Anda di halaman 1dari 40

Bab

12
NERACA MASSA & NERACA PANAS DI
SISTEM KILN
Evaluasi distribusi energi termal dari suatu sistem harus diawali dengan memetakan
aliran massa di dalamnya. Tanpa mengevaluasi secara cermat aliran massa, penyimpangan
yang terjadi akan sangat besar. Konsep energi akan selalu terkait dengan massa, dan untuk
kajian energi termal, energi dibentuk oleh dua besaran utama, yaitu massa dan temperatur.
Dalam bab ini akan dibahas satu contoh model neraca massa untuk suatu pabrik
semen dengan contoh konfigurasi suspension preheater double string dengan satu calciner.
Proses evaluasi aliran massa diturunkan dengan memakai kaidah hukum kekekalan massa
(massa yang masuk sistem sama dengan massa yang keluar sistem), dimulai dengan
membalans massa sistem secara keseluruhan yang terintegrasi (global) dan dilanjutkan
dengan balans massa tiap-tiap sistem yang berdiri sendiri (lokal).
12.1. Neraca Massa
12.1.1. Model Neraca Massa Global
Neraca massa global yang dikaji dalam studi ini adalah neraca massa masuk dan
keluar sistem yang terdiri dari suspension preheater, kiln, dan cooler. Model neraca massa
global sistem kiln (suspension preheater, kiln, dan cooler) ditunjukkan pada gambar 3.1
berikut :
Gas,CO2, dust, H2O

SP
Kiln feed

Mbbkiln, Moilk,
Mudprikiln
Mbbduct,
Moild,
Mudpridu
ct

Mudbuang

kiln
cooler
Mudcooler
klinker
1

Gambar 1: Model neraca massa global


Dari model neraca massa yang digambarkan pada gambar 1 dapat dilihat parameterparameter yang menjadi massa input dan massa output. Aliran massa masuk ke dalam
sistem meliputi:
1. Kiln feed (fresh raw mix) adalah bahan baku yang diumpankan ke dalam
preheater dalam satuan massa ton per hari. Kiln feed yang diumpankan ini
selanjutnya akan terbagi ke dalam dua string. Pembagiannya didasarkan pada
besarnya temperatur siklon-siklon pada kedua string tersebut
2. Bahan bakar yang diumpankan ke dalam sistem global terdiri dari coal, IDO (oil),
dan gas. Bahan bakar tersebut diinjeksikan ke dalam dua ruang bakar, yaitu ke
main burner (di kiln) dan ke Calciner burner atau PC duct burner (di PC duct).
Massa coal dan IDO yang masuk ke main burner masing-masing disimbulkan
dengan Mbbkiln dan Moilk, sedangkan yang masuk ke PC duct burner masingmasing disimbulkan dengan Mbbduct dan Moild. Untuk gas pada studi ini
harganya diasumsikan nol.
3. Massa udara yang masuk ke dalam sistem terdiri dari massa udara pendingin
cooler dan massa udara primer. Massa udara pendingin cooler sebagai fungsi
dari kiln feed dan bahan bakar, dihasilkan oleh beberapa fan pada grate cooler
dan besarnya ditulis dengan Mudcooler. Massa udara primer berasal dari udara
primer yang dinjeksikan ke dalam main burner bersama-sama dengan bahan
bakar (Mudprikiln) dan udara primer yang masuk bersama-sama bahan bakar
yang masuk Calciner burner atau PC duct burner (Mudpriduct).
Aliran massa yang keluar keluar dari sistem antara lain :
-

masssa klinker keluar cooler


massa klinker ini besarnya adalah 1 (kg/kgcl), karena klinker ini dijadikan sebagai basis
untuk massa yang lain.

massa gas keluar dari top cyclone


gas yang keluar dari top cyclone merupakan gas hasil pembakaran bahan bakar total,
termasuk CO2 hasil pembakaran bahan bakar.

massa CO2 keluar top cyclone


CO2 yang keluar dari top cyclone adalah CO2 yang dihasilkan oleh kalsinasi kiln feed total
di kiln dan di preheater saja, jadi dipisahkan dari CO2 hasil pembakaran bahan bakar.

massa uap air keluar top cyclone


Uap air yang keluar dari top cyclone (H2O) berasal dari penguapan (evaporasi) uap air
yang terkandung dalam kiln feed dan bahan bakar, tetapi tidak termasuk uap air hasil
pembakaran bahan bakar.

massa debu keluar top cyclone

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12- 2

Debu yang keluar dari top cyclone (return dust) berasal dari massa kiln feed yang tidak
tersaring pada top cyclone. Besarnya tergantung pada harga efisiensi top cyclone.
-

massa udara buang keluar cooler


Massa udara buang yang keluar dari cooler (Mudcooler) ini besarnya tergantung dari
jumlah massa udara pendingin yang masuk cooler dikurangi sebagian dari udara yang
dipergunakan sebagai udara pembakaran bahan bakar.

12.1.2. Metode Perhitungan Neraca Massa Global


Parameter-parameter yang telah dipaparkan di atas tidak semuanya diketahui
harganya, terutama parameter yang menjadi output. Oleh sebab itulah harus dilakukan
perhitungan-perhitungan untuk menentukan parameter-parameter di atas. Dalam melakukan
perhitungan neraca massa, diambil beberapa asumsi yang antara lain :
Kondisi aliran massa tunak
Proses pembakaran sempurna dan tidak ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar.
Sebagian kiln feed yang diumpankan ke dalam SP dan tidak tersaring oleh top cyclone
akhirnya disaring hampir seluruhnya oleh electrostatic precipitator (EP) dan kembali
diumpankan bersama-sama dengan fresh kiln feed.
Tidak ada debu dari bahan bakar yang menjadi fly ash, sehingga seluruh debu yang
terkandung dalam bahan bakar akan menjadi komponen klinker
Seluruh air yang terkandung dalam bahan bakar maupun kiln feed akan menguap
selama proses dan keluar melalui top cyclone bersama-sama dengan gas hasil
pembakaran dan gas hasil proses kalsinasi CaCO3 dan MgCO3.
Seluruh massa debu yang terbawa exit air terhitung sebagai massa klinker keluar dari
cooler (tersaring di electrostatic precipitator) dan dimasukkan sebagai produk klinker)
12.1.3. Metode Penentuan Produksi Klinker
Kiln feed yang akan menjadi klinker bercampur dengan abu dari bahan bakar (Ashcl)
dan keluar bersama-sama dari cooler sebagai produk klinker. Jadi abu ini tidak ikut terbang
bersama gas pembakaran keluar preheater. Kadar abu ini [ton perjam] dapat dihitung dari
persentase abu yang terkandung dalam bahan bakar coal dan IDO sbb :
Ashcl = Ash/100 * (Vck + Vcd) + ash1 / 100 * (0.9 * (Vok + Vod)
dimana :
Ash = kadar abu dalam bahan bakar coal
Ash1 = kadar abu dalam bahan bakar IDO
Vck = laju bahan bakar coal ke kiln [ton / jam]
Vcd = laju bahan bakar coal ke Calciner atau PC duct [ton / jam]
Vok = laju bahan bakar IDO ke kiln [kiloliter/jam]
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12- 3

(1)

Vod = laju bahan bakar IDO ke Calciner atau PC duct [kiloliter/jam]


Jika KF adalah massa kiln feed yang diumpankan ke dalam preheater [ton/jam], maka
jumlah kiln feed yang akan tersaring pada siklon paling atas adalah :
KFtersaring = Etop * KF [ton/jam]

(2)

dimana Etop adalah efisiensi separasi siklon teratas.


Kiln feed yang tersaring ini sebagian akan terkalsinasi menjadi CO 2 dan uap air yang
terkandung di dalamnya akan menguap menjadi uap air. CO 2 yang diproduksi dari hasil
reaksi kalsinasi kiln feed yang tersaring ini (co2rm) dapat dirumuskan sebagai berikut :
co2rm = ((44 / 56) * KFtersaring * CaOR / 100 + (44 / 40.3)
* KFtersaring * MgOR / 100)

[ton/jam]

(3)

dengan CaOR dam MgOR adalah berturut-turut prosentase kadar CaO dan MgO dalam
rawmix. Sedangkan ap air yang dihasilkan dari penguapan kiln feed adalah sebesar:
Muaprm = (H2OR/100) x KF [ton/jam]

(4)

dimana H2OR adalah prosentase air yang terkandung dalam kiln feed. CO2 dan Uap air
yang terbentuk dari rawmix beserta gas-gas lainnya selama mengalami pemanasan dan
proses kalsinasi atau proses pembakaran di peralatanm proses ini sering disebut dengan
lost of ignition (LOI). Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh harga Lost of Ignition
(LOI) ini merupakan variabel yang cukup berpengaruh dalam menentukan jumlah kiln feed
yang akan menjadi klinker. Apabila jumlah LOI dari kiln feed yang tersaring lebih besar dari
CO2 dan H2O yang terkandung atau dihasilkan oleh kiln feed, maka jumlah kiln feed yang
akan menjadi klinker (KFklinker) dirumuskan sebagai berikut :
KFklinker = KFtersaring x (1 LOI100) [ton/jam]

(5)

dimana LOI adalah prosentase dari rawmix yang akan menguap selama proses pemanasan
dan pembakaran.Hal ini menunjukkan bahwa ada gas lain di luar CO2 dan H2O yang
terbentuk dari kiln feed yang besarnya adalah :
Mgas = {(LOI - H2OR)/100} x KFtersaring - co2rm

[ton/jam]

(6)

Sebaliknya, apabila jumlah LOI kurang dari CO 2 dan H2O yang berarti tidak ada gas lain
yang terbentuk dari kiln feed kecuali CO2 dan H2O , maka persamaan (5) menjadi :
KFklinker = (KFtersaring x (1 - H2OR/100) - co2rm) [ton/jam]

(7)

Dengan diketahuinya variabel-variabel di atas, maka dapat ditentukan besarnya produksi


klinker, yaitu :
prodcl = (KFklinker + Ashcl) * 24

[ton/hari]

(8)

Parameter-parameter lain yang sangat signifikan yang dapat diturunkan dari persamaan di
atas antara lain :
a. Rawmix consumption including dust losses (R),
didefinisikan sebagai perbandingan antara kiln feed yang diumpankan ke preheater
dengan kiln feed yang menjadi klinker yang telah bercampur dengan abu bahan bakar
R = KF / (KFklinker + Ashcl)
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

(9)
12- 4

b. Return dust,
adalah material padatan kering yang tersaring oleh siklon teratas yang dihitung
perkilogram klinker
retdust = KF * (1 - H2OR) * (1 - E5a) * 24 / prodcl

[kg/kg klinker]

(10)

c. Gas karbon dioksida dari rawmix (CO2)


CO2 hasil kalsinasi kiln feed yang dihitung perkilogram klinker dalam satuan Nm 3
dituliskan sbb :
co2 = (co2rm / prodcl * 24) * 22.4 / 44 [Nm3/kg klinker]

(11)

d. Rawmix for clinker only ratio (RMCLF),


didefinisikan sebagai perbandingan antara kiln feed yang tersaring oleh siklon teratas
dengan kiln feed yang menjadi klinker yang telah bercampur dengan abu dari bahan
bakar, yang bersarnya adalah :
RMCLF = KFtersaring / (KFklinker + Ashcl)

(12)

e. Massa bahan bakar,


Massa bahan bakar coal dan oil yang diumpankan ke kiln dan Calciner atau PC duct
masing-masing dirumuskan sebagai berikut :
Mbbkiln = Vck * 24 / prodcl
Mbbduct = Vcd * 24 / prodcl

[kg/kg klinker]

(13)

[kg/kg klinker]

(14)

Moilk = 0,9 * Vok * 1000 * 24 / (prodcl * 1000) [kg/kg klinker]

(15)

Moild = 0,9 * Vod * 1000 * 24 / (prodcl * 1000) [kg/kg klinker]

(16)

Vck, Vcd, Vok, Vod berturut-turut adalah laju massa (bagi batu bara) atau laju volume
(bagi IDO) yang diumpankan ke kiln dan Calciner atau PC duct. Sedangkan angka 0,9
merupakan harga pendekatan untuk specific gravity dari bahan bakar IDO
f.

