosol (Hoechst– Casella)
 Thional (I.C.I)
 Immedial (Hoechst –Casella)
 Solanen (Francolor)
 Hydron (Casella)
Zat warna ini tidak langsung dipakai untuk mencelup serat selulosa
tanpa direduksi terlebih dahulu. Sebagai reduktor dapat dipakai natrium
sulfida, natrium hidrosulfit/campuran dari keduanya. Sifat tahan cuci dan
tahan sinarnya adalah baik dan harganya pun sangat murah. Hasil celupan
dengan zat warna belerang dapat menimbulkan kemunduran kekuatan
bahan yang dicelupnya.
Struktur molekul zat warna belerang terdiri dari kromogen yang
mengandung belerang yang dihubungkan dengan kromogen lainnya
melalui jembatan disulfida (-S-S), sehingga strukturnya menjadi relatif
besar.
Jembatan disulfida pada zat warna belerang merupakan gugus fungsi
untuk proses pelarutan zat warna belerang ketika proses pencelupan. Zat
warna belerang dapat dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah Na 2S
dan alkali lemah Na2CO3. Na2S akan mereduksi jembatan disulfida
membentuk asam leuco sedang Na2CO3 akan merubah asam leuco menjadi
garam leuco yang larut.

1.2.4 Reaksi / Ikatan yang terjadi


Mekanisme pencelupan Kapas dengan Zat Warna Belerang (Sulfur)
 Pelarutan zat warna belerang (sulfur)

Na2S + 4H2O Na2SO4 + 8 Hn


n D-S-S-D + 2n Hn 2n D-S-H + Na2CO3 2n D-S-Na
Zw.belerang(sulfur) asam leuco garam leuco
(tidak larut) (sedikit larut) (larut)

1.2.5 Pengaruh Variasi


Variasi yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu
menggunakan variasi zat warna 0,5% , 1% , 1,5% , 2% Penggunaan zat
warna yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap ketuaan warna
hasil pencelupan. Semakin banyak jumlah zat warna yang digunakan,
tingkat ketuaan warna pada kain akan tinggi atau tua. Jika zat warna yang
digunakan dengan jumlah yang banyak Kerataan warna nya kurang,
karena memiliki resiko belang yang tinggi pada kain. Ini disebabkan oleh
zat pembantu yang tidak sebanding dengan zat warna dan semakin
banyak zat warna yang digunakan, semakin berat molekul zat warna
sehingga memiliki kerataan yang kurang.
II. PERCOBAAN
2.1 Diagram Alir Proses
Persiapan alat dan bahan

Timbang bahan (berat awal)

Perhitungan resep

Pembuatan leuco zat warna atau pendispersian zat warna

Pembuatan larutan celup sesuai dengan resep

Proses pencelupan (90°C, 60 menit)

Proses pembangkitan warna (Oksidasi)

Proses pencucian sabun (80°C, 10 menit)

Proses pencucian (cuci panas dan cuci dingin)

Pengeringan bahan

Evaluasi Akhir (Ketuaan warna, kerataan warna)

2.2 ALAT & BAHAN


2.2.1 Alat dan bahan Pencelupan Kapas dengan Zat Warna Reaktif Panas
No. Alat Jumlah
1. Piala Porselen 1 buah
2. Gelas Piala 4 buah
3. Batang Pengaduk 4 buah
4. Gelas ukur 1 buah
5. Pipet 3 buah
6. Neraca Analitik 1 buah
7. Gunting 1 buah
8. Pemanas
9. Termometer
10. Gelas ukur

No. Bahan Jumlah


1. Kain Kapas 20 x 20cm
2. Zat Warna Belerang (sulfur)
3. Pembasah
4. Na2S
5. Na2CO3
6. Nacl
7. Sabun

2.3 RESEP DAN FUNGSI ZAT


2.3.1 Resep Pencelupan Kapas dengan Zat Warna Bejana
a. Resep Pencelupan Kapas
Zat warna bejana : 1 % owf
Pembasah : 1 ml/L
Na2S : 1 g/L

