Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENGANTAR

1.1 Sejarah Garam

Garam adalah bahan/bumbu masakan yang ditemukan hampir di semua


peradaban. Diperkirakan awal munculnya adalah sejak jaman neolitikum. Reay
Tannahill dalam bukunya Food in History menyebutkan bahwa produksi garam sudah
dilakukan manusia pada jaman neolitikum yaitu fase atau tingkat kebudayaan pada
zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti
peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan
tembikar.Tapi penggunaan 'rasa asin' pada makanan sudah dilakukan manusia seribu
abad sebelum manusia memproduksinya pada jaman neolitikum tersebut. Sebelum
ditemukan cara memproduksi garam, manusia memberikan rasa asin pada
makanannya dengan cara diantaranya dengan menggunakan air laut, akan tetapi rasa
tersebut akan segera hilang saat selesai dimasak (dibakar). Garam mulai diproduksi
secara masal diperkirakan dilakukan pada milenium pertama sebelum Masehi, di
mana pada saat itu sudah berdiri pemerintahan Administratif di China, Dinasti
Ptolemy di Mesir dan Dinasti Sekulus di Persia. Dalam buku Cambridge World
History of Food, Kenneth F. Kiple dan Kriemhild Conee Ornelas menuliskan bahwa
pada masa awal produksi garam yang sekarang kita kenal, yaitu Natrium Klorida
(NaCl) dilakukan dengan beberapa metode seperti dengan menguapkan air laut
dengan bantuan sinar matahari, mendidihkan air yang mengandung garam sehingga
terbentuk lapisan garam sampai ke penambangan garam yang sudah membatu karena
proses alam di sumber-sumber air garam. Pada jaman yunani kuno Sebegitu
pentingnya garam dalam kehidupan, Plato menggambarkan garam sebagai "Sebuah
material yang dicintai dewa", Aristoteles menulis bahwa garam adalah hadiah musim
semi yang berasal dari dewa dan homer menyebut garam sebagai "wahyu Ilahi". Pada
masa Romawi Kuno, harga garam sangat mahal. Oleh karena mahalnya garam pada
masa itu lalu dipakai untuk membayar gaji para pekerja dan prajurit dengan
salarium (garam).Istilah salarium (Latin) yang maksudnya ‘garam’ itu dipakai
untuk gaji yang kemudian diambil dalam bahasa Inggris salary. Lucunya garam
dalam bahasa Inggris kuno adalah ‘sealt’. Bila kita hilangkan dua huruf terakhir –
lt, kita akan dapatkan kata ‘sea’ yang artinya laut. Mungkin juga maksudnya begitu
karena air laut rasanya asin dan garam berasal dari laut.

1.2 Pengertian garam

Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida
(>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat,
kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis
yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9
dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C.
Garam natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya
dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) yang merupakan
padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis dan apabila
mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan
terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai bumbu penting untuk
makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan untuk pembuatan
keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet.

1.3 Industri Garam

Berawal dari pertanian di ladang-ladang garam secara tradisional, industri


garam Indonesia terus berkembang, hingga saat ini menjadi salah satu bidang
industri yang memberi penghidupan bagi banyak masyarakat di seluruh Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh tingkat kebutuhan dan rangkaian kegiatan yang menyertai
keberadaan garam. Dari material awal, yaitu garam kasar (krosok), industri garam
di Indonesia memproduksi berbagai jenis garam untuk memenuhi berbagai
keperluan akan garam. Baik untuk kebutuhan rumah tangga, maupun kebutuhan
industri, peternakan, dan pertanian. Namun demikian, industri garam di Indonesia
bukan berarti berjalan mulus tanpa hambatan dan kendala.

Kualitas garam yang belum maksimal, ketidakstabilan harga garam, proses


produksi yang masih bersifat tradisional, dan persaingan dengan komoditi garam
dari luar negeri merupakan sedikit dari sekian banyak masalah garam di Indonesia.
Hal inilah yang harus terus dibenahi dan disempurnakan hingga industri garam
Indonesia mampu menjadi pilihan utama bagi seluruh lapisan masyarakat. Garam
beryodium adalah garam yang didalamnya terkandung senyawa Kalium Iodat.
Garam beryodium merupakan salah satu nutrisi penting yang harus dikonsumsi
secara teratur oleh manusia. Jumlah garam yang harus dikonsumsi per hari untuk
setiap orang kurang lebih adalah 9 gram. Untuk masyarakat di negara berkembang
seperti Indonesia, selain untuk memenuhi nutrisi tubuh, konsumsi garam ditujukan
juga untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan yodium.

Garam beryodium adalah garam konsumsi yang mengandung komponen


utama Natrium Chlorida (NaCl) minimal 94,7%, air maksimal 5% dan Kalium Iodat
(KIO3) sebanyak 30-80 ppm (mg/kg) serta senyawa-senyawa lain. Penyebaran
garam beryodium pada masyarakat saat ini merupakan upaya pemerintah yang
paling efektif dalam rangka penanggulangan masalah GAKY (Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium). Garam merupakan salah satu bumbu masak yang hampir
setiap makanan atau masakan membutuhkannya, sehingga dapat dikonsumsi
langsung oleh masyarakat.

Garam juga mudah untuk diperdagangkan oleh setiap pedagang atau pengecer
dengan harga yang sangat terjangkau oleh masyarakat luas, baik oleh pedagang
besar (seperti supermarket) atau pedagang kecil (seperti warung). Sebagai tindak
lanjut Keputusan Presiden RI No. 69 Tahun 1994 tanggal 13 Oktober 1994 tentang
Pengadaan garam beryodium, maka telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 77/M/SK/5/1995 tanggal 4 Mei 1995 tentang
Persyaratan teknis pengolahan, pengawasan dan pelabelan garam beryodium, maka
perlu dilakukan penjabaran lebih lanjut mencakup prinsip dasar proses produksi dan
pengendalian mutu pengolahan garam serta tata cara perizinan. Sehingga dipandang
perlu adanya petunjuk teknis sebagai pedoman dalam rangka pengadaan garam
beryodium yang memenuhi syarat, yaitu antara lain :
1. Proses produksi untuk memberikan gambaran tentang pembuatan garam
beryodium dengan menitikberatkan pada pencucian, pengeringan/
penirisan, yodisasi dan pengemasan.
2. Sistem pengendalian mutu untuk memproduksi garam beryodium sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3556-1994.
3. Perizinan untuk menginformasikan kepada perusahaan garam beryodium
maupun calon investor tentang cara memperoleh perizinan usaha industri.

Sortasi bahan baku adalah proses pemilihan bahan baku garam rakyat yang
kondisinya tidak seragam, tergantung dari teknik pembuatannya. Dari lamanya
proses penguapan/kristalisasi digolongkan menjadi garam muda dan garam tua.
Garam muda adalah proses penguapan air laut pada meja-meja kristalisasi yang
dilakukan secara total (hampir tidak ada sirkulasi air) dengan waktu yang relatif
pendek, sehingga hanya diperoleh garam dengan kadar NaCl yang rendah dan
mengandung kadar Ca dan Mg yang relatif tinggi serta cenderung kotor (impuritas
tinggi).Sedangkan garam tua adalah garam yang diperoleh dengan proses

pengkristalan yang memadai pada kondisi kepekatan antara 24o-25oBe (0Be adalah

derajat kepekatan suatu larutan yang dapat diukur dengan alat Hidrometer atau
Baumeter).

145
0
Be  145  , dimana sg adalah specific gravity
sg
Secara bertahap sesuai dengan tingkat kepekatan larutan dan proses
kristalisasi akan diperoleh beberapa jenis garam:
1. Garam Kualitas I, merupakan hasil proses kristalisasi pada larutan 240-

29,5o Be dengan kadar NaCl minimal 97,1 %.

2. Garam Kualitas II, merupakan sisa kristalisasi di atas pada kondisi kelarutan

29,5o-35o Be dengan kadar NaCl minimal 94,7%.

3. Garam Kualitas III, merupakan sisa larutan kepekatan di atas pada kondisi

>35o Be dengan kadar NaCl <94,7%.

Pada kondisi ini akan diperoleh garam dengan kadar impuritas yang cukup
tinggi sehingga garam menjadi kotor karena unsur-unsur ikutan seperti bromida,
magnesium, kalium dan sulfat, pada larutan semakin sulit terpisahkan dari senyawa
NaCl. Dari sisi kinerja-nya ada berbagai tingkatan warna garam mulai dari warna
putih transparan, putih dop dan putih kecoklatan yang dipengaruhi oleh kadar
kotoran dan kadar impuritas. Kotoran pada garam menyebabkan menurunnya mutu
garam yaitu rendahnya kadar NaCl, sehingga pada garam yang kotor perlu
dilakukan pencucian untuk mendapatkan garam sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan sebagai bahan baku pembuatan garam konsumsi beryodium.

1.4 Garam Nasional


Industri garam nasional yang sebenarnya berasal dari garam rakyat
tradisional (mutu rendah) yang kemudian diproses lebih lanjut menjadi garam
briket (untuk bahan pengawet dan keperluan industri), garam halus (garam meja)
dan sangat halus (bahan baku hujan buatan) serta makin bersih dan baik kualitasnya
(tinggi NaCl-nya dan rendah kadar airnya) tersebut; dihasilkan terutama di sentra-
sentra garam yang terletak di : ” Barat : Cirebon ” Tengah : Pati, Rembang, Gresik
dan Pulau Madura ” Timur : NTB (Bima), NTT dan Sulawesi Selatan (Jeneponto),
yang pada saat ini hanya menghasilkan produksi rata-rata 1 juta ton / tahun.
Produksi garam rakyat ini hanya dapat diharapkan selama musim kering saja, yang
berjalan secara efektif selama kurang-lebih 3-4 bulan saja selain 1,5 bulan
sebelumnya untuk masa persiapan produksi; untuk keperluan sisa waktu dalam satu
tahun, diperlukan adanya stok garam yang cukup banyak. Belakangan ini,
penggunaan garam sebagai konsumsi sangat kecil bila dibandingkan dengan
penggunaannya sebagai bahan baku untuk pengolahan / industri (terutama untuk
pabrik pulp dan industri yang membutuhkan banyak chlor dan soda).

