Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 5

PROSES INDUSTRI KIMIA 1

GARAM INDUSTRI

Ditulis oleh:

ADLINA PUTRITAMA 14/363397/TK/41524

ANGGA ANDRIO PUTRANDYA 14/363501/TK/41616

ANNISSA NUR HIDAYATI 14/367138/TK42366

ARDELITA ADININGTYAS 14/363484/TK/41600

CATUR WULANDARI 14/367094/TK/42340

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2016
NATRIUM KLORIDA (GARAM INDUSTRI)

SENYAWA NATRIUM
Pada tahun 1806 Sir Humphry Davy menemukan bahwa ikatan kimia adalah listrik
alam. Ia menggunakan listrik untuk memecah zat atau senyawa menjadi unsur – unsurnya
dengan elektrolisis. Pada tahun 1807, di Royal Institution, London, beberapa hari setelah
mengisolasi atau membuat kalium untuk pertama kalinya, ia juga berhasil mengisolasi atau
membuat natrium untuk pertama kalinya dengan elektrolisis natrium hidroksida kering.
Elektrolisis ini dilakukan dengan menggunakan sumber listrik, hasil dari gabungan tiga
baterai besar yang ia buat sendiri. Davy mencatat bahwa logam yang terbentuk pada kawat
elektroda yang ia tempatkan pada larutan natrium hidroksida berwujud cairan (didapat cairan
natrium), tetapi menjadi solid setelah mengalami pendinginan dan “logam tersebut terlihat
seperti kilau perak.”
“Natrium ini sangat mudah didapat dan jauh lebih lunak daripada logam kebanyakan,
sifat ini tidak hilang / berkurang ketika didinginkan sampai 32 oF (0 oC).” Davy juga mencatat
bahwa, ketika ditambahkan ke air, natrium bereaksi air, dan melepaskan hidrogen.

A. OLAHAN SENYAWA NATRIUM


Meskipun penggunaan natrium terbatas, senyawanya memiliki berbagai kegunaan.
Berbagai industri termasuk minyak bumi, bahan kimia, sabun, tekstil dan kertas telah
menggunakan senyawa natrium pada skala besar untuk melakukan proses penting mereka.
Misalnya, garam-garam natrium dan asam lemak sering digabungkan untuk membuat sabun
pembersihan.
Senyawa natrium yang paling banyak digunakan adalah natrium klorida (NaCl). Juga
dikenal sebagai garam meja, natrium klorida merupakan bagian tak terpisahkan dari
memasak. Ini adalah penambah rasa dan setiap sayuran atau daging yang dimasak tanpa
percikan sejumlah kecil natrium di atasnya, tentu tidak enak. Baking soda yang merupakan
kombinasi dari natrium dan bikarbonat, terutama digunakan untuk memanggang.
Natrium klorida (NaCl) juga digunakan sebagai pengawet dalam berbagai makanan
kemasan komersial. Ini karena natrium klorida melindungi makanan dari mikroorganisme
berbahaya dan memastikan bahwa makanan tidak rusak selama beberapa waktu.
‘Penggaraman’ atau ‘pengawetan’ makanan mencegah dari kerusakan.
Natrium dan senyawanya seperti natrium bisulfit bertindak sebagai reduktor sangat baik
dan dapat digunakan untuk menyingkirkan noda. Natrium adalah salah satu agen pereduksi
utama Reduksi Birch, reaksi organik yang memiliki berbagai aplikasi dalam sintetis kimia
organik. Reaksi organik ini pada dasarnya digunakan untuk memproduksi senyawa kimia
baru melalui pengurangan senyawa sederhana.
Senyawa Natrium yang memiliki banyak kegunaan industri adalah natrium karbonat
(soda cuci), natrium nitrat, soda kaustik (natrium hidroksida) dan natrium tiosulfat.
Misalnya, natrium nitrat digunakan dalam pembuatan pupuk dan bom asap.
Natrium amalgam (campuran natrium dan merkuri) yang digunakan dalam lampu neon,
menghasilkan uap natrium yang menyediakan pencahayaan yang diinginan. Lampu uap
Natrium yang menghasilkan cahaya kuning mengkonsumsi lebih sedikit listrik, maka
mereka dianggap salah satu sumber cahaya yang paling hemat energi. Selain itu, output
cahaya mereka cukup tinggi, sehingga mereka sering menjadi pilihan pertama untuk
pencahayaan jalan.