Na2CO3 : 4 g/L
Nacl : 40 g/L
Vlot : 1:20

Waktu : 60 menit
Suhu : 90 °C
b. Resep Oksidasi Standar
Waktu : 10 menit
Suhu Optimum : Suhu ruang
c. Resep Cuci Sabun
StandarSabun :1
g/L
Na2CO3 : 1 g/L
Vlot : 1:20
Waktu : 10 menit
Suhu : 80°C

2.3.2 Fungsi Zat


 Zat Warna Sulfur digunakan untuk memberikan warna pada kain.
 Pembasah digunakan untuk meratakan dan mempercepat proses
pembasahan kain.
 Natrium Sulfida digunakan sebagai reduktor untuk mereduksi zat
warna belerang menjadi asam leuco.
 Na2CO3 digunakan untuk merubah asam leuco yang tidak larut
menjadi garam leuco yang larut supaya dapat memberikan suasana
alkali.
 NaCl sebagai garam atau elektrolit berfungsi untuk membantu
penyerapan zat warna ke dalam serat.
 H2O2 35% digunakan untuk mengoksidasi garam leuco zat warna
belerang agar kembali kebentuk semula yang tidak larut (untuk
pembangkitan warna).
 Sabun digunakan untuk proses pencucian setelah proses
pencelupan guna menghilangkan zat warna reaktif yang
terhidrolisis yang ada dalam kain hasil celupan.
2.4 SKEMA PROSES

Suhu (oC)

Zat warna SKEMA


Na2S PENCELUPAN SKEMA
SKEMA
Na2CO3 CUCI
NaCl OKSIDASI Kain
Pembasah SABUN
Air Kain Air
Kain Sabun
90o Suhu Ruangan Na2CO
C 3

80o
C
30o 30oC
C
0 5’ 10’ 45’ 60’ 0 2’ 8’ 10’ 0 2’ 5’ 10’
Waktu (t)

2.5 PROSEDUR
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Ditimbang kain.

3. Dihitung perhitungan resep pencelupan, oksidasi, dan cuci sabun.

4. Dibuat larutan leuco zat warna (memasukan 1 gram zat warna belerang +
0,1 g pendispersi nonionic + 3 gram Na2S + 2 ml Na2CO3 + air panas
sampai 100 ml

5. Dibuat larutan pencelupan

6. Dimasukkan kain kedalam larutan pencelupan.

7. Dimasukkan NaCl 10 menit pada saat proses pencelupan

8. Dilakukan proses pencelupan dengan suhu 90oC selama 60 menit

9. Dibuang larutan pencelupan, dan dilalukan pembangkitan warna (Oksidasi)


selama 10 menit suhu ruang.

10. Dilakukan proses cuci sabun dengan suhu 80oC selama 15 menit

11. Dicuci kain dengan air mengalir, dan keringkan.

12. Dilakukan evaluasiketuaan warna dan kerataan warna pada kain.


2.6 HASIL PROSES
Data pengamatan pada Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Belerang

Berat Awal Ketuaan


Kain Sampel Kerataan Warna
(gram) Warna
Yvone (0,5%)

3,78 gram 1 (muda) 4 (lebih rata)

Grace (1%)

4,92 gram 2 (sedikit tua) 3 (rata)

Vela (1,5%)

3,96 gram 3 (tua) 3 (rata)

Maulid (2%)

3,94 gram 4 (lebih tua) 2 (kurang rata)