Garam dibutuhkan oleh manusia dalam bentuk garam konsumsi dan


sebagai bahan baku/penolong dalam industri. Kebutuhan terhadap garam tidak
dapat digantikan, setiap orang mengkonsumsi lebih kurang 3 (tiga) kg garam per
tahun dalam bentuk aneka pangan. Kebutuhan garam nasional berdasarkan data
pada tahun 2009 sebesar 2.779.429 ton dengan rincian sebagai berikut: (i) Garam
CAP 1.461.470 ton; dan (ii) Garam Non CAP 1.317.959 ton, dari total kebutuhan
tersebut sebesar 1.822.629 ton dipenuhi melalui impor .. Kebutuhan garam setiap
tahun meningkat rata-rata 2 - 4 persen.Ketergantungan pada garam impor
khususnya untuk keperluan garam konsumsi sangat tidak mendukung ketahanan
nasional.
Guna mendorong peningkatan kemampuan pemenuhan kebutuhan garam
nasional melalui produksi dalam negeri, pada akhir tahun 2009 Pemerintah
mencanangkan Program Swasembada Garam Nasional. Hal ini sangat
dimungkinkan mengingat lahan potensial garam di Indonesia yang tersebar di 9
provinsi (Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Selatan,
Gorontalo dan Sulawesi Utara) luasannya mencapai 34.731 ha, akan tetapi baru
sekitar setengahnya yang dimanfaatkan. Kualitas garam yang dihasilkan
umumnya juga masih belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI),
demikian juga apabila dibandingkan dengan garam impor. Kualitas garam yang
dihasilkan oleh Petambak memiliki kadar NaCl di bawah 94%, sedangkan
garam konsumsi memerlukan kadar NaCl > 94,7%, garam industri memerlukan
kadar NaCl di atas 98,5% (dry basis).
Distribusi dan pemasaran garam khususnya garam konsumsi selama ini
dirasakan kurang efisien, hal ini disebabkan oleh karena Pegaraman berada di
pinggir pantai (lokasinya terpencil) dengan kondisi sarana dan prasarana yang
sangat terbatas. Faktor tersebut menjadi salah satu penyebab rendahnya harga
yang diterima petambak garam, jauh lebih rendah dibandingkan harga di tingkat
konsumen. Rendahnya harga di tingkat petambak garam akan menurunkan daya
tarik bagi masyarakat/petambak dalam memproduksi garam, hal ini akan
berdampak secara nasional yaitu ketergantungan Indonesia kepada garam impor
akan semakin tinggi. Ketergantungan pada garam impor khususnya untuk
keperluan garam konsumsi sangat tidak mendukung ketahanan nasional karena
garam adalah komoditi yang secara terus menerus dibutuhkan oleh seluruh
masyarakat sehingga dapat dikatagorikan sebagai komoditi strategis.Penggunaan
garam untuk industri secara nasional mencapai 1,9 – 2 juta ton / tahun, sedangkan
untuk konsumsi hanya membutuhkan sekitar 0,8 juta ton / tahun; sehingga
kebutuhan nasional akan garam mencapai 2,7 – 2,8 juta ton / tahun. Kekurangan
supply garam (terutama untuk industri) tersebut dipenuhi dengan import garam
(dari Australia) sebanyak 1,7 – 1,8 juta ton / tahun. Menurut informasi Business
News (10 Juli 2004), Indonesia telah mampu mengekspor garam ke Thailand,
Malaysia, dan Taiwan sebanyak 5.700 ton dengan nilai sekitar Rp. 1 Milyar.

1.5 Bahaya Dibalik Kerugian Garam


Tanpa garam masakan terasa hambar, namun hati-hati, kenikmatan
makanan dengan garam juga dapat menimbulkan beragam penyakit. Kadar garam
yang berlebihan di dalam tubuh akan dikeluarkan. Hal ini juga mengakibatkan
kalsium turut ke luar. Jika terus berlangsung akan menyebabkan “osteopeni” yaitu
kepadatan tulang berkurang. Jika kondisi ini berlangsung terus-menerus akan
menyebabkan osteoporosis, bahkan berisiko menyebabkan patah tulang.

Menurut Prof. Graham Mac Gregor dari CASH (Consensus Action on Salt
and Health), asupan garam yang berlebihan di dalam tubuh akan menyebabkan
stroke dan serangan jantung, bahkan bisa berakibat lebih parah.

Tingginya kadar garam di dalam cairan tubuh akan mempengaruhi fungsi


organ tubuh yang lain yaitu otak. Kadar garam yang berlebihan menyebabkan
melebarnya pembuluh darah. Kondisi fatal ini mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah sehingga dampaknya terjadi stroke. Ketika kadar sodium (Na+) terlalu tinggi,
tubuh akan menahan terlalu banyak volume cairan di dalam tubuh yang terus
meningkat.
Dalam keadaan yang sama, tingginya kadar garam di dalam saluran tubuh
juga akan menekan jantung dan meningkatkan resiko serangan jantung koroner.
Pada orang dewasa akan sangat dimungkinkan untuk mengeluarkan garam di dalam
tubuh melalui ginjal dan dikeluarkan melalui urine. Namun bagi anak-anak akan
terjadi kesulitan karena tidak mempunyai cukup kapasitas dalam memproses garam
dan mengeluarkannya kembali, karena organ-organnya belum berkembang
maksimal. Jika anak-anak tetap diberikan asupan makanan untuk porsi orang
dewasa, garam akan menumpuk dalam tubuh dan mampu merusakkan jantung, hati,
dan otak.

Menurut Dr. Wynnie Chan, ahli nutrisi dari The British Nutrition
Foundation, diet mengurangi garam akan secara signifikan meminimalisasi resiko
mengalami hipertensi. Makanan serba instan mempunyai kadar garam yang cukup
tinggi karena menggunakan pengawet.

1.6 Kualitas Garam

Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida
(>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat,
kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis
yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9
dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C. Garam natrium klorida untuk keperluan
masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI
per kg NaCl) yang merupakan padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak
higroskopis dan apabila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan
higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai
bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (
bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet.

Kualitas garam yang dihasilkan oleh Petambak memiliki kadar NaCl di bawah
94%, sedangkan garam konsumsi memerlukan kadar NaCl > 94,7%, garam
industri memerlukan kadar NaCl di atas 99% (dry basis).
Natrium klorida

Nama lain
Garam dapur

Sifat

Rumus molekul NaCl


Massa molar 58.44 g/mol
Penampilan Tidak berwarna/berbentuk kristal putih
Densitas 2.16 g/cm3
Titik lebur 801 °C (1074 K)
Titik didih 1465 °C (1738 K)
Kelarutan dalam air 35.9 g/100 mL (25 °C)
BAB II
SUMBER GARAM

Sumber garam (NaCl) yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau
asin, larutan garam alamiah, batuan garam, dan sumber air dalam tanah.

2.1 Air Laut dan Danau Air Asin


Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam
rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam
(terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl).
Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut
juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah di timur Teluk
Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang
paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas
membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar
garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral
yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium,
dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak
laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-
batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam.
Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi. Danau air asin bisa
terbentuk melalui banyak sebab:
a. Danau yang terdapat di wilayah dengan tingkat penguapan yang sangat
tinggi sehingga kandungan garamnya meningkat, misalnya danau laut
mati
b. Teluk diantara dua bukit yang kemudian pada bagian mulut teluk
tersebut tertutup sedimen pantai sehingga terpisah dari ekosistem laut
menjadi ekosistem tersendiri berupa danau air asin
c. Terbentuk pada laguna akibat pertumbuhan terumbu karang yang
kemudian diikuti dengan proses pengangkatan sehingga laguna tersebut
betul betul tertutup dan terpisah dari ekosistem laut bebas. Laguna
adalah bentuk danau di laut karena terpisah dari laut bebas, bisa
terpisahkan oleh endapan atau karena pertumbuhan terumbu
karang. Laguna terbentuk karena pertumbuhan terumbu karang di
sekitar pulau kecil yang pada akhirnya terbentuk cincin karang. Laguna
dapat pula berupa terpisahnya bagian laut disebabkan oleh proses
pengendapan sedimen.
d. Danau yang di dasarnya terdapat semburan lumpur dan air garam,
misalnya yang terdapat di Ambarawa.

Negara-negara yang memproduksi garam dengan sumber air laut antara


lain: Mexico, Brazilia, RRC, Australia, Indonesia, dan negara-negara tropis lainnya.
Produksi garamnya mencapai ± 40% dari total produk dunia. Adapun negara-
negara yang memproduksi garam dengan sumber air danau asin antara lain:
Yordania (Laut Mati), Amerika Serikat (Great Salt Lake), dan Australia. Produksi
garamnya mencapai ± 20% dari total produksi dunia.

2.2 Larutan Garam Alamiah (natural brine solution)


Larutan garam alamiah berasal dari perairan dengan konsentrasi
konstituen terlarut (unsur, ion, dan molekul) yang sangat tinggi. Larutan garam
alamiah umumnya lebih saline atau lebih tinggi konsentrasi bahan terlarutnya dari
pada air laut (35 gram konstituen terlarut per kilogram air laut). Larutan garam
alamiah dapat mengandung konsentrasi garam lebih dari lima kali dari kandungan
garam dari air laut rata-rata. Karena konsentrasi komponen terlarut tinggi seperti
natrium dan magnesium, larutan garam alamiah dikomersialkan, terutama dalam
produksi garam meja.

Pembentukan air garam laut (ocean brine)


Di laut, brine dibentuk oleh beberapa proses: penguapan, pembentukan es
laut, dan pelarutan dari kubah garam.
Penguapan.
Salah satu proses pembentukan ocean brine yang lebih umum adalah
dengan penguapan. Penguapan yang terbesar di daerah dangkal, dimana
energi matahari menguapkan air menyebabkan laut berkonsentrasi garam
tinggi. Proses pelepasan pelarut (air) dari sistem dikenal dengan istilah
penguapan, dan padatan yang tertinggal disebut dengan evaporate. Brine
adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan konsentrasi tinggi,
termasuk garam.
Es Laut (Sea Ice).
Proses lain pembentukan ocean brine melalui pembentukan es laut. Pada
saat air laut mulai memadat, sebagian air yang lebih asin dan pekat mengalir
ke bagian bawah padatan. Pada saat es semakin tebal, brine tersebut dapat
terjebak di dalam pori-pori yang dikenal sebagai kantong-kantong brine.
Efek ini selanjutnya memekatkan brine tersebut. Kantong brine biasanya
berdiameter kurang dari setengah milimeter, namun dapat memanjang
menurun ke dalam es untuk jarak tertentu.
Terbentuknya kantong brine mempengaruhi sifat mekanik dari es laut
dengan cara yang belum sepenuhnya dipahami. Pada saat struktur es
berubah, lebih banyak air keluar dari pori-pori, meningkatan konsentrasi
garam dari brine dalam ruang pori hingga delapan kali lipat dari air laut.
Pada konsentrasi yang ekstrim ini, natrium dan klorida jenuh, sehingga
mulai mengendap sebagai kristal garam. Proses pemekatan dalam pori-pori
es dapat terus berlangsung, menyebabkan terbentuknya larutan pekat
(slurry). Pada konsentrasi garam yang sangat tinggi, kristal natrium klorida
(halite) terbentuk, terbentuk juga kristal yang mengandung klorida dari
garam-garam lainnya seperti kalsium dan magnesium.
Kubah Garam (Salt Domes).

