Anda di halaman 1dari 26

TUGAS : PROSES INDUSTRI KIMIA I

DOSEN : SELFINA GALA, ST., MT

INDUSTRI GARAM

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD ALAMSYAH


PRODI : TEKNIK KIMIA
STAMBUK : 1120421001

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS FAJAR MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan jaman, pembangunan di segala bidang makin harus
diperhatikan. Salah satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah dengan
pembangunan industri, termasuk diantaranya adalah industri kimia, baik yang menghasilkan
suatu produk jadi maupun produk belum jadi untuk diolah lebih lanjut.
Pembangunan industri kimia yang menghasilkan produk ini sangat penting, karena
dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap industri luar negeri, yang pada
akhirnya akan dapat mengurangi pengeluaran devisa untuk mengimpor bahan tersebut,
termasuk diantaranya garam dapur.
Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan
pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk
negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam
usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik
kandungan kalsium dan magnesium kurang banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam
hal ini garam beryodium serta garam industri.
Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus diolah kembali
untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri. Pembuatan garam dapat
dilakukan dengan beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan NaCl nya sebagai
unsur utama garam. Jenis garam dapat dibagi dalam beberapa kategori seperti; kategori baik
sekali, baik dan sedang. Dikatakan berkisar baik sekali jika mengandung kadar NaCl >95%,
baik kadar NaCl 90–95%, dan sedang kadar NaCl antara 80–90% tetapi yang diutamakan
adalah yang kandungan garamnya di atas 95%.
Garam industri dengan kadar NaCl >95% yaitu sekitar 1.200.000 ton sampai saat ini
seluruhnya masih diimpor, hal ini dapat dihindari mengingat Indonesia sebagai negara
kepulauan.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dibahas dalam makalah ini adalah diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah awal ditemukannya garam?
2. Apa sifat dan spesifikasi dari garam serta bahan baku ataupun produk yang dihasilkan
dalam pembuatan garam?
3. Apa saja metoda-metoda yang digunakan dalam produksi garam?
4. Bagaimana suatu garam dapur dapat dimodifikasi menjadi garam meja?
5. Apa saja limbah yang dihaslikan dalam proses produksi garam?

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini yaitu diantaranya adalah:
1. Mendeskripsikan informasi sejarah awal ditemukannya garam.
2. Memberikan pengetahuan tentang sifat dan spesifikasi dari garam serta bahan baku
ataupun produk yang dihasilkan dalam pembuatan garam.
3. Menjelaskan metoda-metoda serta tahapan produksi garam.
4. Menjelaskan tahapan modifikasi garam dapur menjadi garam meja.
5. Memberikan pengetahuan akan limbah yang dihasilkan dari produksi garam.
BAB II
INDUSTRI GARAM
A. Sejarah Garam
a. Sejarah garam konsumsi
Garam adalah bahan/bumbu masakan yang ditemukan hampir di semua
peradaban. Diperkirakan awal munculnya adalah sejak jaman neolitikum. Reay Tannahill
dalam bukunya Food in History menyebutkan bahwa produksi garam sudah dilakukan
manusia pada jaman neolitikum yaitu fase atau tingkat kebudayaan pada zaman
prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu
yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar. Tapi penggunaan
'rasa asin' pada makanan sudah dilakukan manusia seribu abad sebelum manusia
memproduksinya pada jaman neolitikum tersebut.
Sebelum ditemukan cara memproduksi garam, manusia memberikan rasa asin
pada makanannya dengan cara diantaranya dengan menggunakan air laut, akan tetapi rasa
tersebut akan segera hilang saat selesai dimasak (dibakar). Garam mulai diproduksi
secara masal diperkirakan dilakukan pada milenium pertama sebelum Masehi, di mana
pada saat itu sudah berdiri pemerintahan Administratif di China, Dinasti Ptolemy di
Mesir dan Dinasti Sekulus di Persia. Dalam buku Cambridge World History of Food,
Kenneth F. Kiple dan Kriemhild Conee Ornelas menuliskan bahwa pada masa awal
produksi garam yang sekarang kita kenal, yaitu Natrium Klorida (NaCl) dilakukan
dengan beberapa metode seperti dengan menguapkan air laut dengan bantuan sinar
matahari, mendidihkan air yang mengandung garam sehingga terbentuk lapisan garam
sampai ke penambangan garam yang sudah membatu karena proses alam di sumber-
sumber air garam.
Pada jaman yunani kuno Sebegitu pentingnya garam dalam kehidupan, Plato
menggambarkan garam sebagai "Sebuah material yang dicintai dewa", Aristoteles
menulis bahwa garam adalah hadiah musim semi yang berasal dari dewa dan homer
menyebut garam sebagai "wahyu Ilahi". Pada masa Romawi Kuno, harga garam sangat
mahal. Oleh karena mahalnya garam pada masa itu lalu dipakai untuk membayar gaji
para pekerja dan prajurit dengan salarium (garam). Istilah salarium (Latin) yang
maksudnya ‘garam’ itu dipakai untuk gaji yang kemudian diambil dalam bahasa Inggris
salary. Lucunya garam dalam bahasa Inggris kuno adalah ‘sealt’. Bila kita hilangkan dua
huruf terakhir –lt, kita akan dapatkan kata ‘sea’ yang artinya laut. Mungkin juga
maksudnya begitu karena air laut rasanya asin dan garam berasal dari laut.
b. Sejarah garam di nusantara
Butiran sejarah garam di nusantara ini yang juga pernah disebutkan Denys
Lombard sepertinya masih harus dituliskan karena dalam Encylopaedie Nederlandsch
Indie dibawah entri zout (garam) tidak memberikan keterangan apa pun mengenai sejarah
garam sebelum abad ke-19. Padahal, jauh sebelumnya menurut beberapa catatan
disamping gula kelapa, asam, terasi, ikan asin, bawang merah dan bermacam-macam
bumbu, garam merupakan salah satu komoditas makanan dan bumbu-bumbuan yang
dibawa para pedagang yang lebih profesional serta memiliki jangkauan yang lebih luas di
Jawa. Hal ini dapat ditemukan dalam prasasti abad IX-X Masehi. Dalam hal ini garam
yang diperoleh dengan cara kuno erat kaitannya dengan proses pengawetan ikan (ikan
asin) pada masa itu Monopoli pemerintah kolonial tidak hanya di Jawa dan Madura,
monopoli meluas ke beberapa distrik di Sumatra dan hampir seluruh Borneo
(Kalimantan). Sementara itu di barat daya Sulawesi pembuatan garam masih berada di
tangan pihak swasta (Handbook of the Netherlands Indies 1930:121). Pada jaman Jepang
ketika produksi garam di Pulau Jawa berhenti, penduduk Sumatra ramai-ramai merebus
air laut untuk mendapatkan garam. Pada 1957 monopoli garam dihapus. Garam negara
pun berubah menjadi perusahaan negara pada 1960 (Cribb 2004: 382).