- Hipotesa :
Zat warna belerang berikatan dengan serat selulosa, secara ikatan hidrogen dan van
der walls. Struktur molekul zat warna belerang terdiri dari kromogen yang
mengandung belerang yang dihubungkan dengan kromogen lainnya melalui
jembatan disulfida (-S-S-), sehingga strukturnya menjadi relatif lebih besar.
Jembatan disulfida pada zat warna belerang merupakan gugus fungsi penting
untuk proses pelarutan zat warna belerang ketika proses pencelupan. Zat warna
belerang dapat dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah natrium sulfida
(Na2S) dan alkali lemah natrium karbonat (Na2CO3). Na2S akan mereduksi
jembatan disulfida membentuk asam leuco sedang Na2CO3 akan merubah asam
leuco menjadi garam leuco yang larut. Masalah lain pada pencelupan dengan zat
warna belerang adalah garam leuco zat warna belerang afinitasnya kecil.
Afinitasnya terhadap selulosa rendah, sehingga untuk memperoleh warna celupan yang
tua pencelupan harus dilakukan berulang-ulang dengan konsentrasi zat warna yang makin
menaik. Bantuan elektrolit pada larutan celupnya akan dapat membantu penyerapan.
Pemakaian konsentrasi zat warna yang tinggi akan menghasilkan celupan dengan sifat
tahan gosok yang kurang. Apabila hal ini terjadi, maka larutan leuko tersebut sukar
dioksidasikan kembali dan memberikan warna yang berbeda dengan warna aslinya tidak
terlalu tinggi & fiksasi sehingga zat warna dapat masuk secara sempurna

III. DISKUSI
Dari hasil praktikum pencelupan dengan zat warna belerang
menggunakan variasi zat warna belerang 0,5% 1% 1,5% 2%, Penggunaan zat
warna yang ditambahkan pada proses pencelupan kapas dengan zat warna
belerang metode exhaust untuk mendapatkan hasil pencelupan yang rata dan
ketuaan warna. Kain dengan variasi zat warna tinggi memiliki tingkat ketuaan
lebih tua dan kerataan warna yang kurang rata, daripada kain dengan variasi
lainnya karena semakin banyak zat warna yang digunakan akan semakin besar
molekul yang terserap. Semakin tinggi kosentrasi zat warna yang digunakan,
maka nilai ketuaan warna yang semakin tua namun kerataannya kurang.
Sebaliknya, semakin rendah konsentrasi zat warna semakin muda warna yang
dihasilkan tapi kerataan sangat baik yaitu lebih rata.
Hasil pencelupan yang ketuaan warnanya lebih tua terdapat pada kain dengan
variasi zat warna 2 % tapi kerataannya kurang rata, sedangkan kain yang kerataan
warna lebih rata dengan variasi 0,5 % dan tapi ketuaan warnanya muda. Jadi
semakin banyak zat warna yang digunakan, maka semakin tua warna yang
dihasilkannya, akan tetapi kerataan warnanya tidak bagus. Sebaliknya, apabila
sedikit zat warna yang digunakan maka warna semakin baik kerataan yang
dihasilkannya tetapi semakin kurang ketuaan warnanya

Grafik Variasi Zat Warna Terhadap


Kerataan Warna
4.5
4
3.5
Kerataan warna

3
2.5 kerataan
2
1.5
1
0.5
0
0.5 1 1.5 2
Variasi zat warna (%)

Grafik Variasi Zat Warna Terhadap Ke-


tuaan Warna
4.5
4
3.5
Ketuaan warna

3
2.5 Ketuaan
2
1.5
1
0.5
0
0.5 1 1.5 2
Variasi zat warna (%)
IV. KESIMPULAN

Dari Melakukan praktikum Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna
Belerang variasi zat warna belerang 0,5%, 1%, 1,5%, 2% mendapatkan data
kesimpulan praktikum sebagai berikut :

• Ketuaan Warna

Penggunaan Zat warna dalam proses pencelupan yaitu semakin


banyak zat warna yang digunakan akan semakin besar molekul yang
terserap.

Skala kain yang memiliki ketuaan warnan paling tua ke muda adalah :

- Kain variasi 2% : 4 (lebih tua)

- Kain variasi 1,5% : 3 (tua)

- Kain variasi 1% : 2 (sedikit tua)

- Kain variasi 0,5% : 1 (muda)

• Kerataan Warna
Penggunaan Zat warna dalam proses pencelupan yaitu apabila
memakai banyak warna yang dihasilkannya tetapi semakin bagus kerataan
warnanya.
Skala kain yang memiliki kertaan warna paling rata ke kurang rata adalah :

- Kain variasi 0,5% : 4 (lebih rata)

- Kain variasi 1% : 3 (rata)

- Kain variasi 1,5% : 3 (rata)

- Kain variasi 2% : 2 (kurang rata)


V. LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Yvone Delifrefa Naza

Resep pencelupan:
Zat Warna Belerang : 0 , 5 %
Na2S : 2 m/l
Na2CO3 : 4 m/l
Pembasah : 1 m/l
Vlot : 1 : 20
Suhu : 90 ℃
Waktu : 30 menit
Perhitungan :

Berat Bahan = 3,78 g


Jumlah total larutan = 3,78 x 20 = 75,6 ml
0,5
Kebutuhan zw = x 75 , 6=1 ,89 g /l
1000
1
Kebutuhan zat pembasah = x 75 , 6=0 , 07 mL
1000
4
Kebutuhan Na2CO3 = x 75 , 6=0 , 30 g /l
1000
2
Kebutuhan Na2S = x 75 , 6=0 , 15 g /l
1000
40
Kebutuhan Zat anti migrasi = x 75 , 6=3 , 02 ml/l
1000
Kebutuhan air = 75,6 – 1,89 - 0,15 - 0,30 - 3,02 – 0,07
= 70,15 ml
Resep Oksidasi Standar
Waktu : 10 menit
Suhu : Suhu ruang
Resep pencucian:
Sabun : 1 ml /l
Na2CO3 : 1 g /l
Vlot : 1 : 20
Suhu : 80 ℃
Waktu : 10 menit
Perhitungan :

Berat Bahan = 3,78 g


Jumlah total larutan = 3,78 x 20 = 75,6 mL
1
Kebutuhan sabun = x 75 , 6=0 , 07 mL
1000
1
Kebutuhan Na2CO3 = x 75 , 6=0 , 07 g
1000
Kebutuhan air = 75,6 - 0,07 – 0,07 = 75,46 mL

2. Grace Aprilia Sihombing

Resep pencelupan:
Zat Warna Belerang : 1 %
Na2S : 2 m/l
Na2CO3 : 4 m/l
Pembasah : 1 m/l
Vlot : 1 : 20
Suhu : 90 ℃
Waktu : 30 menit
Perhitungan :

Berat Bahan = 4,92 g


Jumlah total larutan = 4,92 x 20 = 98,4 ml
1 100
Kebutuhan zw = x 4 , 92 x =4 , 92ml /l
100 1
2
Kebutuhan Na2S = x 98 , 4=0 , 19 g /l
1000
4
Kebutuhan Na2CO3 = x 98 , 4=0 , 38 g /l
1000
40
Kebutuhan NaCl = x 98 , 4=5 , 9 g /l
1000
1
Kebutuhan zat pembasah = x 98 , 4=0 , 09 ml/l
1000
Kebutuhan air = 98,4 – 4,92 - 0,19 - 0,38 – 5,9 – 0,09
= 92,82 ml
Resep Oksidasi Standar
Waktu : 10 menit
Suhu : Suhu ruang
Resep pencucian:
Sabun : 1 ml /l
Na2CO3 : 1 g /l

Vlot : 1 : 20
Suhu : 80 ℃
Waktu : 10 menit
Perhitungan :

Berat Bahan = 4,92 g

Jumlah total larutan = 4,92 x 20 = 98,4 mL


1
Kebutuhan sabun = x 98 , 4=0 , 09 mL
1000
1
Kebutuhan Na2CO3 = x 98 , 4=0 , 09 g
1000
Kebutuhan air = 98,4 - 0,09 – 0,09 = 98,22 mL

3. Vela Viola R

Resep pencelupan:
Zat Warna Belerang : 1 ,5 %
Na2S : 2 m/l
Na2CO3 : 4 m/l
Pembasah : 1 m/l
Vlot : 1 : 20
Suhu : 90 ℃
Waktu : 30 menit
Perhitungan :

Berat Bahan = 3,96 g


Jumlah total larutan = 3,96 x 20 = 79,2 ml
1 ,5 100
Kebutuhan zw = x 3 , 96 x =5 , 94 ml/l
100 1
2
Kebutuhan Na2S = x 79 , 2=0,158 g /l
1000
4
Kebutuhan Na2CO3 = x 79 , 2=0,316 g /l
1000
40
Kebutuhan NaCl = x 79 , 2=3,168 g /l
1000
1
Kebutuhan zat pembasah = x 79 , 2=0,079 ml/l
1000
Kebutuhan air = 79,2 – 5,94 – 0,158 - 0,31 – 3,16 – 0,07
= 69,57 ml