Gambar 2.1 Kubah Garam

Brine dapat terbentuk dari proses pelarutan padatan (evaporite) seperti


yang tedapat pada kubah garam. Dalam skala waktu geologi (jutaan tahun
yang lalu), batu garam yang terbentuk akan tertutupi oleh sedimen di
atasnya dan terkubur dalam bumi. Oleh karena berat jenis garam yang
relatif lebih kecil (2.16 gr/cc) dibandingkan material di sekelilingnya
termasuk sedimen di atasnya (biasanya lebih besar dari 2.4 gr/cc) maka
mineral garam tersebut mempunyai kecenderungan untuk menerobos
batuan di atasnya, yang kemudian muncul berbentuk seperti kubah,
sehingga disebut kubah garam.
Contoh dari kubah garam ini adalah Avery Island di Lousiana dan
Pegunungan Zagros. Pada saat mineral-mineral garam tersebut mencoba
menerobos batuan di atasnya, batuan-batuan di atasnya akan sedikit
terlipat dan akan membentuk jebakan dimana minyak bumi dan gas akan
berakumulasi. Bahkan tidak jarang pula mineral garam tersebut mampu
menerobos sampai ke permukaan atau menerobos lantai samudera jika
mineral garam tersebut ditemukan di lautan (offshore).
Pada saat bagian atas dari garam tersebut kontak dengan air laut maka
garam tersebut mulai melarut dan kadang-kadang meninggalkan bentuk
depresi atau runtuhan di sekelilingnya dan kadang pula rekahan tersebut
menyebar dari pusat. Rekahan tersebut kemudian berkembang menjadi
patahan dan akhirnya patahan tersebut bisa menjadi jalan untuk fluid
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Fenomena seperti ini
banyak dijumpai di Teluk Meksiko dan Timur Tengah dimana
pembentukan salt dome ini sangat menguntungkan untuk minyak bumi
dan gas dapat berakumulasi.

2.3 Batuan Garam (Rock Salt)

Gambar 2.2 Rock Salt

Setelah mengenali beberapa jenis batuan yang ada di bumi, ada salah satu
jenis batu yang sepertinya menarik untuk dibahas lebih lanjut. Ini karena batu
tersebut sangat membantu menjebak minyak bumi atau gas yang sering dijumpai
di Teluk Meksiko dan daerah-daerah Timur Tengah. Batu tersebut adalah batu
garam atau yang sering dikenal sebagai rock salt dan termasuk ke dalam batuan
sediment. Batu garam ini terbentuk dari kumpulan mineral yang sering
disebut halite. Mineral halite mempunyai rumus kimia NaCl. Akan tetapi batu
garam bisa juga mengandung pengotor-pengotor dan umumnya yang berasosiasi
dengan batu garam tersebut adalah anhydrite (CaSO4), gypsum (CaSO4.2H2O),
dan juga sylvite (KCl).
Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air yang
mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion
Na+ (Sodium) dan Cl- (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah
danau yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup,
daerah estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti
lagoon dan lain-lain.
Pada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang sangat
besar seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki
cekungan Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap
dan menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.
Beberapa teori menjelaskan terbentuknya batu garam yang ada di
cekungan Michigan. Salah satunya adalah siklus garam dimana banyak
dipengaruhi oleh proses penguapan dan pengendapan garam akibat hilangnya
sejumlah air laut yang tidak dapat menahan ion-ion garam yang ada dalam
larutan seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
 Pada jaman Kambrium dan Ordovician (600-500 juta tahun yang lalu)
cekungan Michigan mulai terbentuk. Pada jaman Silur (425 juta tahun yang
lalu), batu gamping (limestone) mulai diendapkan di cekungan Michigan.
Dengan bertambah besarnya kecepatan penurunan cekungan di Michigan
pada jaman ini, sejumlah terumbu karang (coral reef) terbentuk dan
terumbu-terumbu tersebut menjadi semacam penghalang (barrier) sehingga
membatasi aliran air laut.
 Dengan dibantu oleh kondisi iklim daerha tersebut yang arid, maka sinar
matahari dan temperatur yang cukup panas menyebabkan air yang ada di
cekungan Michigan menguap .
 Karena semakin banyaknya air yang menguap, maka air yang tersisa tidak
dapat menahan garam yang ada di larutan sehingga garam-garam tersebut
mulai diendapkan dan jatuh ke dasar laut.
 Oleh karena air laut yang mampu masuk ke cekungan Michigan semakin
banyak maka siklus di atas terulang kembali dan terjadi lagi seterusnya
sehingga garam yang diendapkan semakin tebal.
Inilah kenapa Michigan menjadi salah satu negara bagian yang menghasilkan
batu garam dan menjadi salah satu penghasil garam terbesar di Amerika. Proses
pembentukan garam yang terjadi sekarang juga bisa dijumpai di beberapa tempat
di dunia seperti di Laut Mati (Dead Sea) di Jordan dan Israel.

u garam bisa juga mengandung pengotor-pengotor dan umumnya yang


berasosiasi dengan batu garam tersebut adalah anhydrite (CaSO4), gypsum
(CaSO4.2H2O), dan juga sylvite (KCl).
Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air yang
mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion
Na+ (Sodium) dan Cl- (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah
danau yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup,
daerah estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti
lagoon dan lain-lain.
Pada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang sangat
besar seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki
cekungan Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap
dan menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.
Beberapa teori menjelaskan terbentuknya batu garam yang ada di
cekungan Michigan. Salah satunya adalah siklus garam dimana banyak
dipengaruhi oleh proses penguapan dan pengendapan garam akibat hilangnya
sejumlah air laut yang tidak dapat menahan ion-ion garam yang ada dalam
larutan seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
 Pada jaman Kambrium dan Ordovician (600-500 juta tahun yang lalu)
cekungan Michigan mulai terbentuk. Pada jaman Silur (425 juta tahun yang
lalu), batu gamping (limestone) mulai diendapkan di cekungan Michigan.
Dengan bertambah besarnya kecepatan penurunan cekungan di Michigan
pada jaman ini, sejumlah terumbu karang (coral reef) terbentuk dan
terumbu-terumbu tersebut menjadi semacam penghalang (barrier) sehingga
membatasi aliran air laut.
 Dengan dibantu oleh kondisi iklim daerha tersebut yang arid, maka sinar
matahari dan temperatur yang cukup panas menyebabkan air yang ada di
cekungan Michigan menguap .
 Karena semakin banyaknya air yang menguap, maka air yang tersisa tidak
dapat menahan garam yang ada di larutan sehingga garam-garam tersebut
mulai diendapkan dan jatuh ke dasar laut.
 Oleh karena air laut yang mampu masuk ke cekungan Michigan semakin
banyak maka siklus di atas terulang kembali dan terjadi lagi seterusnya
sehingga garam yang diendapkan semakin tebal.
Inilah kenapa Michigan menjadi salah satu negara bagian yang menghasilkan
batu garam dan menjadi salah satu penghasil garam terbesar di Amerika. Proses
pembentukan garam yang terjadi sekarang juga bisa dijumpai di beberapa tempat
di dunia seperti di Laut Mati (Dead Sea) di Jordan dan Israel.
BAB III
PROSES PENGAMBILAN GARAM DARI SUMBERNYA

Garam adalah suatu bahan kimia yang penting dan murah. Pemakaiannya
terutama untuk bahan pangan dan industri . Dalam industri garam NaCl merupakan
bahan baku untuk pembuatan bahan kimia turunannya, yang dapat dipakai sebagai
bahan dasar ataubahan penolong pada industri lain. Garam cara yang sederhana
hingga cara yang menggunakan teknologi tinggi.

3.1 Pengambilan Garam dari Air Laut dan Air Danau Asin
Pengambilan garam dari air laut dengan cara penguapan menggunakan
panas matahari, disebut juga pengambilan secara “solar evaporation”. Air laut
dialirkan ke tambak-tambak penggaraman di tepi laut kemudian dilakukan
penguapan. Garam NaCl dipisahkan dari larutan dan dari kotoran lainnya dengan
cara menguapkan airnya dan mengkristalisasikan garamnya secara bertahap (
fractional crystaltization).

Kolom Kolam Kolom


Penampungan Pemekatan Kristalisasi

Sd 10- 14- 20- 25-


Air laut 100 140 230 290
180
Be Be Be Be Be

Sisa
Mg &
NaCl K
Kotoran CaCO3
padat Ca(HCO3)2

Gambar 3.1: Diagram blok proses pembuatan garam cara Solar Evaporation
Kalsium karbonat dan gypsum ( CaSO4.2H2O ) akan mengendap lebih dahulu
kemudian diikuti oleh bulk garam NaCl, sedangkan sisa-sisa garam Mg dan K
masih tetap larut dalam mother liqour yang disebut bittern yang biasanya dibuang
atau diproses lebih lanjut sebagai sumber garam Mg dan K . Pemurnian garam NaCl
yang dihasilkan dilakukan dengan cara mencuci kristal garam tersebut dengan
larutan NaCl pekat (jenuh).

Gambar 3.2 Diagram Pembuatan Garam Evaporasi Kadar NaCl Tinggi

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam NaCl melalui penguapan


air laut diantaranya yaitu :
a) Mutu Air Laut
Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi
dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk
pemekatan (penguapan).
b) Keadaan Cuaca

 Panjang kemarau berpengaruh langsung terhadap pembuatan garam dengan


pertolongan sinar matahari.
 Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-
rata merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau
yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut.
 Kecepatan angin, kelembaban udara, dan suhu udara sangat mempengaruhi
kecepatan penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar
jumlah kristal garam yang mengendap.
c) Tanah

 Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air


laut kedalam tanah yang di peminihan ataupun di meja.
 Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan
penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka
tidak akan dihasilkan garam.
 Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang
terbawa oleh garam yang dihasilkan.
d) Pengaruh air

 Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam
kaitannya dengan faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara
merupakan gabungan penguapan air (koefisien pemindahan massa).
 Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan
mempengaruhi mutu hasil.
 Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be.
Bila konsentrasi air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat)
akan banyak mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be
Magnesium akan banyak mengendap.
e) Cara pungutan garam
Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal
pengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan). Demikian pula
kemungkinan dibuatkan alas meja dari kristal garam yang dikeraskan, makin
keras alas meja makin baik.
f) Air Bittern
Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung garam-
garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk mengurangi kadar
Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat menghasilkan kristal NaCl.
Sebaiknya kristalisasi garam dimeja terjadi antara 25–29°Be, sisa bittern ≥
29°Be dibuang.

Proses ini hanya dapat dilakukan di negara-negara tropis/ sub tropis seperti
Indonesia ,Turki, Maroko, Itali, Spanyol, California ,India, dan lain-lain. Di
Indonesia, kebanyakan garam diperoleh dari lautan, karena memang negara kita
ini merupakan negara kepulauan yang banyak sekali lautnya.