Abu dari bahan bakar di kiln (Ashkiln) dan Calciner atau PC duct (Ashduct) perkilogram
klinker dapat dihitung sebagai berikut:
Ashkiln = Ashcl * (Mbbkiln / (Mbbkiln + Mbbduct)) * 24 / prodcl
[kg/kg klinker]

(17)

Ashduct = Ashcl * (Mbbduct / (Mbbkiln + Mbbduct)) * 24 / prodcl


[kg/kg klinker]

(18)

12.1.4. Metode Penentuan Kebutuhan Udara


Udara yang dibutuhkan untuk pembakaran diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu
udara pembakaran teoritik dan udara pembakaran aktual. Udara pembakaran teoritik
didefinisikan sebagai udara minimum yang dibutuhkan untuk pembakaran bahan bakar.
Untuk menghitung kebutuhan udara teoritik di kiln (Lmink) dan di Calciner atau PC duct
(Lmind), harus dihitung terlebih dulu besarnya oksigen minimum pembakaran. Oksigen
minimum untuk membakar satu kilogram bahan bakar yang terdiri dari coal dan IDO,
Omincoal dan Ominido dirumuskan :
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12- 5

Omincoal = ((22.4 / 12) * C + (22.4 / 4) * H + (22.4 / 32) * S


- (22.4 / 32) * O) / 100

(19)

Ominido = ((22.4 / 12) * C1 + (22.4 / 4) * H1 + (22.4 / 32) * S1


- (22.4 / 32) * O1) / 100

(20)

Oksigen minimum yang diperlukan di kiln dan Calciner atau PC duct masing masing adalah :
Omink = Omincoal * Mbbkiln + Ominido * Moilk

(21)

Omind = Omincoal * Mbbduct + Ominido * Moild

(22)

Dengan demikian, udara minimum yang diperlukan di kiln dan PC duct adalah :
Lmink = 4.762 * Omink (Nm3/kg klinker)
3

Lmind = 4.762 * Omind (Nm /kg klinker)

(23)
(24)

Udara pembakaran aktual didefinisikan sebagai jumlah udara hasil pengukuran pada
masukan di main burner (Mudprikiln) dan di PC duct burner (Mudpriduct).
12.1.5. Metode Penentuan Kelebihan Udara Pembakaran (Excess Air)
Udara yang diperlukan untuk pembakaran pasti mengandung udara berlebih (Excess
Air). Excess air merupakan parameter yang sangat penting dalam penentuan suplay bahan
bakar dan kebutuhan udara pembakaran serta untuk perhitungan energi gas hasil
pembakaran bahan bakar baik di kiln maupun di preheater. Kelebihan udara pembakaran di
kiln dituliskan dengan Excesskiln,

kelebihan udara pembakaran di preheater dituliskan

dengan Excessd, dan kelebihan udara pembakaran total di kiln dan preheater dituliskan
dengan Excesstot.
Jika suatu bahan bakar berdasarkan ultimate analysis mengandung komposisi berat
masing-masing A% Carbon, B% Hydrogen, C% Nitrogen, D% Sulfur, E% Oxigen, maka
penentuan excess air berdasarkan reaksi kimia bahan bakar sbb :
xCO 2 + y/2 H2O + p SO2 + (3,762 + z/2) N2 +

CxHyNzSpOq + (+) (O2 + 3,762 N2)

O2 + 3,762 N2
dimana (O2 + 3,762 N2) = mol udara untuk memenuhi reaksi stokiometri, (O2 + 3,762 N2)
= mol udara berlebih (excess air), x = A/12, y = B/1, z = C/14, p = D/32, q = E/16, dan = (x
+ y/4 + p q/2)
Jumlah mol gas hasil pembakaran dari persamaan reaksi di atas adalah :
x + y/2 + p + (3,762 + z/2) + 4,762
Jika diasumsikan jumlah mol CO2 yang diperoleh dari reaksi kalsinasi CaCO3 adalah c mol,
maka jumlah mol total gas adalah :
x + y/2 + p + (3,762 + z/2) + 4,762 + c
Dengan demikian untuk suatu hasil analisis Orsat gas buang, pengukuran kadar oksigen
dalam gas buang sebesar [ % O2], mempunyai arti matematis sebagai :
[%O2] = / [x + y/2 + p + (3,762 + z/2) + 4,762 + c]
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12- 6

(25)

sehingga mol udara berlebih dapat dihitung sebagai berikut :


= {x +

y
z
+ p + (3,76 + ) + c}[ % O2]/{100 4,76 [%O2]}
2
2

(26)

Selanjutnya persentase excess air dapat dihitung sebagai berikut :


[% excess air] = / x 100 %

(27)

a. Menghitung excess air di kiln (excessk)


Jika kadar karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur, dan oksigen yang terkandung dalam
coal masing-masing adalah C, H, N, S,dan O, sedangkan yang terkandung dalam IDO
adalah C1, H1, N1, S1, dan O1, maka jumlah mol perkilogram klinker untuk komponen
bahan bakar tersebut yang diijeksikan ke kiln dapat dihitung sbb :
cx = (C / 1200 * Mbbkiln + C1 / 1200 * Moilk)

(28)

hy = (H / 100 * Mbbkiln + H1 / 100 * Moilk)

(29)

nz = (N / 1400 * Mbbkiln + N1 / 1400 * Moilk)

(30)

sp = (S / 3200 * Mbbkiln + S1 / 3200 * Moilk)

(31)

oq = (O / 1600 * Mbbkiln + O1 / 1600 * Moilk)

(32)

= cx + hy / 4 + sp - oq / 2

(33)

Jumlah mol total gas hasil pembakaran di kiln adalah :


A + 4,762
dengan :
A = cx + hy/2 +sp + 3.762 + nz/2 + co2rkiln + H2Obbkiln

(34)

dimana :
co2rkiln adalah CO2 hasil kalsinasi kiln feed di kiln, dirumuskan sebagai:
co2rkiln = ((1 - percalduct) * CO2)/22,4

[mol/kg klinker]

(35)

H2Obbkiln ( dinyatakan dalam [mol/kgcl]) adalah uap air yang dihasilkan oleh
pembakaran bahan bakar coal dan IDO di kiln, dirumuskan :
H2Obbkiln = ((air / 100) * Mbbkiln + (air1 / 100) * Moilk)/18

(36)

Dengan mengacu pada persamaan (26), maka diperoleh harga yaitu :


=

( A.%0 2 k )
(100 4,762.%0 2 k )

(37)

dimana %02k adalah kadar oksigen dalam gas buang hasil analisis Orsat pada outlet kiln
(biasanya ditunjukkan di CCR).
Dengan demikian Excessk dapat dihitung sebagai berikut :
Excessk = / x 100 %
yaitu prosentase excess air di kiln terhadap udara stoikiometrinya.
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12- 7

(38)

b. Menghitung excess air total di preheater dan kiln (Excesstot)


Perhitungan ini berlaku untuk proses pembakaran di kiln string. Artinya injeksi bahan
bakar di Calciner atau PC Duct yang mendapat aliran udara dan gas panas dari kiln.
Sedangkan untuk Calciner string yang terpisah (separate line), perhitungan excess airnya
sama dengan di kiln.
Jumlah mol perkilogram klinker untuk komponen bahan bakar yang diijeksikan ke Inline
Calciner atau PC duct dapat dihitung sebagai berikut :
cx1 = (C / 1200 * Mbbduct + C1 / 1200 * Moild)

(39)

hy1 = (H / 100 * Mbbduct + H1 / 100 * Moild)

(40)

nz1 = (N / 1400 * Mbbduct + N1 / 1400 * Moild)

(41)

sp1 = (S / 3200 * Mbbduct + S1 / 3200 * Moild)

(42)

oq1 = (O / 1600 * Mbbduct + O1 / 1600 * Moild)

(43)

1 = cx1 + hy1 / 4 + sp1 - oq1 / 2

(44)

Jumlah mol gas hasil pembakaran di preheater dengan menggunakan udara sisa dari kiln
dan udara primer bahan bakar yang diinjeksikan ke preheater adalah :
B + 4,762 (1 + 2)
dimana :
B = cx1 + hy1 / 2 + sp1 + 3.762 + nz1 / 2

(45)

2 adalah mol udara primer yang dimasukkan ke Calciner burner atau PC duct burner.
Jumlah mol total gas yang keluar dari preheater :
A + B + 4,762 (1 + 2) + co2rduct + H2Obbduct + (H2OR/100*KF*24 / prodcl) (46)
dimana :
a. co2rduct adalah mol CO2 hasil kalsinasi kiln feed di preheater per kg klinker
b. H2Obbduct adalah mol uap air yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar batu bara
(coal) dan IDO di kiln per kg klinker.
c. H2OR adalah prosentase kandungan uap air dalam kiln feed yang diumpan ke preheater.
Dengan demikian didapatkan harga (1 + 2) yaitu :
(1 + 2) =

[A B co2rduct H2Obbduct (H2OR/100 * KF . * 24 / prodcl)]. %0 2 d


(100 4,762.%0 2 d)
(47)

dimana %02d adalah kadar oksigen dalam gas buang hasil analisis orsat pada outlet
preheater. Sedangkan (1 + 2) (O2 + 3,762 N2) adalah kelebihan udara setelah dipakai
untuk membakar bahan bakar di kiln dan preheater. Jadi untuk sistem kiln dan preheater,
prosentase kelebihan udara dapat dihitung sbb :
Excesstot =

(1 2)
* 100 %
( 1)

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

(48)
12- 8

c. Menghitung excess air di Inline Calciner atau PC duct (excessd) saja


Jika mol udara berlebih di Inline Calciner atau PC duct saja dilambangkan dengan 3,
maka harga 3 ini dapat dihitung dengan persamaan :
3 = + - 1
dan persentase kelebihan udara dapat dihitung sebagai berikut :
Excessd =

3
* 100 %
1

(49)

12.1.6. Neraca Massa di Masing-Masing Peralatan Utama


Perhitungan neraca massa di masing-masing peralatan utama baru dapat dilakukan
jika aliran massa pada sistem global sudah balans. Neraca massa di masing-masing
peralatan utama proses yang dimaksud adalah neraca massa baik gas maupun padatan di
setiap peralatan utama proses yang meliputi suspension preheater, kiln dan cooler. Untuk
menghitung neraca massa tersebut dimulai dari cooler dilanjutkan dengan kiln, dan
suspension preheater. Perhitungan dimulai dari cooler karena parameter-parameter utamautama yang sangat menentukan parameter-parameter lainnya berada di sini, seperti laju
produksi klinker, massa udara pendingin, massa udara buang, dan massa udara sekunder.