B. Pengertian garam
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida (>80%) serta senyawa
lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-lain. Garam
mempunyai sifat / karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density
(tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C.
Garam natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya dengan unsur
iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) yang merupakan padatan kristal berwarna
putih, berasa asin, tidak higroskopis dan apabila mengandung MgCl 2 menjadi berasa agak
pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai
bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH ( bahan untuk
pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet.

C. Karakteristik garam NaCl


Natrium klorida

Nama lain
Garam dapur

Sifat

Rumus molekul NaCl

Massa molar 58.44 g/mol

Penampilan Tidak berwarna/berbentuk kristal


putih

Densitas 2.16 g/cm3

Titik lebur 801 °C (1074 K)

Titik didih 1465 °C (1738 K)

Kelarutan dalam air 35.9 g/100 mL (25 °C)

D. Sumber Garam
Sumber garam yang didapat dialam berasal dari:
1. Air laut, air danau asin (3% NaCl)
Yang bersumber air laut terdapat di Mexico, Brazilia, RRC, Australia dan
Indonesia yang mencapai ± 40 %. Adapun yang bersumber dari danau asin terdapat di
Yordania (Laut Mati), Amerika Serikat (Great Salt Lake) dan Australia yang mencapai
produksi ± 20 % dari total produk dunia.
2. Deposit dalam tanah, tambang garam (95-99% NaCl)
Terdapat di Amerika Serikat, Belanda, RRC, Thailand, yang mencapai produksi ±
40 % total produk dunia.
3. Sumber air dalam tanah
Sangat kecil, karena sampai saat ini dinilai kurang ekonomis maka jarang (sama
sekali tidak) dijadikan pilihan usaha. Di Indonesia terdapat sumber air garam di wilayah
Purwodadi, Jawa Tengah (Burhanuddin, 2001)
4. Larutan garam alamiah (20-25% NaCl)
Dari jumlah 41 ton produksi garam d USA bersumber pada batuan garam (30%),
larutan garam alamiah (56%) dan air laut (14%), sedangkan pemakaiannya adalah : 50%
untuk pembuatan NaOH, 6% untuk pembuatan Na 2CO3, 21% untuk dipakai d jalan raya
dan 3% sebagai bahan pengawet dan makanan.

E. Jenis dan kegunaan garam


1. Garam Industri
Garam industri yaitu jenis garam dengan kadar NaCl sebesar 97 % dengan
kandungan impurities (sulfat, magnesium dan kalsium serta kotoran lainnya) yang sangat
kecil. Kegunaan garam industri antara lain untuk industri perminyakan, pembuatan soda
dan chlor, penyamakan kulit dan pharmaceutical salt.
2. Garam Konsumsi
Garam konsumsi merupakan jenis garam dengan kadar NaCl sebesar 97 % atas
dasar bahan kering (dry basis), kandungan impuritis (sulfat, magnesium dan
kalsium)sebesar 2%, dan kotoran lainnya (lumpur, pasir) sebesar 1% serta kadar air
maksimal sebesar 7%. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi
rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri pengasinan dan
pengawaten ikan .
3. Garam Pengawetan
Jenis garam ini biasa ditambahkan pada proses pengolahan pangan tertentu.
Penambahan garam tersebut bertujuan untuk mendapatkan kondisi tertentu yang
memungkinkan enzim atau mikroorganisme yang tahan garam (halotoleran) bereaksi
menghasilkan produk makanan dengan karakteristik tertentu. Kadar garam yang tinggi
menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan terhadap garam akan mati. Kondisi
selektif ini memungkinkan mikroorganisme yang tahan garam dapat tumbuh. Pada
kondisi tertentu penambahan garam berfungsi mengawetkan karena kadar garam yang
tinggi menghasilkan tekanan osmotik yang tinggi dan aktivitas air rendah. Kondisi
ekstrim ini menyebabkan kebanyakan mikroorganisme tidak dapat hidup. Pengolahan
dengan garam biasanya merupakan kombinasi dengan pengolahan yang lain seperti
fermentasi dan enzimatis. Contoh pengolahan pangan dengan garam adalah pengolahan
acar (pickle), pembuatan kecap ikan, pembuatan daging kering, dan pembuatan keju.
4. Garam Dapur
Garam dapur/laut dibuat melalui penguapan air laut, dengan proses sederhana,
dan meninggalkan sejumlah mineral dan elemen lainnya (tergantung sumber air). Jumlah
mineral yang tidak signifikan menambah cita rasa dan warna pada garam laut. Sehingga,
tekstur garam laut di pasaran lebih bervariasi. Beberapa diantaranya lebih kasar, namun
ada juga yang lebih halus. Garam jenis ini mengandung ± 0,0016% yodium.
Komposisi rata-rata garam dapur (menurut standar SNI) yaitu:
o NaCl = minimal 94,9 %
o Air (H2O) = maksimal 5 %
o Iodium = 30- 80 mg /kg sebagai KIO3
o Fe2O3 = maksimal 100 mg/kg
o Ca dan Mg = maksimal 1 % dihitung sebagai Ca
o SO4= maksimal 2%
o Bagian yang tidak larut dalam air = maksimal 0,5%
Ciri-ciri garam dapur :
a. Garam dapur dibuat melalui proses sederhana dari penguapan atau evaporasi air laut,
sehingga dianggap sebagai garam yang paling alamiah dengan tekstur yang lebih
kasar.
b. Mengandung yodium dalam jumlah yang sedikit.
5. Garam Meja
Berbeda dengan garam laut, garam meja ditambang dari cadangan garam di
bawah tanah. Proses pembuatan garam meja lebih berat untuk menghilangkan mineral
dan biasanya mengandung aditif untuk mencegah penggumpalan. Kebanyakan dari garam
meja di pasaran telah ditambahkan yodium, nutrisi penting yang terjadi secara alami
dalam jumlah kecil dalam garam laut. Garam ini bebas yodium, Mg, Ca dan K2.
Ciri-ciri:
Garam meja merupakan hasil tambang dari dalam tanah, dan diproses secara lebih
rumit untuk menghilangkan mineral lain yang ikut dalam proses penambangan tersebut.
Teksturnya lebih halus sehingga lebih mudah larut dalam air, biasanya diberi tambahan
zat adiktif untuk mencegah penggumpalan dan tambahan zat gizi lain agar komposisinya
menyerupai garam air laut.
Perbandingan Garam Dapur dan Garam Meja
Garam dapur dan garam meja memiliki nilai gizi yang sama, dan secara kimiawi
juga mengandung NaCl (sodium klorida) dalam jumlah yang sama pula. Atau dengan
kata lain baik garam meja ataupun garam dapur memiliki kadar sodium dan kadar klorida
yang sama. Kandungan kedua mineral ini di dalam garam dapur/laut pun tidak ada
bedanya dengan garam meja. Namun, secara komersial, garam dapur/laut lebih alami dan
lebih menyehatkan dibandingkan garam meja. Jadi, perbedaan utama garam dapur/ laut
dengan garam meja terletak pada rasa, tekstur dan proses pembuatannya, bukan pada
campuran zat kimianya.

