Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Identifikasi zat warna pada selulosa digolongkan menjadi empat golongan dan cara
pengujian dilakukan berturut-turut dari zat warna golongan satu sampai zat warna
golongan empat.
Golongan I : Zat warna yang luntur dalam larutan amonia atau asam asetat
encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat
warna direk, asam, basa, dan direk dengan pengerjaan iring.
Golongan II : Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan Natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali ke warna semula
(asli) oleh oksidasi dengan udara. Zat warna yang termasuk
golongan ini adalah zat warna bejana, belerang, bejana belerang,
dan oksidasi.
Golongan III : Zat warna yang rusak oleh reduksi dengan Natrium hidrosulfit dalam
suasana alkali dan larutan ekstraksinya dalam amonia atau asam
asetat tidak dapat mencelup kembali kain kapas putih. Zat warna
yang termasuk dalam golongan ini adalah zat warna direk dengan
iring logam, direk dengan iring formaldehid, direk diazotasi dan
dibangkitkan dengan naftoat.
Golongan IV : Zat warna yang tidak luntur dalam pelarut organik Dimetilformamid
(DMF) 1:1 adan DMF 100% . Termasuk golongan ini adalah zat warna
pigmen reaktif.

Prinsip pengujian dari uji zat warna pada selulosa ini adalah contoh uji dilunturkan
warnanya dengan pereaksi tertentu dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya
atau karakteristik khusus lainnya.
1.2 Maksud dan Tujuan

MAKSUD
Mengetahui jenis zat warna yang digunakan untuk mencelup kain selulosa.

TUJUAN

 Mengetahui berbagai cara pengujian zat warna pada serat selulosa.


 Mempelajari bagaimana metode pengujian zat warna pada serat selulosa dan
mengetahui mekanisme uji penentuannya.

 Menganalisis zat warna yang digunakan untuk mencelup serat selulosa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ZAT WARNA GOLONGAN I


Zat warna golongan I merupakan zat warna yang luntur dalam larutan ammonia
atau asam asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat
warna asam, basa, direk dan direk dengan pengerjaan iring.
- Zat warna direk
Zat warna direk umumnya adalah senyawa azo yang disulfonasi, zat warna ini
disebut juga zat warna substantif karena mempunyai afinitas yang besar terhadap
selulosa. Beberapa zat warna direk umumnya mempunyai ketahanan luntur yang
kurang baik terhadap pencucian sedangkan ketahanan terhadap sinar cukup, tidak
tahan oksidasi dan rusak oleh zat pereduksi.
Sifat-sifat umum zat warna direk :
1. Zat warna direk memiliki sifat yang tidak tahan terhadap oksidasi dan akan
merusak oleh reduksi.
2. Zat warna direk memiliki gugus pelarut sulfonat sehingga mudah larut dalam
air.
3. Afinitas zat warna direk terhadap serat tekstil disebabkan adanya ikatan
hydrogen dan ikatan sekunder seperti ikatan Van der Waals.
4. Zat warna direk memiliki nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan
pencucian yang rendah.
Contoh struktur zat warna direk dapat dilihat pada gambar 2.2.1
- Zat warna asam
Zat warna asam mengandung asam-asam mineral atau asam-asam organic dan
dibuat dalam bentuk garam-garam natrium dari asam organik dengan gugus anion
yang merupakan gugus pembawa warna (kromofor) yang aktif. Struktur kimia zat
warna asam menyerupai zat warna direk merupakan senyawa yang mengandung
gugus sulfonat atau karboksilat sebagai gugus pelarut. Zat warna asam dapat
mencelup serat-serat binatang, poliamida dan poliakrilat berdasarkan ikatan
elektovalen atau ikatan ion.
Contoh struktur zat warna asam dapat dilihat pada gambar 2.2.2.

Gambar 2.2.2 C.I. Acid Brown 87

- Zat warna basa


Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif atau kation. Zat
warna basa merupakan suatu garam basa yang dapat membentuk garam dengan
asam. Asam dapat berasal dari hidroklorida atau oksalat. Zat warna basa mampu
mencelup serat-serat protein sedangkan pada serat poliakrilat yang mempunyai
gugus-gugus asam dalam molekulnya akan berlaku atau bersifat seperti serat-serat
protein terhadap zat warna basa.
Contoh struktur zat warna basa dapat dilihat pada gambar 2.2.3.

