PENGANTAR
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida
(>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat,
kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis
yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9
dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C.
Garam natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya
dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) yang merupakan
padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis dan apabila
mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan
terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai bumbu penting untuk
makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan untuk pembuatan
keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet.
Garam juga mudah untuk diperdagangkan oleh setiap pedagang atau pengecer
dengan harga yang sangat terjangkau oleh masyarakat luas, baik oleh pedagang
besar (seperti supermarket) atau pedagang kecil (seperti warung). Sebagai tindak
lanjut Keputusan Presiden RI No. 69 Tahun 1994 tanggal 13 Oktober 1994 tentang
Pengadaan garam beryodium, maka telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 77/M/SK/5/1995 tanggal 4 Mei 1995 tentang
Persyaratan teknis pengolahan, pengawasan dan pelabelan garam beryodium, maka
perlu dilakukan penjabaran lebih lanjut mencakup prinsip dasar proses produksi dan
pengendalian mutu pengolahan garam serta tata cara perizinan. Sehingga dipandang
perlu adanya petunjuk teknis sebagai pedoman dalam rangka pengadaan garam
beryodium yang memenuhi syarat, yaitu antara lain :
1. Proses produksi untuk memberikan gambaran tentang pembuatan garam
beryodium dengan menitikberatkan pada pencucian, pengeringan/
penirisan, yodisasi dan pengemasan.
2. Sistem pengendalian mutu untuk memproduksi garam beryodium sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3556-1994.
3. Perizinan untuk menginformasikan kepada perusahaan garam beryodium
maupun calon investor tentang cara memperoleh perizinan usaha industri.
Sortasi bahan baku adalah proses pemilihan bahan baku garam rakyat yang
kondisinya tidak seragam, tergantung dari teknik pembuatannya. Dari lamanya
proses penguapan/kristalisasi digolongkan menjadi garam muda dan garam tua.
Garam muda adalah proses penguapan air laut pada meja-meja kristalisasi yang
dilakukan secara total (hampir tidak ada sirkulasi air) dengan waktu yang relatif
pendek, sehingga hanya diperoleh garam dengan kadar NaCl yang rendah dan
mengandung kadar Ca dan Mg yang relatif tinggi serta cenderung kotor (impuritas
tinggi).Sedangkan garam tua adalah garam yang diperoleh dengan proses
pengkristalan yang memadai pada kondisi kepekatan antara 24o-25oBe (0Be adalah
derajat kepekatan suatu larutan yang dapat diukur dengan alat Hidrometer atau
Baumeter).
145
0
Be 145 , dimana sg adalah specific gravity
sg
Secara bertahap sesuai dengan tingkat kepekatan larutan dan proses
kristalisasi akan diperoleh beberapa jenis garam:
1. Garam Kualitas I, merupakan hasil proses kristalisasi pada larutan 240-
2. Garam Kualitas II, merupakan sisa kristalisasi di atas pada kondisi kelarutan
3. Garam Kualitas III, merupakan sisa larutan kepekatan di atas pada kondisi
Pada kondisi ini akan diperoleh garam dengan kadar impuritas yang cukup
tinggi sehingga garam menjadi kotor karena unsur-unsur ikutan seperti bromida,
magnesium, kalium dan sulfat, pada larutan semakin sulit terpisahkan dari senyawa
NaCl. Dari sisi kinerja-nya ada berbagai tingkatan warna garam mulai dari warna
putih transparan, putih dop dan putih kecoklatan yang dipengaruhi oleh kadar
kotoran dan kadar impuritas. Kotoran pada garam menyebabkan menurunnya mutu
garam yaitu rendahnya kadar NaCl, sehingga pada garam yang kotor perlu
dilakukan pencucian untuk mendapatkan garam sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan sebagai bahan baku pembuatan garam konsumsi beryodium.
Menurut Prof. Graham Mac Gregor dari CASH (Consensus Action on Salt
and Health), asupan garam yang berlebihan di dalam tubuh akan menyebabkan
stroke dan serangan jantung, bahkan bisa berakibat lebih parah.
Menurut Dr. Wynnie Chan, ahli nutrisi dari The British Nutrition
Foundation, diet mengurangi garam akan secara signifikan meminimalisasi resiko
mengalami hipertensi. Makanan serba instan mempunyai kadar garam yang cukup
tinggi karena menggunakan pengawet.