F. Manfaat garam
1. Minuman kesehatan
Produk minuman kesehatan terutama dirancang sebagai produk minuman untuk
mengembalikan kesegaran tubuh dan mengganti mineral-mineral yang keluar bersama
keringat dari tubuh selama proses metabolisme atau aktivitas olah raga yang berat. Pada
umumnya produk-produk minuman kesehatan selain mengandung pemanis dan zat aktif,
juga mengandung mineral-mineral dalam bentuk ion seperti ion natrium (Na +), kalium
(K+), magnesium (Mg2+), kalsium (Ca2+), karbonat - bikarbonat (CO3 2- dan HCO3 2-), dan
klorida (Cl-).
2. Garam mandi
Garam mandi didefinisikan sebagai bahan aditif (tambahan) untuk keperluan
mandi yang terdiri dari campuran garam NaCl dengan bahan kimia anorganik lain yang
mudah larut, kemudian diberi bahan pewangi (essentials oil), pewarna, dan mungkin juga
senyawa enzim. Garam mandi ini dirancang untuk menimbulkan keharuman, efek
pewarnaan air, kebugaran, kesehatan dan juga menurunkan kesadahan air. Komponen
utama garam mandi adalah garam NaCl yaitu sekira 90% - 95%. Kegunaan garam mandi
secara umum sangatlah beraneka ragam, di antaranya adalah untuk membersihkan tubuh
saat berendam, menumbuhkan suasana relaks, menurunkan rasa stres, dan sebagai sarana
refreshing. suasana relaks terutama akibat adanya campuran pewangi yang dipercaya
dapat memengaruhi emosi serta suasana hati secara signifikan. Sedangkan fungsi khusus
di bidang kesehatan terutama karena adanya garam NaCl adalah untuk melenturkan otot
yang tegang, mengurangi rasa nyeri pada otot yang sakit, menurunkan gejala inflamasi
(peradangan), serta menyembuhkan infeksi. Untuk fungsi kecantikan, garam mandi
antara lain dapat membantu menghaluskan kulit (cleansing), memacu pertumbuhan sel
kulit sekaligus meremajakannya (rejuvenating).
3. Garam konsumsi
Garam dapur merupakan media yang telah lama digunakan untuk pemberantasan
gangguan akibat kekurangan iodium (gaki), yaitu dengan proses fortifikasi (penambahan)
garam menggunakan garam iodida atau iodat seperti KIO3, KI, NaI, dan lainnya.
Pemilihan garam sebagai media iodisasi didasarkan data, garam merupakan bumbu dapur
yang pasti digunakan di rumah tangga, serta banyak digunakan untuk bahan tambahan
dalam industri pangan, sehingga diharapkan keberhasilan program gaki akan tinggi.
Selain itu, didukung sifat kelarutan garam yang mudah larut dalam air, yaitu sekira 24
gram/100 ml.
4. Cairan Infus
Dikenal beberapa jenis cairan infus yaitu cairan infus glukosa 5%, cairan infus
NaCl 0,9 % + KCl 0,3% atau KCl 0,6%, cairan infus natrium karbonat dan cairan infus
natrium laktat. Cairan infus NaCl adalah campuran aquabidest dan garam grade
farmasetis yang berguna untuk memasok nutrisi dan mineral bagi pasien yang dirawat di
rumah sakit.
5. Sabun dan shampo
Sabun dan sampo merupakan bahan kosmetik yang digunakan untuk keperluan
mandi dan mencuci rambut, garam NaCl merupakan satu bahan kimia di antara beberapa
komposisi bahan dalam pembuatan sabun dan sampo.
6. Cairan dialisat
Cairan dialisat merupakan cairan yang pekat dengan bahan utama elektrolit
(antara lain garam NaCl) dan glukosa grade farmasi yang membantu dalam proses cuci
darah bagi penderita gagal ginjal. Seperti diketahui pasen gagal ginjal diharuskan
mengganti darah atau proses cuci darah dalam periode tertentu. Dalam proses pencucian
darah tersebut darah yang akan 'dibersihkan' akan dilewatkan pada suatu alat membran
(hemodialisis) dalam media cairan dialisat. Dalam dialiser ini darah dibersihkan,
'sampah-sampah' metabolisme secara kontinyu menembus membran dan menyeberang ke
kompartemen dialidsat.
7. Penyedap rasa
Garam NaCl merupakan ingredient yang paling banyak digunakan di industri
pengolahan daging untuk proses pengawetan.