Gambar 2.2.3 C.I.Basic Brown 5


2.2 Zat Warna Golongan II
Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan natrium hidrosulfit dalam
suasana alkali dan warna kembali kewarna semula oleh oksidasi dengan udara. Zat
warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna bejana, belerang, bejana-belerang
dan oksidasi.

- Zat warna bejana


Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam
pencelupannya harus dirubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko
tersebut amemiliki substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat
tercelup. Adanya oksidator atau oksigen dari udara, bentuk leuko yang
tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi kembali ke bentuk semula
yaitu pigmen zat warna bejana. Senyawa leuko zat warna bejana golongan
indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan golongan antrakwinon hanya larut
dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah warnanya dalam larutan hipiklorit.
Umunya zat warna turunan tioindigo dan karbasol warna hampir hilang dalam uji
hipoklorit dan di dalam larutan pereduksi warnanya menjadi kuning.
Ikatan zat warna bejana dengan serat antara lain ikatan hidrogen dan
ikatan sekunder seperti gaya-gaya Van Der Wall. Tetapi karena bersifat
hidrofob maka ketahanan cucinya lebih tinggi daripada zat warna yang
berikatan ionik dengan serat.
Zat warna bejana larut adalah leuco zat warna bejana yang distabilkan dalam
suasana alkali, sehingga dalam pemakaiannya lebih mudah karena larut dalam air
dan tidak memerlukan proses pembejanaan.
Zat warna bejana yang berasal dari zat warna bejana jenis indigo dikenal
dengan nama dagang indigosol sedang yang berasal dari zat warna bejana jenis
antrakuinon dikenal dengan nama dagang antraso.
Zat warna bejana yang dirubah menjadi zat warna bejana larut umumnya adalah
zat warna bejana jenis IK yang molekulnya relatif kecil, sehingga afinitas zat warna
bejana larut relatif kecil tetapi pencelupannya mudah rata dan tahan luntur warna
terhadap pencuciannya tinggi karena pada akhir proses pencelupannya zat warna
bejana larut dirubah kembali menjadi zat warna bejana yang tidak larut.
Zat warna bejana larut harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk
pencelupan bahan katun kualitas tinggi. Selain untuk mewarnai katun, zat warna
bejana larut juga digunakan terutama untuk pencelupan sutra atau wol.
Sifat-sifat umum :
- larut dalam air
- berikatan kovalen dengan serat

Contoh struktur molekul zat warna bejana dapat dilihat pada gambar 2.2.4.

Gambar 2.2.4 C.I. Vat Green 3

- Zat warna belerang


Termasuk zat warna yang tidak larut dalam air, warnanya terbatas
dan suram, tetapi ketahanan lunturnya tinggi kecuali terhadap khlor (kaporit).
Harganya relatf murah, dan warna yang paling banyak digunakan adalah warna
hitam. Zat warna belerang banyak digunakan untuk pencelupan serat kapas
kualitas menengah kebawah.
Struktur molekul zat warna belerang terdiri dari kromogen yang mengandung
belerang yang dihubungkan dengan kromogen lainnya melalui jembatan disulfida (
-S-S-), sehingga strukturnya menjadi relatif besar.
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang sebagai
kromofor. Struktur molekulnya merupakan molekul yang kompleks dan tidak larut
dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya diperlukan reduktor natrium
sulfide dan soda abu untuk melarutkannya. Untuk membentuk zat warna maka
perlu proses oksidasi baik dengan udara maupun dengan bantuan oksidator-
oksidator lainnya.
Contoh struktur zat warna belerang dapat dilihat pada gambar 2.2.5.

-
- Gambar 2.2.5 C.I. Sulphur Yellow 8

2.3 Zat Warna Golongan III


Zat warna golongan III adalah zat warna yang rusak dalam larutan Natrium
Hidrosulfit yang bersifat alkali dan larutan ekstraksinya didalam air, air-amonia atau
asam asetat tidak mencelup kembali serat kapas putih atau warna tidak kembali
kewarna asli setelah oksidasi. Zat warna yang termasuk dalam golongan ini adalah: zat
warna direk dengan pengerjaan iring logam, zat warna diek dengan pengerjaan iring
formaldehida, zat warna naftol, zat warna azo yang tidak larut dan zat warna yang
diazotasi atau dibangkitkan. Namun pada praktikum yang telah dilakukan hanya
menggunakan zat warna naftol.