12.1.6.1. Neraca Massa di Grate Cooler


Dalam membahas neraca massa di cooler ini, diambil beberapa asumsi antara lain:
- Selalu terjadi kelebihan udara pendingin klinker yang dibuang ke lingkungan. Besarnya
kelebihan udara cooler ini adalah sejumlah udara pendingin yang dipergunakan untuk
mendinginkan klinker ditambah dengan false air di cooler kemudian dikurangi dengan
udara sekunder untuk proses pembakaran bahan bakar di kiln dan di Calciner atau PC
duct
- Terdapat sebagian klinker yang kembali ke kiln karena terbawa oleh udara sekunder.
Sedangkan debu klinker yang terbawa oleh udara pendingin lebih yang dibuang ke
atmosfer diasumsikan seluruhnya tersaring oleh electrostatic precipitator sebagai produk
klinker (termasuk dalam satu kg produk klinker).
Mudtertier
Mudbuang

Mudsekkiln
debukilncooler
!+debukilncooler

coolerfalseair

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

grate cooler

12- 9

Mudcooler

klinker

Gambar 2: Model aliran massa di cooler

Padatan dan gas yang keluar dari grate cooler, seperti yang nampak pada gambar 2, dapat
dievaluasi sebagai berikut:
- Klinker atau produk klinker, dihitung per kg, termasuk debu klinker yang terbawa oleh
kelebihan udara pendingin yang dibuang kembali ke atmosfer.
- Kelebihan udara pendingin yang dibuang ke atmosfir (Mudbuang), besarnya dihitung dari
pengukuran laju alirannya (mass flowrate exit air) dalam m/s yang kemudian
dikonversikan ke dalam satuan kg/kg klinker.
- Udara pembakaran sekunder dan tertier (bila ada) yang masuk kiln (Mudsekkiln dan
Mudtertier), dihitung dari jumlah kebutuhan udara pembakaran total dikurangi dengan
kebutuhan udara primer yang masuk kiln (Mudprikiln) atau udara primer ke Calciner/PC
Duct. Misalnya untuk udara sekunder adalah:
Mudsekkiln = (1 + excessk) * Lmink - Mudprikiln

(50)

Klinker yang ikut bersama udara pembakaran sekunder masuk ke kiln

(debukilncooler) besarnya adalah :


debukilncooler = %debuklinker * produksi klinker

(51)

Harga %debuklinker berdasarkan perkiraan karena tidak bisa diukur ataupun dihitung
besarnya.
Padatan dan gas yang masuk ke dalam grate cooler dapat dievaluasi sebagai berikut:
Klinker dari kiln, yaitu produk klinker ditambah dengan debu klinker yang

ikut bersama udara sekunder, besarnya adalah (1 + %debuklinker) *prodcl


Kebocoran udara di grate cooler (coolerfalseair), harganya dihitung

berdasarkan persamaan balans massa gas yang masuk dan keluar grate cooler.
coolerfalseair = (Mudbuang + Mudsekkiln) Mudcooler

(52)

12.1.6.2. Neraca Massa di Rotary Kiln


Distribusi aliran massa padatan dan gas di kiln dimodelkan secara termodinamik pada
gambar 3.
Mbbkiln + Moilk

x2 + x4
debukiln
gaskiln
CO2kiln
H2Okiln

rotary kiln

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

Mudsekkiln
Mudprimkiln
debukilncooler
1 + debukilncooler

12-10

Gambar 3: Model aliran massa di kiln


Kiln feed yang keluar dari siklon paling bawah (X2 dan X4) merupakan salah satu massa
padatan yang menjadi input kiln. Padatan ini terdiri dari kiln feed dari siklon di atas siklon
paling bawah (dalam contoh ini siklon C2) yang tersaring oleh siklon paling bawah dan debu
dari kiln yang ikut bersama gas pembakaran menuju Calciner atau PC duct yang kemudian
kembali ke kiln lagi setelah melalui siklon terbawah.
X2 = X / 100 * (1 + debucooler + debukiln + co2rkiln * 44 / 22.4 - Ashkiln)

(53)

X4 = (1 - X / 100) * (1 + debucooler + debukiln + co2rkiln * 44 / 22.4 - Ashkiln)

(54)

X adalah prosentase massa padatan yang keluar dari siklon terbawah menuju kiln.
Massa debu dari kiln yang ikut bersama gas pembakaran menuju Calciner atau PC
duct (debukiln) harganya diasumsikan sebesar %debukiln * prodcl. Untuk konfigurasi seperti
yang dikaji dalam studi ini, massa debukiln cukup besar karena massa udara sekunder yang
masuk ke kiln (Mudsekkiln) cukup besar. Besarnya massa udara sekunder ini disebabkan
oleh tidak adanya udara dari cooler yang digunakan untuk pembakaran di In-line Calciner
atau PC duct melalui tertiary duct yang menghubungkan cooler dengan In-line Calciner atau
PC duct. Kebutuhan udara pembakaran di In-line Calciner atau PC duct diperoleh dari sisa
udara pembakaran di kiln. Dengan massa udara sekunder yang besar tentunya akan
membawa debu dalam jumlah yang besar pula.
Bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam kiln, khususnya coal (Mbbkiln)
mengandung sejumlah abu yang tersusun oleh senyawa-senyawa yang sama dengan
mineral penyusun klinker. Dengan
proses pembakaran, abu
CO2rawmixGasoutSPEnretdust
akan terpisah dengan unsur
unsur bahan bakar yang dapat terbakar seperti karbon dan hidrogen dan kemudian
bergabung dengan senyawa klinker.
Massa gas yang keluar dari kiln terdiri dari gas hasil pembakaran bahan bakar
(gaskiln), uap air (H2Obbkiln) dan CO2 hasil kalsinasi di kiln (co2rkiln).
gaskiln = Mbbkiln (1- air/100) + Moilk (1- air1/100)
Ashkiln+ ( + ) x 4,762 x 28,84

12.1.6.3.

Kilnfeed
(55)

Neraca Massa di Suspension Preheater

Distribusi aliran massa padatan dan gas di suspensoin preheater dimodelkan secara
termodinamik pada gambar 4. Kiln feed yang masuk ke dalam preheater dinotasikan dengan
R yang harganya dapat dilihat pada persamaan (8). Bahan bakar yang terdiri dari coal
(Mbbduct) dan minyak (Moild) diinjeksikan ke preheater melalui In-line Calciner
atau PC duct
MbbductMoilduct
Mudprimduct
burner. Bahan bakar ini kadarnya lebih kecil dibandingkan yang dinjeksikan
ke main burner.
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

E2

12-11

debukilnCO2kiln
H2Okiln, gaskiln

Gambar 4: Skema aliran massa di suspension preheater

Apabila dikaitkan dengan detail kiln, aliran material padatan yang keluar dari siklon terbawah
(X2 dan X4) berhubungan langsung dengan kiln, tetapi aliran gas dan padatan yang keluar
dari kiln (gaskiln, CO2kiln, dan debukiln) terhubung dengan In-line Calciner atau PC duct.
Jika diuraikan lebih lanjut, untuk debu yang terbawa gas pembakaran masuk In-line Calciner
atau PC duct (debukiln) akan bersirkulasi di antara In-line Calciner atau PC duct, siklon
terbawah, dan kiln.
Untuk padatan dan gas yang keluar dari preheater melalui siklon teratas,
penjelasannya dapat dilihat pada neraca massa global.Pembahasan detail neraca massa
suspension preheater meliputi neraca massa tiap-tiap siklon dan In-line Calciner atau PC
duct. Asumsi dan metode yang digunakan dalam menyusun neraca massa ini antara lain :
tidak ada false air, pembakaran sempurna, beberapa volatile material (sebagai akibat reaksi
kimia tambahan diluar proses klinkerisasi) diabaikan.

12.1.6.4.

Neraca Massa di In-line Calciner atau PC Duct

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-12

Untuk perhitungan detail neraca massa suspension preheater diperlukan penurunan


matematis terhadap laju material yang tersaring dan yang tak tersaring di tiap-tiap siklon.
Untuk kasus konfigurasi pada contoh ini, perhitungan dimulai dengan meninjau aliran massa
tersaring pada siklon stage 2 (siklon C2), karena variabel inilah yang pertama kali bisa
ditentukan. Variabel yang dimaksud dinotasikan dengan X6. Persamaan yang menunjukkan
besarnya harga X6 adalah :
X6 = (2 * (X2+X4) / (E1a + E1b))-debukiln + co2rduct * 44 / 22.4-co22
co22 = calc(Tmout2) * co2 * 44 / 22.4

[kg/kgcl] (56)

[kg/kgcl]

(57)

dimana calc(Tmout2) adalah besarnya energi kalsinasi yang terjadi pada siklon 2. Energi
kalsinasi ini merupakan fungsi temperatur (Tmout2) yang dapat diperoleh dari hasil
pengukuran di lapangan. Gambar 5 memperlihatkan aliran material di siklon C2 ini. Besaranbesaran yang lain pada siklon C2 seperti laju material tak tersaring serta laju massa padatan
yang masuk belum bisa ditentukan karena secara hirarki harus dihitung besaran-besaran
pada siklon terbawah (bottom cyclone) baru kemudian naik ke siklon di atasnya.
co22

C2

X6

Gambar 5: Laju massa padatan tersaring di siklon C2


Tinjauan lebih lanjut terhadap laju massa padatan tersaring ini (X6) yaitu melihat arah
alirannya. Setelah keluar dari siklon C2, X6 akan masuk ke In-line Calciner atau PC duct dan
akan bercampur dengan padatan dan gas dari kiln (debukiln, gaskiln, dan co2rkiln) serta
bahan bakar yang diumpankan ke Calciner atau PC duct.
Semua massa baik padatan maupun gas yang masuk siklon terbawah berasal dari
output Calciner atau PC duct. Dengan demikian sebelum menentukan neraca massa pada
siklon terbawah harus ditinjau terlebih dulu neraca massa di Calciner atau PC duct.
Aliran massa masuk dan keluar Calciner atau PC duct diuraikan sebagai berikut:

1. Massa masuk Calciner atau PC duct


-

massa padatan : X6 + debukiln + Mbbduct + Moild

massa gas : gaskiln + co2rkiln * 44/22.4 + H2Obbkiln

2. Massa keluar Calciner atau PC duct


INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-13

Massa yang keluar dari Calciner atau PC duct (solid) juga terdiri dari massa padatan
dan gas. Padatan yang keluar dari PC duct terdiri dari massa padatan tersaring pada siklon
C2 (X6) yang telah terkalsinasi pada Calciner atau PC duct, debu dari kiln, dan abu bahan
bakar di Calciner atau PC duct, dituliskan sbb :
solid = [X6 (co2rduct * 44/22.4 co22)] + debukiln + ashduct

(57)

dimana,
co2rduct = percalduct * co2

(58)

percalduct adalah persentase kalsinasi di Calciner atau PC duct


Gas yang keluar dari PC duct (gasduct) terdiri dari CO2 hasil kalsinasi kiln feed di PC duct,
CO2 hasil kalsinasi kiln feed di kiln, gas hasil pembakaran bahan bakar di kiln (gaskiln), dan
uap air dari bahan bakar total (Muapbb)
gasduct = co2duct + gasoutduct + Muapbb

(59)

dimana,
co2duct = (co2rduct * 44 / 22.4 - co22) + co2rkiln * 44 / 22.4

(60)

gasoutduct = (Mbbkiln + Mbbduct) * (1 - air / 100) + (Moilk + Moild) *


(1 - air1 / 100) - Ashkiln - Ashduct + (1 + 1 + ) * 4.762 * 28.84

(61)

Massa keluar Calciner atau PC duct selanjutnya akan terpisah menjadi dua aliran, yang satu
menuju siklon terbawah sebelah kiri (C1 kiri) dengan fraksi misalnya y1% dan yang sebagian
menuju siklon terbawah sebelah kanan dengan fraksi sebesar y2 = (1 - y1)% . Besarnya
harga y1 ini dihitung dari balans energi di salah satu siklon terbawah, ditentukan
proporsional terhadap laju massa kiln feed di setiap string preheater.
12.1.6.5.