G. Proses Produksi Dan Cara Pengambilan Garam


Ada beberapa cara yang umum dilakukan untuk memproduksi garam. Proses
produksi garam tergantung dari bahan baku yang digunakan, diantaranya dengan cara solar
evaporation, rekristalisasi, multiple effect evaporation dan pembuatan garam dari batuan
garam.
1. Penguapan Air Laut (Solar Evaporation)
Langkah–langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan garam melalui solar
evaporation yakni:
Tahap Pengeringan Lahan untuk pembuatan garam terdiri dari:
1) Pengeringan Lahan Pemenihan.
2) Pengeringan Lahan Kristalisasi.
Lahan pembuatan garam dibuat secara berpetak-petak secara bertingkat, sehingga
dengan gaya gravitasi air dapat mengalir ke hilir kapan saja dikehendaki. Kalsium
dan magnesium sebagai unsur yang cukup banyak dikandung dalam air laut selain
NaCl perlu diendapkan agar kadar NaCl yang diperoleh meningkat. Kalsium dan
magnesium dapat terendapkan dalam bentuk garam sulfat, karbonat dan oksalat. Dalam
proses pengendapan atau kristalisasi garam karbonat dan oksalat mengendap dahulu,
menyusul garam sulfat, terakhir bentuk garam kloridanya.
Pada proses pengkristalan apabila seluruh zat yang terkandung
diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-macam zat yang
terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang
tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang demikian disebut
“kristalisasi total”.
Untuk mengurangi impuritis dalam garam dapat dilakukan dengan kombinasi dari
proses pencucian dan pelarutan cepat pada saat pembuatan garam. Sedangkan
penghilangan impuritis dari produk garam dapat dilakukan dengan proses kimia, yaitu
mereaksikannya dengan Na2CO3 dan NaOH sehingga terbentuk endapan CaCO 3 dan
Mg(OH)2.
Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaSO4 + Na2CO3 -> CaCO3 (putih) + Na2SO4
MgSO4 + 2NaOH -> Mg(OH)2 (putih) + Na2SO4
CaCl2 + Na2SO4 -> CaSO4 (putih) + 2NaCl
MgCl2 + 2NaOH -> Mg(OH)2 (putih) + 2NaCl
CaCl2 + Na2CO3 -> CaCO3 (putih) + 2NaCl
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam NaCl melalui penguapan air laut
diantaranya yaitu:
a) Air Laut
Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan
air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).
b) Keadaan Cuaca
- Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada
kita untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.
- Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata
merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya
mempengaruhi daya penguapan air laut.
- Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan
penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal
garam yang mengendap.
c) Tanah
- Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut
kedalam tanah yang di peminihan ataupun di meja.
- Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi
bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam.
- Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa
oleh garam yang dihasilkan.
d) Pengaruh air
- Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam kaitannya
dengan faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan
gabungan penguapan air (koefisien pemindahan massa).
- Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu
hasil.
- Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila
konsentrasi air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak
mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak
mengendap.
e) Cara pungutan garam
Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal pengerjaan
tanah meja (pengerasan dan pengeringan). Demikian pula kemungkinan dibuatkan alas
meja dari kristal garam yang dikeraskan, makin keras alas meja makin baik.
f) Air Bittern
Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung garam-
garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk mengurangi kadar Mg dalam
hasil garam, meskipun masih dapat menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi
garam dimeja terjadi antara 25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang.
Kondisi operasi proses produksi garam dapur dilakukan pada T = 30 oC yang
merupakan suhu lingkungan dan tekanan 1 atm karena proses evaporasi air laut
menggunakan tenaga surya dan dilakukan di ruang terbuka. Air laut yang diuapkan
sampai kering mengandung setiap liternya sejumlah 7 mineral seperti CaSO4, MgSO4,
MgCl2, KCl, NaBr, NaCl, dan air dengan berat total 1.025,68 gram. Setelah dikristalkan
pada proses selanjutnya akan diperoleh garam dengan kepekatan 16,75 - 28,5 oBe yang
setara dengan 23,3576 gram. Untuk menghasilkan garam dapur hanya akan diperoleh
40,97 % dari jumlah semula.

