GARAM INDUSTRI
Ditulis oleh:
YOGYAKARTA
2016
NATRIUM KLORIDA (GARAM INDUSTRI)
SENYAWA NATRIUM
Pada tahun 1806 Sir Humphry Davy menemukan bahwa ikatan kimia adalah listrik
alam. Ia menggunakan listrik untuk memecah zat atau senyawa menjadi unsur – unsurnya
dengan elektrolisis. Pada tahun 1807, di Royal Institution, London, beberapa hari setelah
mengisolasi atau membuat kalium untuk pertama kalinya, ia juga berhasil mengisolasi atau
membuat natrium untuk pertama kalinya dengan elektrolisis natrium hidroksida kering.
Elektrolisis ini dilakukan dengan menggunakan sumber listrik, hasil dari gabungan tiga
baterai besar yang ia buat sendiri. Davy mencatat bahwa logam yang terbentuk pada kawat
elektroda yang ia tempatkan pada larutan natrium hidroksida berwujud cairan (didapat cairan
natrium), tetapi menjadi solid setelah mengalami pendinginan dan “logam tersebut terlihat
seperti kilau perak.”
“Natrium ini sangat mudah didapat dan jauh lebih lunak daripada logam kebanyakan,
sifat ini tidak hilang / berkurang ketika didinginkan sampai 32 oF (0 oC).” Davy juga mencatat
bahwa, ketika ditambahkan ke air, natrium bereaksi air, dan melepaskan hidrogen.
Ada beberapa cara yang umum dilakukan untuk memproduksi garam. Proses produksi
garam tergantung dari bahan baku yang digunakan, diantaranya dengan cara solar
evaporation, open pan, multiple effect evaporation dan pembuatan garam dari batuan
garam.
Kondisi proses produksi garam dapur dilakukan pada T = 30oC dan tekanan 1 atm karena
proses evaporasi air laut menggunakan tenaga surya dan dilakukan di ruang terbuka. Air laut
yang diuapkan sampai kering mengandung setiap liternya sejumlah 7 mineral seperti CaSO4,
MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr, NaCl, dan air dengan berat total 1.025,68 gram. Setelah
dikristalkan pada proses selanjutnya akan diperoleh garam dengan kepekatan 16,75-28,5oBe
yang setara dengan 23,3576 gram. Untuk menghasilkan garam dapur hanya akan diperoleh
40,97 % dari jumlah semula. Kemurnian garam yang dibuat dengan penguapan air laut
biasanya lebih dari 99%.
b. Keadaan Cuaca
· Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada
kita untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.
· Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata
merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya
mempengaruhi daya penguapan air laut.
· Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan
penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang
mengendap.
c. Tanah
· Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut
kedalam tanah yang di peminihan ataupun di meja.
· Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi
bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam. Jenis tanah
mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh garam yang
dihasilkan.
d. Pengaruh air
· Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam kaitannya
dengan faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan gabungan
penguapan air (koefisien pemindahan massa).
· Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu
hasil.
· Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila konsentrasi
air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak mengendap, bila
konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak mengendap.
Pembuatan garam dengan proses open pan ini menggunakan bahan baku brine yang
berasal dari proses pemanasan air laut. Proses ini disebut juga proses “Grainer”, dimana
air laut dijenuhkan dengan cara memanaskan pada heater pada suhu 230oF (110oC).
Larutan brine panas kemudian diumpankan pada graveller yang berfungsi untuk
memisahkan calcium sulfate pada larutan brine. Larutan brine kemudian didinginkan pada
flasher dengan suhu yang dijaga agar garam (NaCl) masih dalam kondisi larut dalam air.
Larutan brine dingin kemudian diumpankan ke open pan yang berfungsi untuk
menguapkan air dengan suhu 205oF (96oC) sehingga dihasilkan kristal garam yang
kemudian dipisahkan dari mother liquor pada sentrifuge. Mother liquor kemudian
direcycle kembali pada open pan, sedangkan kristal garam yang terpisah kemudian
ditambahkan kalium iodat untuk penambahan kandungan yodium pada garam sehingga
dihasilkan sodium chloride.
Sodium chloride kemudian dikeringkan pada dryer dan kemudian disaring untuk
mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium chloride kemudian siap dikemas dan
dipasarkan. Yields yang dihasilkan pada proses ini adalah 99,9%.
Batuan garam didapatkan dari hasil penggalian yang tidak begitu dalam. Batuan
garam juga terkenal dengan sebutan karang garam, batuan garam terbentuk akibat
mengeringnya samudra pada jutaan tahun yang lalu. Cadangan terbesar batuan garam
ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Eropa timur, dan Cina. Karena adanya
tekanan dari dalam bumi maka tebentuklah kubah garam, kejadian ini bisa ditemukan di
Amerika Serikat di sepanjang pantai teluk Texas dan Lousian.
Pengolahan batuan garam secara umum terdiri dari beberapa tahap mulai dari
penggalian batuan lalu proses crushing, grinding, screening lalu dihasilkan garam.
Berikut ini adalah tahapan secara detail pengolahan batuan garam yang dilakukan
oleh beberapa perusahaan tambang garam.
Sedimen garam bawah tanah biasanya ditemukan oleh prospectors dengan
mencari air atau minyak. Ketika garam terdeteksi, bor berongga digunakan
untuk mengambil sampel di beberapa lubang teratur di seluruh area sedimen.
Sampel ini dianalisis untuk menentukan apakah pertambangan garam akan
menguntungkan.
