Anda di halaman 1dari 11

Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

ANALISA TINGKAT KEBISINGAN SEBAGAI UPAYA


PENGELOLAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI
UNIT PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA UAP PT. X KOTA
PADANG
Muhammad Edo
Environtment Engineering, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang
Email : edomuhammad35@gmail.com

Abstrak: Risiko kerusakan pendengaran pada pekerja dapat disebabkan oleh bising yang
tinggi atau jumlah waktu paparan yang berlebihan. Pekerja lapangan di Unit Pembangkitan
Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang setiap hari berhubungan dengan mesin-mesin
pembangkit listrik yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa tingkat kebisingan yang ada dilokasi penelitian dan mengetahui waktu
pemaparan maksimal yang diperbolehkan. Metode penelitian yang digunakan adalah
melakukan perhitungan tingkat kebisingan yang terjadi di Unit Pembangkitan Listrik Tenaga
Uap PT. X Kota Padang berdasarkan KepMenLH No 48 Tahun 1996 dan SNI 7231-2009
kemudian melakukan analisa waktu maksimal pekerja terpapar kebisingan yang ditimbulkan
berdasarkan metode perhitungan NIOSH. Dari hasil penelitian, empat titik sampel yang
diambil berada di atas Nilai Ambang Batas (NAB) PerMenKes Republik Indonesia No 70
Tahun 2016. Waktu terlama pemaparan yaitu titik 4 (Area Condensar Water Pump) dengan
waktu pemaparan maksimal selama 6,83 jam, sedangkan waktu pemaparan paling singkat
yaitu titik 2 (Area Boiler) dengan lama pemaparan diperbolehkanhanya selama 7,26 menit.
Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X
Kota Padang dalam penerapan Sistem Manjemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
di Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang.

Kata kunci : tingkat kebisingan, NIOSH, lama paparan kebisingan, sound level meter

Abstract: The risk of hearing damage to workers can be caused by high noise or excessive
amount of exposure time. Field workers in the Steam Power Generation unit PT. X Padang
City every day is associated with power generation machines that have high noise levels. This
study aims to analyze the noise level at the research location and determine the maximum
exposure time allowed. The research method used is to calculate the noise level that occurs in
the Steam Power Generation Unit PT. X Padang City based on KepMenLH No 48 Year 1996
and SNI 7231-2009 then analyze the maximum time workers were exposed to noise generated
based on the NIOSH calculation method. From the results of the study, four sample points
were taken above the Threshold Value (NAB) PerMenKes Republik Indonesia No 70 Year
2016. The longest time for exposure is point 4 (Condensar Water Pump Area) with a
maximum exposure time of 6.83 hours, while the shortest exposure time is point 2 (Area
Boiler) with exposure allowed for only 7.26 minutes. It is hoped that this research will be
useful for the Steam Power Generation Unit PT. X Padang City in the application of the
Occupational Health and Safety Management System (SMK3) in the Steam Power Generation
Unit of PT. X Padang City.