Zat warna naftol


Zat warna naftol atau zat warna ingrain merupakan zat warna yang terbentuk
di dalam serat dari komponen penggandeng, (coupler) yaitu naftol dan garam
pembangkit, yaitu senyawa diazonium yang terdiri dari senyawa amina
aromatik. Zat warna ini juga disebut zat warna es atau ”ice colours”, karena
pada reaksi diazotasi dan kopling diperlukan bantuan es. Penggunaannya terutama
untuk pencelupan serat selulosa. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk
mencelup serat protein (wol, sutera) dan serat poliester.
Zat warna naftol termasuk golongan zat warna azo yang tidak larut dalam air.
Untuk membedakan dengan jenis zat warna azo lainnya sering juga disebut zat
warna azoic. Daya serapnya (substantivitas) terhadap serat selulosa kurang baik
dan bervariasi, sehingga dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu yang mempunyai
substantivitas rendah, misalnya Naftol AS, substantivitas sedang, misalnya Naftol
AS – G dan substantivitas tinggi, misalnya Naftol AS – BO.
Sifat utama dari zat warna naftol ialah tahan gosoknya yang kurang, terutama
tahan gosok basah, sedang tahan cuci dan tahan sinarnya sangat baik. Zat warna
naftol baru mempunyai afinitas terhadap serat selulosa setelah diubah menjadi
naftolat, dengan jalan melarutkannya dalam larutan alkali.
Garam diazonium yang dipergunakan sebagai pembangkit tidak mempunyai afinitas
terhadap selulosa, sehingga cara pencelupan dengan zat warna naftol selalu
dimulai dengan pencelupan memakai larutan naftolat, kemudian baru dibangkitkan
dengan garam diazonium.
Zat warna naftol dapat bersifat poligenik, artinya dapat memberikan bermacam-
macam warna, bergantung kepada macam garam diazonium yang
dipergunakan dan dapat pula brsifat monogetik, yaitu hanya dapat memberikan
warna yang mengarah ke satu warna saja, tidak bergantung kepada macam garam
diazoniumnya.
Contoh struktur zat warna naftol dapat dilihat pada gambar 2.2.6.

Gambar 2.2.6 Naphthol AS-BO

2.4 Zat Warna Golongan IV


Zat warna yang sukar dilunturkan dalam berbagai pelarut seperti ammonia, asam
asetat dan piridina. Termasuk dalam golongan ini adalah zat warna pigmen dan reaktif.
- Zat warna pigmen
Zat warna pigmen hanya berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai
gugus yang dapat berikatan dengan serat sehingga dalam proses pencapan dan
pencelupannya perlu dibantu dengan binder yang berperan sebagai zat pengikat
antara serat dan zat warna, sehingga ketahanan lunturnya sangat ditentukan oleh
kekuatan pelapisan zat warna oleh binder.
Zat warna pigmen adalah zat warna yang hanya mengandung kromofor saja
sehingga pada pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang disebut
binder/penggikat karena tidak dapat berikatan dengan serat. Unsur-unsur yang
terdapat didalam zat warna pigmen antara lain, garam-garam organik, oksida
organik, gugus azo, logam berwarna dan lain-lain. Zat warna ini luntur dalam
dimetilformamida pekat dan dimetilformamida 1:1 kecuali untuk zat warna pigmen
ftalosianin atau yang berasal dari zat warna pigmen anorganik
Tidak seperti zat warna lainnya yang digunakan pada pencelupan bahan
tekstil, maka zat warna pigmen yang tidak mempunyai auksokrom ini digunakan
juga untuk mewarnai tekstil. Pada umumnya dilakukan dengan cara pencapan, akan
tetapi seringkali juga digunakan untuk mencelup bahan dengan kualitas kasar
sampai sedang.
Untuk pencelupan, karena tidak memiliki auksokrom maka tidak dapat
digunakan untuk mencelup benang dengan cara exhaust. Untuk mencelup kain
digunakan cara padding dan pada umumnya hanya mewarnai pada permukaan
saja. Sifat ketahanan lunturnya sangat ditentukan oleh kekuatan pelapisan zat
warna oleh binder yang digunakan. Binder ini dapat membentuk lapisan film
dengan bantuan asam yang diperoleh dari katalis dan adanya panas pada waktu
curing.
Contoh struktur molekul zat warna pigmen dapat dilihat pada gambar 2.2.7

- Gambar 2.2.7 C.I. Pigment Green 37

- Zat warna reaktif


Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari
serat. Zat warna reaktif yang pertama diperdagangkan dikenal dengan nama
Procion. Zat warna ini terutama dipakai untuk mencelup serat selulosa, serat
protein seperti wol dan sutera dapat juga dicelup dengan zat warna ini. Selain itu
serat poliamida (nilon) sering juga dicelup dengan zat warna reaktif untuk
mendapatkan warna muda dengan kerataan yang baik.
Zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air. Karena
mengadakan reaksi dengan serat selulosa, maka hasil pencelupan zat warna reaktif
mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul
kecil maka kilapnya baik.
Contoh struktur molekul zat warna reaktif dapat dilihat pada gambar 2.2.8.