B. BAHAN BAKU GARAM


Sumber garam yang didapat dialam berasal dari :
1. Air laut, air danau asin (3% NaCl)
Yang bersumber air laut terdapat di Mexico, Brazilia, RRC, Australia dan
Indonesia yang mencapai ± 40 %. Adapun yang bersumber dari danau asin terdapat
di Yordania (Laut Mati), Amerika Serikat (Great Salt Lake) dan Australia yang
mencapai produksi ± 20 % dari total produk dunia.
2. Deposit dalam tanah, tambang garam (95-99% NaCl)
Terdapat di Amerika Serikat, Belanda, RRC, Thailand, yang mencapai
produksi ± 40 % total produk dunia.
3. Sumber air dalam tanah
Sangat kecil, karena sampai saat ini dinilai kurang ekonomis maka jarang
(sama sekali tidak) dijadikan pilihan usaha. Di Indonesia terdapat sumber air garam
di wilayah Purwodadi, Jawa Tengah (Burhanuddin, 2001)
4. Larutan garam alamiah (20-25% NaCl)
Dari jumlah 41 ton produksi garam d USA bersumber pada batuan garam
(30%), larutan garam alamiah (56%) dan air laut (14%), sedangkan pemakaiannya
adalah : 50% untuk pembuatan NaOH, 6% untuk pembuatan Na2CO3, 21% untuk
dipakai d jalan raya dan 3% sebagai bahan pengawet dan makanan.
C. GARAM INDUSTRI NaCl
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida (>80%) serta
senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-
lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air,
bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C.
Garam dapat berupa garam konsumsi maupun garam industri.
Garam industri dan garam konsumsi sangat berbeda. yang dimaksud garam konsumsi
adalah garam dengan kadar NaCl paling sedikir 94,7% s.d.<97%. Sedangkan garam
industri adalah garam dengan kadar NaCl paling sedikit 97%.
Garam industri dengan kadar NaCl sebesar 97 % memiliki kandungan impurities
(sulfat, magnesium dan kalsium serta kotoran lainnya) yang sangat kecil. Kegunaan garam
industri antara lain untuk industri perminyakan, pembuatan soda dan chlor, penyamakan
kulit dan pharmaceutical salt. Garam Natrium Klorida untuk keperluan masak biasanya
diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) yang
merupakan padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis dan apabila
mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis.
Jenis garam dapat dibagi dalam beberapa kategori seperti; kategori baik sekali, baik dan
sedang. Dikatakan berkisar baik sekali jika mengandung kadar NaCl >95%, baik kadar
NaCl 90–95%, dan sedang kadar NaCl antara 80–90% tetapi yang diutamakan adalah yang
kandungan garamnya di atas 95%.

D. PROSES PRODUKSI GARAM

Ada beberapa cara yang umum dilakukan untuk memproduksi garam. Proses produksi
garam tergantung dari bahan baku yang digunakan, diantaranya dengan cara solar
evaporation, open pan, multiple effect evaporation dan pembuatan garam dari batuan
garam.