Keywords: noise level, NIOSH, duration of noise exposure, sound level meter

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

PENDAHULUAN
Kinerja karyawan dalam suatu industri sangat bergantung kepada Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di tempat kerja. Penggunaan mesin modern, juga memberikan pengaruh terhadap
kinerja karyawan khususnya yang memiliki kontak langsung dengan peralatan industri
maupun yang berada disekitarnya. Salah satu faktor bahaya yang berasal dari operasional
peralatan industri dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan karyawan adalah kebisingan.
Kebisingan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan industri karena hampir semua proses
produksi di suatu industri akan menimbulkan kebisingan (Fithri dan Annisa, 2015). Indonesia
menetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) tingkat kebisingan di tempat kerja yaitu maksimal 85
dB dengan lama paparan 8 jam (PerMenKes RI No 70 Tahun 2016). Apabila hasil
pengukuran tingkat kebisingan di tempat kerja selalu melebihi NAB dengan frekuensi yang
cukup sering, periode pajanan setiap hari, lama paparan yang terintegrasi dengan waktu kerja,
pengaruh kepekaan individu, faktor umur dan sebagainya, maka akan menimbulkan noise
induced hearing loss (NHIL) (Sasmita, A. dkk., 2016).
Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang merupakan salah satu industri
pensuplai energi listrik di Sumatera Bagian Selatan. Unit ini yang berada di Provinsi
Sumatera Barat yang memiliki kapasitas 112 x 2 MW. Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap
PT. X Kota Padang dioperasikan dengan peralatan/mesin yang menghasilkan intensitas
kebisingan yang cukup tinggi, sehingga dapat menyebabkan resiko terpapar bising bagi
pekerja cukup tinggi. Beberapa area yang diindikasikan memiliki intensitas kebisingan cukup
tinggi di perusahaan ini diantaranya Area Turbin, Area Boiler, Area Desalination dan Area
Condensar Water Pump House. Peralatan mesin yang digunakan pada area ini untuk proses
produksi beroperasi selama 24 jam (Wenhong, Yan dan Jin, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sasmita (2016), yang menyatakan untuk
titik lokasi yang memiliki tingkat kebisingan diatas nilai ambang batas nilai NIOSH, dapat
menggunakan alat pelindung diri (ear plug) untuk mengurangi tingkat kebisingan sehingga
memungkinkan untuk lebih lama terpapar kebisingan. Diharapkan penelitian ini bermanfaat
untuk Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang untuk melengkapi data-data
dalam penerapan Sistem Manjemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) mengenai
intensitas kebisingan dan waktu paparan yang di perbolehkan di Unit Pembangkitan Listrik
Tenaga Uap PT. X Kota Padang.

METODOLOGI
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian experimen kuantitatif.
Data yang di perlukan dalam analisis penelitian didapatkan dari pengukuran dengan alat
Sound Level Meter dan diolah menggunakan microsoft excel untuk menghitung intensitas
kebisingan rata-ratanya per 10 menit.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang -
Sumatera Barat, sebanyak 4 titik yaitu di area Turbin, Area Boiler, Area Desalinatioan Plant
dan Area Condensar Water Pump House. Sumber kebisingan dari area tersebut yaitu :
1. Titik Satu (Area Turbin) : Steam Turbin dan Generator
2. Titi Dua (Area Boiler) : Blower udara dan Motor-motor Air Fan
3. Titik Tiga (Area Desalination Plant) : Motor Hight Pressure Pump
4. Titik Empat (Area Condensar Water Pump) : pompa Suply pengolahan air dan Pompa
Condensar.

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

4. CWP House

3. Area
Desalination
Plant
2. Area Boiler

1. Area Turbin

Gambat 1 Peta Titik Pengukuran Sampling Kebisingan

Waktu dan Prosedur Pengukuran


Penelitian pada 4 titik lokasi dilaksanakan selama satu hari. Pengukuran satu hari mewakili
pengukuran selama tujuh hari. Hal itu dikarenakan kondisi alat dan mesin yang hidup atau
beroperasi selama 24 jam. Pemilihan prosedur pengukuran kebisingan dilakukan sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48
Tahun 1996 Lampiran II Tentang Metoda Pengukuran dan SNI 7231-2009. Perhitungan dan
Evaluasi Tingkat Kebisingan Lingkungan. Pengambilan data dilakukan dalam waktu 24 jam
(LSM) dengan waktu pada siang hari adalah selama 16 jam (LS) dengan rentang waktu
(06.00-22.00) WIB dan malam hari adalah selama 8 jam (LM) dengan rentang waktu (22.00-
06.00) WIB. Pengambilan data dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit. Adapun waktu
pengukuran terbagi tujuh, yaitu:
1. L1 diukur dengan rentang waktu antara (06.00-09.00) WIB;
2. L2 diukur dengan rentang waktu antara (09.00-14.00) WIB;
3. L3 diukur dengan rentang waktu antara (14.00-17.00) WIB;
4. L4 diukur dengan rentang waktu antara (17.00-22.00) WIB;
5. L5 diukur dengan rentang waktu antara (22.00-24.00) WIB;
6. L6 diukur dengan rentang waktu antara (24.00-03.00) WIB;
7. L7 diukur dengan rentang waktu antara (03.00-06.00) WIB.