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida
(>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat,
kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis
yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9
dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C. Garam natrium klorida untuk keperluan
masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI
per kg NaCl) yang merupakan padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak
higroskopis dan apabila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan
higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai
bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (
bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet.
Kualitas garam yang dihasilkan oleh Petambak memiliki kadar NaCl di bawah
94%, sedangkan garam konsumsi memerlukan kadar NaCl > 94,7%, garam
industri memerlukan kadar NaCl di atas 99% (dry basis).
Natrium klorida
Nama lain
Garam dapur
Sifat
Sumber garam (NaCl) yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau
asin, larutan garam alamiah, batuan garam, dan sumber air dalam tanah.
Setelah mengenali beberapa jenis batuan yang ada di bumi, ada salah satu
jenis batu yang sepertinya menarik untuk dibahas lebih lanjut. Ini karena batu
tersebut sangat membantu menjebak minyak bumi atau gas yang sering dijumpai
di Teluk Meksiko dan daerah-daerah Timur Tengah. Batu tersebut adalah batu
garam atau yang sering dikenal sebagai rock salt dan termasuk ke dalam batuan
sediment. Batu garam ini terbentuk dari kumpulan mineral yang sering
disebut halite. Mineral halite mempunyai rumus kimia NaCl. Akan tetapi batu
garam bisa juga mengandung pengotor-pengotor dan umumnya yang berasosiasi
dengan batu garam tersebut adalah anhydrite (CaSO4), gypsum (CaSO4.2H2O),
dan juga sylvite (KCl).
Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air yang
mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion
Na+ (Sodium) dan Cl- (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah
danau yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup,
daerah estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti
lagoon dan lain-lain.
Pada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang sangat
besar seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki
cekungan Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap
dan menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.
Beberapa teori menjelaskan terbentuknya batu garam yang ada di
cekungan Michigan. Salah satunya adalah siklus garam dimana banyak
dipengaruhi oleh proses penguapan dan pengendapan garam akibat hilangnya
sejumlah air laut yang tidak dapat menahan ion-ion garam yang ada dalam
larutan seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
Pada jaman Kambrium dan Ordovician (600-500 juta tahun yang lalu)
cekungan Michigan mulai terbentuk. Pada jaman Silur (425 juta tahun yang
lalu), batu gamping (limestone) mulai diendapkan di cekungan Michigan.
Dengan bertambah besarnya kecepatan penurunan cekungan di Michigan
pada jaman ini, sejumlah terumbu karang (coral reef) terbentuk dan
terumbu-terumbu tersebut menjadi semacam penghalang (barrier) sehingga
membatasi aliran air laut.
Dengan dibantu oleh kondisi iklim daerha tersebut yang arid, maka sinar
matahari dan temperatur yang cukup panas menyebabkan air yang ada di
cekungan Michigan menguap .
Karena semakin banyaknya air yang menguap, maka air yang tersisa tidak
dapat menahan garam yang ada di larutan sehingga garam-garam tersebut
mulai diendapkan dan jatuh ke dasar laut.
Oleh karena air laut yang mampu masuk ke cekungan Michigan semakin
banyak maka siklus di atas terulang kembali dan terjadi lagi seterusnya
sehingga garam yang diendapkan semakin tebal.
Inilah kenapa Michigan menjadi salah satu negara bagian yang menghasilkan
batu garam dan menjadi salah satu penghasil garam terbesar di Amerika. Proses
pembentukan garam yang terjadi sekarang juga bisa dijumpai di beberapa tempat
di dunia seperti di Laut Mati (Dead Sea) di Jordan dan Israel.
Garam adalah suatu bahan kimia yang penting dan murah. Pemakaiannya
terutama untuk bahan pangan dan industri . Dalam industri garam NaCl merupakan
bahan baku untuk pembuatan bahan kimia turunannya, yang dapat dipakai sebagai
bahan dasar ataubahan penolong pada industri lain. Garam cara yang sederhana
hingga cara yang menggunakan teknologi tinggi.