1. Penguapan Air Laut (Solar Evaporation)


Langkah–langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan garam melalui solar
evaporation yakni:
a. Pengeringan Lahan
Tahap Pengeringan Lahan untuk pembuatan garam terdiri dari :
1. Pengeringan Lahan Pemenihan.
2. Pengeringan Lahan Kristalisasi.
Lahan pembuatan garam dibuat secara berpetak-petak secara bertingkat,
sehingga dengan gaya gravitasi air dapat mengalir ke hilir kapan saja
dikehendaki. Kalsium dan magnesium sebagai unsur yang cukup banyak
dikandung dalam air laut selain NaCl perlu diendapkan agar kadar NaCl yang
diperoleh meningkat. Kalsium dan magnesium dapat terendapkan dalam
bentuk garam sulfat, karbonat dan oksalat. Dalam proses pengendapan atau
kristalisasi garam karbonat dan oksalat mengendap dahulu, menyusul garam
sulfat, terakhir bentuk garam kloridanya.

b. Pengolahan Air Peminihan/Waduk


1. Pemasukan air laut ke Peminihan.
2. Pemasukan air laut ke lahan kristalisasi.
3. Pengaturan air di Peminihan.
4. Pengeluaran air garam ke meja kristal dan setelah habis dikeringkan
selama seminggu.
5. Pengeluaran Brine selanjutnya dari peminihan tertua melalui Brine
Tank.
6. Apabila air peminian cukup untuk memenuhi meja kristal, selebihnya
dipompa kembali ke waduk.
c. Pengolahan Air dan Tanah
1) Proses Kristalisasi
Pada proses pengkristalan apabila seluruh zat yang terkandung
diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-
macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang
terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa
(impurities). Proses kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi
total”.
2) Proses Pungutan
 Umur kristal garam 10 hari secara rutin (tergantung intensitas
cahaya matahari).
 Pengaisan garam dilakukan hati-hati dengan ketebalan air
meja cukup atau 3-5 cm.
 Angkut garam dari meja ke timbunan membentuk profil
(ditiriskan), kemudian diangkat ke gudang dan siap untuk
proses pencucian.
d. Proses Pencucian
 Pencucian bertujuan untuk meningkatkan kandungan NaCl dan
mengurangi unsur Mg, Ca, SO4 dan kotoran lainnya.
 Air pencuci garam yang digunakan semakin bersih dari kotoran maka
akan menghasilkan garam cucian lebih baik dan lebih bersih.
 Air garam (Brine) dengan kepekatan 20-24oBe. (Secara kasar, 1oBe
nilainya 10 gram per liter. Jadi kalau air laut itu 3,0oBe berarti
kandungan garamnya 30 gram per liter).
 Kandungan Mg ≤ 10 gr/Liter.
Untuk mengurangi impuritis dalam garam dapat dilakukan dengan kombinasi
dari proses pencucian dan pelarutan cepat pada saat pembuatan garam. Sedangkan
penghilangan impuritis dari produk garam dapat dilakukan dengan proses kimia,
yaitu mereaksikannya dengan Na2CO3 dan NaOH sehingga terbentuk endapan
CaCO3 dan Mg(OH)2. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:

CaSO4 + Na2 CO3 → CaCO3 (putih) + Na2 SO4


𝑀𝑔𝑆𝑂4 + 2𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝑀𝑔(𝑂𝐻)2 (𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ) + 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4

𝐶𝑎𝐶𝑙2 + 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 → 𝐶𝑎𝑆𝑂4 (𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ) + 2𝑁𝑎𝐶𝑙

𝑀𝑔𝐶𝑙2 + 2𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝑀𝑔(𝑂𝐻)2 (𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ) + 2𝑁𝑎𝐶𝑙

𝐶𝑎𝐶𝑙2 + 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 → 𝐶𝑎𝐶𝑂3 (𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ) + 2𝑁𝑎𝐶𝑙


Gambar Flow Sheet Pembuatan Garam Evaporasi

Kondisi proses produksi garam dapur dilakukan pada T = 30oC dan tekanan 1 atm karena
proses evaporasi air laut menggunakan tenaga surya dan dilakukan di ruang terbuka. Air laut
yang diuapkan sampai kering mengandung setiap liternya sejumlah 7 mineral seperti CaSO4,
MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr, NaCl, dan air dengan berat total 1.025,68 gram. Setelah
dikristalkan pada proses selanjutnya akan diperoleh garam dengan kepekatan 16,75-28,5oBe
yang setara dengan 23,3576 gram. Untuk menghasilkan garam dapur hanya akan diperoleh
40,97 % dari jumlah semula. Kemurnian garam yang dibuat dengan penguapan air laut
biasanya lebih dari 99%.