Alat
1. Sound Level Meter tipe KRISBOW KW06-209 yang mempunyai Range pengukuran
35dB – 130dB.
2. Stopwatch untuk menghitung waktu pengambilan sampling kebisingan.
3. GPS (Global Positioning System) untuk menentukan koordinat lokasi pengukuran.
4. TEMPERATURE tipe HTC-1 untuk mengukur kelembaban udara saat pengambilan
sampel.
5. Anemometer untuk mengukur kecepatan angin
6. Tree Pod sebagia dudukan alat Sound Level Meter saat pengukuran.

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

Sumber Data
Data Primer
Pengambilan data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari hasil pengukuran di
lapangan. Data primer didapat dengan melakukan observasi lapangan berupa pengambilan
sampel kebisingan, dokumentasi.
Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum wilayah studi.
Data sekunder didapat dengan melakukan studi pustaka dan dari data perusahaan yang
berhubungan dengan kebisingan sebagai acuan

Teknik Pengolahan data


Dari hasil pengolahan data akan diperoleh tingkat tekanan suara ekivalen (Leq), tingkat
tekanan suara ekivalen pada siang hari (LS), tingkat tekanan suara ekivalen pada malam hari
(LM), dan tingkat tekanan suara ekivalen selama siang dan malam hari (LSM). Tahap-tahap
pengolahan data adalah:
A. Perhitungan Leq menggunakan rumus (KepMenLH,1996): (pers 1)
Leq= 10 Log [ × (Σ × 10 0,1 × Li )] dB (1)
B. Perhitungan tingkat tekanan suara ekivalen pada siang hari (LS): (pers 2)
0,1×L1 0,1×L4
LS = 10 log {(T1×10 ) + ,… +( T4×10 )} dB (A) (2)
C. Perhitungan tingkat tekanan suara ekivalen pada malam hari (LM): (pers 3)
0,1×L5 0,1×L7
LM = 10 log {(T5×10 ) + ,… + (T7×10 )} dB (A) (3)
D. Perhitungan tingkat tekanan suara ekivalen selama siang dan malam hari (LSM): (pers 4)
0,1×Ls 0,1(Lm+5)
LSM = 10 log {(16×10 ) +( 8×10 )} dB (A) (4)
E. Perhitungan waktu paparan menggunakan (Rumus NIOSH) (Pers 5)
T= (5)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Meteorologi
Data meteorologi merupakan data pendukung yang dijadikan acuan dalam penggambaran
situasi pengukuran kebisingan. Data pendukung meteorologi harus disesuaikan dengan SNI
7231_2009 meliputi temperature (-100C – 500C), kelembapan (<90%), kecepatan angin
(Pemakaian pelindung Mikropon) dan titik koordinat lokasi pengukuran kebisingan. Lebih
jelasnya mengenai kondisi meterologi pengukuran kebisingan dapat dilihat pada table 4.1 di
bawah ini.
Tabel 1. Kondisi Meteorologi
Kondisi Nilai Terukur
Meteorologi 06.00 -22.00 22.00-06.00
Temperatur (oC) 26.2 – 27.5 26.0 – 26.8
Kelembapan (%) 64 – 69 69 – 76
Kecepatan angin (m/s) 0.00 –0.46 0.00 – 0.72
Titik koordinat -1.075807,100.373793