3.1 Pengambilan Garam dari Air Laut dan Air Danau Asin
Pengambilan garam dari air laut dengan cara penguapan menggunakan
panas matahari, disebut juga pengambilan secara “solar evaporation”. Air laut
dialirkan ke tambak-tambak penggaraman di tepi laut kemudian dilakukan
penguapan. Garam NaCl dipisahkan dari larutan dan dari kotoran lainnya dengan
cara menguapkan airnya dan mengkristalisasikan garamnya secara bertahap (
fractional crystaltization).
Sisa
Mg &
NaCl K
Kotoran CaCO3
padat Ca(HCO3)2
Gambar 3.1: Diagram blok proses pembuatan garam cara Solar Evaporation
Kalsium karbonat dan gypsum ( CaSO4.2H2O ) akan mengendap lebih dahulu
kemudian diikuti oleh bulk garam NaCl, sedangkan sisa-sisa garam Mg dan K
masih tetap larut dalam mother liqour yang disebut bittern yang biasanya dibuang
atau diproses lebih lanjut sebagai sumber garam Mg dan K . Pemurnian garam NaCl
yang dihasilkan dilakukan dengan cara mencuci kristal garam tersebut dengan
larutan NaCl pekat (jenuh).
Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam
kaitannya dengan faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara
merupakan gabungan penguapan air (koefisien pemindahan massa).
Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan
mempengaruhi mutu hasil.
Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be.
Bila konsentrasi air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat)
akan banyak mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be
Magnesium akan banyak mengendap.
e) Cara pungutan garam
Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal
pengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan). Demikian pula
kemungkinan dibuatkan alas meja dari kristal garam yang dikeraskan, makin
keras alas meja makin baik.
f) Air Bittern
Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung garam-
garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk mengurangi kadar
Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat menghasilkan kristal NaCl.
Sebaiknya kristalisasi garam dimeja terjadi antara 25–29°Be, sisa bittern ≥
29°Be dibuang.
Proses ini hanya dapat dilakukan di negara-negara tropis/ sub tropis seperti
Indonesia ,Turki, Maroko, Itali, Spanyol, California ,India, dan lain-lain. Di
Indonesia, kebanyakan garam diperoleh dari lautan, karena memang negara kita
ini merupakan negara kepulauan yang banyak sekali lautnya.
Kondisi operasi proses produksi garam dapur dilakukan pada T = 30oC yang
merupakan suhu lingkungan dan tekanan 1 atm karena proses evaporasi air laut
menggunakan tenaga surya dan dilakukan di ruang terbuka. Air laut yang diuapkan
sampai kering mengandung setiap liternya sejumlah 7 mineral seperti CaSO4,
MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr, NaCl, dan air dengan berat total 1.025,68 gram.
Setelah dikristalkan pada proses selanjutnya akan diperoleh garam dengan
kepekatan 16,75 - 28,5 oBe yang setara dengan 23,3576 gram. Untuk menghasilkan
garam dapur hanya akan diperoleh 40,97 % dari jumlah semula.
Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.
Pergerakan antara larutan dan kristal.
Viskositas larutan.
Melarutkan zat tak murni dalam terlarut tertentu pada atau dekat tiik leleh.
Menyaring larutan panas dari partikel bahan tak larut
Mendinginkan larutan panas sehingga zat terlarut menjadi kristal
Memisahkan kristal – kristal dari larutan.
Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi
merupakan hal yang sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian
suatu padatan yang umum yaitu rekristalisasi (pembentukan kristal berulang ).
Metode ini pada dasarnya mempertimbangkan perbedaan daya larut padatan yang
akan dimurnikan dengan pengotornya dalam pelarut tertentu maupun jika mungkin
dalam pelarut tambahan yang lain yang hanya melarutkan zat – zat pengotor saja.
Pemurnian demikian banyak dilakukan pada industri – industri (kimia) maupun
laboratorium untuk meningkatkan kualitas zat yang bersangkutan.
Persyaratan suatu pelarut yang baik untuk dipakai dalam proses rekristalisasi,
antara lain yaitu:
1) Memberikan perbedaan kelarutan yang cukup signifikan antara zat yang akan
dimurnikan dengan pengotornya.
2) Kelarutan suatu zat dalam pelarut merupakan suatu fungsi temperatur,
umumnya menurun dengan menurunnya temperatur
3) Mudah dipisahkan dari kristalnya
4) Tidak meninggalkan zat pengotor di dalam kristal zat yang dimurnikan
5) Bersifat inert terhadap zat yang dimurnikan.