Gambar 1. Flow Sheet Pembuatan Garam Evaporasi


2. Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan atau leburan
dari material yang ada. Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjut dari
kristalisasi. Apabila kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi
hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada
suhu yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas
saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni. (Fessenden, 1983)
Proses Kristalisasi terdiri dari beberapa tahapan umum seperti:
a) Pendinginan
Larutan yang akan dikristalkan didinginkan sampai terbentuk kristal pada larutan
tersebut. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutan mengecil bila suhu diturunkan.
Pendinginan dilakukan 2x yaitu pendinginan larutan panas sebelum penyaringan dan
pendinginan sesudah penguapan.
b) Penguapan Solvent
Larutan yang dikristalkan merupakan senyawa campuran antara solven dan solut.
Setelah dipanaskan maka solven menguap dan yang tertinggal hanya kristal. Metode ini
digunakan bila penurunan suhu tidak begitu mempengaruhi kelarutan zat pada pelarutnya.
Penguapan bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalizir solvent atau zat pelarut sisa
yang terdapat pada filtrat.
c) Evaporasi Adiabatis
Metode ini digunakan dalam ruang vakum, larutan dipanaskan, dimasukkan dalam
tempat vakum yang mana tekanan total lebih rendah dari tekanan uap solvennya. Pada suhu
saat larutan dimasukkan ke ruang vakum solven akan menguap dengan cepat dan penguapan
itu akan menyebabkan pendinginan secara adiabatis.
d) Salting Out
Prinsipnya adalah menambah suatu zat untuk mengurangi zat yang akan dikristalkan.
Pengeluaran garam dari larutan dengan zat baru ke dalam larutan bertujuan menurunkan daya
larut solven terhadap suhu pada pengatur tersebut. Peningkatan harga k, jika kedalam suatu
larutan ditambah dengan zat elektrolit. (Cahyono, 1998)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kristalisasi adalah diantaranya :
a) Laju pembentukan inti (nukleous)
Laju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan
waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk, tetapi
tak satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid.
b) Laju pertumbuhan kristal
Merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama
pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi kristal yang besar akan terbentuk, laju
pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh.
3. Multiple Effect Evaporation
Pada proses ini biasanya digunakan saturated brine (leburan garam jenuh) alami,
yang terkandung didalam tanah atau danau. Saturated brine dapat juga diperoleh dari
hasil samping produksi natrium carbonate dengan proses Solvey.
Pertama-tama saturated brine (leburan garam) dari air dalam tanah dengan kadar H 2S
yang terlarut dalam garam NaCl maksimum 0.015%. Perlakuan pendahuluan dari bahan
baku brine adalah dengan aerasi untuk menghilangkan kandungan hidrogen sulfide.
Penambahan sedikit chlorine dimaksudkan untuk mempercepat penghilangan H 2S dalam
brine. Brine setelah proses aerasi, kemudian diumpankan dalam tangki pengendap untuk
mengendapkan lumpur atau solid yang tidak diinginkan seperti kalsium, magnesium dan ion
besi. Pengendapan dibantu dengan penambahan campuran caustic soda, soda ash dan brine
sehingga didapat larutan garam. Setelah proses pengendapan, kemudian larutan garam
dipekatkan pada evaporator multi efek. Larutan garam pekat kemudian dicuci dengan brine
untuk memurnikan garam. Larutan garam kemudian difiltrasi pada filter untuk proses
pemisahan garam dan larutan brine. Garam yang terpisah kemudian ditambahkan kalium
yodat untuk penambahan kandungan yodium pada garam sehingga dihasilkan sodium
chloride. Sodium chloride kemudian dikeringkan pada dryer dan kemudian disaring untuk
mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium chloride kemudian siap dikemas dan dipasarkan.
Yields yang dihasilkan pada proses ini adalah 99,8%.
Proses dengan multiple effect evaporation merupakan proses yang paling klasik untuk
produksi garam. Jumlah evaporator yang diterapkan bervariasi antara 2, 6, mungkin 7.
Sedangkan langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Umpan yang berupa larutan NaCl 26% dipanaskan terlebih dahulu di preheater.
b. Larutan NaCl yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam evaporator 5 tahap.
Evaporator divakumkam sehingga dari satu evaporator ke evaporator berikutnya titik
didihnya semakin menurun. Di evaporator larutan garam dipanaskan dengan steam.
c. Uap yang dihasilkan pada proses sebelumnya digunakan lagi untik proses penguapan di
evaporator berikutnya.
d. Dari evaporator dihasilkan slurry garam yang selanjutnya dialirkan ke alat sentrifugasi.
e. Di alat sentrifugasi kristal garam terpisahkan dari air namun masih basah.
f. Garam yang basah tersebut dikeringkan lalu dipak dan siap dikeringkan.
Gambar2. Flow Sheet Pembuatan garam dengan multiple effect evaporator
4. Pembuatan Garam Dengan Proses Open Pan
Pembuatan garam dengan proses open pan ini menggunakan bahan baku brine yang
berasal dari proses pemanasan air laut. Proses ini disebut juga proses “Grainer”, dimana air
laut dijenuhkan dengan cara memanaskan pada heater pada suhu 230 oF (110oC). Larutan
brine panas kemudian diumpankan pada graveller yang berfungsi untuk memisahkan
calcium sulfate pada larutan brine. Larutan brine kemudian didinginkan pada flasher dengan
suhu yang dijaga agar garam (NaCl) masih dalam kondisi larut dalam air. Larutan brine
dingin kemudian diumpankan ke open pan yang berfungsi untuk menguapkan air dengan
suhu operasi 205oF (96oC) sehingga dihasilkan kristal garam yang kemudian dipisahkan dari
mother liquor pada centrifuge. Mother liquor kemudian direcycle kembali pada open pan
pan, sedangkan kristal garam yang terpisah kemudian ditambahkan kalium yodat untuk
penambahan kandungan yodium pada garam sehingga dihasilkan sodium chloride.
Sodium chloride kemudian dikeringkan pada dryer dan kemudian disaring untuk
mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium chloride kemudian siap dikemas dan dipasarkan.
Yields yang dihasilkan pada proses ini adalah 99,9%.
Gambar3. Flow sheet Pembuatan Garam dengan Proses Open Pan
5. Pembuatan Garam dari Batuan Garam (Rock Salt)
Di zaman kuno, sumber utama garam adalah garam batu, batu kristal yang ditambang
sama seperti batu bara, dan endapan garam kering yang ditemukan di area dekat laut, seperti
rawa-rawa. Garam batu umum ditemukan di berbagai lokasi di dunia. Namun, tambang
garam tertua di dunia tampaknya yang ada di Lembah Araxes di Azerbaijan. Dikenal dengan