Neraca Massa di Masing- masing Siklon

Dengan diketahui harga besaran-besaran pada neraca massa di Calciner atau PC


duct, maka selanjutnya akan dapat dianalisis neraca aliran massa padatan dan gas di tiaptiap siklon yang dimulai dari siklon terbawah. Laju aliran massa tiap-tiap siklon dituliskan
sebagai berikut :

Siklon C1 :
Model termodinamik aliran massa padatan masuk dan keluar siklon C1 kiri dan C1
kanan ditunjukkan oleh gambar 6.
Dari gambar 6 dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Untuk siklon C1 kiri :
Massa masuk = y1 * (solid + gasduct)
solid dan gasduct dapat dilihat pada persamaan (57) dan (59)
Massa keluar = X1 + X2 + y1 * ashduct + y1 * gasduct
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-14

X1 = (1 / E1a - 1) * X2

(62)

E1a : efisiensi siklon C1 kiri


- Untuk siklon C1 kanan :
Massa masuk = y2 * (solid + gasduct)
Massa keluar = X3 + X4 + y2 * ashduct + y2 * gasduct
X3 = (1 / E1b - 1) * X4

(63)

E1b adalah efisiensi siklon C1 kanan dan y2 = 1 y1


X1 + y1 * gasduct

X3 + y2 * gasduct

y1 *[solid + gasduct]

C1

y2 *[solid + gasduct]

X2 + y1 * ashduct

C1

X4 + y2 * ashduct

Gambar 6: Model termodinamik aliran massa siklon C1


Siklon C2 :
Model termodinamik aliran massa masuk dan keluar siklon C2 ditunjukkan oleh
gambar 7
X5 + gasduct + co22
gasoutduct
X1 + X8 + y1 * gasduct

X3 + X10 + y2 * gasduct

C2

X6

Gambar 7: Model termodinamik aliran massa siklon C2


Dari gambar 7 dapat diuraikan neraca aliran massa sebagai berikut :
Massa masuk = X1 + X3 + X8 + X10 + gasduct
Massa keluar = X6 + X5 + co22 + gasduct
X5 = (1 / E2 - 1) * X6

(64)

X8 dan X10 adalah massa padatan tersaring dari siklon C3


X8 = (X / 100) * (X6 / E2 - X1 - X3 + co22)
X10 = (1 - X / 100) * (X6 / E2 - X1 - X3 + co22)
E2 adalah efisiensi siklon C2
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-15

(65)
(66)

Siklon C3:
Model termodinamik aliran massa masuk dan keluar siklon C3 kiri dan siklon C3
kanan ditunjukkan oleh gambar 8
X7 + y3 * [gasduct + co22]
y3 * [X5 + gasduct
+ co22]+ X12

C3

X9 + y4 * [gasduct + co22]
y4 * [X5 + gasduct
+ co22]+ X14

C3

X10

X8

Gambar 8: Model termodinamik aliran massa siklon C3


- Untuk siklon C3 kiri :
Massa masuk = y3 * (X5 + gasduct + co22) + X12
Massa keluar = X7 + X8 + y3 * (gasduct + co22)
X12 adalah massa padatan tersaring dari siklon C4 kiri
X12 = (X8 + X7) - (X / 100) * X5

(67)

X7 = (1 / E3a - 1) * X8

(68)

y3 adalah fraksi massa padatan yang keluar dari siklon tingkat dua menuju siklon C3
kiri dan E3a adalah efisiensi siklon C3 kiri
- Untuk siklon C3 kanan :
Massa masuk = y4 * (X5 + gasduct + co22) + X14
Massa keluar = X9 + X10 + y4 * (gasduct + co22)
X14 adalah massa padatan tersaring dari siklon C4 kanan
X14 = (X10 + X9) - (1 - (X / 100)) * X5

(69)

X9 = (1 / E3b - 1)* X10

(70)

y4 adalah fraksi massa padatan yang keluar dari siklon tingkat dua menuju siklon
C3 kanan dan E3b adalah efisiensi siklon C3 kanan.
Siklon C4 :
Model termodinamik aliran massa masuk dan keluar siklon C4 kiri dan siklon C4
kanan ditunjukkan oleh gambar 9.
X13+ y4 * [gasduct + co22]

X11+ y3 * [gasduct + co22]


X7 + X16 + y3 *
[gasduct + co22]

C4

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

X12

X9 + X18 + y4
* [gasduct + co22]

C4

12-16

X14

Gambar 9: Model termodinamik aliran massa siklon C4


- Untuk siklon C4 kiri :
massa masuk = X7 + X16 + y3 * (gasduct + co22)
massa keluar = X11 + X12+ y3 * (gasduct + co22)
X16 adalah massa padatan tersaring dari siklon C5 kiri
X16 = (X12 + X11 - X7)

(69)

X11 = (1 / E4a - 1) * X12

(70)

E4a adalah efisiensi siklon C4 kiri.


- Untuk siklon C4 kanan :
Massa masuk = X9 + X18 + y4 * (gasduct + co22)
Massa keluar = X13 + X14 + y4 * (gasduct + co22)
X18 adalah massa padatan tersaring dari siklon C5 kanan
X18 = (X14 + X13 - X9)

(71)

X13 = (1 / E4b - 1) * X14

(72)

E4b adalah efisiensi siklon C4 kanan.


Siklon C5 (top cyclone) :
Model termodinamik aliran massa masuk dan keluar siklon C5 kiri dan siklon C5
kanan ditunjukkan oleh gambar 10

X15 + y3 * [gasduct + co22]

X17 + y4 * [gasduct + co22]

Mf1 + X11 + y3 *
[gasduct + co22]

C5

Mf2 + X13 + y4 *
[gasduct + co22]

C5

X16

Gambar 10: Model termodinamik aliran massa siklon C5

X18
5

- Untuk siklon C5 kiri :


Aliran massa padatan masuk terdiri dari kiln feed yang masuk ke siklon C5 kiri dan
massa tak tersaring dari siklon C4 kiri (X11)
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-17

Massa masuk = Mf1 + X11 + y3 * (gasduct + co22)


Massa keluar = X15 + X16 + y3 * (gasduct + co22)
Mf1 = X * R

(73)

dimana X adalah prosentase kiln feed yang diumpankan ke preheater bagian


kiri
X15 = (1 - E5a) * X16

(74)

E5a adalah efisiensi siklon C5 kiri.


- Untuk siklon C5 kanan :
Aliran massa padatan masuk terdiri dari kiln feed yang diumpankan ke siklon C5
kanan dan massa tak tersaring dari siklon C4 kanan (X13)
Massa masuk = Mf2 + X13 + y4 * (gasduct + co22)
Massa keluar = X17 + X18 + y4 * (gasduct + co22)
Mf2 = (1 X / 100) * R

(75)

X17 = (1 - E5b) * X18

(76)

E5b adalah efisiensi siklon C5 kanan

12.2.

Neraca Energi

Acuan penyusunan neraca energi termal sistem kiln adalah kaidah hukum
termodinamika I yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, hanya dapat berpindah dalam bentuk kerja (work) atau panas (heat).
Pada sistem termodinamika, terdapat dua macam sistem dasar yang dikaji, yaitu
closed system (control mass) dan open system (control volume). Analisis balans energi
(heat balance) di semua unit atau instalasi termal pabrik semen dalam studi ini
dikembangkan berdadarkan sistem control volume (volume atur).
Volume atur didefinisikan sebagai sebuah sistem dengan aliran massa dan aliran
energi melalui batas sistem seperti ditunjukkan pada gambar 4.1.
Q/t

E/t

Ei

Eo

W/t

Gambar 1: Model sistem volume atur


INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-18

Aliran energi pada gambar 1 akan digunakan sebagai model balans energi. Persamaan
balans energi, yaitu selisih antara laju energi yang memasuki sistem dikurangi laju energi
yang keluar dari sistem harus sama dengan penumpukan energi di dalam sistem dari model
pada gambar 1, secara matematik dapat ditulis sebagai:
Q
W
E

Ei t Eo t t

(1)

Untuk suatu sistem steady atau tunak, harga E/t = 0, artinya tidak terjadi perubahan energi
dalam sistem. Energi masuk (Ei) dan energi keluar (Eo) dalam persamaan di atas mencakup
energi aliran yang dibawa aliran massa (sensible heat) dan energi laten (latent heat).
Konsep termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat dinyatakan secara
mutlak, artinya energi hanya bisa didefinisikan jika dibandingkan dengan suatu tingkat
keadaan tertentu yang disebut sebagai tingkat keadaan referensi. Jika aliran massa dalam
suatu sistem mempunyai sifat (properties) yang sama, maka tingkat keadaan referensi dapat
ditentukan secara bebas, bahkan dapat langsung dibandingkan. Karena sistem dalam studi
ini bekerja dengan aliran massa yang beragam, maka harus ditentukan suatu tingkat
keadaan referensi dan diambil temperatur 0 0C sebagai referensi dalam setiap analisis
balans energi.
Untuk menyatakan energi yang dibawa aliran massa diperlukan informasi tentang
sifat-sifat zat tersebut, diantaranya ialah kalor jenis pada tekanan konstan (Cp). Kalor jenis
pada tekanan konstan didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur satu kilogram suatu zat sebesar 1

C pada tekanan tertentu. Definisi ini

mengisyaratkan suatu perbandingan yang sejalan dengan argumen sebelumnya, sehingga


energi yang dibawa aliran massa dapat didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk
menaikkan temperatur material mulai dari 0 0C sampai dengan temperatur material tersebut.
T

Secara matematis definisi di atas dapat dituliskan :

ET =

m Cp dT
i0 i

(2)
Gas,CO2, dust, H2O

12.2.1. Perhitungan Neraca Energi Global dalam Sistem Kiln


Seperti halnya pada neraca massa, algoritma perhitungan neraca energi dimulai dari
SP

sistem global dan selanjutnya pada detail sistem. Neraca energi global ini meliputi neraca
Kiln feed

energi yang masuk dan keluar sistem yang terdiri dari suspension preheater, kiln, dan grate
cooler seperti terlihat pada gambar 2.
Mbbkiln, Moilk, Mudprikiln
Mudbuang
Mbbduct,
kiln
Moild,
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA
Mudpriduct

12-19

cooler
klinker
Mudcooler

Gambar 2: Aliran massa yang membawa energi masuk dan keluar sistem kiln

Neraca energi ini akan sangat bermanfaat untuk menaksir konsumsi energi spesifik (specific
heat consumption) sekaligus mengetahui distribusi pemakaian energi. Selain konsumsi
energi spesifik, besaran utama yang ingin diketahui dari neraca energi ini adalah energi
pembentukan klinker (Enformasi).
Asumsi dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunan neraca energi ini dan
neraca energi yang lain (detail di masing-masing paralatan) adalah :
Kondisi aliran tunak (steady state)
Proses pembakaran adiabatik dan berlangsung sempurna
Prosentase kalsinasi material baku yang terjadi di suspension preheater (Percal) didekati
dengan formulasi empiris yang dikembangkan oleh UBE sebagai fungsi polinomial
pangkat dua dari temperatur material, yaitu:
Percal = A * (Tm)2 + B*Tm + C

(3)

dengan Tm adalah temperatur material baku di suatu tempat yang ingin ditaksir harga
prosentase kalsinasi yang terjadi. Temperatur mulai terjadi proses kalsinasi diestimasi
pada 700oC. Sedangkan A, B dan C merupakan konstanta yang diperoleh dari hasil
penelitian di setiap pabrik.
Kapasitas kalor gas pembakaran didekati dengan kapasitas kalor masing masing gas
penyusunnya.
Sistem global dan dan semua sistem dimodelkan sebagai volume atur dan energi yang
terlibat diklasifikasikan sebagai energi sensibel (energi yang dibawa aliran massa) dan
energi latent untuk melangsungkan proses-proses pembentukan klinker, kalsinasi, dan
perubahan fasa.
kemungkinan terjadinya reaksi-reaksi kimia tambahan diluar proses klinkerisasi diabaikan.