Rekristalisasi dalam pembuatan garam dapur intinya merupakan metode
pemurnian suatu kristal garam dari pengotor-pengotornya. Campuran senyawa
yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut yang bersesuaian dalam temperatur
yang dekat dengan titik didihnya. Selanjutnya untuk memishkan pengotor atau zat
lain dari zat yang diinginkan dilakukan penyaringan sampai terbentuk kristal.
(Cahyono,1991)
Rekristalisasi garam batu adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
menghasilkan garam dengan kemurnian yang sangat tinggi dengan menggunakan
sedikit energi panas, sedangkan langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut
:
a. Bahan baku dialirkan ke dissolver untuk dipisahkan dengan pengotor. Dan
pengotor yang terendapkan dibuang.
b. Dari dissolver larutan garam dialirkan ke preheater untuk dipanaskan sampai
suhu 108 oC dan larutan yang masih mengandung kotoran dialirkan ke clarifier
untuk dipisahkan dengan kotoran yang masih tersisa.
c. Larutan garam yang sudah bersih dimasukkan ke evaporator tiga tahap. Larutan
garam diuapkan sehingga menghasilkan slurry garam dan larutan brine.
d. Slurry garam dialirkan ke slurry tank lalu dialirkan ke sentrifuge, sedangkan
larutan brine yang dingin ditampung di tangki lalu dialirkan ke sentrifuge.
e. Di sentrifuge kristal garam terpisahkan dari air.
f. Kristal garam yang masih basah lalu didinginkan.
Uap air
.
Gambar 3.6: Open pan evaporator with rake
Proses pembuatan garam dengan open pan evaporator with rake ini
menggunakan panas pembakaran untuk memanasi larutan garam yang ada dalam
pan, sehingga terjadi penguapan dan akhirnya akan terbentuk kristal garam.
Gambar 3.7: Flow sheet Pembuatan Garam dengan Proses Open Pan
Pembuatan garam dengan proses open pan ini menggunakan bahan baku
brine yang berasal dari proses pemanasan air laut. Proses ini disebut juga proses
“Grainer”, dimana air laut dijenuhkan dengan cara memanaskan pada heater pada
suhu 230oF (110oC). Larutan brine panas kemudian diumpankan pada graveller
yang berfungsi untuk memisahkan calcium sulfate pada larutan brine. Larutan
brine kemudian didinginkan pada flasher dengan suhu yang dijaga agar garam
(NaCl) masih dalam kondisi larut dalam air. Larutan brine dingin kemudian
diumpankan ke open pan yang berfungsi untuk menguapkan air dengan suhu
operasi 205oF (96oC) sehingga dihasilkan kristal garam yang kemudian dipisahkan
dari mother liquor pada centrifuge. Mother liquor kemudian direcycle kembali
pada open pan , sedangkan kristal garam yang terpisah kemudian ditambahkan
kalium yodat untuk penambahan kandungan yodium pada garam sehingga
dihasilkan sodium chloride (NaCl). Sodium chloride kemudian dikeringkan pada
dryer dan kemudian disaring untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium
chloride kemudian siap dikemas dan dipasarkan. Yields yang dihasilkan pada
proses ini adalah 99,9%.
Larutam garam
E E
V V
A A
P P
O O
R R
A A
T T
O O
R R
steam
H2O H2O
Garam
padat
Slurry garam
larutan
Pada proses ini biasanya digunakan saturated brine (leburan garam jenuh)
alami, yang terkandung didalam tanah atau danau. Saturated brine dapat juga
diperoleh dari hasil samping produksi natrium carbonate dengan proses Solvey.