nama area endapan garam Duzdagi, area ini ditemukan oleh para arkeolog pada tahun 1970-
an, sebagai peninggalan milenium kedua sebelum Masehi.
Batuan garam didapatkan dari hasil penggalian yang kedalamannya tidak begitu
dalam. Batuan garam juga terkenal dengan sebutan karang garam, batuan garam terbentuk
akibat mengeringnya samudra pada jutaan tahun yang lalu. Cadangan terbesar garam batu
ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Eropa timur, dan Cina. Karena adanya
tekanan dari dalam bumi maka tebentuklah kubah garam, kejadian ini bisa ditemukan di
Amerika Serikat di sepanjang pantai teluk Texas dan Lousiana.
Pengolahan garam batu secara umum terdiri dari beberapa tahap mulai dari
penggalian batuan lalu proses crushing, grinding, screening lalu dihasilkan garam. Berikut ini
adalah tahapan secara detail pengolahan garam batu yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan tambang garam:
1. Sedimen garam bawah tanah biasanya ditemukan oleh prospectors dengan mencari air
atau minyak. Ketika garam terdeteksi, bor berongga digunakan untuk mengambil sampel
di beberapa lubang teratur di seluruh area sedimen. Sampel ini dianalisis untuk
menentukan apakah pertambangan garam akan menguntungkan.
2. Ketika sebuah area telah dipilih untuk mulai pertambangan, lubang digali hingga ke
tengah sedimen atau deposit garam. Kemudian mesin bergergaji digunakan untuk
memotong slot dengan tinggi sekitar 6,0 inci (15 cm), lebar sekitar 66 kaki (20 m, dan
kedalaman sekitar 10 kaki (3 m) hingga ke dasar lapisan. Proses ini dikenal sebagai
undercutting. Serangkaian lubang dibor ke dalam garam yang telah di-undercut dengan
bor listrik yang mengandung sedikit tungsten karbida. Lubang ini diisi dengan bahan
peledak seperti dinamit atau amonium nitrat. Tutup peledak listrik dipasang dengan kabel
panjang, dan ledakan dilakukan dari jarak yang aman. Pemotongan dan peledakan
diulang dan meninggalkan bentuk pilar garam untuk mendukung daerah atap
pertambangan. Hal ini dikenal sebagai metode ruang-dan-pilar dan juga digunakan di
tambang batubara.
3. Potongan-potongan garam batu yang telah hancur lalu diangkut ke area penghancuran
bawah tanah. Di sini mereka melewati kisi yang dikenal sebagai grizzly yang akan
mengumpulkan potongan-potongan kecil berukuran sekitar 9 inci (23 cm). Potongan
yang lebih besar hancur dalam silinder berputar di antara rahang dengan logam berduri.
Garam tersebut kemudian diangkut ke luar tambang menuju ke area proses penghancuran
sekunder dimana grizzly yang lebih kecil dan crusher yang lebih kecil akan mengurangi
ukuran partikel garam menjadi sekitar 3,2 inci (8 cm). Pada proses ini benda asing
sepertik kotoran akan dihapus dari garam, proses yang dikenal sebagai picking. Logam
akan dihapus oleh magnet dan bahan-bahan lain dengan tangan. Material batuan-batuan
juga dapat dihilangkan dalam Penghancur Bradford, yaitu drum metal yang berputar
dengan lubang kecil di bagian bawah. Garam dimasukkan ke drum, lalu dipecah ketika
bertubrukan di bagian bawah, dan melewati lubang. Batuan-batuan umumnya lebih keras
dari garam, sehingga tidak pecah dan tidak akan melewati alat tersebut. Garam yang lolos
kemudian dipindahkan ke area penghancuran tersier, di mana grizzly paling kecil dan
crusher akan menghasilkan ukuran partikel sekitar 1,0 inci (2,5 cm). Jika diinginkan
partikel garam lebih kecil, maka garam dilewatkan melalui penggiling terdiri dari dua
silinder logam bergulir terhadap satu sama lain. Jika diinginkan garam murni, maka
garam dilarutkan dalam air untuk membentuk air garam untuk diproses lebih lanjut.
Biasanya garam dihancurkan atau ditumbuk lalu dilewatkan melalui penyaring untuk
dipisahkan berdasarkan ukuran, dituangkan ke dalam bag packing, dan dikirim ke
konsumen.
H. Proses pembuatan garam meja
Garam yang kita kenal sehari-hari, adalah suatu kumpulan senyawa kimia dengan
bagian terbesar terdiri dari natrium klorida (NaCl) dengan pengotor terdiri dari kalsium sulfat
(gips), CaSO4, Magnesium sulfat (MgSO4), Magnesium klorida (MgCl2), dan lain-lain
(Sutrisnanto, 2001). Apabila air laut diuapkan maka akan dihasilkan kristal garam, yang
biasa disebut garam krosok. Oleh karena itu garam dapur hasil penguapan air laut yang
belum dimurnikan banyak mengandung zat-zat pengotor seperti Ca 2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-,
I-, Br- (Anonim, 1989).
Tipe garam terdiri dari kategori baik sekali, baik dan sedang. Kategori tersebut
berdasarkan kandungan NaCI-nya yaitu > 95%, 90 – 95% dan 80 – 90% berturut-turut untuk
kategori baik sekali, baik dan sedang. Garam industri dengan kadar NaCI >95%, yaitu sekitar
1.200.000 ton sampai saat ini seluruhnya masih impor, pada hal Indonesia merupakan Negara
kepulauan. Sistem penggaraman rakyat sampai saat ini menggunakan kristalisasi total
sehingga produktivitas dan kualitas kasih kurang atau pada umumnya kadar NaCI- nya
kurang dari 90% dan banyak mengandung zat pengotor.
Natrium klorida (NaCl) merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan oleh
masyarakat dalam pengolahan makanan dan bahan baku dalam berbagai industri kimia.
Industri kimia yang paling banyak menggunakan natrium klorida (NaCl) sebagai bahan
bakunya adalah industri klor alkali. Produk utama dari industri ini adalah klorin (Cl- ) dan
natrium hidroksida (NaOH), yang banyak dibutuhkan oleh industri lain, seperti industri pulp
dan kertas, tekstil, sabun dan pengolahan air limbah.
Table 1. Hasil karakterisasi sampel garam dapur kotor dapat dilihat sebagai berikut:
Parameter uji Kadar pada garam kotor
NaCl 80,1170 %
Mg2+ 0,0399 %
Ca2+ 2,7812 %
Fe3+ Tidak terdeteksi
Kadar air 5,2141 %
Fungsi dari garam meja tidak jauh dari garam dapur biasa, yang membedakan adalah
teksturnya lebih lembut dan halus, sehingga penggunaanya lebih praktis. Garam meja sering
dapat kita temui di restaurant atau warung makan.
Proses pembuatan garam meja menggunakan bahan dasar garam dapur. Prinsip
percobaanya adalah garam dapur yang kotor dibersihkan dari kotoran-kotoran dan dari zat
penyebaba mudah membasah maupun rasa sedikit pahit. Proses pembuatannya adalah garam
dapur dilarutkan dalam airsambil mengaduknya sampai semuanya larut. Setelah larut semua
lalu disaring. Tapisannya ditambah Natrium Karbonat yang larut dalam air kemudian diaduk.
Menyaring endapan yang terbentuk lalu diuapkan hingga airnya habis dan tertinggal kristal
garam. Selama proses penguapan diusahakan api tidak terlalu besar dan sambil diaduk.
Menumbuk halus kristal-kristal garam yang telah kering dan menyimpannya dalam toples.