-
- Gambar 2.2.8 C.I. Reactive yellow 15
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT BAHAN DAN PEREAKSI


3.1.1 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet volume
Pipet
Pengaduk kaca
Pembakar gas
Gelas piala 600 ml
Kertas saring

3.1.2 BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN


Pengujian zat warna golongan I
 3 lembar kain yang sudah dicelup zat warna selulosa golongan I
 Kain kapas
 Wool
 Akrilat
 Pereaksi-pereaksi :
 NH4OH 10%
 NaCl
 CH3COOH 10%
 CH3COOH glacial
 NaOH 10%
 Eter
Pengujian zat warna golongan II
 2 lembar kain yang sudah dicelup zat warna selulosa golongan II
 Kain kapas
 Paraffin
 Kertas saring
 Pereaksi-pereaksi :
 NaOH 10%
 Na2S2O4
 Na2CO3
 Na2S
 NaCl
 HCl 16%
 SnCl2 10%
 Pb Ac 10%
 NaOCl 10%
Pengujian zat warna golongan III dan golongan IV
 3 lembar kain yang sudah dicelup zat warna selulosa golongan III dan IV
 Kain kapas untuk naftol
 Kertas lakmus
 Wool
 Pereaksi-pereaksi :
 NaOH 10%
 Na2S2O4
 Alkohol
 NaCl
 DMF 1 : 1
 DMF 100%
 HCl 1%
 H2SO4 60%
3.2 CARA KERJA
3.2.1 Uji Zat Warna Golongan I
 Uji Zat Warna Direk
 Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
 Tambahkan ± 4 ml ammonia 10%
 Didihkan sehingga sebagian zat warna terekstraksi
 Ambil contoh uji dari larutan ekstrak zat warna (sebaiknya larutan ekstraksi
dibagi dua, satu bagian untuk ujizat warna direk dan satu bagian lagi untuk
uji zat warna asam)
 Masukkan kapas putih, wool putih, dan akrilat putih masing-masing ± 10 mg
kemudian tambahkan 5-10 mg NaCl
 Didihkan selama 0,5 – 1,5 menit kemudian biarkan menjadi dingin
 Ambil kain –kain tersebut cuci dengan air, amati warnanya
 Pencelupan kembali kain kapas lebih tua dibandingkan dengan wool dan
akrilat menunjukkan zat warna direk

 Uji Zat Warna Asam


 Netralkan larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan ammonia dengan
asam asetat 10%
 Tambahkan lagi ± 1 ml asam asetat 10%
 Masukkan kain kapas, wool, dan akrilat didihkan selama 1 menit
 Ambil kain-kain tersebut, cuci dengan air, amati warnanya
 Pencelupan kembali wool pituh oleh larutan ekstraksi dalam suasana asam
menunjukkan adanya zat warna asam

 Uji Zat Warna Basa


 Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
 Tambahkan ± 1 ml asam asetat glacial,tambahkan 3-5 ml air didihkan
sampai terjadi ekstraksi
 Ambil contoh uji dan bagilah ekstraksi menjadi 2 bagian (1 bagian untuk
pencelupan dan 1 bagian lagi untuk uji penentuan)
 Masukkan kain-kain kapas, woo, dan akrilat
 Didihkan selama 1-1,5 menit
 Pencelupan kembali kain akrilat dengan warna tua menunjukkan adanya zat
warna basa

 Uji Penentuan
 Tambahkan 3 ml larutan NaOH 10% (sampai alkalis) kedalam larutan
ekstraksi zat warna yang panas
 Dinginkan kemudian tambahkan 3 ml eter
 Kocok larutan tersebut,biarkan memisah (air dibawah, eter diatas)
 Pindahkan lapisan eter kedalam tabung reaksi lain
 Tambahkan 1-3 ml asamasetat 10% kocok lagi
 Pewarnaan kembali lapisan larutan asam asetat dengan warna yang sama
dengan warna yang asli menunjukkan adanya zat warna basa

