PENDAHULUAN
Prinsip pengujian dari uji zat warna pada selulosa ini adalah contoh uji dilunturkan
warnanya dengan pereaksi tertentu dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya
atau karakteristik khusus lainnya.
1.2 Maksud dan Tujuan
MAKSUD
Mengetahui jenis zat warna yang digunakan untuk mencelup kain selulosa.
TUJUAN
Contoh struktur molekul zat warna bejana dapat dilihat pada gambar 2.2.4.
-
- Gambar 2.2.5 C.I. Sulphur Yellow 8
-
- Gambar 2.2.8 C.I. Reactive yellow 15
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Uji Penentuan
Tambahkan 3 ml larutan NaOH 10% (sampai alkalis) kedalam larutan
ekstraksi zat warna yang panas
Dinginkan kemudian tambahkan 3 ml eter
Kocok larutan tersebut,biarkan memisah (air dibawah, eter diatas)
Pindahkan lapisan eter kedalam tabung reaksi lain
Tambahkan 1-3 ml asamasetat 10% kocok lagi
Pewarnaan kembali lapisan larutan asam asetat dengan warna yang sama
dengan warna yang asli menunjukkan adanya zat warna basa
Uji Penentuan I
Didihkan contoh uji dalam 3 ml larutan NaOH 10% kemudian cuci bersih (2
x dengan air mengalir)
Masukkan contoh uji (bersih) tambahkan ± 2 ml HCl 16%
Didihkan selama 0,5-1 menit biarkan dingin
Tambahkan ± 3 ml SnCl2 10%
Letakkan kertas timbalasetat pada mulut tabung (kertas Pb Ac : kertas
saring dibasahi dengan larutan Pb Ac 10%) panaskan
Warna coklat atau hitampada kertas Pb Ac menunjukkan ZW belerang
Uji Penentuan II
Rendam contoh uji dengan larutan NaOCl 10%
Zat warna belerang akan rusak dalam waktu 5 menit
3.2.3 Uji Zat Warna Golongan III
Uji Penentuan II
Masukka contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan (H2SO4
0,2% dan 6 mg Na2SO4)
Didihkan beberapa menit
Masukkan erat wool didihkan
Pewarnaan pada serat wool menunjukkan zat warna reaktif
Data Terlampir
I. DISKUSI
ZAT WARNA GOLONGAN I
Zat warna golongan I adalah zat warna yang luntur dalam larutan amonia
atau asam asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat
warna direk, asam, basa, dan direk dengan pengerjaan iring. Prinsip pengujiannya
sendiri contoh uji dilunturkan warnanya dengan pereaksi tetentu dan larutan
ekstraksinya diamati daya celupnya atau kharakteristik khusus lainnya.
- Direk
Pada pengujian ini, praktikan diberi 3 lembar kain kapas (selulosa) yang telah
dicelup dengan menggunakan zat warna golongan I. Tugas praktikan disini adalah
menentukan zat warna apakah yang digunakan untuk mencelup kain selulosa
tersebut. Pada pengujian zat warna direk, contoh uji dilarutkan dalam amonia 10%
kemudian dipanaskan dan lunturannya dibagi dua untuk pengujian zat warna direk
dan zat warna asam. Pada uji zat warna direk, lunturan ditambah dengan NaCl dan
dimasukkan kapas putih, wool, dan akrilat kedalamnya kemudian dipanaskan lagi.
Penggunaan zat warna direk ditunjukkan oleh pencelupan dengan warna tua pada
kain kapas putih. Zat warna direk dapat dipakai mencelup serat kapas kaena dapat
berikatan dengan gugus hidroksil dari selulosa dengan ikatan hidrogen. Kekuatan
ikatan hidrogen umumnya tidak terlalu kuat, dapat putus dalam suhu tinggi, oleh
karenanya tahan luntur hasil pencelupan zat warna direk sangat rendah terutama
dalam pencucian panas. Selain ikatan hidrogen, kekuatan ikatan zat warna direk
dengan serat ditunjang dengan ikatan van der waals namun relatif sangat lemah.