I. Limbah proses produksi garam


Proses produksi garam rakyat, melalui berbagai tahapan, diantaranya : penyediaan
lahan (tambak), pengaliran air laut kelahan, proses penguapan air laut, proses kristalisasi
garam, pemisahan garam dari airnya sehingga diperoleh garam rakyat.
Air sisa dari proses produksi garam rakyat ini, berwarna kuning muda, dibuang (tidak
dimanfaatkan), disebut dengan istilah "Air Tua" atau "Bittern". Air tua (bittern) ini
merupakan air limbah dari proses produksi garam rakyat, jumlahnya cukup besar sehingga
dibutuhkan pengelolaan yang dapat dimanfaatkan. Kualitas air limbah industri garam ini
(bittern):
- Kandungan ion magnesium (Mg) : 36,45 gram/L
- Kandungan ion kalium (K) : 10,95 gram/L
- Kandungan ion kalsium (Ca) : 0,14 gram/L
- Kandungan ion sulfat (SO4) : 52,14 gram/L
- Berat Jenis : 1,250 gram/ml
Beberapa manfaat dari air limbah garam antara lain:
1. Produksi pupuk multinutrien phosphate-base
Langkah-langkah pembuatan pupuk multinutrien phosphate-base adalah sebagai berikut:
a. Larutan air limbah (bittern) dimasukan kedalam tangki reaksi
b. Tambahkan Larutan NaH2PO4 (sesuai stoikiometrinya)
c. Tambahkan Larutan NaOH (sesuai stoikiometrinya)
d. Lakukan Pengadukan dengan kecepatan putaran pengaduk 135 rpm, waktu
pengadukan 60 menit
e. Lakukan proses pemisahan produk pupuk dari larutannya dengan proses filtrasi
f. Produk pupuk dilakukan proses pencucian dengan air untuk menghilangkan
kandungan NaCl nya
g. Produk pupuk dilakukan proses pengeringan untuk mengurangi kandungan airnya
* kondisi temperatur produksi : 30oC
* kondisi pH : 10
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
4 MgCl2 + KCl + 3NaH2PO4 + 6NaOH → MgKPO4↓ + Mg3(PO4)2 ↓ + 9NaCl + 6H2O
Produk : MgKPO4 dan Mg3(PO4)2·4H2O
Kualitas Produk :
- Kandungan ion phosphate (PO4) : 53,92 % berat
- Kandungan ion magnesium (Mg) : 19,95 % berat
- Kandungan ion kalium (K) : 5,40 % berat
- Kandungan ion boron (B) : 0,05 % berat
- Kandungan ion kalsium (Ca) : 0,07 % berat
2. Sebagai penyelamat jantung
Masyarakat Jepang lebih beruntung. Mereka terbiasa minum nigari sebagai sumber
magnesium. Nigari alias sari air laut adalah air laut tua atau yang berada di lapisan teratas,
kira-kira setebal 10 cm, dalam pembuatan garam. Sementara lapisan bawah bakal menjadi
garam. Supaya menjadi sari air laut, air tua itu diproses dengan otoklaf kristalisasi. Biasanya
air tua terbuang dalam proses pembuatan garam. Satu ton produksi garam, membutuhkan 50
m3 air laut. Jumlah air tua yang terbentuk 1,9 m3. Nigari berupa bubuk magnesium klorida
kerap dipakai untuk koagulan (pengeras) alami dalam pembuatan tofu alias tahu jepang serta
bahan pendingin alami ikan.
Di negeri Matahari Terbit itu, nigari yang pahit memang beken. Anak-anak hingga
orang tua terbiasa mengkonsumsinya dalam kehidupan sehari-hari. Meski budaya
memproduksi garam sangat tua di Indonesia, tetapi nigari baru diperkenalkan setahun
terakhir. Dr. Nelson Sembiring periset Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi
Jawa Timur yang memperkenalkannya. Nelson mengetahui khasiat nigari saat belajar di
Jepang.
Limbah air garam kaya mineral seperti magnesium sulfat, natrium klorida,
magensium klorida, dan Kalsium klorida. Kandungan utamanya magnesium, mineral
terbanyak keempat dalam tubuh. Jika limbah itu diekstraksi, sarinya bisa dimanfaatkan untuk
kebutuhan manusia, terutama untuk kecukupan gizi magnesium. Magnesium berperan
menjkesehatan jantung. “Ia mampu mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh
darah jantung.” kata Prof Dr Bambang Wirjatmadi dari bagian gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.
Menurut Bambang, kurangnya asupan magnesium bisa mempercepat timbulnya
endapan lemak pada pembuluh darah jantung. “Padahal pembuluh darah jantung itu kan
ukurannya sangat kecil. Endapan lemak bisa menyebabkan pembuluh tersumbat. Akibatnya,
kerja jantung terhambat,” tambah alumnus Fakultas Kedokteran Unair itu. Untuk mencegah
penyakit jantung, Bambang biasa melarutkan 20 tetes nigari dalam 20 liter air minum.
3. Manfaat lain
- Pelangsing No. 1 di Jepang Ranpa Diet Ketat & Olahraga Berat
Tatsuya Kosaka meriset untuk membuktikannya. Menurut direktur Institut Penelitian
Nigari itu, magnesium dalam sari air laut bisa membakar lemak dan mengeluarkan