3.2.2 Uji Zat Warna Golongan II

 Uji Zat Warna Golongan II


 Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
 Tambahkan 2-3 ml air, ± 2 ml NaOH 10%,didihkan selama 1 menit,
tambahkan Na2S2O4 didihkan lagi selama 1 menit
 Keluarkan contoh uji, angin-anginkan / oksidasi dengan udara
 Warna kembali kewarna semula maka menunjukkkan zat warna golongan II

 Uji Zat Warna Bejana


 Masukkan contoh uji tambahkan ± 2 ml air dan ± 2 ml NaOH 10%
 Didihkan dan tanbahkan Na2S2O4 didihkan kembali selama 1 menit
 Ambil contoh uji masukkan kapas putih dan NaCl didihkan selama 1-1,5
menit, biarkan dingin
 Ambil kain kapas tersebut letakkan diatas kertas saring dan biarkan terkena
udara
 Kapas tercelup kembali kewarna contoh asli tetapi lebih muda
 Uji Penentuan I
 Masukkan contoh uji kedalam lelehan parafin dalam kui porselen
 Apabila padatan parafin pada kertas saring berwarna maka menunjukkan
adanya zat warna bejana (zat warna belerang tidak mewarnai parafin)

 Uji Zat Warna Belerang


 Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
 Tambahkan 2-3 ml air, Na2CO3 panaskan kemudian masukkan Na2S
 Panaskan kembali sampai mendidih selama 1-2 menit
 Ambil contoh uji, masukkan kapas putih dan NaCl didihkan selama 1-2
menit
 Ambil kapas tersebut letakkan diatas kertas saring atau cuci dengan air
biarkan kena udara
 Kain kapas akan tercelup kembali dengan warna yang sama dengan warna
contoh asli tetapi lebih muda

 Uji Penentuan I
 Didihkan contoh uji dalam 3 ml larutan NaOH 10% kemudian cuci bersih (2
x dengan air mengalir)
 Masukkan contoh uji (bersih) tambahkan ± 2 ml HCl 16%
 Didihkan selama 0,5-1 menit biarkan dingin
 Tambahkan ± 3 ml SnCl2 10%
 Letakkan kertas timbalasetat pada mulut tabung (kertas Pb Ac : kertas
saring dibasahi dengan larutan Pb Ac 10%) panaskan
 Warna coklat atau hitampada kertas Pb Ac menunjukkan ZW belerang

 Uji Penentuan II
 Rendam contoh uji dengan larutan NaOCl 10%
 Zat warna belerang akan rusak dalam waktu 5 menit
3.2.3 Uji Zat Warna Golongan III

 Uji Zat Warna Golongan III


 Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi tambahkan ± 3 ml air, ± 2 ml
NaOH 10% dan Na2S2O4
 Panaskan sampai mendidih selama 3 menit
 Semua zat warna golongan II akan rusak, ditandai degan parubahan warna
terhadap contoh uji atau larutan ekstraksi menjadi putih, abu-abu, kuning
atau jingga. Warna tidak kembali setelah oksidasi.

 Uji Penentuan Naftol


 Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
 Tambahkan 1 ml NaOH 10% dalam 3 ml alcohol didihkan
 Tambahkan Na2S2O4 panaskan (warna akan tereduksi)
 Dinginkan, ambil contoh uji amati warnanya
 Warna rusak menunjukkan adanya zat warna naftol atau reaktif (dengan
oksidasi warna akan kembali)
 Kedalam filtrate masukkan kapas putih dan NaCl didihkan selama 2 menit
 Kapas berwarna kuning dan berpendar dibawah sinar untra lembayung
menunjukkan zat warna naftol

3.2.4 Uji Zat Warna Golongan IV

 Uji Zat Warna Reaktif


 Masukkan contoh uji dalam 3 ml larutan DMF 1:1 didihkan selama 2 menit
 Ulangi pengerjaannnya dalam 3 ml larutan DMF 100%
 Amati warna kedua larutan ekstraksinya (ekstraksi DMF 1:1 akan terwarnai
sangat muda sedangkan DMF 100% tidak terwarnai menunjukkan zat
warna reaktif)
 Uji Penentuan I
 Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi, tambahkan 3 ml larutan
NaOH 5%
 Didihkan selama 2 menit
 Filtratnya dimasukkan kapas didihkan
 Pewarnaan pada kapas menunjukkan zat warna reaktif