Resep Oksidasi Standar


Waktu : 10 menit
Suhu : Suhu ruang
Resep pencucian:
Sabun : 1 ml /l
Na2CO3 : 1 g /l
Vlot : 1 : 20
Suhu : 80 ℃
Waktu : 10 menit
Perhitungan :

Berat Bahan = 79,2 g

Jumlah total larutan = 79,2 x 20 = 0,07 mL


1
Kebutuhan sabun = x 79 , 2=0 ,07 mL
1000
1
Kebutuhan Na2CO3 = x 79 , 2=0 ,07 g
1000
Kebutuhan air = 79,2 - 0,07 – 0,07 = 79,06 mL

4. Muhammad Nur Maulidzaini Ichsan

Resep pencelupan:
Zat Warna Belerang : 2%
Na2S : 2 m/l
Na2CO3 : 4 m/l
Pembasah : 1 m/l
Vlot : 1 : 20
Suhu : 90 ℃
Waktu : 30 menit
Perhitungan :

Berat Bahan = 3,94 g


Jumlah total larutan = 3,94 x 20 = 78,8 ml
2 100
Kebutuhan zw = x 3 , 94 x =7 , 88 ml/l
100 1
2
Kebutuhan Na2S = x 78 , 8=0 , 15 g /l
1000

4
Kebutuhan Na2CO3 = x 78 , 8=0 , 31 g /l
1000
40
Kebutuhan NaCl = x 78 , 8=3 ,15 g /l
1000
1
Kebutuhan zat pembasah = x 78 , 8=0 , 07 ml /l
1000
Kebutuhan air = 78,8 – 7,88 – 0,15 - 0,31 – 3,15 – 0,07
= 67,24 ml
Resep Oksidasi Standar
Waktu : 10 menit
Suhu : Suhu ruang
Resep pencucian:
Sabun : 1 ml /l
Na2CO3 : 1 g /l
Vlot : 1 : 20
Suhu : 80 ℃
Waktu : 10 menit

Perhitungan :

Berat Bahan = 3,94 g

Jumlah total larutan = 3,94 x 20 = 78,8 mL


1
Kebutuhan sabun = x 78 , 8=0 , 07 mL
1000
1
Kebutuhan Na2CO3 = x 78 , 8=0 , 0 7 ml
1000
Kebutuhan air = 78,8 - 0,07 – 0,07 = 78,66 mL
⮚ Hasil Evaluasi
1. Yvone (0,5%)

● Evaluasi awal

Berat bahan awal = 3,78 gram

● Evaluasi akhir

Ketuaan Warna = 1 (muda)

Kerataan Warna = 4 (lebih rata)

2. Grace

● Evaluasi awal

Berat bahan awal = 4,92 gram

● Evaluasi akhir

Ketuaan Warna = 2 (sedikit tua)

Kerataan Warna = 3 (rata)

3. Vela

● Evaluasi awal

Berat bahan awal = 3,96 gram

● Evaluasi akhir

Ketuaan Warna = 3 (tua)

Kerataan Warna = 3 (rata)

4. Maulid

● Evaluasi awal

Berat bahan awal = 3,94 gram

● Evaluasi akhir

Ketuaan Warna = 4 (lebih tua)

Kerataan Warna = 2 (kurang rata)


DAFTAR PUSTAKA

https://stttekstil.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Buku-Pedoman-Program-
Studi-Kimia-Tekstil-2018.pdf

https://stttekstil.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Buku-Pedoman-Program-
Studi-Kimia-Tekstil-2015.pdf\

Bandung. Rasyid Djufri, dkk. (1976) : Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan


Pencapan. Institut Teknologi Tekstil, Bandung.

Jurnal Praktikum Teknologi Pencelupan 1 tahun 2023

https://dokumen.tips/documents/proses-pencelupan-kapas-dengan-zat-warna-
reaktif-panas.html

Anda mungkin juga menyukai