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-20

Harga kapasitas panas pada tekanan konstan (Cp) dikalikan dengan temperatur (T)
diambil dari handbook F.L. Smidth [7] dan buku lainnya yang relevan. Beberapa harga
(Cp*T) untuk material dan gas yang terlibat dalam proses dapat ditulis secara umum :
(Cp*T) = A + B * T2 * 10-6 + C * T3 * 10-9

(4)

di mana harga temperatur harus dinyatakan dalam derajat celsius dan

konstanta A, B,

dan C harganya ditunjukkan oleh tabel 1.


Tabel 1: Harga konstanta A, B, dan C untuk persamaan (4)
No

Material

Rawmix

0,206

101

-0,37

Clinker

0,186

54

Batubara

0,262

390

Udara

0,237

23

CO2

0,196

118

-43

O2

0,218

30

Uap air

0,443

39

28

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas maka neraca energi global dapat diuraikan sebagai
berikut :
Energi masuk sistem terdiri dari :

Kalor sensibel yang dibawa oleh aliran massa masuk sistem. Secara umum, energi
sensibel aliran massa adalah sebesar :
Esen T =

Ti

mi CpidT

(5)

Dengan mengambil temperatur 0 oC sebagai temperatur referensi, maka semua kalor


sensibel dapat dinyatakan sesuai dengan persamaan di atas. Pengambilan temperatur 0
0

C sebagai temperatur referensi ini sekaligus mengatakan bahwa semua zat yang

berwujud tidak berenergi atau mempunyai kandungan energi yang sama besar pada
temperatur referensi ini. Selain itu juga mengingat bahwa proses produksi semen
berlangsung pada temperatur di atas 0oC.
Kalor sensibel yang dibawa aliran massa masuk sistem kiln global terdiri dari :

Kalor sensibel udara pendingin masuk cooler (Enudcooler). Dengan asumsi


temperatur udara pendingin sama dengan temperatur udara sekitar,

besaran ini

ditentukan oleh Mudcooler dan Tamb.


Enudcooler = Mudcooler * Cud * Tamb
dimana Cud adalah kalor spesifik udara pada tekanan tetap.
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-21

(6)

Kalor sensibel dari udara bocor masuk cooler (Encoolerfalseair). Temperatur udra ini
juga diasumsikan sama dengan temperatur udara sekitar
Encoolerfalseair = coolerfalseair * Cud * Tamb

(7)

Kalor sensibel bahan bakar kering masuk ke In-line Calciner atau PC Duct burner
dan main burner (Ebduct dan Ebkiln). Besaran ini ditentukan oleh Mbbkiln, Moilk,
Mbbduct, Moild, dan Tbb dan diformulasikan :
Ebkiln = ( Mbbkiln * (1 air /100) + Moilk * (1 air1/100)) * Cbb * Tbb

(8)

Ebduct= ( Mbbduct * (1 air /100) + Moild * (1 air1/100)) * Tbb

(9)

Eb = Ebkiln + Ebduct
(10)
dimana air dan air1 adalah prosentase kadar air dalam bahan bakar batu bara dan
IDO, dan adalah kalor spesifik bahan bakar pada tekanan tetap.

Kalor sensibel kiln feed (Enmf). Energi ini ditentukan oleh Mftotal dan Tmf
Enmf = Mftotal * (1 - H2OR / 100) * Cmf * Tmf

(11)

dengan H2OR adalah persentase kandungan air dalam kiln feed sedangkan Cmf
adalah kalor spesifik material baku (kiln feed).

Kalor sensibel udara primer masuk kiln dan In-line Calciner atau PC Duct (kalor total
dinyatakan dengan Enupri). Dengan asumsi temperatur udara primer sama dengan
temperatur batu bara, energi ini ditentukan oleh Mudprikiln, Mudpriduct, dan Tudprimer.
Enudpri = (Mudprikiln + Mudpriduct) * Cud * Tudprimer

(12)

Kalor sensibel uap air yang terkandung dalam kiln feed (EnH2Okilnfeed) yang
besarnya adalah:
EnH2Okilnfeed = H2OR * Mftotal * Cair * Tmf

(13)

Cair adalah kalor spesifik air yang terkandung dalam material baku (kiln feed).

Kalor sensibel uap air yang terkandung dalam bahan bakar coal (Enuapcoal) dan
bahan bakar IDO (Enuapoil)
Enuapcoal = air/100 * (Mbbkiln + Mbbduct) * Cair * Tbb
Enuapoil = air1/100 * (Moilk + Moild) * Cair * Tbb

(14)
(15)

Kalor laten bahan bakar yang masuk ke In-line Calciner atau PC Duct burner dan main
burner (Epduct dan Epkiln), dirumuskan sebagai berikut:
Epduct = nhvcoal * Mbbduct + nhvido * Moild

(16)

Epkiln = nhvcoal * Mbbkiln + nhvido * Moilk

(17)

dimana, nhvcoal
nhvido

: nilai kalor bahan bakar batu bara


: nilai kalor bahan bakar IDO

Jumlah dari Epduct dan Epkiln ini sebenarnya yang disebut dengan specific heat
consumption (SHC). SHC - sebagai parameter utama yang diestimasi dalam diktat ini
dinyatakan sebagai jumlah kalor bahan bakar yang diinjeksikan ke main burner dan InINSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-22

line Calciner atau PC duct burner untuk menghasilkan satu kilogram klinker, karena
Mbbkiln dan Mbbduct adalah massa bahan bakar yang dibutuhkan untuk proses produksi
per kg klinker yang dihasilkan.
Energi keluar sistem terdiri dari :

Energi total pembentukan per kg klinker (Enformasi) yaitu merupakan resultan dari energi
kalsinasi dan energi klinkerisasi. F.L Smitdh telah mempublikasikan bahwa tidak semua
reaksi kimia pembentukan mineral-mineral klinker memerlukan energi (endoterm) dan
bahkan secara keseluruhan justru eksotermis (menghasilkan kalor) sehingga energi
satuan total pembentukan klinker nilainya tidak sebesar energi kalsinasi. Energi formasi
klinker ini diformulasikan sebagai berikut :
Enformasi = CaCO3 * 7.646 + MgCO3 * 6.48 + Al2O3 * 4.11
- SiO2 * 5.176 - Fe2O3 * 0.59

(18)

dimana CaCO3, MgCO3, Al2O3, SiO2, dan Fe2O3 berturut-turut adalah prosentase material
tersebut di dalam kiln feed (rawmix). Dengan formulasi ini energi formasi akan bervariasi
antara 396 450 kkal, tergantung pada kualitas bahan baku dan semen yang dihasilkan

Energi losses melalui kiln shell (kilnloss), dinding tiap siklon (SPLoss) dari suspension
preheater, dinding In-line Calciner atau PC Duct (Ductloss), dan dinding grate cooler
(coolerloss) yang merupakan kombinasi radiasi dan konveksi. Besaran utama yang
menyusunnya adalah temperatur kiln shell, temperatur dinding-dinding siklon, temperatur
dinding In-line Calciner

atau PC Duct, dan temperatur dinding grate cooler yang

bervariasi atau berfluktuasi. Dengan mengambil harga temperatur rata-ratanya, maka


secara umum losses (rugi-rugi energi radiasi dan konveksi) dirumuskan oleh F.L. Smitdh
sebagai berikut:

Trat Tamb
6
4
4

L = 4 * 10 * ( Trat Tamb ) 80,33 *


2

0,724


* (Trat Tamb )1,333

A surface * 24

prodcl * 1000

(19)

Energi penguapan air (evaporasi / latent) yang terkandung di dalam kiln feed (EstmKF)
dan bahan bakar (EstmBB). Menurut F.L Smitdh, energi penguapan untuk air bebas pada
00C adalah sekitar 597 kcal/kg air. Dengan mengabaikan perbedaan tekanan dalam
siklon dan ruang bakar, energi penguapan air dalam kiln feed dan bahan bakar adalah
sebesar:
EstmKF = H2OR/100 * Mftotal * 597

(20)

EstmBB = (air /100 * (Mbbkiln + Mbbduct) + air1/100


* ( Moilk + moild)) * 597

(21)

Kalor laten CO yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar (EnCo)

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-23

EnCO = COsp / 100 * gasduct * 2995

(22)

dimana COsp adalah prosentase CO di dalam gas yang keluar dari siklon paling atas.

Kalor sensibel yang dibawa aliran massa keluar sistem terdiri dari:

Kalor sensibel gas keluar dari siklon teratas. Energi ini terdiri dari kalor sensibel gas
pembakaran (EngasoutSP), kalor sensibel CO2 hasil dari reaksi kalsinasi (EnCO2),
dan kalor sensibel uap air dari kiln feed dan bahan bakar yang keluar dari suspension
preheater (Enuapout). Nilai dari masing-masing besaran tersebut:
EngasoutSP = ((Mbbkiln + Mbbduct)* (1 air/100) + (Moilk + Moild)
(1 - air1/100) + Mudkiln + Mudpriduct Ashkiln Ashduct))
* Cpgas * Tgout5
EnCO2

(23)

= CO2 * CpCO2 * Tgout5


(24)

Enuapout

= ((H2OR * RMCLF) + ((air/100) * (Mbbkiln + Mbbduct) +


(air1/100) * (Moilk + Moild))) * Cpair * Tgout5

(25)

Tgout5 ini merupakan temperatur rata-rata gas keluar siklon C5 kiri dan C5 kanan.
Kalor sensibel klinker keluar dari cooler (Enklinker), ditentukan oleh temperatur klinker

Tklinker. Dalam pemodelan ini, kandungan energi semua kualitas klinker yang mungkin
dihasilkan didekati dengan nilai kapasitas panas jenis (masih dalam fungsi temperatur)
yang sama.
Enklinker = Cpklink * Tklinker

(26)

Kalor sensibel sisa udara pendingin yang dibuang ke atmosfer (Enudbuang). Besaran

utama pembentuknya adalah Mudbuang dan Tudbuang. Pengaruh energi ini terhadap
konsumsi energi sangat signifikan sehingga perlu diidentifikasi dengan tepat. Jika
dilakukan pendalaman lagi, besaran ini tidaklah independen, namun terkait dengan
proses pembakaran.
Enudbuang = Mudbuang * Cpud * Tudbuang

(27)

Kalor sensibel padatan tak tersaring oleh siklon teratas (Enretdust). Diasumsikan

bahwa temperatur padatan ini sama dengan temperatur gas keluar dari siklon
sehingga energi ini ditentukan
EngasoutSP +oleh
EnCO2out
massa
+ aliran retdust (singkatan dari return dust)
Enretdust + Enuapout

dan Tgout5.