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

Data pengukuran Intensitas Kebisingan


Pengukuran kebisingan dilakukan di Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X Kota
Padang menggunakan alat sound level meter (SLM) pada hari Rabu dan Kamis, yaitu pada
tanggal 3 Juli 2019 mulai pukul 06:00 Wib sampai tanggal 4 Juli 2019 pukul 03.00 Wib di 4
titik pengukuran. Pengambilan data kebisingan dilakukan pada kondisi normal kegiatan
operasional, tidak ada kegiatan lain yang mempengaruhi tingkat kebisingan seperti hujan
lebat, angin ribut, dan kecelakaan kerja. Data kebisingan dibaca setiap 5 detik selama 10
menit berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga data yang dihasilkan sebanyak 120
data untuk satu titik pengukuran. Pengukuran kebisingan dilakukan berdasarkan Kepmen-LH
No. 48 tahun 1996 dan SNI 7231- 2009. Tingkat kebisingan yang dihasilkan berada pada
rentang 81 dB - 103,70 dB. Setelah hasil pengukuran dilakukan data yang di dapat di hitung
mengunakan rumus yang telah di tentukan dan di bandingkan dengan baku mutu yang di
tetapkan. Untuk lebih jelasnya, berikut contoh hasil pengukuran tingkat kebisingan (L1) pada
titik satu pada tabel di bawah ini (Tabel 2).
Tabel 2 Data Pengukuran Kebisingan Titik Satu (Area
Turbin) Jam 06.00 WIB Setiap 5 Detik selama 10 Menit

Tingkat Kebisingan (dB)


0 – 2 Menit 2 – 4 Menit 4 – 6 Menit 6 – 8 Menit 8 – 10 Menit
92,1 92,5 92,9 92,7 92,7
92,4 92,7 92,5 92,8 92,4
92,3 92,6 93,3 93,2 92,8
92,6 92,6 92,8 93,1 92,6
92,9 92,7 93 92,9 93,1
93 93,7 92,9 92,5 93
92,8 92,6 92,5 92,4 92,7
92,7 92,1 92,6 93 93
92,5 92,4 92,7 92,7 92,5
92,4 92,6 93,1 92,6 92,8
92,2 92,7 92,3 92,8 93
92,5 92,8 92,6 92,7 92,8
92,3 92,6 92,9 92,9 92,7
92,4 93,1 92,3 93,1 92,5
93,1 93 92,5 93,2 92,8
92,4 92,7 92,6 92,6 92,4
92,2 92,8 93,1 92,8 93,2
92 92,4 93,2 93,1 92,5
92,8 92,2 92,4 93 92,4
92,6 93,3 93,5 92,7 92,6
93,3 93 93,4 92,6 92,7
93,1 92,8 93,5 92,3 93,2
92,7 92,8 93,4 92,6 93,1
92,9 93,2 93,2 93 92,5

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

Berdasarkan tabel di atas di dapatkan tingkat kebisingan maximum yaitu : 93,7 dB dan
minimum 92 dB.Berdasarkan nilai minimum dan maximum yang dilihat pada tabel, maka
ditentukan nilai r (range max-min), k (jumlah kelas) dan i (interval kelas) untuk menentukan
distribusi frekuensi.
Nilai r
r = Max – Min
= 93,7 – 92
= 1.7
Nilai k
k = 1 + 3,3 Log n
= 1 + 3,3 Log 120
= 7,86
Nilai i
i=
= 1,7/7,86
= 0,2
Data distribusi frekuensi dibuat berdasarkan hasil perhitungan di atas. Kemudian ditentukan
distribusi frekuensi berdasarkan interval bising, Nilai tengah, dan frekuensi dari interval
bising tersebut. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Titik Satu (Area Turbin)

No Interval Bising Nilai Tengah Frekuensi


1 92 - 92,2 92,1 6
2 92,3 - 92,5 92,4 27
3 92,6 - 92,8 92,7 45
4 92,9 - 93,1 93 27
5 93,2 - 93,4 93,3 12
6 93,5 - 93,7 93,6 3

Dari data distribusi ferkuensi di atas kemudian dilakukan perhitungan nilai Leq menggunakan
(Pers 1).
Nilai Leq
Leq= 10 Log [ × (Σ x 10 0,1 X Ln)] dB

Leq = 10 Log [ × (6 × 10 0,1 × 92.1) + (27 × 10 0,1 × 92,4) +


(45 × 10 0,1 X 92,7) + (27 x 10 0,1 X 93) + (12 x (10 0,1 X 93,3 ) + (3×10 0,1×93.6 )]
dB
= 92,77 dB

Berdasarkan perhitungan diatas, diketahui nilai Leq untuk L1 pada titik satu adalah sebesar
92,77 dB. Menggunakan rumus Leq yang sama juga digunakan dalam menentukan nilai
bising tiap jam dan tiap titik lainnya. Sehingga diperoleh hasil kebisingan tiap jam pada titik
satu sebagai berikut (Tabel 4).