Faktor Teknis Yang Mempengaruhi Produksi Garam melalui Solar Evaporation


a. Air Laut
Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air
sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).

b. Keadaan Cuaca
· Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada
kita untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.
· Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata
merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya
mempengaruhi daya penguapan air laut.
· Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan
penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang
mengendap.
c. Tanah
· Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut
kedalam tanah yang di peminihan ataupun di meja.
· Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi
bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam. Jenis tanah
mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh garam yang
dihasilkan.

d. Pengaruh air
· Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam kaitannya
dengan faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan gabungan
penguapan air (koefisien pemindahan massa).
· Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu
hasil.
· Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila konsentrasi
air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak mengendap, bila
konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak mengendap.

2. Proses Open Pan

Gambar Flow sheet Pembuatan Garam dengan Proses Open Pan

Pembuatan garam dengan proses open pan ini menggunakan bahan baku brine yang
berasal dari proses pemanasan air laut. Proses ini disebut juga proses “Grainer”, dimana
air laut dijenuhkan dengan cara memanaskan pada heater pada suhu 230oF (110oC).
Larutan brine panas kemudian diumpankan pada graveller yang berfungsi untuk
memisahkan calcium sulfate pada larutan brine. Larutan brine kemudian didinginkan pada
flasher dengan suhu yang dijaga agar garam (NaCl) masih dalam kondisi larut dalam air.
Larutan brine dingin kemudian diumpankan ke open pan yang berfungsi untuk
menguapkan air dengan suhu 205oF (96oC) sehingga dihasilkan kristal garam yang
kemudian dipisahkan dari mother liquor pada sentrifuge. Mother liquor kemudian
direcycle kembali pada open pan, sedangkan kristal garam yang terpisah kemudian
ditambahkan kalium iodat untuk penambahan kandungan yodium pada garam sehingga
dihasilkan sodium chloride.
Sodium chloride kemudian dikeringkan pada dryer dan kemudian disaring untuk
mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium chloride kemudian siap dikemas dan
dipasarkan. Yields yang dihasilkan pada proses ini adalah 99,9%.

3. Penambangan Batuan Garam (Rock Salt)


Di zaman kuno, sumber utama garam adalah batuan garam, batu kristal yang
ditambang sama seperti batu bara, dan endapan garam kering yang ditemukan di area dekat
laut, seperti rawa-rawa. Batuan garam umum ditemukan di berbagai lokasi di dunia.
Namun, tambang garam tertua di dunia tampaknya yang ada di Lembah Araxes di
Azerbaijan. Dikenal dengan nama area endapan garam Duzdagi, area ini ditemukan oleh
para arkeolog pada tahun 1970-an, sebagai peninggalan milenium kedua sebelum masehi.

Batuan garam didapatkan dari hasil penggalian yang tidak begitu dalam. Batuan
garam juga terkenal dengan sebutan karang garam, batuan garam terbentuk akibat
mengeringnya samudra pada jutaan tahun yang lalu. Cadangan terbesar batuan garam
ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Eropa timur, dan Cina. Karena adanya
tekanan dari dalam bumi maka tebentuklah kubah garam, kejadian ini bisa ditemukan di
Amerika Serikat di sepanjang pantai teluk Texas dan Lousian.