Enretdust = retdust * Cpmf * Tgout5

(28)

SP

Untuk lebih jelasnya aliran energi masuk dan keluar sistem kiln secara global dapat dilihat
pada Enmf
gambar 3.
SPloss
Ebkiln + Epkiln + Enuapcoalkiln +
Enuapoilkiln + Enudprikiln

Ebduct + Epduct +
kiln
Enuapcoalduct +
INSTITUT
SEMEN
Enuapoilduct
+ DAN BETON INDONESIA
Enudpriduct
Kilnloss

Enudbuang
12-24

cooler
Enklinker

coolerloss

Enudcooler + Encoolerfalseair

Gambar 3: Model skematik neraca energi global sistem kiln

12.2.3. Perhitungan Neraca Energi di Masing-masing Peralatan Utama


12.2.3.1. Neraca Energi di Grate Cooler
Evaluasi neraca energi di cooler didasarkan pada aliran massa masuk dan keluar cooler
serta beberapa asumsi, diantaranya ialah :
Di dalam cooler klinker hanya mengalami pendinginan dan tidak terjadi perubahan fasa
dari cair ke padatan. Jadi, kalor yang saling dipertukarkan hanya untuk pemanasan dan
pendinginan (tidak diperlukan atau dibebaskan kalor laten)
Keberadaan mineral-mineral klinker masuk cooler yang berfasa cair diabaikan mengingat
persentasenya yang sangat kecil (tidak terjadi proses perubahan fasa di cooler)
Udara pendingin yang disuplai oleh fan yang berbeda-beda mempunyai kondisi awal
yang sama
Energi yang dibawa debu yang ikut bersama udara sisa diperhitungkan sebagai produk
klinker
Asumsi asumsi umum seperti telah disebutkan dalam evaluasi neraca global
Berdasarkan atas asumsi-asumsi di atas, neraca energi cooler seperti ditunjukkan gambar 4
dapat diuraikan sebagai berikut :
Enudsekkiln

Enudbuang

Endebukilncooler
Enklink

grate cooler

Encoolerfalseair

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

Enudcooler

12-25

Enklinker

Gambar 4.3 : Model skematik neraca energi di cooler


Energi masuk :
Kalor sensibel klinker yang keluar dari kiln masuk cooler (Enklink).
Klinker yang keluar dari kiln ini sudah mengandung debu yang bersirkulasi di antara kiln
dan cooler. Energi klinker saat memasuki cooler (jatuh dari kiln) dirumuskan sebagai:
Enklink = (1 + debucoolerkiln) * Cpklink * Tklink

(29)

Kalor sensibel udara pendingin cooler (Enudcooler)


Enudcooler

ini

dibentuk

oleh

Mudcooler

dan

temperatur

lingkungan

(Tamb).

Perumusannya dapat dilihat pada persamaan (6).


Kalor sensibel cooler false air (Encoolerfalseair)
Besarnya dapat dilihat pada persamaan (7)
Energi keluar :
1. Kalor sensibel klinker keluar cooler (Enklinker)
Energi ini merupakan energi yang dibawa oleh satu kilogram klinker meninggalkan
cooler, besarnya dapat dilihat pada persamaan (26).
2. Kalor sensibel udara sekunder yang masuk kiln (Enudsekkiln)
Enudsekkiln = Mudsekkiln * Cpud * Tudsekkiln
Massa udara sekunder kiln (Mudsekkiln) telah dibahas pada modul

(30)
neraca massa,

sedangkan temperatur udara sekunder harganya diperoleh dari hasil pengukuran di


lapangan
3. Kalor sensibel debu yang terbawa udara sekunder ke kiln (Endebukilncooler).
Debu ini adalah debu yang bersirkulasi di antara cooler dan kiln (debucoolerkiln).
Endebukilncooler = %debukilncooler * Cpklink * Tudsekkiln

(31)

Perlu digarisbawahi bahwa temperatur debucoolerkiln yang menyusun besaran energi ini
adalah temperatur udara sekunder, sedangkan temperatur debucoolerkiln yang berasal
dari kiln menuju cooler adalah sama dengan temperatur klinker yang membawanya.
4. Kalor sensibel udara sisa yang keluar dari cooler (Enudbuang).
Besaran energi ini tersusun oleh massa udara buang (Mudbuang) dan temperatur udara
sisa (Tudbuang) dan harganya dapat dilihat pada persamaan (27).
5. Energi losses yang keluar dari dinding cooler (Coolerloss)
Besarnya dihitung berdasarkan persamaan rugi-rugi radiasi dan konveksi pada
persamaan (19).
12.2.3.2. Neraca Energi di Rotary Kiln
Asumsi yang digunakan dalam evaluasi neraca energi di kiln ini antara lain :
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-26

Energi untuk melangsungkan reaksi kimia hanya digunakan untuk penyempurnaan


kalsinasi dan klinkerisasi. Artinya, energi yang dibebaskan atau diperlukan untuk
melangsungkan reaksi-reaksi kimia lain diabaikan.

Proses

pencairan

rawmix

berlangsung

di

dalam

kiln,

demikian

juga

proses

kondensasinya (transformasi kembali ke fasa padat). Asumsi lain yang menyertainya


adalah persentase fasa cair dari rawmix masuk kiln dapat diabaikan.

Senyawa volatile material hanya bersirkulasi sekali.

Asumsi-asumsi lain sebagaimana yang digunakan dalam balans energi global.

Berdasarkan atas asumsi-asumsi di atas, neraca energi di kiln seperti yang ditunjukkan pada
gambar 5 dapat diuraikan sebagai berikut :
Energi masuk :
1. Kalor sensibel material keluar dari suspension preheater menuju kiln (Enmatout1a dan
Enmatout1b).
Enmatout1a dibentuk oleh X2 dan Tmout1a, jadi sudah mencakup debu-debu sirkulasi.
Enmatout1a menunjukkan jumlah total energi yang terkandung dalam X2 mengingat
material penyusun X2 mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda. Demikian juga halnya
Enmatout1b yang dibentuk oleh X4, menunjukkan jumlah total energi yang terkandung
dalam X4.
Enmatout1a = X2 * Cpmf * Tmout1a

(32)

Enmatout1b = X4 * Cpmf * Tmout1b

(33)

Ebkiln+ Epkiln + Enuapoilkiln +


Enuapcoalkiln

Enmatout1a Enmatout1b

Enudsekkiln

Endebukiln

Engaskiln
EnCO2kiln
EnH2OSPin

Enudprikiln

rotary kiln

Endebukilncooler
Enklink

Kilnloss

Gambar 5 : Model skematik neraca energi di kiln


2. Kalor sensibel bahan bakar masuk kiln (Ebkiln)
Harga Ebkiln ini dapat dilihat pada persamaan (8)

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-27

3. Kalor sensibel uap air yang terkandung dalam bahan bakar coal (Enuapcoalkiln) dan
bahan bakar IDO (Enuapoilkiln) yang diinjeksikan ke kiln
Enuapcoalkiln = (air/100) * Mbbkiln * Cpair * Tbb

(34)

Enuapoilkiln = (air1/100) * Moilk * Cpair * Tbb

(35)

4. Kalor reaksi pembakaran atau disebut dengan kalor laten (Epkiln)


Harga Epkiln ini dapat dilihat pada persamaan (17)
5. Kalor sensibel udara primer dan udara sekunder masuk kiln
Enudprikiln = Mudprikiln * Cpud * Tudprimer

(36)

Enudsekkiln = Mudsekkiln * Cpud * Tudsekkiln

(37)

6. Kalor sensibel debu sirkulasi antara kiln dan cooler (Endebukilncooler) yang masuk kiln.
Harga Endebukilncooler ini dapat dilihat pada persamaan (31)

Energi keluar :
1. Kalor sensibel gas-gas yang keluar kiln menuju preheater, terdiri dari kalor sensibel gas
pembakaran (Engaskiln), kalor sensibel CO2 yang dihasilkan oleh reaksi kalsinasi rawmix
di kiln (EnCO2kiln), dan kalor sensibel H2O yang terkandung dalam bahan bakar yang
keluar dari kiln (EnH2OSPin). Energi gas-gas ini besarnya sangat bergantung pada
temperatur gas yang keluar kiln (Tgkiln)
Engaskiln = (Mbbkiln * (1 - air/100) + Moilk * (1 air1/100)
+ Mudkiln Ashkiln) * Cpgas * Tgkiln

(38)

EnCO2kiln = CO2kiln * CpCO2 * Tgkiln

(39)

EnH2OSPin = ((air/100) * Mbbkiln + (air1/100) * Moilk) * Cpair * Tgkiln

(40)

2. Kalor sensibel debu sirkulasi di antara kiln dan suspension preheater (Endebukiln) yang
besarnya juga tergantung pada Tgkiln
Endebukiln = %debukiln * Cpmf * Tgkiln

(41)

3. Kalor sensibel klinker masuk cooler (Enklink)


Harga Enklink ini dapat dilihat pada persamaan (29)
4. Losses melalui kiln shell (kilnloss), diestimasi dengan persamaan empiris seperti telah
disebutkan dalam persamaan (19).
5. Kalor laten untuk melangsungkan reaksi kalsinasi lanjutan (Enkalsikiln) dan klinkerisasi
(Enklinkerisasi), dirumuskan sebagai berikut :
Enkalsikiln = co2rkiln / co2 * et

(42)

et = 387 * KFtersaring * 24 / prodcl * (CaOR / 56 + MgOR / 40.3)

(43)

dimana et adalah energi kalsinasi total


Enklinkerisasi = Enformasi (Enkalsikiln + Enkalsiduct)

(44)

6. Kalor laten untuk evaporasi senyawa alkali di kiln (Evalkali)


Evalkali = EvK2O + EvNa2O
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

(45)
12-28

dimana EvK2O dan EvNa2O masing-masing adalahenergi evaporasi K2O dan Na2O per
kg klinker yang terbentuk, yang harganya dapat dicari dari literatur yaitu sekitar 7,5
kkal/kg klinker.
12.2.3.3. Neraca Energi di Suspension Preheater
Asumsi yang digunakan dalam evaluasi neraca energi di suspension preheater ini antara lain

Kondensasi alkali hanya terjadi di Calciner atau PC Duct, jadi belum ada alkali yang
menguap di suspension preheater.

Tidak ada volatile material yang bersirkulasi selain alkali

Perbedaan tekanan di dalam kiln dan suspension preheater diabaikan sehingga kalor
penguapan alkali dapat diwakili oleh harga seperti yang telah disebut di atas

Asumsi-asumsi umum lainnya sebagaimana neraca global.

Neraca energi suspension preheater ditunjukkan pada gambar 6.