Ketika sebuah area telah dipilih untuk mulai pertambangan, lubang digali
hingga ke tengah sedimen atau deposit garam. Kemudian mesin bergergaji
digunakan untuk memotong slot dengan tinggi sekitar 6,0 inci (15 cm), lebar
sekitar 66 kaki (20 m), dan kedalaman sekitar 10 kaki (3 m) hingga ke dasar
lapisan. Proses ini dikenal sebagai undercutting. Serangkaian lubang dibor
ke dalam garam yang telah di-undercut dengan bor listrik yang mengandung
sedikit tungsten karbida. Lubang ini diisi dengan bahan peledak seperti
dinamit atau amonium nitrat. Tutup peledak listrik dipasang dengan kabel
panjang, dan ledakan dilakukan dari jarak yang aman. Pemotongan dan
peledakan diulang dan meninggalkan bentuk pilar garam untuk mendukung
daerah atap pertambangan. Hal ini dikenal sebagai metode ruang-dan-pilar
dan juga digunakan di tambang batubara.
Potongan-potongan batuan garam yang telah hancur lalu diangkut ke area
penghancuran bawah tanah dan melewati kisi yang dikenal sebagai grizzly.
Grizzly akan mengumpulkan potongan-potongan kecil berukuran sekitar 9
inci (23 cm). Potongan yang lebih besar hancur dalam silinder berputar di
antara rahang dengan logam berduri. Garam tersebut kemudian diangkut ke
luar tambang menuju ke area proses penghancuran sekunder dimana grizzly
yang lebih kecil dan crusher yang lebih kecil akan mengurangi ukuran
partikel garam menjadi sekitar 3,2 inci (8 cm). Pada proses ini benda asing
sepertik kotoran akan dihilangkan dari garam, proses yang dikenal sebagai
picking. Logam akan dihilangkan oleh magnet dan bahan-bahan lain dengan
tangan. Material batuan-batuan juga dapat dihilangkan dalam Penghancur
Bradford, yaitu drum metal yang berputar dengan lubang kecil di bagian
bawah. Garam dimasukkan ke drum, lalu dipecah ketika bertubrukan di
bagian bawah, dan melewati lubang. Batuan-batuan umumnya lebih keras
dari garam, sehingga tidak pecah dan tidak akan melewati alat tersebut.
Garam yang lolos kemudian dipindahkan ke area penghancuran tersier, di
mana grizzly paling kecil dan crusher akan menghasilkan ukuran partikel
sekitar 1,0 inci (2,5 cm). Jika diinginkan partikel garam lebih kecil, maka
garam dilewatkan melalui penggiling terdiri dari dua silinder logam bergulir
terhadap satu sama lain. Jika diinginkan garam murni, maka garam
dilarutkan dalam air untuk membentuk air garam untuk diproses lebih lanjut.
Biasanya garam dihancurkan atau ditumbuk lalu dilewatkan melalui
penyaring untuk dipisahkan berdasarkan ukuran. Kemurnian garam hasil
tambang berbeda-beda dalam komposisinya, bergantung pada lokasi, namun
biasanya mengandung 95-99,5%. Selanjutnya garam hasil ini dituangkan ke
dalam bag packing, dan dikirim ke konsumen.
Pada proses ini biasanya digunakan saturated brine (leburan garam jenuh) alami,
yang terkandung di dalam tanah atau danau. Saturated brine dapat juga diperoleh
dari hasil samping produksi natrium karbonat dengan proses Solvey.
Pertama-tama saturated brine (leburan garam) dari air dalam tanah dengan kadar
H2S yang terlarut dalam garam NaCl maksimum 0.015%. Perlakuan pendahuluan dari
bahan baku brine adalah dengan aerasi untuk menghilangkan kandungan hidrogen
sulfida. Penambahan sedikit klorin dimaksudkan untuk mempercepat penghilangan H2S
dalam brine. Brine setelah proses aerasi, kemudian diumpankan dalam tangki
pengendap untuk mengendapkan lumpur atau solid yang tidak diinginkan seperti
kalsium, magnesium dan ion besi. Pengendapan dibantu dengan penambahan campuran
caustic soda, soda ash dan brine sehingga didapat larutan garam.
Setelah proses pengendapan, kemudian larutan garam dipekatkan pada evaporator multi
efek. Larutan garam pekat kemudian dicuci dengan brine untuk memurnikan garam.
Larutan garam kemudian difiltrasi pada filter untuk proses pemisahan garam dan larutan
brine. Garam yang terpisah kemudian ditambahkan
kalium iodat untuk penambahan kandungan yodium pada garam sehingga dihasilkan
sodium chloride. Sodium chloride kemudian dikeringkan pada dryer dan kemudian
disaring untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium chloride kemudian siap
dikemas dan dipasarkan. Yields yang dihasilkan pada proses ini adalah 99,8%.
Proses dengan multiple effect evaporation merupakan proses yang paling klasik
untuk produksi garam. Jumlah evaporator yang diterapkan bervariasi antara 2, 6,
mungkin 7. Langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Umpan yang berupa larutan NaCl 26% dipanaskan terlebih dahulu di
preheater.
b. Larutan NaCl yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam evaporator 5
tahap. Evaporator divakumkam sehingga dari satu evaporator ke evaporator
berikutnya, titik didihnya semakin menurun. Di evaporator larutan garam
dipanaskan dengan steam.
c. Uap yang dihasilkan pada proses sebelumnya digunakan lagi untuk proses
penguapan di evaporator berikutnya.
d. Dari evaporator dihasilkan slurry garam yang selanjutnya dialirkan ke alat
sentrifugasi.
e. Di alat sentrifugasi kristal garam terpisahkan dari air namun masih basah.
f. Garam yang basah tersebut dikeringkan lalu dipak dan siap didistribusikan.
E. QUALITY CONTROL