Pengolahan batuan garam secara umum terdiri dari beberapa tahap mulai dari
penggalian batuan lalu proses crushing, grinding, screening lalu dihasilkan garam.
Berikut ini adalah tahapan secara detail pengolahan batuan garam yang dilakukan
oleh beberapa perusahaan tambang garam.
 Sedimen garam bawah tanah biasanya ditemukan oleh prospectors dengan
mencari air atau minyak. Ketika garam terdeteksi, bor berongga digunakan
untuk mengambil sampel di beberapa lubang teratur di seluruh area sedimen.
Sampel ini dianalisis untuk menentukan apakah pertambangan garam akan
menguntungkan.
 Ketika sebuah area telah dipilih untuk mulai pertambangan, lubang digali
hingga ke tengah sedimen atau deposit garam. Kemudian mesin bergergaji
digunakan untuk memotong slot dengan tinggi sekitar 6,0 inci (15 cm), lebar
sekitar 66 kaki (20 m), dan kedalaman sekitar 10 kaki (3 m) hingga ke dasar
lapisan. Proses ini dikenal sebagai undercutting. Serangkaian lubang dibor
ke dalam garam yang telah di-undercut dengan bor listrik yang mengandung
sedikit tungsten karbida. Lubang ini diisi dengan bahan peledak seperti
dinamit atau amonium nitrat. Tutup peledak listrik dipasang dengan kabel
panjang, dan ledakan dilakukan dari jarak yang aman. Pemotongan dan
peledakan diulang dan meninggalkan bentuk pilar garam untuk mendukung
daerah atap pertambangan. Hal ini dikenal sebagai metode ruang-dan-pilar
dan juga digunakan di tambang batubara.
 Potongan-potongan batuan garam yang telah hancur lalu diangkut ke area
penghancuran bawah tanah dan melewati kisi yang dikenal sebagai grizzly.
Grizzly akan mengumpulkan potongan-potongan kecil berukuran sekitar 9
inci (23 cm). Potongan yang lebih besar hancur dalam silinder berputar di
antara rahang dengan logam berduri. Garam tersebut kemudian diangkut ke
luar tambang menuju ke area proses penghancuran sekunder dimana grizzly
yang lebih kecil dan crusher yang lebih kecil akan mengurangi ukuran
partikel garam menjadi sekitar 3,2 inci (8 cm). Pada proses ini benda asing
sepertik kotoran akan dihilangkan dari garam, proses yang dikenal sebagai
picking. Logam akan dihilangkan oleh magnet dan bahan-bahan lain dengan
tangan. Material batuan-batuan juga dapat dihilangkan dalam Penghancur
Bradford, yaitu drum metal yang berputar dengan lubang kecil di bagian
bawah. Garam dimasukkan ke drum, lalu dipecah ketika bertubrukan di
bagian bawah, dan melewati lubang. Batuan-batuan umumnya lebih keras
dari garam, sehingga tidak pecah dan tidak akan melewati alat tersebut.
Garam yang lolos kemudian dipindahkan ke area penghancuran tersier, di
mana grizzly paling kecil dan crusher akan menghasilkan ukuran partikel
sekitar 1,0 inci (2,5 cm). Jika diinginkan partikel garam lebih kecil, maka
garam dilewatkan melalui penggiling terdiri dari dua silinder logam bergulir
terhadap satu sama lain. Jika diinginkan garam murni, maka garam
dilarutkan dalam air untuk membentuk air garam untuk diproses lebih lanjut.
Biasanya garam dihancurkan atau ditumbuk lalu dilewatkan melalui
penyaring untuk dipisahkan berdasarkan ukuran. Kemurnian garam hasil
tambang berbeda-beda dalam komposisinya, bergantung pada lokasi, namun
biasanya mengandung 95-99,5%. Selanjutnya garam hasil ini dituangkan ke
dalam bag packing, dan dikirim ke konsumen.

4. Multiple Effect Evaporation


Gambar Flow Sheet Pembuatan garam dengan multiple effect evaporator

Pada proses ini biasanya digunakan saturated brine (leburan garam jenuh) alami,
yang terkandung di dalam tanah atau danau. Saturated brine dapat juga diperoleh
dari hasil samping produksi natrium karbonat dengan proses Solvey.