Pertama-tama saturated brine (leburan garam) dari air dalam tanah dengan
kadar H2S yang terlarut dalam garam NaCl maksimum 0.015%. Perlakuan
pendahuluan dari bahan baku brine adalah dengan aerasi untuk menghilangkan
kandungan hidrogen sulfide. Penambahan sedikit chlorine dimaksudkan untuk
mempercepat penghilangan H2S dalam brine. Brine setelah proses aerasi,
kemudian diumpankan dalam tangki pengendap untuk mengendapkan lumpur atau
solid yang tidak diinginkan seperti kalsium, magnesium dan ion besi. Pengendapan
dibantu dengan penambahan campuran caustic soda, soda ash dan brine sehingga
didapat larutan garam.Setelah proses pengendapan, kemudian larutan garam
dipekatkan pada evaporator multi efek. Larutan garam pekat kemudian dicuci
dengan brine untuk memurnikan garam. Larutan garam kemudian difiltrasi pada
filter untuk proses pemisahan garam dan larutan brine. Garam yang terpisah
kemudianditambahkankalium yodat untuk penambahan kandungan yodium
pada garam sehingga dihasilkan sodium chloride. Sodium chloride kemudian
dikeringkan pada dryer dan kemudian disaring untuk mendapatkan ukuran yang
seragam. Sodium chloride kemudian siap dikemas dan dipasarkan. Yields yang
dihasilkan pada proses ini adalah 99,8%.
Proses dengan multiple effect evaporation merupakan proses yang paling
klasik untuk produksi garam. Jumlah evaporator yang diterapkan bervariasi antara
2, 6, mungkin 7. Sedangkan langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Umpan yang berupa larutan NaCl 26% dipanaskan terlebih dahulu di
preheater.
b. Larutan NaCl yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam evaporator 5
tahap. Evaporator divakumkam sehingga dari satu evaporator ke
evaporator berikutnya titik didihnya semakin menurun.Di evaporator
larutan garam dipanaskan dengan steam.
c. Uap yang dihasilkan pada proses sebelumnya digunakan lagi untik proses
penguapan di evaporator berikutnya.
d. Dari evaporator dihasilkan slurry garam yang selanjutnya dialirkan ke
alat sentrifugasi.
e. Di alat sentrifugasi kristal garam terpisahkan dari air namun masih basah.
f. Garam yang basah tersebut dikeringkan lalu dipak dan siap dikeringkan.
1. Dump truck
2. Screening
3. Hopper
4. Crusher
5. Packing
6. Pengiriman ke
konsumen
Properti
Molekul Rumus NaCl
Massa molar 58.44 g mol -1
Penampilan Colorless kristal
Bau Tanpa bau
Kepadatan 2,165 g cm -3
Titik lebur 801 ° C, 1074 K, 1.474 ° F
Titik didih 1.413 ° C, 1.686 K, 2.575 ° F
Kelarutan dalam air 359 g L -1
Kelarutan dalam amonia 21,5 g L -1
Kelarutan dalam metanol 14,9 g L -1
Indeks bias (n D) 1,5442 (pada 589 nm)
Struktur
Kubik
Struktur kristal
(Lihat teks), CF8
Grup ruang Fm 3 m, No 225
Konstan Lattice a = 564,02 pm
Koordinasi Oktahedral (Na +)
geometri Oktahedral (Cl -)
Kapasitas panas kimia (thermochemistry)
Std entalpi
-411,12 KJ mol -1
Pembentukan Δ f Ho 298
Standar molar
72.11 JK -1 mol -1
entropi S o 298
Kapasitas panas
36.79 JK -1 mol -1
spesifik , C
Hazards
MSDS External MSDS
Related compounds
Sodium fluoride
Anion lainnya Sodium bromide
Sodium iodide
Lithium chloride
Potassium chloride
Kation lainnya
Rubidium chloride
Caesium chloride
Dalam natrium klorida padat, setiap ion dikelilingi oleh enam ion dari
muatan yang berlawanan atas dasar elektrostatik. Ion-ion sekitarnya yang terletak
di simpul yang biasanya bentuk segi delapan (octahedron). Semakin besar ion
chloride tersebut tersusun dalam kubik, sedangkan yang lebih kecil ion
natrium mengisi diantara semua celah kubik (void oktahedral). Struktur dasar yang
sama ditemukan pada senyawa lain dan umumnya dikenal sebagai “halit” atau
batu-garam struktur kristal. Hal ini dapat direpresentasikan sebagai kisi face
centered cubic dengan dasar dua atom atau sebagai dua muka yang saling berpusat
kisi kubik. Atom pertama terletak di setiap titik kisi, dan atom kedua terletak
ditengah antara titik kisi sepanjang tepi sel satuan fcc. Konduktivitas termal NaCl
sebagai fungsi temperatur memiliki maksimum 2,03 W / (cm K) pada 8 K dan
menurun ke 0,069 di 314 K (41 ° C).
b. Larutan encer
Daya tarik antara Na + dan Cl - ion dalam zat padat ini begitu kuat sehingga hanya
pelarut yang sangat polar seperti air melarutkan NaCl dengan baik.