 Uji Penentuan II
 Masukka contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan (H2SO4
0,2% dan 6 mg Na2SO4)
 Didihkan beberapa menit
 Masukkan erat wool didihkan
 Pewarnaan pada serat wool menunjukkan zat warna reaktif

 Uji Zat Warna Pigmen


 Masukkan contoh uji kedalam 3 ml larutan DMF 1;1
 Didihkan selama 2 menit amati warnanya
 Ulangi pengerjaannya dengan larutan DMF 100%
 Pewarnaan muda pada DMF 1:1 dan pewarnaan tua dalam DMF 100%
menunjukkan adanya zat warna pigmen
BAB IV
HASIL

Data Terlampir
I. DISKUSI
ZAT WARNA GOLONGAN I
Zat warna golongan I adalah zat warna yang luntur dalam larutan amonia
atau asam asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat
warna direk, asam, basa, dan direk dengan pengerjaan iring. Prinsip pengujiannya
sendiri contoh uji dilunturkan warnanya dengan pereaksi tetentu dan larutan
ekstraksinya diamati daya celupnya atau kharakteristik khusus lainnya.
- Direk
Pada pengujian ini, praktikan diberi 3 lembar kain kapas (selulosa) yang telah
dicelup dengan menggunakan zat warna golongan I. Tugas praktikan disini adalah
menentukan zat warna apakah yang digunakan untuk mencelup kain selulosa
tersebut. Pada pengujian zat warna direk, contoh uji dilarutkan dalam amonia 10%
kemudian dipanaskan dan lunturannya dibagi dua untuk pengujian zat warna direk
dan zat warna asam. Pada uji zat warna direk, lunturan ditambah dengan NaCl dan
dimasukkan kapas putih, wool, dan akrilat kedalamnya kemudian dipanaskan lagi.
Penggunaan zat warna direk ditunjukkan oleh pencelupan dengan warna tua pada
kain kapas putih. Zat warna direk dapat dipakai mencelup serat kapas kaena dapat
berikatan dengan gugus hidroksil dari selulosa dengan ikatan hidrogen. Kekuatan
ikatan hidrogen umumnya tidak terlalu kuat, dapat putus dalam suhu tinggi, oleh
karenanya tahan luntur hasil pencelupan zat warna direk sangat rendah terutama
dalam pencucian panas. Selain ikatan hidrogen, kekuatan ikatan zat warna direk
dengan serat ditunjang dengan ikatan van der waals namun relatif sangat lemah.
Selain itu zat warna direk mempunyai afinitas dan substantifitas yang lebih besar
terhadap selulosa. Penambahan elektrolit seperti NaCl sangat berpengaruh sebab
elektrolit berfungsi untuk menambahkan penyerapan zat warna. Selulosa
bermuatan negatif tapi disisi lain zat warna direk cenderung bermuatan negative
juga sehingga terjadi tolak menolak. Elektrolit akan mengion dalam air dan ion
positifnya akan menetralkan selulosa sehingga zat warna terserap.

- Asam
Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena memiliki gugus
pelarut sulfonat atau karbosilat dalam struktur molekulnya. Gugus-gugus tersebut
juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik dengan tempat-
tempat positif dalam serat wol atau sutera. Kain wol dapat tercelup oleh zat warna
asam karena adanya tempat-tempat positif pada kain wol. Tempat positif ini yaitu
pada gugus amina yang merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan
ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen). Netralkan larutan
ekstraksi yang diperoleh dari larutan amonia dengan asam asetat 10% (periksa
dengan kertas lakmus atau kertas pH) pastikan larutan bersuasana asam karena
supaya terbentuk muatan positif yang nyata pada serat, akibat adanya ion H+ yang
terserap gugus amina dari wol.

- Basa
Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut, tetapi
dalam larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi bentuk garam
yang mudah larut. Zat warna basa secara alami bersifat kationik, sehingga dapat
digunakan untuk mencelup serat akrilat, dimana zat warna basa akan berikatan
secara ionik dengan gugus-gugus sulfonat atau karboksilat yang ada dalam serat
sehingga tahan lunturnya cukup baik. Dalam pencelupan larutan harus diatur pH
nya dengan menggunakan asam asetat agar terbentuknya kation zat warna basa.
Sebaiknya pH yang digunakan yaitu sebesar 4,5, apabila terlalu besar maka
kelarutan zat warna akan berkurang dan warna akan berubah kearah yang lebih
pendek sehingga menimbulkan warna yang muda dan menyulitkan untuk
pengamatan. Sedangkan apabila pH rendah terbentuknya muatan negatif pada
gugus karboksilat pada serat akan lebih sulit, sehingga laju pencelupan akan lebih
lambat dan akan terjadi penurunan kekuatan bahan yang dicelup. Pada saat uji
penentuan zat warna basa ditambahkan NaOH dan eter, lapisan eter berada di atas
lalu lapisan eter dipindahkan menggunakan pipet ke tabung reaksi yang baru,
setelah itu beri penambahan asam asetat, eter yang berwarna berada di bawah itu
berarti positif zat warna basa hal ini dikarenakan terjadi endapan zat warna basa.