cairan tak berguna dalam tubuh. Wajar jika di Jepang, kalangan anak muda, terutama
remaja perempuan, senantiasa membawa sari air laut. Gunanya menjaga tubuh tetap
langsing dan terhindar dari penyakit kolesterol walau memakan apa pun.
Kecantikan kulit
Magnesium pada nigari mampu memperlambat proses penuaan sehingga kulit tidak
gampang keriput. Selain itu, kolagen kulit pun bisa diperbaiki, jadi kulit muka
semakin kenyal dan kencang.
- Detoksifikasi: Mengeluarkan Racun Tubuh
- Perawatan Kulit: Mengangkat Kulit Mati, Mengurangi Jerawat, Memperbaiki
Kualitas Kulit, Merangsang Pembentukan Kolagen
- Mencegah Osteoporosis
- Mencegah Kerusakan Gigi, Tulang, & Gusi
Di Selandia Baru, pemerintahnya menyarankan anak-anak usia 3-13 tahun untuk
mengkonsumsi sari air laut. Di negeri kiwi itu pertumbuhan tulang pada usia itu
sangat lambat. Nah, kalsium pada nigari bekerja sama dengan magnesium bisa
berperan dalam pembentukan tulang dan gigi.
- Memblokir Gula
- Memcegah & Mengatasi Diabetes
- Memblokir & Membakar Lemak
- Memblokir pembentukan Trigliseida & Kolesterol
- Mencegah Batu Ginjal & Batu Saluran Kencing
- Mencegah Kejang Otot
- Mengatur Detak Jantung
- Mencegah Jantung Koroner
- Mencegah Hipertensi & Stroke
- Mengatasi Sembelit & Pencernaan
Beberapa saran penggunaan :
- Untuk Menjaga Kesehatan, agar tetap Fit & Segar: Gunakan 50-60 tetes Nigarin per
hari ke dalam makanan atau minuman
- Sebagai Isotonic Essence: Tambahakn 15ml (3 sendok teh) Nigarin dalam 1 galon
(19lt) air minum
- Untuk Kecantikan: Pelembab, campurkan 10 ml (200 tetes) Nigarin dalam lotion
pelembab.
- Cleansing, campurkan 5 tetes Nigarin pada busa sabun wajah.
- Mandi Spa, campurkan 100 – 200 ml Nigarin dalam 180 Liter Air.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Garam adalah bahan/bumbu masakan yang ditemukan hampir di semua
peradaban. Diperkirakan awal munculnya adalah sejak jaman neolitikum. Reay Tannahill
dalam bukunya Food in History menyebutkan bahwa produksi garam sudah dilakukan
manusia pada jaman neolitikum yaitu fase atau tingkat kebudayaan pada zaman
prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu
yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar.
Garam bisa di hasilkan dari berbagai sumber antara lain yaitu dari airlaut, air
danau asin, deposit dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah, larutan garam
alamiah, dll. Bukan hanya sebagai penyedap rasa, tetapi garam juga memilki berbagai
macam manfaat lainnya antara lain sebagai minuman kesehatn, garam mandi, garam
konsumsi, cairan infus, sabun dan sampo, cairan dialisat, dsb.
Ada beberapa cara yang umum dilakukan untuk memproduksi garam. Proses
produksi garam tergantung dari bahan baku yang digunakan, diantaranya dengan cara
solar evaporation, rekristalisasi, multiple effect evaporation, open pan dan pembuatan
garam dari batuan garam. Selain itu untuk memperoleh kualitas garam yang lebih baik
lagi dengan kandungan NaCl yang tinggi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan antara
lain dengan kristalisasi bertingkat maupun sengan pengikatan pengotor pada garam
dengan menambahkan bahan kimia.
Proses produksi garampun juga menghasilkan limbah yaitu berupa air bittern yang
merupakan air sisa proses kristalisasi garam. Air bittern ini dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan antara lain sebagai pupuk multinutrien, penyelamat jantung, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Adshead, Samuel A.M. Salt and Civilization. MacMillan, 1992.
Artikel :

How salt is made - material, used, processing, procedure, industry, machine,


Raw Materials, The Manufacturing Process of salt, Quality Control, Health
Aspects http://www.madehow.com/Volume-2/Salt.html#ixzz1wDmb42sc
Multhauf, Robert P. Neptune's Gift. Johns Hopkins, 1978.
http://chemedu09.wordpress.com/2011/04/28/pemurnian-garam-dapur/
http://hurahura.wordpress.com/2011/02/23/di-manakah-tambang-garam-pertama-di
dunia/
http://www.oocities.org/trisaktigeology84/Garam.pdf
http://yusufzae.blogspot.com
Ketut Arhie. 2010. http://www.scribd.com/doc/76868720/Kristalisasi-garam-Kasar
Rumah pintar kimia. 2011.
http://rumahpintarkimia.blogspot.com/2011/06/laporan
praktikum.html

Anda mungkin juga menyukai