Kondisi operasi proses produksi garam dapur dilakukan pada T = 30oC yang
merupakan suhu lingkungan dan tekanan 1 atm karena proses evaporasi air laut
menggunakan tenaga surya dan dilakukan di ruang terbuka. Air laut yang diuapkan
sampai kering mengandung setiap liternya sejumlah 7 mineral seperti CaSO4,
MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr, NaCl, dan air dengan berat total 1.025,68 gram.
Setelah dikristalkan pada proses selanjutnya akan diperoleh garam dengan
kepekatan 16,75 - 28,5 oBe yang setara dengan 23,3576 gram. Untuk menghasilkan
garam dapur hanya akan diperoleh 40,97 % dari jumlah semula.

3.1.1 Penguapan Air Laut (Solar Evaporation)


Langkah–langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan garam melalui solar
evaporation yakni
a) Pengeringan Lahan
Tahap Pengeringan Lahan untuk pembuatan garam terdiri dari :
 Pengeringan Lahan Pemenihan.
 Pengeringan Lahan Kristalisasi.
Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak secara bertingkat, sehingga
dengan gaya gravitasi air dapat mengalir ke hilir kapan saja dikehendaki.
Kalsium dan magnesium sebagai unsur yang cukup banyak dikandung dalam
air laut selain NaCl perlu diendapkan agar kadar NaCl yang diperoleh meningkat.
Kalsium dan magnesium dapat terendapkan dalam bentuk garam sulfat, karbonat
dan oksalat. Dalam proses pengendapan atau kristalisasi garam karbonat dan
oksalat mengendap dahulu, menyusul garam sulfat, terakhir bentuk garam
kloridanya.
Tanah untuk penggaraman yang dipilih harus memenuhi kriteria yang
berkaitan dengan ketinggian dari permukaan laut, topografi tanah, sifat fisis tanah,
kehidupan (hewan/ tumbuhan) dan gangguan bencana alam.
Letak terhadap permukaan air laut :
o untuk mempermudah suplai air laut
o untuk mempermudah pembuangan
Topografi :
o dikehendaki tanah yang landai atau kemiringan kecil
o untuk mengatur tata aliran air dan meminimilisasi biaya konstruksi
Sifat fisis tanah :
Dikehendaki sifat-sifat :
o Permeabilitas rendah
o Tanah tidak mudah retak
Pasir : Permeabilitas tinggi
Tanah liat : Permeabilitas rendah dan Retak pada kelembaban rendah
Untuk peminihan : tanah liat untuk penekanan resapan air (kebocoran)
Untuk meja-meja : campuran pasir dan tanah liat guna kualitas dan
kuantitas hasil produksi
Pengujian laborat tanah, yang diperlukan :
o Grain size (ukuran)
o Kelakuan pada pengerasan (proctor test)
Bila diperlukan daya dukung untuk lokasi gudang dan pondasi pompa
Gangguan kehidupan :
o Tanaman pengganggu
o Binatang tanah
o Gangguan bencana alam : Daerah banjir / gempa / gelombang pasang
b). Pengolahan Air Peminian/ Waduk

 Pemasukan air laut ke peminian


 Pemasukan air laut ke lahan kristalisasi..
 Pengaturan air di peminian
 Pengeluaran brine ke meja kristal dan setelah habis dikeringkan
selama seminggu.
 Pengeluaran Brine ke meja kristal dan setelah habis dikeringkan,
untuk pengeluaran brine selanjutnya dari peminian tertua melalui
Brine Tank.
 Pengembalian air tua ke waduk. Apabila air peminihan cukup untuk
memenuhi meja kristal, selebihnya dipompa kembali ke waduk

3.1.2 Proses Kristalisasi dan Rekristalisasi


a) Proses pemungutan
 Umur kristal garam 10 hari secara rutin (tergantung intensitas
cahaya matahari).
 Pengaisan garam dilakukan hati-hati dengan ketebalan air meja
cukup atau 3-5 cm.
 Angkut garam dari meja ke timbunan membentuk profil (ditiriskan),
kemudian diangkat ke gudang dan siap untuk proses pencucian.
 Proses Pencucian
b) Proses pencucian
Pencucian bertujuan untuk meningkatkan kandungan NaCl dan mengurangi
unsur Mg, Ca, SO4 , dan kotoran lainnya. Air pencuci garam yang digunakan
semakin bersih dari kotoran maka akan menghasilkan garam cucian lebih
baik dan lebih bersih.
Air garam (brine) dengan kepekatan 20-24 oBe. (Secara kasar, 1 oBe nilainya 10
gram per liter. Jadi kalau air laut itu 3,0oBe berarti kandungan garamnya 30 gram
per liter) dengan kandungan Mg ≤ 10 gr/Liter.
Pada proses pengkristalan apabila seluruh zat yang terkandung
diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-macam zat yang
terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat
yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang demikian
disebut “kristalisasi total”.
Untuk mengurangi impuritis dalam garam dapat dilakukan dengan kombinasi
dari proses pencucian dan pelarutan cepat pada saat pembuatan garam. Sedangkan
penghilangan impuritis dari produk garam dapat dilakukan dengan proses kimia,
yaitu mereaksikannya dengan Na2CO3 dan NaOH sehingga terbentuk endapan
CaCO3 dan Mg(OH)2. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 (putih) + Na2SO4
MgSO4 + 2NaOH → Mg(OH)2 (putih) + Na2SO4
CaCl2 + Na2SO4 → CaSO4 (putih) + 2NaCl
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2 (putih) + 2NaCl
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 (putih) + 2NaCl

Rekristalisasi merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan atau


leburan dari material yang ada. Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah proses
lanjut dari kristalisasi. Apabila kristalisasi ( dalam hal ini hasil
kristalisasimemuaskan), maka rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada
pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada suhu yang lebih tinggi. Hal
ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas saring dan yang
tertinggal hanyalah kristal murni. (Fessenden, 1983)
Proses kristalisasi terdiri dari beberapa tahapan umum seperti :
a) Pendinginan
Larutan yang akan dikristalkan didinginkan sampai terbentuk kristal pada larutan
tersebut. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutan mengecil bila suhu
diturunkan. Pendinginan dilakukan dua kali yaitu pendinginan larutan panas
sebelum penyaringan dan pendinginan sesudah penguapan.
b) Penguapan solvent
Larutan yang dikristalkan merupakan senyawa campuran antara solven dan solut.
Setelah dipanaskan maka solven menguap dan yang tertinggal hanya kristal.
Metode ini digunakan bila penurunan suhu tidak begitu mempengaruhi kelarutan
zat pada pelarutnya. Penguapan bertujuan untuk menghilangkan atau
meminimalizir solvent atau zat pelarut sisa yang terdapat pada filtrat.
c) Evaporasi adiabatis
Metode ini digunakan dalam ruang vakum, larutan dipanaskan, dimasukkan dalam
tempat vakum yang mana tekanan total lebih rendah dari tekanan uap solvennya.
Pada suhu saat larutan dimasukkan ke ruang vakum solven akan menguap dengan
cepat dan penguapan itu akan menyebabkan pendinginan secara adiabatis.
d) Salting out
Prinsipnya adalah menambah suatu zat untuk mengurangi zat yang akan
dikristalkan. Pengeluaran garam dari larutan dengan zat baru ke dalam larutan
bertujuan menurunkan daya larut solven terhadap suhu pada pengatur
tersebut.Peningkatan harga k, jika kedalam suatu larutan ditambah dengan zat
elektrolit. (Cahyono, 1998)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kristalisasi adalah diantaranya :
a) Laju pembentukan inti (nukleous)
Laju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan
waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk,
tetapi tak satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-
partikel koloid.
b) Laju pertumbuhan kristal
Merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama
pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi kristal yang besar akan terbentuk, laju
pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal adalah :

 Derajat lewat jenuh.

 Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.
 Pergerakan antara larutan dan kristal.

 Viskositas larutan.

 Jenis serta banyaknya pengotor. (Handojo, 1995)

Proses rekristalisasi terdiri dari:

 Melarutkan zat tak murni dalam terlarut tertentu pada atau dekat tiik leleh.
 Menyaring larutan panas dari partikel bahan tak larut
 Mendinginkan larutan panas sehingga zat terlarut menjadi kristal
 Memisahkan kristal – kristal dari larutan.
Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi
merupakan hal yang sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian
suatu padatan yang umum yaitu rekristalisasi (pembentukan kristal berulang ).
Metode ini pada dasarnya mempertimbangkan perbedaan daya larut padatan yang
akan dimurnikan dengan pengotornya dalam pelarut tertentu maupun jika mungkin
dalam pelarut tambahan yang lain yang hanya melarutkan zat – zat pengotor saja.
Pemurnian demikian banyak dilakukan pada industri – industri (kimia) maupun
laboratorium untuk meningkatkan kualitas zat yang bersangkutan.
Persyaratan suatu pelarut yang baik untuk dipakai dalam proses rekristalisasi,
antara lain yaitu:
1) Memberikan perbedaan kelarutan yang cukup signifikan antara zat yang akan
dimurnikan dengan pengotornya.
2) Kelarutan suatu zat dalam pelarut merupakan suatu fungsi temperatur,
umumnya menurun dengan menurunnya temperatur
3) Mudah dipisahkan dari kristalnya
4) Tidak meninggalkan zat pengotor di dalam kristal zat yang dimurnikan
5) Bersifat inert terhadap zat yang dimurnikan.
Rekristalisasi dalam pembuatan garam dapur intinya merupakan metode
pemurnian suatu kristal garam dari pengotor-pengotornya. Campuran senyawa
yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut yang bersesuaian dalam temperatur
yang dekat dengan titik didihnya. Selanjutnya untuk memishkan pengotor atau zat
lain dari zat yang diinginkan dilakukan penyaringan sampai terbentuk kristal.
(Cahyono,1991)
Rekristalisasi garam batu adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
menghasilkan garam dengan kemurnian yang sangat tinggi dengan menggunakan
sedikit energi panas, sedangkan langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut
:
a. Bahan baku dialirkan ke dissolver untuk dipisahkan dengan pengotor. Dan
pengotor yang terendapkan dibuang.
b. Dari dissolver larutan garam dialirkan ke preheater untuk dipanaskan sampai
suhu 108 oC dan larutan yang masih mengandung kotoran dialirkan ke clarifier
untuk dipisahkan dengan kotoran yang masih tersisa.
c. Larutan garam yang sudah bersih dimasukkan ke evaporator tiga tahap. Larutan
garam diuapkan sehingga menghasilkan slurry garam dan larutan brine.
d. Slurry garam dialirkan ke slurry tank lalu dialirkan ke sentrifuge, sedangkan
larutan brine yang dingin ditampung di tangki lalu dialirkan ke sentrifuge.
e. Di sentrifuge kristal garam terpisahkan dari air.
f. Kristal garam yang masih basah lalu didinginkan.