ZAT WARNA GOLONGAN II


Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali semula oleh oksidasi dengan
udara.

- Belerang
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang sebagai
kromofor. Struktur molekul zat warna belerang merupakan struktur yang tidak larut
dalam air. Maka dari itu diperlukan gugus pelarut saat proses pencelupan. Pada zat
warna belerang tidak menggunakan reduktor kuat seperti Natrium Hidrosulfit,
melainkan menggunakan Na2S hal ini dikarenakan zat warna belerang tidak tahan
reduktor kuat, karena Natrium Hidrosulfit akan menyerang gugus kromofor zat
warna belerang ini membuat zat warna belerang menjadi tidak berwarna.
Zat warna belerang dapat dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah Na 2S
yang akan mereduksi jembatan disulfide membentuk asam leuco serta
penambahan alkali lemah Na2CO3 yang berfungsi untuk merubah asam leuco yang
tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Lalu dilakukan penambahan NaCl
sebagai pendorong penyerapan zat warna, garam leuco akan masuk kedalam pori-
pori serat kapas.
Selulosa + 2n D-S-Na → Selulosa 2n D-S-Na
Dilakukan pengoksidasian oleh udara agar garam leuco zat warna belerang dalam
serat dirubah menjadi zat warna belerang yang tidak larut dan berikatan secara
fisika dengan serat.
Selulosa.2n D-S-Na →(On) Selulosa.n(D-S-S-D)
Uji penentuan dengan menggunakan kertas pb asetat, dengan menggunakan asam
klorida maka gas hidrogen sulfide dilepaskan yang bisa diidentifikasi dari banunya
yang khas, dan dari menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi larutan timbel
asetat.

- Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, untuk melarutkannya zat warna bejana
dirubah menjadi asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Suatu
reduktor dapat membantu senyawa untuk di bejana kan. Artinya dirubah menjadi
bentuk leuco, yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi yang akan larut dalam
larutan alkali. Senyawa leuco memiliki substantivitas terhadap selulosa, sehingga
dapat mencelupnya. Penambahan NaOH yang berfungsi untuk melarutkan leuco zat
warna bejana dan untuk merubah asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco
yang larut. Dipanaskan agar proses berlangsung dengan cepat, lalu dilakukan
penambahan Na2S2O4 yang berfungsi sebagai reduktor untuk mereduksi zat warna
bejana menjadi asam leuco. Proses pencelupan membutuhkan bantuan NaCl yang
berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat warna. Uji penentuan menggunakan
lilin parafin zat warna bejana berwarna di paraffin, terwarnai secara permanen hal
ini karena zat warna bejana terus teroksidasi sehingga zat warna bejana nya
permanen di paraffin. Pada uji dengan NaOCl 5% 10 menit zat warna yang tidak
rusak di NaOCl itu hanya zat warna bejana sedangkan zat warna reaktif dan
belerang rusak di NaOCl.

- Bejana-belerang
Pada pengujian zat warna bejana-belerang posisi kain sebagai contoh uji berada di
tengah-tengah maksudnya pada uji zat warna bejana kain kapas tercelup namun
warnanya jauh lebih muda dibandingkan lunturannya, sedangkan pada uji zat
warna belerang kertas Pb asetat nya terwarnai hitam. Pada pengujian parafin
hasilnya positif.