Ketika dilarutkan dalam air, kerangka natrium klorida terpisah ion Na + dan
ion Cl - dikelilingi oleh molekul air polar. Solusi ini terdiri dari logam aquo
komplek dengan rumus [Na (H 2 O) 8] +, dengan jarak Na-O dari 250 pm. Ion-ion
chloride, masing-masing dikelilingi oleh rata-rata 6 molekul air. Larutan Natrium
Chlorida memiliki sifat yang sangat berbeda dari air murni. Titik beku adalah -
21,12 ° C selama 23,31% berat garam, dan titik didih larutan garam jenuh dekat
108,7 ° C. Pada keadaan dingin, garam mengkristal sebagai dihidrat NaCl ·
2H 2 O.
BAB V
PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN GARAM
7. Cairan dialisat
Cairan dialisat merupakan cairan yang pekat dengan bahan utama elektrolt
(antara lain garam NaCl) dan glukosa grade farmasi yang membantu dalam
proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal. Sebagaimana diketahui pasien
gagal ginjal diharuskan menggati darah atau proses cuci darah dalam periode
tertentu.
Dalam proses pencucian darah tersebut, darah yang akan dibersihkan akan
dilewatkan pada suatu alat membrane (hemodialisis) dalam media cairan
dialisat. Dalam dialiser ini darah dibersihkan, “sampah-sampah” metabolisme
secara kontinyu menembus membram dan menyeberang ke kompartemen
dialisat.
8. Garam ikan
Benda berupa kristal putih ini sudah sangat lama dikenal oleh para akuaris.
Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan
kehadiran garam ini seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan
hias. Garam yang dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita
kenal pada umumnya sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk
dan rasanya sama, perbedaan utama antara garam ikan dengan garam dapur atau
garam meja adalah pada kemurniannya. Garam ikan diharapkan hanya
mengandung NaCl saja, karena penambahan bahan lain pada garam ini
dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang tidak dinginkan pada ikan yang
bersangkutan. Sedangkan garam dapur sering telah mengalami pengkayaan
dengan berbagai bahan lain yang diperlukan oleh manusia, seperti iodium atau
bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali secara umum disebutkan bahwa
garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak beryodium. Iodium
sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain yang
tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan kekhawatiran akan
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Apabila tidak terlalu mendesak
maka penggunaan garam yang memang sudah dikhususkan untuk ikan akan
lebih aman. Meskipun demikian banyak dilaporkan bahwa penggunaan garam
beriodiumpun tidak menyebabkan dampak merugikan pada ikan-ikan yang
diberi perlakuan tersebut.
Ikan, dalam hal ini ikan air tawar di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan
harus selalu menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos ke
dalam air. Apabial hal ini terjadi maka ikan tersebut akan mengalami masalah.
Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam dalam
tubuhnya tidak mudah bocor ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang
berinteraksi dengan air adalah insang.
Air secara terus-menerus masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini
secara pasif berlangsung melalui proses osmosis, yaitu terjadi sebagai akibat
dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi disbanding dengan
lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung ke luar. Dalam keadaan
normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses
osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan
utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh
ikan. Apabila tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi maka ikan
tersebut akan mati. Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk
menyembuhkan penyakit terutama yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.
Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama
agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi.
Garam sudah lama digunakan sebagai antiseptic pada aquarium. Selain itu juaga
kerap digunakan sebagai anti jamur (fungisida). Meskipun demikian akhir-akhir
ini penggunaan garam sebagai fungisida relatif jarang dilakukan karena
banyaknya anti jamur lain yang telah dibuat khusus untuk ikan. Berikut ini
beberapa dosis penggunaan garam ikan, adalah:
a). Sebagai profilaktik, atau sebagai tonik, atau dalam bahasa umum sebagai
“jamu” dianjurkan untuk menggunakan garam sebanyak 1-2 sendok the
garam per 4 liter air, atau sebanyak 1-2 gram perliter, atau dengan kata lain
sebanyak 0,1-0,2 persen. Setelah garam melarut, lalu dimasukkan ke dalam
aquarium.
b). Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan atau bakteri, untuk
keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1%, atau larutan
10 gram garam dan satu liter air. Pemberian larutan ini hendaknya diberikan
secara sedikit demi sedikit, sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai
setelah 24 - 48 jam. Jadi tidak diberikan sekaligus sebanyak 1%. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kejutan osmotic atau stress pada
ikan yang bersangkutan.
c). Mengurangi pengaruh racun dari nitrit, dosis untuk mengurangi
pengaruh racun nitrit yang dianjurkan adalah satu gram perliter air.
d). Melepaskan lintah pada ikan, caranya adalah dapat dilakukan dengan
merendam ikan tersebut dalam waktu singkat dalam larutan garam 2,5%.
e). Obat infeksi Piscinoodinium (Velvet), pengobatan terhadap infeksi
Piscinoodinium dapat dilakukan dengan perendaman jangka panjang dalam
larutan garam dengan konsentrasi 10 gram per 45 liter air, atau satu sendok
the per 4 liter air.
9. Penghambat pertumbuhan mikroorganisme
Garam dapur dapat berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk dan pathogen, karena mempunyai sifat-sifat anti
mikroorganisme sebagai berikut:
Garam dapur akan meningkatkan tekanan osmotic substrat, menyebabkan
terjadinya penarikan air dari dalam pangan akan menurun dan mikroorganisme
tidak akan tumbuh. Sehingga terjadi penarikan air dari dalam sel
mikroorganisme mengakibatkan terjadinya penarikan air dari dalam sel
mikroorganisme sehingga sel akan kehilangan air dan mengalami pengerutan,
ionisasi garam akan menghasilkan ion Chlor yang beracun terhadap
mikroorganisme, serta dapat mengganggu kerja enzim proteolitik karena dapat
mengakibatkan terjadi denaturasi protein.
Garam ditambahkan dalam sebagian besar makanan, oleh produsen
makanan atau oleh konsumen, sebagai penambah rasa, pengawet,
pengikat, control tekstur-agen dan pengembang warna. Konsumsi garam dalam
industri makanan dibagi, dalam urutan konsumsi, dalam pengolahan makanan
lainnya, daging dalam kemasan (packers), pengalengan, kue, susu dan gandum
produk pabrik. Sebagai pengawet, garam menghambat pertumbuhan
bakteri. Garam bertindak sebagai pengikat dalam sosis untuk membentuk gel
yang mengikat terdiri dari daging, lemak kelembaban, dan. Garam juga
bertindak sebagai penambah rasa dan sebagai pelunak.
Dalam industri susu, garam ditambahkan ke keju sebagai warna-,
fermentasi, agen dan control tekstur. Subsektor susu termasuk perusahaan yang
memproduksi mentega creamery, susu kental, makanan penutup beku, es krim,
keju alami dan olahan, dan produk susu khusus. Dalam pengalengan, garam
terutama ditambahkan sebagai penambah rasa dan pengawet. Hal ini juga
digunakan untuk bahan lainnya, dehidrasi agent, inhibitor enzim dan
pelunak. Dalam kue, garam ditambahkan untuk mengontrol laju fermentasi
dalam adonan roti. Hal ini juga digunakan untuk memperkuat gluten (protein
kompleks-air elastis dalam adonan tertentu) dan sebagai penambah rasa
Kategori pengolahan makanan juga mengandung produk biji-bijian
pabrik. Produk ini terdiri dari tepung beras dan penggilingan dan manufaktur
makanan sereal sarapan dan tepung yang dicampur. Garam juga digunakan agen
bumbu, misalnya dalam keripik kentang, makanan kucing dan makanan anjing.
Reaksi:
2 NaCl + 2 H 2 O → Cl 2 + H 2 + 2 NaOH
Elektrolisis ini dilakukan baik dalam sel merkuri, sel diafragma, atau membran
sel. Masing-masing menggunakan metode yang berbeda untuk memisahkan klorin
dari natrium hidroksida. Teknologi lainnya yang sedang dikembangkan karena
konsumsi energi tinggi dari elektrolisis, di mana lebih efisien dan dapat
memberikan paybacks ekonomi yang besar. Beberapa aplikasi klor termasuk PVC,
desinfektan, dan pelarut. Natrium hidroksida digunakan dalam industri yang
memproduksi kertas, sabun, dan aluminium.