Gambar 3.3 Tambak garam


Gambar 3.4 Butir-butir garam

Gambar 3.5: Ladang Garam

3.2 Pengambilan Garam Dari Larutan Garam Alamiah


Pengambilan garam dari larutannya dapat pula dilakukan dengan penguapan
menggunakan panas pembakaran , seperti dilakukan di Jepang. Cara ini tentunya
lebih mahal dan umumnya hanya digunakan untuk larutan garam 25% NaCl ( brine
solution). Penguapan dilakukan dengan open pan evaporation atau dengan multi
efek evaporator .
3.2.1 Proses Penguapan dengan Open Pan

Uap air

Lrt. Garam garam padat


25% NaCl

.
Gambar 3.6: Open pan evaporator with rake
Proses pembuatan garam dengan open pan evaporator with rake ini
menggunakan panas pembakaran untuk memanasi larutan garam yang ada dalam
pan, sehingga terjadi penguapan dan akhirnya akan terbentuk kristal garam.

Gambar 3.7: Flow sheet Pembuatan Garam dengan Proses Open Pan

Pembuatan garam dengan proses open pan ini menggunakan bahan baku
brine yang berasal dari proses pemanasan air laut. Proses ini disebut juga proses
“Grainer”, dimana air laut dijenuhkan dengan cara memanaskan pada heater pada
suhu 230oF (110oC). Larutan brine panas kemudian diumpankan pada graveller
yang berfungsi untuk memisahkan calcium sulfate pada larutan brine. Larutan
brine kemudian didinginkan pada flasher dengan suhu yang dijaga agar garam
(NaCl) masih dalam kondisi larut dalam air. Larutan brine dingin kemudian
diumpankan ke open pan yang berfungsi untuk menguapkan air dengan suhu
operasi 205oF (96oC) sehingga dihasilkan kristal garam yang kemudian dipisahkan
dari mother liquor pada centrifuge. Mother liquor kemudian direcycle kembali
pada open pan , sedangkan kristal garam yang terpisah kemudian ditambahkan
kalium yodat untuk penambahan kandungan yodium pada garam sehingga
dihasilkan sodium chloride (NaCl). Sodium chloride kemudian dikeringkan pada
dryer dan kemudian disaring untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium
chloride kemudian siap dikemas dan dipasarkan. Yields yang dihasilkan pada
proses ini adalah 99,9%.

3.2.2 Proses Penguapan dengan Multiple Effect Evaporator

Larutam garam

E E
V V
A A
P P
O O
R R
A A
T T
O O
R R

steam

H2O H2O

Garam
padat
Slurry garam

larutan

Gambar 3.8: Multiple Effect Evaporator

Pembuatan garam dengan multiple effect evaporator, steam (uap)


dimasukkan ke dalam evaporator pertama untuk memanasi larutan garam di
dalamnya. Hal ini menyebabkan larutan garam dalam evaporator pertama menguap,
uapnya digunakan untuk memanasi larutan garam yang ada dalam evaporator
kedua. Jika digunakan evaporator lebih dari dua, uap dari evaporator kedua masuk
ke evaporator ketiga dan seterusnya, sehingga akan menghemat energi yang
digunakan. Larutan garam yang lebih pekat (slurry garam) masuk ke dalam
crystalizer untuk di kristalisasi menjadi garam.

Gambar 3.9: Diagram Pembuatan garam dengan multiple effect evaporator

Pada proses ini biasanya digunakan saturated brine (leburan garam jenuh)
alami, yang terkandung didalam tanah atau danau. Saturated brine dapat juga
diperoleh dari hasil samping produksi natrium carbonate dengan proses Solvey.
Pertama-tama saturated brine (leburan garam) dari air dalam tanah dengan
kadar H2S yang terlarut dalam garam NaCl maksimum 0.015%. Perlakuan
pendahuluan dari bahan baku brine adalah dengan aerasi untuk menghilangkan
kandungan hidrogen sulfide. Penambahan sedikit chlorine dimaksudkan untuk
mempercepat penghilangan H2S dalam brine. Brine setelah proses aerasi,
kemudian diumpankan dalam tangki pengendap untuk mengendapkan lumpur atau
solid yang tidak diinginkan seperti kalsium, magnesium dan ion besi. Pengendapan
dibantu dengan penambahan campuran caustic soda, soda ash dan brine sehingga
didapat larutan garam.Setelah proses pengendapan, kemudian larutan garam
dipekatkan pada evaporator multi efek. Larutan garam pekat kemudian dicuci
dengan brine untuk memurnikan garam. Larutan garam kemudian difiltrasi pada
filter untuk proses pemisahan garam dan larutan brine. Garam yang terpisah
kemudianditambahkankalium yodat untuk penambahan kandungan yodium
pada garam sehingga dihasilkan sodium chloride. Sodium chloride kemudian
dikeringkan pada dryer dan kemudian disaring untuk mendapatkan ukuran yang
seragam. Sodium chloride kemudian siap dikemas dan dipasarkan. Yields yang
dihasilkan pada proses ini adalah 99,8%.
Proses dengan multiple effect evaporation merupakan proses yang paling
klasik untuk produksi garam. Jumlah evaporator yang diterapkan bervariasi antara
2, 6, mungkin 7. Sedangkan langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Umpan yang berupa larutan NaCl 26% dipanaskan terlebih dahulu di
preheater.
b. Larutan NaCl yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam evaporator 5
tahap. Evaporator divakumkam sehingga dari satu evaporator ke
evaporator berikutnya titik didihnya semakin menurun.Di evaporator
larutan garam dipanaskan dengan steam.
c. Uap yang dihasilkan pada proses sebelumnya digunakan lagi untik proses
penguapan di evaporator berikutnya.
d. Dari evaporator dihasilkan slurry garam yang selanjutnya dialirkan ke
alat sentrifugasi.
e. Di alat sentrifugasi kristal garam terpisahkan dari air namun masih basah.
f. Garam yang basah tersebut dikeringkan lalu dipak dan siap dikeringkan.

3.3 Pengambilan Garam Dari Batuan Garam (Rock Salt)


Di zaman kuno, sumber utama garam adalah garam batu, batu kristal yang
ditambang sama seperti batu bara, dan endapan garam kering yang ditemukan di
area dekat laut, seperti rawa-rawa. Garam batu umum ditemukan di berbagai lokasi
di dunia. Namun, tambang garam tertua di dunia tampaknya yang ada di Lembah
Araxes di Azerbaijan. Dikenal dengan nama area endapan garam Duzdagi, area ini
ditemukan oleh para arkeolog pada tahun 1970-an, sebagai peninggalan milenium
kedua sebelum Masehi.
Batuan garam didapatkan dari hasil penggalian yang kedalamannya tidak
begitu dalam. Batuan garam juga terkenal dengan sebutan karang garam, batuan
garam terbentuk akibat mengeringnya samudra pada jutaan tahun yang lalu.
Cadangan terbesar garam batu ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Jerman,
Eropa timur, dan Cina. Karena adanya tekanan dari dalam bumi maka tebentuklah
kubah garam, kejadian ini bisa ditemukan di Amerika Serikat di sepanjang pantai
teluk Texas dan Lousiana.
Pengolahan garam batu secara umum terdiri dari beberapa tahap mulai dari
penggalian batuan lalu proses crushing, grinding, screening, lalu dihasilkan garam.
Berikut ini adalah tahapan secara detail pengolahan garam batu yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan tambang garam.
1. Sedimen garam bawah tanah biasanya ditemukan oleh prospectors dengan
mencari air atau minyak. Ketika garam terdeteksi, bor berongga digunakan
untuk mengambil sampel di beberapa lubang teratur di seluruh area
sedimen. Sampel ini dianalisis untuk menentukan apakah pertambangan
garam akan menguntungkan.
2. Ketika sebuah area telah dipilih untuk mulai pertambangan, lubang digali
hingga ke tengah sedimen atau deposit garam. Kemudian mesin bergergaji
digunakan untuk memotong slot dengan tinggi sekitar 6,0 inci (15 cm), lebar
sekitar 66 kaki (20 m, dan kedalaman sekitar 10 kaki (3 m) hingga ke dasar
lapisan. Proses ini dikenal sebagai undercutting. Serangkaian lubang dibor
ke dalam garam yang telah di-undercut dengan bor listrik yang mengandung
sedikit tungsten karbida. Lubang ini diisi dengan bahan peledak seperti
dinamit atau amonium nitrat. Tutup peledak listrik dipasang dengan kabel
panjang, dan ledakan dilakukan dari jarak yang aman. Pemotongan dan
peledakan diulang dan meninggalkan bentuk pilar garam untuk mendukung
daerah atap pertambangan. Hal ini dikenal sebagai metode ruang-dan-pilar
dan juga digunakan di tambang batubara.
3. Potongan-potongan garam batu yang telah hancur lalu diangkut ke area
penghancuran bawah tanah. Di sini mereka melewati kisi yang dikenal
sebagai grizzly yang akan mengumpulkan potongan-potongan kecil
berukuran sekitar 9 inci (23 cm). Potongan yang lebih besar hancur dalam
silinder berputar di antara rahang dengan logam berduri. Garam tersebut
kemudian diangkut ke luar tambang menuju ke area proses penghancuran
sekunder dimana grizzly yang lebih kecil dan crusher yang lebih kecil akan
mengurangi ukuran partikel garam menjadi sekitar 3,2 inci (8 cm). Pada
proses ini benda asing sepertik kotoran akan dihapus dari garam, proses
yang dikenal sebagai picking. Logam akan dihapus oleh magnet dan bahan-
bahan lain dengan tangan. Material batuan-batuan juga dapat dihilangkan
dalam Penghancur Bradford, yaitu drum metal yang berputar dengan lubang
kecil di bagian bawah. Garam dimasukkan ke drum, lalu dipecah ketika
bertubrukan di bagian bawah, dan melewati lubang. Batuan-batuan
umumnya lebih keras dari garam, sehingga tidak pecah dan tidak akan
melewati alat tersebut. Garam yang lolos kemudian dipindahkan ke area
penghancuran tersier, di mana grizzly paling kecil dan crusher akan
menghasilkan ukuran partikel sekitar 1,0 inci (2,5 cm). Jika diinginkan
partikel garam lebih kecil, maka garam dilewatkan melalui penggiling
terdiri dari dua silinder logam bergulir terhadap satu sama lain. Jika
diinginkan garam murni, maka garam dilarutkan dalam air untuk
membentuk air garam untuk diproses lebih lanjut. Biasanya garam
dihancurkan atau ditumbuk lalu dilewatkan melalui penyaring untuk
dipisahkan berdasarkan ukuran, dituangkan ke dalam bag packing, dan
dikirim ke konsumen.
Keterangan gambar:

1. Dump truck
2. Screening
3. Hopper
4. Crusher
5. Packing
6. Pengiriman ke
konsumen

Gambar 3.10 Proses pengolahan nhasil penambangan rock salt

Penggalian langsung dapat dilakukan pada batuan garam NaCl yang


letaknya tidak begitu dalam. Hasil yang diperoleh berupa garam yang cukup murni
dengan kadar NaCl 98 – 99%. Operasi pengolahannya meliputi Crushing, grinding,
dan screening.
Penambangan garam salah satunya terdapat di Amerika di Kansas, persisnya di
kawasan Hutchinson. Alat berat “mengkikis” bebatuan garam yang disebut “halite”
sehingga membentuk gua-gua, dan membawa serpihan garam itu ke atas
permukaan. Ada juga yang melakukannya dengan cara menyemprotkan air ke
“batuan garam” tersebut, lalu memompa air yang sudah tercampur garam itu ke
permukaan tanah, lalu dikeringkan sehingga yang tertinggal adalah garam nya.
Gambar 3.11 Tambang batuan garam
BAB IV
JENIS DAN SIFAT GARAM

4.1 Jenis Garam


Garam memiliki bermacam-macam jenis, yang paling umum dan sering kita
konsumsi adalah Sodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl), yang rasanya
asin. Garam-garam lain ada yang pahit atau asam. Kualitas garam yang dikelola
secara tradisional pada umumnya harus diolah kembali untuk dijadikan garam
konsumsi maupun untuk garam industri. Pembuatan garam dapat dilakukan dengan
beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan Natrium Chlorida (NaCl) nya
sebagai unsur utama garam.
Jenis garam dapat dibagi dalam beberapa kategori seperti;
a. kategori baik sekali, jika mengandung kadar NaCl >95%,
b. kategori baik, jika mengandung kadar NaCl 90–95%,
c. kategori sedang, jika mengandung kadar NaCl antara 80–90%,
tetapi yang diutamakan adalah yang kandungan garamnya di atas 95%.

4.1.1 Garam Dapur


Sodium Chlorida (NaCl) oleh masyarakat sering disebut garam dapur atau
garam konsumsi. Garam dapur adalah zat berbentuk kristal, dengan kadar NaCl
>94,7%. Dikenal beberapa macam garam dapur, antara lain sebagai berikut:
a. Garam krosok
Garam krosok adalah garam dengan kadar NaCL 94%, karena belum
mengalami proses lebih lanjut setelah diproses awal dari air laut untuk menjadi
garam, tetapi sudah bisa dikonsumsi oleh masyarakat.
b. Garam beryodium
Garam beryodium adalah garam yang mengandung yodium yang mengalami
proses yodisasi, dengan rumus kimianya I2 dan mempunyai berat molekul
126,91. Kelarutan yodium dalam air sangat rendah, tetapi karena molekul
yodium berkombinasi dengan yodida membentuk poliyodida yang
menyebabkan yodium sangat mudah larut dalam air, dan mudah menguap bila
terkena udara bahkan tidak stabil terhadap panas. Pemilihan garam sebagai
media iodisasi didasarkan karena garam sebagai bumbu dapur yang pasti
digunakan di rumah tangga, serta banyak digunakan untuk bahan tambahan
dalam industry pangan, sehingga diharapkan keberhasilan program garam
beryodium akan tinggi. Selain itu didukung sifat kelarutan yang mudah larut
dalam air, yaitu sekitar 24 gram/100 ml air.
c. Garam meja
Garam meja adalah garam konsumsi yang diperoleh dengan menggunakan atau
tanpa menggunakan bahan-bahan anti gumpalan/pengering. Sehingga garam ini
menjadi garam kelas pabrik yang bersih. Garam ini diperoleh dari proses garam
briket.
d. Garam rendah natrium (salt low natrium)
Garam jenis lain yang kurang popular penggunaannya di masyarakat adalah
garam rendah natrium, yang merupakan garam dengan kandungan NaCl yang
lebih rendah dari pada garam konsumsi biasa. Garam ini mempunyai komposisi
terdiri dari NaCl, MgCl2, dan KCl dengan perbandinagn tertentu. Penggunaan
garam rendah natrium terutama ditujukan untuk penderita tekanan darah tinggi
yang tidak diperbolehkan mengkonsumsi garam dapur biasa.

4.1.2 Garam Industri


Garam industri adalah garam NaCL yang dibutuhkan sebagai bahan baku
industri lain. Kebutuhan garam NaCl nasional pada tahun 2002 sekitar 3.600.000
ton /tahun terdiri atas garam konsumsi 1.200.000 ton / tahun dan garam industri
2.400.000 ton /tahun (Anonim, 2002). Kebutuhan garam diperkirakan meningkat
sejalan dengan perkembangan penduduk dan pertumbuhan industri.
Sesuai dengan SK Menteri Perindustrian Nomor 29/M/SK/2/1995 tentang
pengesahan serta penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), kadar NaCl untuk
garam industri haruslah 98,5 db (Tabel 1). Namun sampai saat ini, semua produksi
garam di Indonesia belum memenuhi SNI maupun SII, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya garamindustri, Negara Indonesia
masih harus mengimpor.
Tabel 4.1: SNI dan SII Garam Industri
(Sumber: Anonim, 2002)

Parameter SNI (%) SII (%)


NaCl (db), max 98,5 98,5
H2O 3 4
Ca (db), max 0,10 0,10
Mg (db), max 0,06 0,06
SO4 (db), max 0,20 0,20

4.2 Sifat – sifat Garam


Sodium chloride (NaCl) atau garam dapur, merupakan bahan yang paling
umum dan paling banyak digunakan dalam pengawetan, dan juga merupakan bahan
pengawetan yang paling luas dan digunakan sepanjang sejarah. Di samping mudah
didapat, mudah dalam penanganan, tidak berbahaya dan bahkan memiliki daya
pengawet yang tinggi. Selain itu garam dapur juga mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
Garam dapur dapat menyebabkan berkurangnya jumlah air, sehingga kadar
air menjadi berkurang dan hal ini menyebabkan aktifitas mikroorganisme
terhambat, dapat menyebabkan protein mikrobia terdenaturasi, dapat menyebabkan
sel-sel mikrobia menjadi lisys karena perubahan tekanan osmosa, memiliki daya
toksisitas yang tinggi pada mikroba serta dapat memblokir system respirasinya.
Tabel 4.2: Sifat-sifat kimia dan fisika sodium chloride

Properti
Molekul Rumus NaCl
Massa molar 58.44 g mol -1
Penampilan Colorless kristal
Bau Tanpa bau
Kepadatan 2,165 g cm -3
Titik lebur 801 ° C, 1074 K, 1.474 ° F
Titik didih 1.413 ° C, 1.686 K, 2.575 ° F
Kelarutan dalam air 359 g L -1
Kelarutan dalam amonia 21,5 g L -1
Kelarutan dalam metanol 14,9 g L -1
Indeks bias (n D) 1,5442 (pada 589 nm)
Struktur
Kubik
Struktur kristal
(Lihat teks), CF8
Grup ruang Fm 3 m, No 225
Konstan Lattice a = 564,02 pm
Koordinasi Oktahedral (Na +)
geometri Oktahedral (Cl -)
Kapasitas panas kimia (thermochemistry)
Std entalpi
-411,12 KJ mol -1
Pembentukan Δ f Ho 298
Standar molar
72.11 JK -1 mol -1
entropi S o 298
Kapasitas panas
36.79 JK -1 mol -1
spesifik , C
Hazards
MSDS External MSDS
Related compounds
Sodium fluoride
Anion lainnya Sodium bromide
Sodium iodide
Lithium chloride
Potassium chloride
Kation lainnya
Rubidium chloride
Caesium chloride

Natrium klorida padat dan terlarut

a. Natrium klorida Padat

Dalam natrium klorida padat, setiap ion dikelilingi oleh enam ion dari
muatan yang berlawanan atas dasar elektrostatik. Ion-ion sekitarnya yang terletak
di simpul yang biasanya bentuk segi delapan (octahedron). Semakin besar ion
chloride tersebut tersusun dalam kubik, sedangkan yang lebih kecil ion
natrium mengisi diantara semua celah kubik (void oktahedral). Struktur dasar yang
sama ditemukan pada senyawa lain dan umumnya dikenal sebagai “halit” atau
batu-garam struktur kristal. Hal ini dapat direpresentasikan sebagai kisi face
centered cubic dengan dasar dua atom atau sebagai dua muka yang saling berpusat
kisi kubik. Atom pertama terletak di setiap titik kisi, dan atom kedua terletak
ditengah antara titik kisi sepanjang tepi sel satuan fcc. Konduktivitas termal NaCl
sebagai fungsi temperatur memiliki maksimum 2,03 W / (cm K) pada 8 K dan
menurun ke 0,069 di 314 K (41 ° C).

b. Larutan encer
Daya tarik antara Na + dan Cl - ion dalam zat padat ini begitu kuat sehingga hanya
pelarut yang sangat polar seperti air melarutkan NaCl dengan baik.

Tabel 4.3: Kelarutan NaCl dalam berbagai pelarut


Kelarutan NaCl dalam berbagai pelarut
(G NaCl / 1 kg pelarut pada 25 ° C)
H2O 360
Formamida 94
Gliserin 83
Propylene glycol 71
Asam formiat 52
Liquid amonia 30.2
Metanol 14
Etanol 0.65
Dimetilformamida 0.4
1-Propanol 0.124
Kelarutan NaCl dalam berbagai pelarut
(G NaCl / 1 kg pelarut pada 25 ° C)
Sulfolane 0.05
1-Butanol 0.05
2-Propanol 0.03
1-Pentanol 0.018
Asetonitril 0.003
Aseton 0.00042

Ketika dilarutkan dalam air, kerangka natrium klorida terpisah ion Na + dan
ion Cl - dikelilingi oleh molekul air polar. Solusi ini terdiri dari logam aquo
komplek dengan rumus [Na (H 2 O) 8] +, dengan jarak Na-O dari 250 pm. Ion-ion
chloride, masing-masing dikelilingi oleh rata-rata 6 molekul air. Larutan Natrium
Chlorida memiliki sifat yang sangat berbeda dari air murni. Titik beku adalah -
21,12 ° C selama 23,31% berat garam, dan titik didih larutan garam jenuh dekat
108,7 ° C. Pada keadaan dingin, garam mengkristal sebagai dihidrat NaCl ·
2H 2 O.
BAB V
PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN GARAM