ZAT WARNA GOLONGAN 3 DAN 4


Zat warna golongan III adalah zat warna yang rusak oleh reduksi dengan
natrium hidrosulfit dalam suasana alkali dan larutan ekstraksinya dalam ammonia
atau asam asetat tidak mencelup kembali kain kapas putih.
- Nafthol
Zat warna naftol adalah zat warna azo yang pembuatannya simultan dengan
pencelupan, artinya naftol itu bukan zat warnanya. Komponen utama dalam zat
warna naftol adalah Naftol dan Garam Diazonium. Naftol tidak larut dalam air,
untuk penaftolan harus diubah menjadi naftolat dengan menambahkan NaOH.
Setelah penaftolan, lalu dibangkitkan dengan garam diazonium sehingga terjadi
proses kopling serat dengan garam diazonium. Proses pencelupan ditambahkan
NaCl karena afinitas naftolat sangat kecil sehingga perlu dibantu dengan
penambahan NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna, sehingga naftolat
akan masuk kedalam pori-pori serat kapas. Contoh uji dimasukkan kedalam tabung
reaksi. Ditambahkan 1 ml NaOH 1% dalam 3 ml alcohol dididihkan. Ditambahkan
Na2S2O4 dipanaskan atau dididihkan (warna akan tereduksi). Didinginkan, contoh uji
diambil diamati warnanya. Warna rusak menunjukkan adanya zat warna naftol atau
reaktif (dengan oksidasi warna akan kembali). Kedalam filtrate dimasukkan kapas
putih dan NaCl dididihkan selama 2 menit. Kapas berwarna kuning dan berpendar
dibawah sinar uv ultra lembayaung menunjukkan zw naftol. Kapas yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu kapas nafthol, yang apabila disinari uv berpendar maka
positif nafthol. Pengujian pada lelehan paraffin menunjukkan hal positif yaitu
paraffin terwarnai namun warna akan hilang karena sangat mudah tereduksi
(temporer).

Zat warna golongan IV adalah zat warna yang luntur dalam pelarut organik DMF 1:1
dan DMF 100%.
- Pigmen
Zat warna pigmen berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai gugus yang
dapat berikatan dengan serat. Pada proses pencapan perlu dibantu dengan binder
untuk pengikat antara serat dan zat warna, sehingga tahan lunturnya tergantung
kekuatan lapisan binder terhadap zat warnanya. Untuk uji pertama zat warna
dilarutkan dengan DMF 100% dan DMF 1:1, pada DMF 1:1 menunjukkan warna
muda sedangkan pada DMF 100% menunjukkan warna tua. Kemudian dilakukan uji
penentuan dengan mikroskop, karena zat warna pigmen hanya berada di
permukaan serat maka saat pengamatan dengan menggunakan mikroskop partikel-
partikel zat warna pigmen berada dipermukaan serat, seperti bergerombol.
Kemudian dilakukan pengujian 2 untuk zat warna pigmen yang berwarna biru
dengan asam nitrat pekat menunjukkan warna violet dan dengan asam sulfat pekat
menunjukkan warna hijau hal tersebut terjadi karena zat warna pigmen akan rusak
oleh asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat yang menyebabkan zat warna pada
bahan berubah sehingga terjadi penurunan panjang gelombang pada zat warna
tersebut.

- Reaktif
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat.
Pengujian zat warna reaktif menggunakan DMF 1:1 yang akan menunjukkan warna
muda sedangkan dengan DMF 100% tidak berwarna. Dilakukan uji penentuan yaitu
dengan mencelup wol dalam suasana asam karena pada zat warna reaktif pada wol
dengan suasana asam akan menghasilkan warna yang lebih tua dibandingkan
dengan serat kapas. Zat warna reaktif rusak di NaOCl 5%.
II. SIMPULAN
Hasil praktikum yang telah dilakukan berdasarkan contoh uji yang diberikan:
Zat warna golongan 1:
- Sampel no 35 teridentifikasi zat warna direk
- Sampel no 31 teridentifikasi zat warna asam
- Sampel no 27 teridentifikasi zat warna basa
Zat warna golongan 2:
- Sampel no 40 teridentifikasi zat warna bejana
- Sampel no 10 teridentifikasi zat warna belerang
- Sampel no 14 teridentifikasi zat warna hydron
Zat warna golongan 3 dan 4
- Sampel no 41 teridentifikasi zat warna reaktif
- Sampel no 13 teridentifikasi zat warna pigmen
- Sampel no 61 teridentifikasi zat warna nafthol
III. DAFTAR PUSTAKA
Ir. Rasyid Djufri, dkk. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan
Pencapan.Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. 1976.
Moerdoko,Wibowo, dkk. Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. 1975. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
http://dokumen.tips/documents/uji-zat-warna-pada-selulosa.html (diunduh
pukul 19.39 jumat 16 okt 2015)

Anda mungkin juga menyukai