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

Tabel 4. Hasil Perhitungan Leq Titik Satu (Area Turbin)


Selama 24 Jam

Waktu Pengukuran Leq dB


06.00 wib 92,77
09.00 wib 92,9
14.00 wib 93,02
17.00 wib 93,53
22.00 wib 92,61
00.00 wib 92,56
03.00 wib 92,57

Setelah didapatkan hasil perhitungan LTM10 setiap titik dan jamnya, maka dilakukan
perhitungan berikutnya untuk mendapatkan nilai LS (waktu pengukuran selama siang hari atau
selama 16 jam) dan LM (waktu pengukuran selama malam hari atau selama 8 jam).
menggunakan (pers 2) dan (pers 3).
Nilai Ls
0,1×L1 0,1×L4
LS = 10 log 1/16 {(T1×10 ) + ,… +( T4×10 )} dB (A)
0,1×92,77 0,1×92,0 0,1×93,02
= 10 log 1/16 {(3×10 ) + (5×10 ) + (3×10 )+
0,1×93,53
(5×10 )
= 93,11 dB
Nilai LM
0,1×L5 0,1×L7
LM = 10 log 1/8 {(T5×10 ) + ,… + (T7×10 )} dB (A)
= 10 log 1/8 {(2×100,1x92,61) + (3×100,1×92,56) + (3×100,1×92,57)}
= 92,58 dB
Dari perhitungan diatas didapatkan nilai Ls sebesar 93,11 dB dan nilai LM sebesar 92.58 dB.
Setelah mendapatkan hasil perhitungan nilai Ls dan LM maka ditentukan nilai LSM
menggunakan (pers 4) untuk mendapatkan nilai kebisingan selama satu hari. Dimana tingkat
Kebisingan selama satu hari di dapat dari perhitungan LSM sebagai berikut:
Nilai LSM
0,1×Ls 0,1(Lm+5)
LSM = 10 log 1/24 {(16×10 ) +( 8×10 )} dB (A)
0,1×93,11 0,1(92,58+5)
= 10 log 1/24 {(16×10 ) + (8×10 )}
= 95,15 dB
Dari perhitungan di atas didapatkan nilai LSM sebesar 95,15 dB untuk titik satu (Area Turbin).
Dengan perhitungan yang sama juga di lakukan pada ke tiga titik dan jam pengukuran
kebisingan lainnya (Area Boiler, Desalination Plant, dan Condensar Water Pump) sehingga
di dapatkan nilai LSM selama siang dan malam hari. Berdasarkan hasil pengukuran dan
perhitungan data kebisingan terhadap aktifitas kerja selama 24 jam, maka didapatkan data
rata-rata tingkat kebisingan di empat titik area kerja PT. PLN (Persero) PLTU Teluk Sirih
selama satu hari, untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel di bawah (Tabel 5).

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

Tabel 5. Hasil Perhitungan Leq Empat Titik Selama 24 Jam

Titik Pengukuran Tingkat NAB Kebisingan (dB) Keterangan


Kebisingan (dB) PMK No.70 tahun 2016

Titik 1 (Area Turbin) 95,15 85 Di atas NAB

Titik 2 (Area Boiler) 103,14 85 Di atas NAB

Titik 3 (Area 91,77 85 Di atas NAB


Desalination Plant)

Titik 4 (Area 85,68 85 Di atas NAB


Condensar Water
Pump)

Dari data di atas dapat dilihat keempat titik pengukuran yang dilakukan berada diatas Nilai
Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia No. 70 Tahun 2016 dimana nilai ambang batas yang telah
ditetapkan yaitu 85 dB. Resiko kerusakan atau keluhan gangguan pendengaran dengan tingkat
kebisingan <75 dB hingga 85 dB dengan lama paparan selama 8 jam dapat diabaikan, akan
tetapi tingkat kebisingan > 85 dB dengan masa kerja lebih dari 5 tahun bekerja dapat
menyebabkan peningkatan 1% terhadap keluhan gangguan pendengaran (Busyairi, 2014).