Istilah “ ibarat sayur tanpa garam” seolah menggambarkan pentingnya


penggunaan garam dalam masakan. Garamlah yang membuat makanan terasa
gurih. Garam Sodium Chlorida yang merupakan bagian dari sodium yang sangat
diperlukan oleh tubuh. Tubuh memerlukan kandungan garam tertentu agar
berfungsi dengan baik. Sodium membantu tubuh menjaga konsentrasi cairan di
dalam tubuh. Garam ini juga berperan sebagai transmisi elektronik dalam syaraf
dan membantu sel-sel tubuh membentuk nutrisi. Menurut ahli gizi kandungan
garam di dalam tubuh sangat diperlukan untuk mendukung fungsi organ tubuh.
Di dalam tubuh ada asam basa, sedangkan garam berguna untuk membantu
kontraksi otot, sel-sel syaraf bekerja membantu konsentrasi otak dan menjaga tubuh
agar tidak terasa lemas. Selain itu, kandungan garam dalam batas normal dan
kandungan sodium chlorida juga dibutuhkan untuk mempertahankan cairan dalam
tubuh untuk sirkulasi darah. Namun, kandungan garam berlebihan akan
menyebabkan massa kepadatan tulang berkurang atau osteopeni (gangguan tulang
tahap ringan).
Penggunaan garam sudah dilakukan sejak peradaban kuno, bukan hanya
untuk kebutuhan kulinari. Bangsa Mesir kuno memakai garam untuk kebutuhan
kulinari selain membuat mumi, teknik ini lalu dipakai untuk mengawetkan daging.
Petani-petani Eropa Abad Pertengahan belajar menjauhkan hasil panennya dari
jamur ergot yang beracun dengan cara merendamnya ke dalam air garam.
Bangsa Yunani, Romawi, dan bangsa-bangsa Eropa lain menempatkan
garam di deretan barang-barang terpenting, salah satunya dalam daftar
persembahan kepada dewa. Budaya Venesia juga dibangun dari budaya garam.
Terminologi salary (gaji) berasal dari kata bahasa Latin yang bermakna “jatah
garam”. Kata “cabul” (salacious) juga berasal dari bahasa Latin, di mana bangsa
Romawi menganggap orang yang sedang jatuh cinta dalam keadaan asin.
Garam sering diasosiasikan dengan kesuburan; dipercaya bisa
membangkitkan gairah seksual. Pasangan pengantin di Pyrene, Prancis, membawa
garam di kantong kiri saat ke gereja untuk melindunginya dari impotensi sementara
pasangan pengantin di Jerman menaburi garam ke sepatu mereka. Para pendeta
bujangan Mesir kuno sengaja menjauhkan diri dari garam untuk menahan hasrat
seksual. Begitu pula orang Dayak di Kalimantan sepulang dari mengayau
(memotong kepala musuh dalam peperangan; karena dianggap bisa memberi
kekuatan mistis dan spiritual) memantangkan diri terhadap seks maupun garam.
5.1 Pemanfaatan di Bidang Kesehatan
Garam ternyata bukan hanya unuk dikonsumsi dan menggarami ikan asin.
Sejak beberapa ratus tahun yang lalu garam merupakan bahan yang dapat
digunakan untuk keperluan kesehatan, dan penggunaannya semakin penting di era
modern ini. Beberapa penggunaan garam dalam industri pangan, kesehatan, dan
pertanian, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Minuman kesehatan
Produk minuman kesehatan terutama dirancang sebagai produk minuman untuk
mengembalikan kesegaran tubuh dan mengganti mineral-mineral yang keluar
bersama keringat dari tubuh selama proses metabolisme atau aktivitas olah raga
yang berat. Umumnya produk-produk minuman kesehatan selain mengandung
pemanis dan zat aktif, juga mengandung mineral-mineral dalam bentuk ion
seperti ion natrium (Na+), kalium (K+), magnesium (Mg++), kalsium (Ca++),
karbonat (CO32-), bicarbonat (HCO32-), dan chlorida (Cl-). Sumber utama untuk
ion natrium dan chlorida selain Kristal garam juga larutan garam pekat. Laut
mati di Timur Tengah merupakan sumber larutan garam pekat, sedangkan di
Indonesia mulai dikembangkan oleh perusahaan PT Garam dengan bahan baku
bittern yaitu larutan sisa penguapan dalam produksi garam konsumsi (garam
dapur) dan garam high grade.
2. Garam mandi
Dalam buku Harry’s Cosmeticology, garam mandi didefinisikan sebagai bahan
aditif (tambahan) untuk keperluan mandi yang terdiri dari campuran garam
NaCl dengan bahan kimia anorganik lain yang mudah larut. Kemudian diberi
bahan pewangi (essentials oli), pewarna, dan mungkin juga senyawa enzim.
Garam mandi ini dibuat untuk menimbulkan keharuman, efek pewarnaan air,
kebugaran, kesehatan, dan juga menurunkan kesadahan air.
Komponen utama garam mandi adalah garam NaCl, yaitu lebih kurang 90%-
95%. Berdasarkan definisi di atas, maka jenis garam mandi dapat dibagi
berdasarkan komposisi bahan penyusunnya, yaitu hanya mengandung garam
NaCl dan garam anorganik, mengandung garam NaCl dan garam anorganik plus
essentials oil, mengandung garam NaCl, garam anorganik, essentials oil dan
pewarna, atau mengandung garam NaCl, garam anorganik, essentials oil,
pewarna, dan enzim.
Kegunaan garam mandi secara umum sangatlah beragam, diantaranya adalah
untuk membersihkan tubuh saat berendam, menimbulkan suasana rileks,
menurunkan rasa stress, dan sebagai sarana refreshing. Suasana rileks terutama
akibat adanya campuran pewangi yang dipercaya dapat memengaruhi emosi
serta suasana hati secara signifikan.
Sedangkan fungsi khusus di bidang kesehatan terutama karena adanya garam
NaCl adalah untuk melenturkan otot yang tegang, mengurangi rasa nyeri pada
otot yang sakit, menurunkan gejala inflamasi (peradangan), serta
menyembuhkan infeksi.
Untuk fungsi kecantikan, garam mandi antara lain membantu menghaluskan
kulit (cleansing), memacu pertumbuhan sel kulit sekaligus meremajakannya
(rejuvenating).
Garam mandi sekarang banyak digunakan di SPA dan pusat pengobatan dengan
system aromaterapi karena adanya essentials oils.
3. Garam konsumsi
Garam konsumsi atau garam dapur merupakan media yang telah lama
digunakan untuk pemberantasan gangguan akibat kekurangan iodium (gaki),
yaitu dengan proses fortifikasi (penambahan) garam menggunakan garam
iodida.
4. Oralit
Oralit merupakan produk kesehatan yang dikonsumsi saat mengalami diare.
Kandungan oralit yang utama adalah campuran antara NaCl dengan gula
(glukosa atau sukrosa). Fungsi oralit yang utama adalah menjaga keseimbangan
jumlah cairan dan mineral dalam tubuh. Oralit merupakan satu-satunya obat
yang dianjurkan untuk mengatasi diare yang menyebabkan banyak kehilangan
cairan tubuh. Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh
yang hilang bersama tinja. Dengan mengganti cairan tubuh tersebut terjadi
dehidrasi dapat dihindarkan. Sebagai contoh komposisi oralit 200 antara lain
mengandung: glukosa anhidrat 4,0 gram, natrium chloride 0,70 gram, natrium
sitrat dihidrat 0,58 gram, kalium khlorida 0,30 gram. Sedangkan dalam keadaan
darurat kita dapat membuat air minum yang diberi campuran gula putih
(sukrosa) dengan garam dapur.
Kombinasi gula dan garam dapat diserap baik oleh usus penderita diare, karena
ion natrium merupakan ion yang berfungsi allosterik (berhubungan dengan
penghambatan enzim karena bergabung dengan molekul lain). Selain itu garam
mampu meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya absorpsi gula
melalui membrane sel. Gula dalam larutan NaCl (garam dapur) juga berkhasiat
meningkatkan penyerapan air pada dinding usus secara kuat (sekitar 25 kali
lebih banyak dari biasanya), sehingga proses dehidrasi tubuh dapat
dikurangi/diatasi.
5. Cairan infus
Cairan infus dikenal beberapa jenis, yaitu: cairan infuse glukosa 5%, cairan
infus NaCl 0,9% + KCl 0,3 %, atau KCl 0,6%, cairan infus natrium carbonat,
dan cairan infus natrium laktat. Cairan infus NaCl adalah campuran aquabidest
dan garam grade farmasetis yang berguna untuk memasok nutrisi dan mineral
bagi pasien yang dirawat di rumah sakit.
6. Sabun dan Sampo
Sabun dan sampo merupakan bahan kosmetik yang digunakan untuk keperluan
mandi dan mencuci rambut, dan garam NaCl merupakan satu bahan kimia
diantara beberapa komposisi bahan dalam pembuatan sabun dan sampo.