EngasoutSPEnCO2Enuapout Enretdust

Enmf

SPloss

Enmatout1a

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA


12-29
Endebukiln EnCO2kiln

Engaskiln EnH2OSPin

Enmatout1b

Ebbduct, Epduct
Enuapcoalduct Enuapoilduct
Enudprimduct

Gambar 6: Model skematik neraca energi di suspension preheater


Energi masuk
1. Kalor sensibel kiln feed yang diumpankan ke preheater (Enmf)
Harga Enmf ini dapat dilihat pada persamaan (11).
2. Kalor sensibel bahan bakar yang berupa coal dan IDO yang diijeksikan ke In-line
Calciner atau PC Duct burner (Ebduct) yang harganya dapat dievaluasi dengan
menggunakan persamaan (9).
3. Kalor sensibel uap air yang terkandung dalam bahan bakar yang diinjeksikan ke PC Duct
burner tersebut (Enuapcoalduct dan Enuapoilduct)
Enuapcoalduct = (air/100) * Mbbduct * Cpair * Tbb
Enuapoilduct = (air1/100) * Moild * Cpair * Tbb

(46)
(47)

4. Kalor laten bakan bakar yang dinjeksikan ke In-line Calciner atau PC Duct burner
(Epduct) yang dievaluasi berdasarkan persamaan (16).
5. Kalor sensibel udara primer masuk In-line Calciner atau PC Duct (Enudpriduct). Udara ini
masuk ke In-line Calciner atau PC Duct burner bersama-sama bahan bakar dan biasa
disebut dengan conveying air.
Enudpriduct = Mudpriduct * Cpud * Tudprimer

(48)

6. Kalor sensibel gas-gas yang keluar kiln menuju preheater, terdiri dari kalor sensibel gas
pembakaran (Engaskiln), kalor sensibel CO2 yang dihasilkan oleh reaksi kalsinasi rawmix
di kiln (EnCO2kiln), dan kalor sensibel H2O yang terkandung dalam bahan bakar yang
keluar dari kiln (EnH2OSPin). Masing-masing harganya dapat dilihat pada persamaan
(38), (39), dan (40).
7. Kalor sensibel debu sirkulasi di antara kiln dan suspension preheater (Endebukiln). Lihat
persamaan (41).
8. Kalor laten untuk sublimasi senyawa alkali di suspension preheater. Besar kalor laten ini
sama dengan kalor laten untuk evaporasi senyawa alkali di kiln karena senyawa alkali ini
bersirkulasi di antara preheater dan kiln yaitu sebesar hasil evaluasi pada persamaan
(45).

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-30

Energi keluar :
1. Kalor sensibel padatan tak tersaring oleh siklon teratas (Enretdust) harganya dievaluasi
berdasarkan persamaan (28).
2. Kalor sensibel gas keluar dari siklon teratas. Energi ini terdiri dari kalor sensibel gas
pembakaran (EngasoutSP), kalor sensibel CO2 hasil dari reaksi kalsinasi kiln feed
(EnCO2), dan kalor sensibel uap air dari kiln feed dan bahan bakar yang keluar dari
suspension preheater (Enuapout)
Harganya masing-masing dapat dilihat pada persamaan (23), (24), dan (25).
3. Kalor sensibel material keluar dari suspension preheater menuju kiln (Enmatout1a dan
Enmatout1b), yang untuk konfigurasi suspension preheater seperti contoh ini nilainya
dapat dievaluasi dengan persamaan (32) dan (33).
4. Kalor laten untuk melangsungkan reaksi kalsinasi (EnkalsiSP)
EnkalsiSP = (1 - co2rkiln / co2) * et

(49)

Dimana co2rkiln dan co2 adalah berturut-turut laju massa CO 2 yang berasal dari hasil
kalsinasi rawmix di kiln dan laju massa CO 2 total yang berasal dari rawmix yang
terkalsinasi per kg klinker.
5. Kalor laten CO yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar (enCO), yang nilainya
dievaluasi dari persamaan (22).
6. Energi penguapan air (evaporasi/latent) yang terkandung di dalam kiln feed (EstmKF)
dan bahan bakar yang masuk In-line Calciner atau PC Duct burner (EstmBBsp)
Harga EstmKF dapat dilihat pada persamaan (20), sedangkan untuk EstmBBsp dapat
dievaluasi dengan persamaan berikut:
EstmBBsp = ((air /100) * Mbbduct + (air1/100) * moild) * 597

(50)

7. Energi radiasi dan konveksi (losses) melalui dinding tiap siklon dan dinding In-line
Calciner atau PC Duct (SPLoss) yang besarnya diestimasi berdasarkan persamaa (19).
12.2.3.4. Lebih Lanjut Detail Neraca Energi di Suspension Preheater
12.2.3.4.1. Neraca Energi di PC Duct
Seperti halnya pada neraca massa, analisis neraca energi pada suspension
preheater dimulai dari In-line Calciner atau PC duct. Asumsi yang diambil sama dengan yang
berlaku di suspension preheater.
Energi yang masuk ke In-line Calciner atau PC duct hampir sama dengan energi
yang masuk ke suspension preheater, kecuali energi sensibel dari kiln feed yang
diumpankan pada siklon teratas. Energi lainnya selain seperti pada suspension preheater
adalah energi sensibel material padatan tersaring dari siklon C2 (Enmatout2) yang besarnya
adalah:
Enmatout2 = X6 x Cpmf x Tmout2
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-31

(51)

Untuk energi yang keluar dari In-line Calciner atau PC Duct secara detail dapat diuraikan
sbb:
1. Energi sensibel gas-gas hasil pembakaran bahan bakar di kiln dan In-line Calciner atau
PC duct yaitu:
Engasoutduct = gasoutduct * Cpgas * Toutduct
Temperatur keluaran dari alat ini (Toutduct)

(52)

harganya tidak diketahui (tidak terukur).

Dengan metode iterasi harga temperatur ini dapat dihitung. Harga gasoutduct dapat
dilihat pada persamaan yangmembahas neraca massa (modul 4).
2. Energi sensibel CO2 hasil reaksi kalsinasi kiln feed di kiln dan di In-line Calciner atau PC
duct yaitu:
Enco2outduct = co2duct * Cpco2 * Toutduct

(53)

Harga co2duct dapat dilihat pada persamaan perhitungan neraca massa (modul4).
3. Energi sensibel uap air yang berasal dari penguapan bahan bakar yang dibakar di kiln
dan di In-line Calciner atau PC duct burner
EnH2Ooutduct = Muapbb * Cpair * Toutduct

(54)

4. Energi sensibel material padatan yang keluar dari In-line Calciner atau PC duct. Material
ini merupakan campuran dari material padatan yang tersaring di siklon C2 yang masuk
ke In-line Calciner atau PC duct dan telah mengalami kalsinasi, debu sirkulasi dari kiln,
dan abu yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar yang diinjeksikan ke Calciner
atau PC duct.
Endebuduct = [X6 + debukiln + ashduct (co2rduct * 44/22.4 - co22)]
* Cpmf * Toutduct

(55)

5. Energi kalsinasi di In-line Calciner atau PC duct burner


Enkalsiduct = (co2rduct * 44 / 22.4 - co22) / (co2 * 44 / 22.4) * et

(56)

6. Energi radiasi dan konveksi dari In-line Calciner atau PC duct.


Energi ini dihitung berdasarkan persamaan (19).
12.2.3.4.2. Neraca Energi di Masing-masing Siklon
Aliran

energi

di

masing-masing

stage

preheater

sebagian

besar

hanya

mendefinisikan kalor sensibel yang terbawa oleh aliran massa. Tujuan yang ingin dicapai
dari neraca energi tiap stage ini adalah mengetahui ketersediaan energi untuk menaikkan
temperatur material dari temperatur feeding sampai temperatur material keluar secara
bertahap. Tahapan-tahapan itu dijembatani dengan evaluasi energi di tiap stage siklon.
Formulasi formulasi yang digunakan untuk setiap stage suspension preheater ditunjukkan
pada evaluasi neraca detail di masing-masing siklon seperti yang akan diuraikan di bawah
ini. Selain hal itu, apabila di masing-masing siklon ini diketahui pola aliran energi dan
neracanya, maka kita dapat menilai kinerja termal dari setiap siklon. Dengan demikian
kecenderungan menurunnya kinerja termal dapat diramalkan, yang hal ini sangat penting
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-32

apabila dikaitkan dengan perawatan alat disamping berkaitan dengan konsumsi energi
termal serta program pengiritan energi termal yang akan dilakukan.
Pemetaan detail mengenai aliran energi untuk setiap siklon juga akan bermanfaat
bagi kitasemua khususnya untuk menganalisis kemana saja aliran energi di setiap siklon,
berapa efisiensi perpindahan panas yang terjadi dan berapa rugi-rugi radiasi yang terjadi
dapat diketahui setiap auditing dilakukan. Dengan demikian perencanaan perawatan dapat
dilakukan dengan lebih terstruktur. Sebagai contoh, gambar 7 memperlihatkan skema aliran
energi di setiap siklon untuk konfigurasi seperti yang digambarkan pada contoh kasus ini.

Endebu1b + Engasout1b +
Enco2out1b + EnH2Oout1b

Endebu1a + Engasout1a +
Enco2out1a + EnH2Oout1a

y1*[Engasoutduct+
EnCO2outduct +
EnH2Ooutduct +
Endebuduct]

C1

y2 *[Engasoutduct +
EnCO2outduct +
EnH2Ooutduct +
Endebuduct]

C1

C1bloss

C1aloss
Enmatout1a

Enmatout1b

Endebu2, Engasout2,
EnCO2out2, EnH2Oout2
Enmatout3a, Endebu1a,
Engasout1a, Enco2out1a,
EnH2Oout1a

Enmatout3b, Endebu1b,
Engasout1b, Enco2out1b,
EnH2Oout1b

C2

C2loss

Enmatout2

Endebu3a + Engasout3a +
EnCO2out3a + EnH2Oout3a

C3

Endebu3a + Engasout3a +
EnCO2out3a + EnH2Oout3a
y3 * [Endebu2 +
Engasout2 +
EnCO2out2 +
EnH2Oout2] +
Enmatout4a

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

C3aloss

Enmatout3a

y4 * [Endebu2 +
Engasout2 +
EnCO2out2 +
EnH2Oout2] +
Enmatout4b
12-33

C3

C3bloss
Enmatout3b

Endebu4b+ Engasout4b +
EnCO2out4b + EnH2Oout4b

Endebu4a + Engasout4a +
EnCO2out4a + EnH2Oout4a
Enmatout5a +
Endebu3a +
Engasout3a +
EnCO2out3a +
EnH2Oout3a

C4

Enmatout5b +
Endebu3b +
Engasout3b +
EnCO2out3b+
EnH2Oout3b

C4

C4bloss

C4aloss

Enmatout4b

Enmatout4a
Endebu5a + Engasout5a +
EnCO2out5a + EnH2Oout5a

Endebu5b+ Engasout5b +
EnCO2out5b + EnH2Oout5b
Enmf1 + Endebu4a
+ Engasout4a +
EnCO2out4a +
EnH2Oout4a

C5

Enmf2 + Endebu4b
+ Engasout4b +
EnCO2out4b+
EnH2Oout4b

C5aloss

C5
C5bloss

Enmatout5a

Enmatout5b

Gambar 7: Model skematik neraca energi di masing-masing siklon


1. Siklon C1 kiri
a. Aliran energi masuk:
Aliran energi yang masuk ke siklon C1 kiri ini semuanya berasal dari energi sensibel
material padatan, gas-gas hasil pembakaran, CO2, dan H2O yang keluar dari In-line Calciner
atau PC duct dengan fraksi sebesar y1.
b. Aliran energi keluar
1. Energi gas hasil pembakaran
Engasout1a = y1 * gasoutduct * Cpgas * Tgout1a

(57)

2. Energi debu tersaring menuju kiln


Enmatout1a = X2 * Cpmf * Tmout1a

(58)

Energi debu tak tersaring tersaring menuju siklon di atasnya


Endebu1a = X1 * Cpmf * Tmout1a

(59)

Energi sensibel gas CO2 dari kalsinasi kiln feed


INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-34

EnCO2out1a = y1 * co2duct * Cpco2 * Tgout1a

(60)

Energi sensibel uap air dari bahan bakar


EnH2Oout1a = y1 * Muapbb * Cpair * Tgout1a

(61)