Analisis Waktu Maksimal Pekerja Terpapar Kebisingan Menggunakan Rumus Niosh


Pekerja yang berada di Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang dibagi
dalam tiga shift kerja dalam waktu 24 jam. Proses kerja setiap shiftnya dilakukan selama
delapan jam. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan di tempat kerja menurut NIOSH
adalah 85 dB selama 8 jam kerja per hari. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Leq, maka
dilakukan perhitungan untuk menentukan lama pemaparan kebisingan yang diperbolehkan
maka digunakan metode perhitungan NIOSH dari (pers 5). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada perhitungan NIOSH pada titik 1.

Nilai T Titik Satu (Area Turbin)

T=

= = 45,99 Menit = 0,77 Jam

Berdasarkan rumus yang dikeluarkan oleh NIOSH maka waktu lama pemaparan pekerja
terhadap kebisingan pada titik satu dengan tingkat kebisingan 95,15 dB adalah 45,99 menit
atau 0,77 jam. Perhitungan yang sama juga dilakukan pada data perhitungan ketiga titik
pengukuran lainnya (Area Boiler, Desalination Plant, dan Condensar Water Pump) untuk
mendapatkan waktu lama pemaparan. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel di bawah ini
(Tabel 6).

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

Tabel 6. Lama Waktu Paparan Empat Titik Berdasarkan


Perhitungan Metode NIOSH

Titik Pengukuran Lama Lama Keterangan


paparan Paparan
(Menit) (Jam)

Titik 1 (Area 45,99 0,77 Di atas


Turbin) NAB

Titik 2 (Area 7,26 0,12 Di atas


Boiler) NAB

Titik 3 (Area 100,44 1,67 Di atas


Desalination NAB
Plant)

Titik 4 (Area 410,21 6,83 Di atas


Condensar Water NAB
Pump)

Berdasarkan lamanya waktu pemaparan kebisingan yang diterima tenaga kerja setelah
dihitung dengan rumus maka dihasilkan waktu maksimal yang diperbolehkan bagi tenaga
kerja untuk terpapar kebisingan. Keempat titik pengukuran melebihi standart NIOSH yaitu 8
jam pemaparan untuk tingkat kebisingan 85 dB. Waktu terlama pemaparan yaitu titik 4
dengan waktu pemaparan selama 410,21 menit, sedangkan waktu pemaparan paling singkat
yaitu titik 2 dengan waktu pemaparan selama 7,26 menit. Semakin tinggi tingkat kebisingan
maka lama pemaparan semakin singkat, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat
kebisingan maka lama pemaparan semakin lama. Untuk mengurangi dampak kebisingan
dapat dilakukan dengan penggunaan APD berupa ear muff yang berfungsi mereduksi tingkat
kebisingan yang masuk ke telinga bagian luar dan bagian tengah sebelum masuk telinga
bagian dalam, ear muff lebih efektif dari pada ear plug karena dapat mengurangi intensitas
suara hingga 20 dB sampai dengan 30 dB (Busyairi, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sasmita (2016), yang menyatakan untuk
titik lokasi yang memiliki tingkat kebisingan diatas nilai ambang batas nilai NIOSH, dapat
menggunakan alat pelindung diri (ear plug) untuk mengurangi tingkat kebisingan sehingga
memungkinkan untuk lebih lama terpapar kebisingan. Dan perlu penanganan lebih lanjut
terhadap empat area pengukuran sampel kebisingan yang melebihi baku mutu kebisingan
sehingga tidak menimbulkan penyakit akibat kerja khususnya resiko kerusakan atau gangguan
pendengaran yang disebabkan oleh lamanya waktu pemaparan yang melebihi standar seperti,
memberi isolasi atau kotak khusus untuk peralatan yang menghasilkan kebisingan > 85 dB,
meperbaiki secepatnya peralatan yang rusak yang menimbulkan kebisingan tinggi dan wajib
alat pelindung telinga (ear plug) pada area kebisingan > 85 dB serta dengan merotasi pekerja
yang biasanya bekerja pada area bising tinggi ke area yang tidak terpapar kebisingan.
Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X
Kota Padang untuk melengkapi data-data dalam penerapan Sistem Manjemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) mengenai intensitas kebisingan dan waktu paparan yang di
perbolehkan di Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang.