7. Cairan dialisat
Cairan dialisat merupakan cairan yang pekat dengan bahan utama elektrolt
(antara lain garam NaCl) dan glukosa grade farmasi yang membantu dalam
proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal. Sebagaimana diketahui pasien
gagal ginjal diharuskan menggati darah atau proses cuci darah dalam periode
tertentu.
Dalam proses pencucian darah tersebut, darah yang akan dibersihkan akan
dilewatkan pada suatu alat membrane (hemodialisis) dalam media cairan
dialisat. Dalam dialiser ini darah dibersihkan, “sampah-sampah” metabolisme
secara kontinyu menembus membram dan menyeberang ke kompartemen
dialisat.
8. Garam ikan
Benda berupa kristal putih ini sudah sangat lama dikenal oleh para akuaris.
Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan
kehadiran garam ini seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan
hias. Garam yang dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita
kenal pada umumnya sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk
dan rasanya sama, perbedaan utama antara garam ikan dengan garam dapur atau
garam meja adalah pada kemurniannya. Garam ikan diharapkan hanya
mengandung NaCl saja, karena penambahan bahan lain pada garam ini
dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang tidak dinginkan pada ikan yang
bersangkutan. Sedangkan garam dapur sering telah mengalami pengkayaan
dengan berbagai bahan lain yang diperlukan oleh manusia, seperti iodium atau
bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali secara umum disebutkan bahwa
garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak beryodium. Iodium
sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain yang
tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan kekhawatiran akan
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Apabila tidak terlalu mendesak
maka penggunaan garam yang memang sudah dikhususkan untuk ikan akan
lebih aman. Meskipun demikian banyak dilaporkan bahwa penggunaan garam
beriodiumpun tidak menyebabkan dampak merugikan pada ikan-ikan yang
diberi perlakuan tersebut.
Ikan, dalam hal ini ikan air tawar di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan
harus selalu menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos ke
dalam air. Apabial hal ini terjadi maka ikan tersebut akan mengalami masalah.
Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam dalam
tubuhnya tidak mudah bocor ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang
berinteraksi dengan air adalah insang.
Air secara terus-menerus masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini
secara pasif berlangsung melalui proses osmosis, yaitu terjadi sebagai akibat
dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi disbanding dengan
lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung ke luar. Dalam keadaan
normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses
osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan
utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh
ikan. Apabila tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi maka ikan
tersebut akan mati. Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk
menyembuhkan penyakit terutama yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.
Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama
agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi.
Garam sudah lama digunakan sebagai antiseptic pada aquarium. Selain itu juaga
kerap digunakan sebagai anti jamur (fungisida). Meskipun demikian akhir-akhir
ini penggunaan garam sebagai fungisida relatif jarang dilakukan karena
banyaknya anti jamur lain yang telah dibuat khusus untuk ikan. Berikut ini
beberapa dosis penggunaan garam ikan, adalah:
a). Sebagai profilaktik, atau sebagai tonik, atau dalam bahasa umum sebagai
“jamu” dianjurkan untuk menggunakan garam sebanyak 1-2 sendok the
garam per 4 liter air, atau sebanyak 1-2 gram perliter, atau dengan kata lain
sebanyak 0,1-0,2 persen. Setelah garam melarut, lalu dimasukkan ke dalam
aquarium.
b). Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan atau bakteri, untuk
keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1%, atau larutan
10 gram garam dan satu liter air. Pemberian larutan ini hendaknya diberikan
secara sedikit demi sedikit, sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai
setelah 24 - 48 jam. Jadi tidak diberikan sekaligus sebanyak 1%. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kejutan osmotic atau stress pada
ikan yang bersangkutan.
c). Mengurangi pengaruh racun dari nitrit, dosis untuk mengurangi
pengaruh racun nitrit yang dianjurkan adalah satu gram perliter air.
d). Melepaskan lintah pada ikan, caranya adalah dapat dilakukan dengan
merendam ikan tersebut dalam waktu singkat dalam larutan garam 2,5%.
e). Obat infeksi Piscinoodinium (Velvet), pengobatan terhadap infeksi
Piscinoodinium dapat dilakukan dengan perendaman jangka panjang dalam
larutan garam dengan konsentrasi 10 gram per 45 liter air, atau satu sendok
the per 4 liter air.
9. Penghambat pertumbuhan mikroorganisme
Garam dapur dapat berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk dan pathogen, karena mempunyai sifat-sifat anti
mikroorganisme sebagai berikut:
Garam dapur akan meningkatkan tekanan osmotic substrat, menyebabkan
terjadinya penarikan air dari dalam pangan akan menurun dan mikroorganisme
tidak akan tumbuh. Sehingga terjadi penarikan air dari dalam sel
mikroorganisme mengakibatkan terjadinya penarikan air dari dalam sel
mikroorganisme sehingga sel akan kehilangan air dan mengalami pengerutan,
ionisasi garam akan menghasilkan ion Chlor yang beracun terhadap
mikroorganisme, serta dapat mengganggu kerja enzim proteolitik karena dapat
mengakibatkan terjadi denaturasi protein.
Garam ditambahkan dalam sebagian besar makanan, oleh produsen
makanan atau oleh konsumen, sebagai penambah rasa, pengawet,
pengikat, control tekstur-agen dan pengembang warna. Konsumsi garam dalam
industri makanan dibagi, dalam urutan konsumsi, dalam pengolahan makanan
lainnya, daging dalam kemasan (packers), pengalengan, kue, susu dan gandum
produk pabrik. Sebagai pengawet, garam menghambat pertumbuhan
bakteri. Garam bertindak sebagai pengikat dalam sosis untuk membentuk gel
yang mengikat terdiri dari daging, lemak kelembaban, dan. Garam juga
bertindak sebagai penambah rasa dan sebagai pelunak.
Dalam industri susu, garam ditambahkan ke keju sebagai warna-,
fermentasi, agen dan control tekstur. Subsektor susu termasuk perusahaan yang
memproduksi mentega creamery, susu kental, makanan penutup beku, es krim,
keju alami dan olahan, dan produk susu khusus. Dalam pengalengan, garam
terutama ditambahkan sebagai penambah rasa dan pengawet. Hal ini juga
digunakan untuk bahan lainnya, dehidrasi agent, inhibitor enzim dan
pelunak. Dalam kue, garam ditambahkan untuk mengontrol laju fermentasi
dalam adonan roti. Hal ini juga digunakan untuk memperkuat gluten (protein
kompleks-air elastis dalam adonan tertentu) dan sebagai penambah rasa
Kategori pengolahan makanan juga mengandung produk biji-bijian
pabrik. Produk ini terdiri dari tepung beras dan penggilingan dan manufaktur
makanan sereal sarapan dan tepung yang dicampur. Garam juga digunakan agen
bumbu, misalnya dalam keripik kentang, makanan kucing dan makanan anjing.

5.2 Penggunaan Garam di Industri


Garam selain penggunaan yang umum untuk kebutuhan konsumsi maupun
untuk kesehatan, garam lebih dominan digunakan untuk bahan baku proses
produksi bahan-bahan kimia. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan
garam untuk bahan baku produksi bahan-bahan kimia dan penggunaan lainnya
dalam industri

1. Produksi gas Chlor dan Sodium Hidroksida


Gas chlor (Cl2) dan sodium hidroksida (NaOH) dapat diproduksi dengan cara
elektrolisis larutan sodium chlorida (NaCl) dengan menggunakan “Sel Membaran”.
Pada anoda (A), klorida (Cl-) dioksidasi menjadi klorin. Membran ion-
selektif (B) memungkinkan Na + ion bebas mengalir melintasi, tetapi mencegah
anion seperti hidroksida (OH-) dan klorida untuk menyebar. Pada katoda (C), air
direduksi menjadi hidroksida dan gas hidrogen. Proses elektrolisis larutan NaCl
menghasilkan produk natrium hidroksida (NaOH) dan gas khlor
Gambar 5.1: Sel Membran yang digunakan dalam elektrolisis air asin

Reaksi:

2 NaCl + 2 H 2 O → Cl 2 + H 2 + 2 NaOH

Elektrolisis ini dilakukan baik dalam sel merkuri, sel diafragma, atau membran
sel. Masing-masing menggunakan metode yang berbeda untuk memisahkan klorin
dari natrium hidroksida. Teknologi lainnya yang sedang dikembangkan karena
konsumsi energi tinggi dari elektrolisis, di mana lebih efisien dan dapat
memberikan paybacks ekonomi yang besar. Beberapa aplikasi klor termasuk PVC,
desinfektan, dan pelarut. Natrium hidroksida digunakan dalam industri yang
memproduksi kertas, sabun, dan aluminium.

2 Industri Soda Abu


Menggunakan proses Solvay, natrium klorida diproduksi untuk
menghasilkan Natrium Carbonat dan Kalsium Chlorida. Natrium karbonat
digunakan untuk memproduksi kaca, pewarna, serta berbagai macam bahan kimia
lainya. Dalam proses Mannhein dan proses Hargreaves, digunakan untuk produksi
Natrium Sulfat dan Asam Chlorida.
3. Pelunakan Air
Air sadah mengandung ion kalsium dan magnesium yang mengganggu
proses penyabunan, dan memberikan kontribusi pada penumpukan atau lapisan
dari mineral alkali dalam peralatan rumah tangga, peralatan industri dan
pemipaan. Proses pelunakan air secara komersial menggunakan resin penukar ion
(ion exchanger resin), untuk untuk menghilangkan ion yang menyebabkan air
sadah. Resin ini dihasilkan dan regenerasi dengan menggunakan natrium klorida.

4. Pemadam Kebakaran (Firefighting)

Gambar 5.2: Kelas D pemadam kebakaran untuk berbagai macam logam

Natrium klorida adalah agent pemadam utama dalam alat pemadam


kebakaran (Met-LX, Super D) yang digunakan pada logam yang mudah terbakar
api seperti magnesium, kalium, natrium, dan paduan NAK (Kelas D). Bubuk
termoplastik ditambahkan ke dalam campuran, bersama dengan waterproofing
(logam stearates) dan bahan anti-caking (trikalsium fosfat) untuk membentuk agent
pemadam. Ketika digunakan dalam pemadaman api, garam bertindak seperti heat
sink, menghamburkan panas dari api, dan juga membentuk kerak oksigen termasuk
untuk meredakan/memadamkan api. Bahan tambahan plastik mencair dan
menghasilkan sehingga logam yang terbakar mendingin di bawah temperatur
pengapian nya. Jenis pemadam ini (tipe Cartridge) diciptakan pada tahun Ukuran
umum adalah 30 pon (14 kg) portabel dan 350 pon (160 kg) beroda.

5. Penggunaan lain dalam industri


Natrium klorida sering digunakan dalam eksplorasi minyak dan gas, garam
merupakan komponen penting dari cairan pengeboran dalam pengeboran sumur
minyak dan gas bumi. Hal ini digunakan untuk menjadikan fluida terflokulasi dan
meningkatkan densitas fluida pengeboran untuk mengatasi tekanan tinggi dari dasar
sumur (downwell) gas. Garam juga digunakan untuk meningkatkan kekerasan
beton dalam casing disemen.
Dalam industri tekstil dan pencelupan, garam digunakan sebagai air garam
bilas untuk memisahkan kontaminan organik dari endapan zat warna, Salah satu
peran utamanya adalah untuk menghasilkan ion positif guna penyerapan ion
bermuatan negatif dari pewarna.
Garam juga digunakan dalam pengolahan aluminium, berilium, tembaga,
baja, dan vanadium. Dalam industry pulp dan kertas , garam digunakan untuk
pemutih pulp kayu. Hal ini juga digunakan untuk membuat natrium chlorat, yang
ditambahkan bersama dengan asam sulfat dan air untuk memproduksi chlorine
dioksida. Proses klor dioksida, yang berasal di Jerman, setelah Perang Dunia
pertama menjadi lebih populer karena tekanan lingkungan untuk mengurangi atau
menghilangkan senyawa pemutih chlorinated. Dalam penyamakan kulit dan
pengobatan, garam ditambahkan untuk menghambat aktivitas mikroba pada bagian
bawah kulit dan untuk menarik kelembaban kembali ke kulit.
Dalam pembuatan karet, garam digunakan untuk membuat buna, neoprene,
dan jenis karet putih. Air garam dan asam sulfat yang digunakan untuk
membekukan suatu emulsi lateks terbuat dari diklorinasi butadiena.
Garam juga ditambahkan untuk menjaga kondisi tanah dan untuk
memberikan kekuatan kepada fondasi dimana jalan raya yang dibangun. Garam
juga berfungsi untuk meminimalkan efek dari pergeseran yang disebabkan di
bawah permukaan oleh perubahan kelembaban dan beban lalu lintas. Gambar
berikut ini adalah diagram fase campuran air-NaCl yang digunakan dalam
pembangunan jalan raya.
Gambar 5.3: Diagram fase campuran air-NaCl.

Anda mungkin juga menyukai