Selain itu zat warna direk mempunyai afinitas dan substantifitas yang lebih besar
terhadap selulosa. Penambahan elektrolit seperti NaCl sangat berpengaruh sebab
elektrolit berfungsi untuk menambahkan penyerapan zat warna. Selulosa
bermuatan negatif tapi disisi lain zat warna direk cenderung bermuatan negative
juga sehingga terjadi tolak menolak. Elektrolit akan mengion dalam air dan ion
positifnya akan menetralkan selulosa sehingga zat warna terserap.
- Asam
Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena memiliki gugus
pelarut sulfonat atau karbosilat dalam struktur molekulnya. Gugus-gugus tersebut
juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik dengan tempat-
tempat positif dalam serat wol atau sutera. Kain wol dapat tercelup oleh zat warna
asam karena adanya tempat-tempat positif pada kain wol. Tempat positif ini yaitu
pada gugus amina yang merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan
ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen). Netralkan larutan
ekstraksi yang diperoleh dari larutan amonia dengan asam asetat 10% (periksa
dengan kertas lakmus atau kertas pH) pastikan larutan bersuasana asam karena
supaya terbentuk muatan positif yang nyata pada serat, akibat adanya ion H+ yang
terserap gugus amina dari wol.
- Basa
Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut, tetapi
dalam larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi bentuk garam
yang mudah larut. Zat warna basa secara alami bersifat kationik, sehingga dapat
digunakan untuk mencelup serat akrilat, dimana zat warna basa akan berikatan
secara ionik dengan gugus-gugus sulfonat atau karboksilat yang ada dalam serat
sehingga tahan lunturnya cukup baik. Dalam pencelupan larutan harus diatur pH
nya dengan menggunakan asam asetat agar terbentuknya kation zat warna basa.
Sebaiknya pH yang digunakan yaitu sebesar 4,5, apabila terlalu besar maka
kelarutan zat warna akan berkurang dan warna akan berubah kearah yang lebih
pendek sehingga menimbulkan warna yang muda dan menyulitkan untuk
pengamatan. Sedangkan apabila pH rendah terbentuknya muatan negatif pada
gugus karboksilat pada serat akan lebih sulit, sehingga laju pencelupan akan lebih
lambat dan akan terjadi penurunan kekuatan bahan yang dicelup. Pada saat uji
penentuan zat warna basa ditambahkan NaOH dan eter, lapisan eter berada di atas
lalu lapisan eter dipindahkan menggunakan pipet ke tabung reaksi yang baru,
setelah itu beri penambahan asam asetat, eter yang berwarna berada di bawah itu
berarti positif zat warna basa hal ini dikarenakan terjadi endapan zat warna basa.
- Belerang
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang sebagai
kromofor. Struktur molekul zat warna belerang merupakan struktur yang tidak larut
dalam air. Maka dari itu diperlukan gugus pelarut saat proses pencelupan. Pada zat
warna belerang tidak menggunakan reduktor kuat seperti Natrium Hidrosulfit,
melainkan menggunakan Na2S hal ini dikarenakan zat warna belerang tidak tahan
reduktor kuat, karena Natrium Hidrosulfit akan menyerang gugus kromofor zat
warna belerang ini membuat zat warna belerang menjadi tidak berwarna.
Zat warna belerang dapat dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah Na 2S
yang akan mereduksi jembatan disulfide membentuk asam leuco serta
penambahan alkali lemah Na2CO3 yang berfungsi untuk merubah asam leuco yang
tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Lalu dilakukan penambahan NaCl
sebagai pendorong penyerapan zat warna, garam leuco akan masuk kedalam pori-
pori serat kapas.
Selulosa + 2n D-S-Na → Selulosa 2n D-S-Na
Dilakukan pengoksidasian oleh udara agar garam leuco zat warna belerang dalam
serat dirubah menjadi zat warna belerang yang tidak larut dan berikatan secara
fisika dengan serat.
Selulosa.2n D-S-Na →(On) Selulosa.n(D-S-S-D)
Uji penentuan dengan menggunakan kertas pb asetat, dengan menggunakan asam
klorida maka gas hidrogen sulfide dilepaskan yang bisa diidentifikasi dari banunya
yang khas, dan dari menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi larutan timbel
asetat.
- Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, untuk melarutkannya zat warna bejana
dirubah menjadi asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Suatu
reduktor dapat membantu senyawa untuk di bejana kan. Artinya dirubah menjadi
bentuk leuco, yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi yang akan larut dalam
larutan alkali. Senyawa leuco memiliki substantivitas terhadap selulosa, sehingga
dapat mencelupnya. Penambahan NaOH yang berfungsi untuk melarutkan leuco zat
warna bejana dan untuk merubah asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco
yang larut. Dipanaskan agar proses berlangsung dengan cepat, lalu dilakukan
penambahan Na2S2O4 yang berfungsi sebagai reduktor untuk mereduksi zat warna
bejana menjadi asam leuco. Proses pencelupan membutuhkan bantuan NaCl yang
berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat warna. Uji penentuan menggunakan
lilin parafin zat warna bejana berwarna di paraffin, terwarnai secara permanen hal
ini karena zat warna bejana terus teroksidasi sehingga zat warna bejana nya
permanen di paraffin. Pada uji dengan NaOCl 5% 10 menit zat warna yang tidak
rusak di NaOCl itu hanya zat warna bejana sedangkan zat warna reaktif dan
belerang rusak di NaOCl.
- Bejana-belerang
Pada pengujian zat warna bejana-belerang posisi kain sebagai contoh uji berada di
tengah-tengah maksudnya pada uji zat warna bejana kain kapas tercelup namun
warnanya jauh lebih muda dibandingkan lunturannya, sedangkan pada uji zat
warna belerang kertas Pb asetat nya terwarnai hitam. Pada pengujian parafin
hasilnya positif.
Zat warna golongan IV adalah zat warna yang luntur dalam pelarut organik DMF 1:1
dan DMF 100%.
- Pigmen
Zat warna pigmen berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai gugus yang
dapat berikatan dengan serat. Pada proses pencapan perlu dibantu dengan binder
untuk pengikat antara serat dan zat warna, sehingga tahan lunturnya tergantung
kekuatan lapisan binder terhadap zat warnanya. Untuk uji pertama zat warna
dilarutkan dengan DMF 100% dan DMF 1:1, pada DMF 1:1 menunjukkan warna
muda sedangkan pada DMF 100% menunjukkan warna tua. Kemudian dilakukan uji
penentuan dengan mikroskop, karena zat warna pigmen hanya berada di
permukaan serat maka saat pengamatan dengan menggunakan mikroskop partikel-
partikel zat warna pigmen berada dipermukaan serat, seperti bergerombol.
Kemudian dilakukan pengujian 2 untuk zat warna pigmen yang berwarna biru
dengan asam nitrat pekat menunjukkan warna violet dan dengan asam sulfat pekat
menunjukkan warna hijau hal tersebut terjadi karena zat warna pigmen akan rusak
oleh asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat yang menyebabkan zat warna pada
bahan berubah sehingga terjadi penurunan panjang gelombang pada zat warna
tersebut.
- Reaktif
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat.
Pengujian zat warna reaktif menggunakan DMF 1:1 yang akan menunjukkan warna
muda sedangkan dengan DMF 100% tidak berwarna. Dilakukan uji penentuan yaitu
dengan mencelup wol dalam suasana asam karena pada zat warna reaktif pada wol
dengan suasana asam akan menghasilkan warna yang lebih tua dibandingkan
dengan serat kapas. Zat warna reaktif rusak di NaOCl 5%.
II. SIMPULAN
Hasil praktikum yang telah dilakukan berdasarkan contoh uji yang diberikan:
Zat warna golongan 1:
- Sampel no 35 teridentifikasi zat warna direk
- Sampel no 31 teridentifikasi zat warna asam
- Sampel no 27 teridentifikasi zat warna basa
Zat warna golongan 2:
- Sampel no 40 teridentifikasi zat warna bejana
- Sampel no 10 teridentifikasi zat warna belerang
- Sampel no 14 teridentifikasi zat warna hydron
Zat warna golongan 3 dan 4
- Sampel no 41 teridentifikasi zat warna reaktif
- Sampel no 13 teridentifikasi zat warna pigmen
- Sampel no 61 teridentifikasi zat warna nafthol
III. DAFTAR PUSTAKA
Ir. Rasyid Djufri, dkk. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan
Pencapan.Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. 1976.
Moerdoko,Wibowo, dkk. Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. 1975. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
http://dokumen.tips/documents/uji-zat-warna-pada-selulosa.html (diunduh
pukul 19.39 jumat 16 okt 2015)