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yang berdasarkan pada hasil pengukuran kebisingan
dan analisis data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat kebisingan di empat titik sampel (Area Turbin, Area Boiler, Area Desalination
Plant, dan Area Condensar Water Pump) di Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT.
X Kota Padang berada di atas Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang
Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
2. Waktu paparan untuk 8 jam kerja/shift di empat titik sampel (Area Turbin, Area Boiler,
Area Desalination Plant, dan Area Condensar Water Pump) di Unit Pembangkitan
Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang berada di atas Nilai Ambang Batas Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 70 Tahun 2016 dan NIOSH.

Saran
1. Para pekerja diperbolehkan terpapar secara langsung selama batas waktu yang telah
ditentukan. Jika bekerja melebihi batas waktu yang telah ditentukan maka pekerja
sebaiknya menggunakan alat pelindung telinga (ear muff) sehingga memungkinkan untuk
lebih lama terpapar kebisingan..
2. Diperlukan penanganan lebih lanjut terhadap empat area pengukuran sampel kebisingan
yang melebihi baku mutu kebisingan sehingga tidak menimbulkan penyakit akibat kerja
khususnya resiko kerusakan atau gangguan pendengaran yang disebabkan oleh lamanya
waktu pemaparan yang melebihi standar.
3. Memberi simbol khusus waktu papar yang di perbolehkan pada area dengan intensitas
kebisingan di atas NAB yang di perbolehkan
4. Memberi peredam kebisingan pada peralatan yang memiliki intensitas kebisingan di atas
NAB seperti kotak khusus atau dinding pembatas pada area tersebut.
5. Pembatasan jam kerja pada lokasi yang memiliki tingkat kebisingan tinggi perlu dilakukan
dengan pembuatan jam kerja shift atau dengan merotasi pekerja yang sebelumnya bekerja
di area bising tinggi ke area yang rendah tingkat kebisingannya.
6. Pengawasan lebih lanjut terhadap pekerja oleh bagian pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Unit Pembangkitan Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang dalam
penggunaan APD (Reward or punishment) dan memberikan informasi tentang bahaya
kebisingan terhadap kesehatan pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Aryo Sasmita, Shinta Elystia dan Jecky Asmura. “Evaluasi Tingkat Kebisingan Sebagai
Upaya Pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Unit PLTD/G Teluk
Lembu PT PLN Pekan baru dengan Metode Niosh”. Jurnal Sains dan Teknologi, Jurnal
Sains, ISSN 1412-6257, 2016.
[2] Fithri, P. dan Indah Qisti Annisa, 2015, Analisa Intensitas Kebisingan Lingkungan
Kerja pada Area Utilities Unit PLTD dan Boiler di PT Pertamina RU II Dumai, Jurnal
Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 12, No 2.
[3] Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/11/1996,
tentang baku tingkat kebisingan, Mentri Negara Lingkungan Hidup: Jakarta.

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang


Muhammad Edo: Anaisa Tingkat Kebisingan Sebagai Upaya Pengelolaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT. X Kota Padang, 15
Sebtember 2019

[4] Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 tahun2016, tentang standard
dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industry, Mentri Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta, 2016.
[5] Standar Nasional Indonesia No: 7231-2009, Tentang Metoda Pengukuran Intensitas
Kebisingan di Tempat Kerja Cara. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta.
[6] Wenhong, Yan dan Jin, Operation Regulations for Chemistry (Modified Version)
INDONESIA SUMATERA BARAT 2×112 MW COAL-FIRED POWER PLANT,
2014.

Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang

Anda mungkin juga menyukai