Energi radiasi
Energi radiasi siklon C1 kiri adalah merupakan sebagian dari energi radiasi
suspension preheater secara keseluruhan. Besarnya dihitung berdasarkan persamaan
(19).
2. Siklon C1 kanan
a. Aliran energi masuk:
Aliran energi yang masuk ke siklon C1 kanan ini semuanya berasal dari energi
sensibel material padatan, gas-gas hasil pembakaran, CO 2, dan H2O yang keluar dari In-line
Calciner atau PC duct dengan fraksi sebesar y2.
b. Aliran energi keluar
1. Energi gas hasil pembakaran
Engasout1b = y2 * gasoutduct * Cpgas * Tgout1b

(62)

2. Energi debu tersaring menuju kiln


Enmatout1b = X4 * Cpmf * Tmout1b

(63)

3. Energi debu tak tersaring tersaring menuju siklon di atasnya


Endebu1b = X3 * Cpmf * Tmout1b

(64)

4. Energi sensibel gas CO2 dari kalsinasi kiln feed


EnCO2out1b = y2 * co2duct * Cpco2 * Tgout1b

(65)

5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar


EnH2Oout1b = y2 * Muapbb * Cpair * Tgout1b

(66)

6. Energi radiasi
Energi radiasi siklon C1 kiri adalah merupakan sebagian dari energi radiasi suspension
preheater secara keseluruhan. Besarnya dihitung berdasarkan persamaan (19).
3. Siklon C2
a. Aliran energi masuk:
1. Energi sensibel material padatan tersaring oleh siklon di atasnya
Enmatout3a = X8 * Cpmf * Tmout3av

(67)

Enmatout3b = X10 * Cpmf * Tmout3b

(68)

2. Energi sensibel debu tak tersaring dari siklon di bawahnya, yaitu Endebu1a dan
Endebu1b
3. Energi sensibel gas dari siklon di bawahnya, yaitu Engasout1a dan Engasout1b
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-35

4. Energi sensibel gas CO2 dari siklon di bawahnya, yaitu EnCO2out1a dan EnCO2out1b
5. Energi sensibel uap air dari siklon di bawahnya, yaitu EnH2Oout1a dan EnH2Oout1b
b. Aliran energi keluar
1. Energi sensibel gas hasil pembakaran
Engasout2 = gasoutduct * Cpgas * Tgout2

(69)

2. Energi sensibel debu tak tersaring


Endebu2 = X5 * Cpmf * Tgout2

(70)

3. Energi sensibel material tersaring menuju In-line Calciner atau PC Duct


Enmatout2 = X6 * Cpmf * Tmout2

(71)

4. Energi sensibel gas CO2 dari kalsinasi kiln feed


EnCO2out2 = CO2 * Cpco2 * Tgout2

(72)

CO2 yang keluar dari siklon C2 adalah CO2 total hasil kalsinasi kiln feed karena di siklon
C2 inilah diasumsikan pertamakali terjadi kalsinasi.
5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar
EnH2Oout2 = Muapbb * Cpair * Tgout2

(73)

6. Energi kalsinasi di siklon C2


Enkalsi2 = co22 / (co2 * 44 / 22.4) * et

(74)

7. Energi radiasi
Besarnya dihitung berdasarkan persamaan (19).
4. Siklon C3 kiri
a. Aliran energi masuk:
1. Energi sensibel material tersaring oleh siklon di atasnya :
Enmatout4a = X12 * Cpmf * Tmout4a

(75)

2. Energi sensibel debu tak tersaring dari siklon C2 yaitu sebesar y3 * Endebu2
3. Energi sensibel gas dari siklon C2 yaitu sebesar y3 * Engasout2
4. Energi sensibel gas CO2 dari siklon C2 yaitu sebesar y3 * EnCO2out2
5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar yaitu sebesar y3 * EnH2Oout2
b. Aliran energi keluar
1. Energi sensibel gas hasil pembakaran
Engasout3a = gasoutduct * Cpgas * Tgout3a

(76)

2. Energi sensibel debu tak tersaring


Endebu3a = X7 * Cpmf * Tgout3a

(77)

3. Energi sensibel material tersaring menuju siklon C2


Enmatout3a = X8 * Cpmf * Tmout3a

(78)

4. Energi sensibel gas CO2 dari kalsinasi kiln feed


INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-36

EnCO2out3a = y3 * CO2 * Cpco2 * Tgout3a

(79)

5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar


EnH2Oout3a = y3 * Muapbb * Tgout3a

(80)

6. Energi radiasi
Besarnya dihitung berdasarkan persamaan 4.18
5. Siklon C3 kanan
a. Aliran energi masuk:

1. Energi sensibel material tersaring oleh siklon di atasnya :


Enmatout4b = X14 * Cpmf * Tmout4b

(81)

2. Energi sensibel debu tak tersaring dari siklon C2 yaitu sebesar y4 * Endebu2
3. Energi sensibel gas dari siklon C2 yaitu sebesar y4 * Engasout2
4. Energi sensibel gas CO2 dari siklon C2 yaitu sebesar y4 * EnCO2out2
5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar yaitu sebesar y4 * EnH2Oout2
b. Aliran energi keluar

1. Energi sensibel gas hasil pembakaran


Engasout3b = gasoutduct * Cpgas * Tgout3b

(82)

2. Energi sensibel debu tak tersaring


Endebu3b = X9 * Cpmf * Tgout3b

(83)

3. Energi sensibel material tersaring menuju siklon C2


Enmatout3b = X10 * Cpmf * Tmout3b

(84)

4. Energi sensibel gas CO2 dari kalsinasi kiln feed


EnCO2out3b = y4 * CO2 * Cpco2 * Tgout3b

(85)

5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar


EnH2Oout3b = y4 * Muapbb * Tgout3b

(86)

6. Energi radiasi
Besarnya dihitung berdasarkan persamaan (19).
6. Siklon C4 kiri
a. Aliran energi masuk:
1. Energi sensibel material tersaring oleh siklon di atasnya :
Enmatout5a = X16 * Cpmf * Tmout5a

(87)

2. Energi sensibel debu tak tersaring dari siklon C3 kiri, yaitu Endebu3a
3. Energi sensibel gas dari siklon C3 kiri, yaitu Engasout3a
4. Energi sensibel gas CO2 dari siklon C3 kiri, yaitu EnCO2out3a

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-37

5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar yang berasal dari siklon di bawahnya (C3 kiri),
yaitu EnH2Oout3a
b. Aliran energi keluar
1. Energi sensibel gas hasil pembakaran
Engasout4a = gasoutduct * Cpgas * Tgout4a

(88)

2. Energi sensibel debu tak tersaring


Endebu4a = X11 * Cpmf * Tgout4a

89)

3. Energi sensibel material tersaring menuju siklon C3 kiri


Enmatout4a = X12 * Cpmf * Tmout4a

(90)

4. Energi sensibel gas CO2 dari kalsinasi kiln feed


EnCO2out4a = y3 * CO2 * Cpco2 * Tgout4a

(91)

5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar


EnH2Oout4a = y3 * Muapbb * Tgout4a

(92)

6. Energi radiasi
Besarnya dihitung berdasarkan persamaan (19).
7. Siklon C4 kanan
a. Aliran energi masuk:

1. Energi sensibel material tersaring oleh siklon di atasnya :


Enmatout5b = X18 * Cpmf * Tmout5b

(93)

2. Energi sensibel debu tak tersaring dari siklon C3 kanan, yaitu Endebu3b
3. Energi sensibel gas dari siklon C3 kanan, yaitu Engasout3b
4. Energi sensibel gas CO2 dari siklon C3 kanan, yaitu EnCO2out3b
5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar yang berasal dari siklon di bawahnya (C3
kanan), yaitu EnH2Oout3b
b. Aliran energi keluar

1. Energi sensibel gas hasil pembakaran


Engasout4b = gasoutduct * Cpgas * Tgout4b

(94)

2. Energi sensibel debu tak tersaring


Endebu4b = X13 * Cpmf * Tgout4b

(95)

3. Energi sensibel material tersaring menuju siklon C3 kanan


Enmatout4b = X14 * Cpmf * Tmout4b

(96)

4. Energi sensibel gas CO2 dari kalsinasi kiln feed


EnCO2out4b = y4 * CO2 * Cpco2 * Tgout4b

(97)

5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar


EnH2Oout4b = y4 * Muapbb * Tgout4b
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-38

(98)

6. Energi radiasi
Besarnya dihitung berdasarkan persamaan (19).
8. Siklon C5 kiri
a. Aliran energi masuk
1. Energi sensibel kiln feed yang diumpankan ke siklon C5 kiri ini
Enmf1 = Mf1 * Cpmf * Tmf

(99)

2. Energi sensibel debu tak tersaring dari siklon C4 kiri, yaitu Endebu4a
3. Energi sensibel gas dari siklon C4 kiri, yaitu Engasout4a
4. Energi sensibel gas CO2 dari siklon C4 kiri, yaitu EnCO2out4a
5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar yang berasal dari siklon di bawahnya (C4 kiri),
yaitu EnH2Oout4a
b.

Aliran energi keluar

1. Energi sensibel gas hasil pembakaran


Engasout5a = gasoutduct * Cpgas * Tgout5a

(100)

2. Energi sensibel debu tak tersaring


Endebu4a = X15 * Cpmf * Tgout5a

(101)

3. Energi sensibel material tersaring menuju siklon C4 kiri


Enmatout4a = X16 * Cpmf * Tmout5a

(102)

4. Energi sensibel gas CO2 dari kalsinasi kiln feed


EnCO2out5a = y3 * CO2 * Cpco2 * Tgout5a

(103)

5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar


EnH2Oout5a = y3 * Muapbb * Tgout5a

(104)

6. Energi penguapan uap air dari kiln feed dan bahan bakar
Estm1 = y3 * (EstmKF + EstmBB)

(105)

7. Energi radiasi
Besarnya dihitung berdasarkan persamaan 4.18
9. Siklon C5 kanan
a. Aliran energi masuk

1. Energi sensibel kiln feed yang diumpankan ke siklon C5 kanan ini


Enmf2 = Mf2 * Cpmf * Tmf

(106)

2. Energi sensibel debu tak tersaring dari siklon C4 kanan, yaitu Endebu4b
3. Energi sensibel gas dari siklon C4 kanan, yaitu Engasout4b
4. Energi sensibel gas CO2 dari siklon C4 kanan, yaitu EnCO2out4b
5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar yang berasal dari siklon di bawahnya (C4
kanan), yaitu EnH2Oout4b.
INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-39

b. Aliran energi keluar

1. Energi sensibel gas hasil pembakaran


Engasout5b = gasoutduct * Cpgas * Tgout5b

(107)

2. Energi sensibel debu tak tersaring


Endebu4b = X17 * Cpmf * Tgout5b

(108)

3. Energi sensibel material tersaring menuju siklon C4 kanan


Enmatout4b = X18 * Cpmf * Tmout5b

(109)

4. Energi sensibel gas CO2 dari kalsinasi kiln feed


EnCO2out5b = y4 * CO2 * Cpco2 * Tgout5b

(110)

5. Energi sensibel uap air dari bahan bakar


EnH2Oout5b = y4 * Muapbb * Tgout5b

(111)

6. Energi penguapan uap air dari kiln feed dan bahan bakar
Estm2 = y4 * (EstmKF + EstmBB)

(112)

7. Energi radiasi
Besarnya dihitung berdasarkan persamaan (19).

INSTITUT SEMEN DAN BETON INDONESIA

12-40

Anda mungkin juga menyukai