Pertama-tama saturated brine (leburan garam) dari air dalam tanah dengan kadar
H2S yang terlarut dalam garam NaCl maksimum 0.015%. Perlakuan pendahuluan dari
bahan baku brine adalah dengan aerasi untuk menghilangkan kandungan hidrogen
sulfida. Penambahan sedikit klorin dimaksudkan untuk mempercepat penghilangan H2S
dalam brine. Brine setelah proses aerasi, kemudian diumpankan dalam tangki
pengendap untuk mengendapkan lumpur atau solid yang tidak diinginkan seperti
kalsium, magnesium dan ion besi. Pengendapan dibantu dengan penambahan campuran
caustic soda, soda ash dan brine sehingga didapat larutan garam.
Setelah proses pengendapan, kemudian larutan garam dipekatkan pada evaporator multi
efek. Larutan garam pekat kemudian dicuci dengan brine untuk memurnikan garam.
Larutan garam kemudian difiltrasi pada filter untuk proses pemisahan garam dan larutan
brine. Garam yang terpisah kemudian ditambahkan
kalium iodat untuk penambahan kandungan yodium pada garam sehingga dihasilkan
sodium chloride. Sodium chloride kemudian dikeringkan pada dryer dan kemudian
disaring untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium chloride kemudian siap
dikemas dan dipasarkan. Yields yang dihasilkan pada proses ini adalah 99,8%.
Proses dengan multiple effect evaporation merupakan proses yang paling klasik
untuk produksi garam. Jumlah evaporator yang diterapkan bervariasi antara 2, 6,
mungkin 7. Langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Umpan yang berupa larutan NaCl 26% dipanaskan terlebih dahulu di
preheater.
b. Larutan NaCl yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam evaporator 5
tahap. Evaporator divakumkam sehingga dari satu evaporator ke evaporator
berikutnya, titik didihnya semakin menurun. Di evaporator larutan garam
dipanaskan dengan steam.
c. Uap yang dihasilkan pada proses sebelumnya digunakan lagi untuk proses
penguapan di evaporator berikutnya.
d. Dari evaporator dihasilkan slurry garam yang selanjutnya dialirkan ke alat
sentrifugasi.
e. Di alat sentrifugasi kristal garam terpisahkan dari air namun masih basah.
f. Garam yang basah tersebut dikeringkan lalu dipak dan siap didistribusikan.

E. QUALITY CONTROL

Kontrol kualitas Spesifikasi garam bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaan.


Garam dimaksudkan untuk konsumsi manusia harus jauh lebih murni daripada garam yang
digunakan untuk melelehkan salju dan es, tetapi garam yang digunakan untuk tujuan ilmiah
tertentu mungkin perlu bahkan lebih murni. Untuk sebagian besar tujuan, garam batu
diperbolehkan untuk memiliki semburat abu-abu, merah muda, atau coklat bukannya putih
murni. Kotoran yang menyebabkan warna-warna ini dapat membuat sebanyak 4% dari sampel
uji. Kelarutan tes, 0,7 ons (20 g) sampel ditempatkan dalam 6,8 ons cairan (200 ml) air. Ini
benar-benar harus larut dalam tidak lebih dari 20 menit.
E. DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=13&ved=0ahU
KEwjumZeBkcDLAhUFjo4KHVMwAKIQFghcMAw&url=https%3A%2F%2Fherua
gungsaputra.files.wordpress.com%2F2013%2F07%2Findustri-
garam.docx&usg=AFQjCNGEkcCY-OeiLDB5Al8im_-uR3eENQ
http://kimiadasar.com/natrium-sejarah-sifat-kegunaan-dan-pembuatan-natrium/
http://ilmualam.net/manfaat-penggunaan-natrium-dan-senyawanya.html
http://irma-teknikkimia.blogspot.co.id/2013/04/pembuatan-garam_9116.html
http://industri.bisnis.com/read/20150814/12/462721/perlu-definisi-ulang-garam-
konsumsi-dan-industri
http://safiiperikananpati.blogspot.co.id/2013/02/faktor-yang-mempengaruhi-produksi-
garam.html
http://www.madehow.com/Volume-2/Salt.html

Anda mungkin juga menyukai