Anda di halaman 1dari 14

BIOFLOTASI MINERAL SULFIDA

Meningkatnya permintaan logam dan mineral secara eksponensial menyekan menipisnya


sumber daya berkadar tinggi sehingga mempercepat pemanfaatan bijih berkadar rendah
dalam industri pengolahan mineral (Behera S. K. dan Bafubiandi A. F. M., 2016).
Keterbatasan sumber daya alam dan menurunnya ketersediaan bijih yang mudah
diekstraksi mengharuskan pengembangan metode pengolahan mineral yang berkadar
rendah dan juga kompleks. Flotasi adalah proses penting untuk benefisiasi mineral dalam
industri pengolahan mineral untuk menghilangkan mineral pengotor sehingga dapat
meningkatkan nilai mineral yang diinginkan. Proses flotasi merupakan metode yang paling
populer dalam bidang pengolahan mineral dan telah banyak diterapkan di industri,
terutama dalam mengolah mineral sulfida (Otsuki A., 2016)

I. FLOTASI MINERAL SULFIDA

Flotasi dapat memisahkan mineral berdasarkan perbedaan sifat permukaan. Dalam proses
flotasi, mineral hidrofobik menempel pada gelembung udara dan membentuk fase buih di
bagian atas sel flotasi (Yuce A. E., dkk., 2006). Di sisi lain, partikel dengan permukaan
hidrofilik meresap ke dasar sel yang membentuk tailing. Saat ini, menjadi kebutuhan untuk
memproses bijih kadar rendah dengan mineralogi kompleks, terutama untuk logam tidak
mulia termasuk mineral berharga dan tanah jarang.

Penelitian terbaru banyak menfokuskan pada pengembangan dan pengoptimalan proses


flotasi dalam mengolah mineral sulfida yang bersifat kompleks. Umumnya mineral sulfida
adalah mineral yang terkait satu sama lain karena memiliki sifat yang hampir sama (Jia Y.,
dkk., 2019), sehingga menarik minat yang signifikan karena proses pemisahan mineral
sulfida yang selektif menjadi masalah dalam proses flotasi. Pengembangan tersebut dapat
mencakup sistem baru dan/ atau reagen kimia flotasi (kolektor, depresan, frother, dll) yang
lebih efektif dan selektif untuk mengurangi konsumsi daya dan energi.

I.1 Kolektor

Hampir semua mineral yang terdapat di alam bersifat hidrofilik (tidak terbasahi) sehingga
sulit untuk memisahkan mineral tersebut. Kolektor berperan penting dalam proses flotasi
karena dapat mengubah sifat permukaan mineral dari hidrofilik menjadi hidrofobik.
Kolektor yang digunakan dalam proses flotasi harus memiliki sifat yang selektif terhadap
mineral tertentu agar bisa dipisahkan dari mineral lain yang tidak diinginkan (dianggap
sebagai pengotor).

Xanthate merupakan kolektor mineral sulfida yang banyak digunakan untuk flotasi mineral
sulfida. Xanthate memiliki sifat adsorpsi yang kuat, namun hampir untuk semua bijih
sulfida sehingga sulit untuk memisahkan mineral sulfida yang satu dengan yang lainnya
karena memiliki kemiripan sifat. Selain xanthate, IPETC (O-isopropyl-Nethyl
thiocarbamate) juga banyak digunakan sebagai kolektor bijih sulfida. IPETC memiliki
selektivitas yang baik dalam flotasi kalkopirit dan lebih stabil daripada xanthate pada pH
rendah, namun kemampuan IPETC dalam me-recovery mineral sulfida kurang baik.

Penelitian-penelitian sebelumya menyatakan bahwa kolektor yang mengandung atom N


dan S sebagai kelompok fungsional lebih cenderung menunjukkan selektivitas yang lebih
baik dalam flotasi mineral sulfida (Jia Y., dkk., 2019). Penelitian lainnya mengemukakan
bahwa selektivitas IPETC meningkat lebih baik jika dikaitkan dengan atom N dalam
molekul. Jia Y., dkk pada tahun 2019 mengemukakan bahwa ada kolektor yang lebih
efektif daripada SIBX dan IPETC dalam flotasi pemisahan tembaga dari galena dan pirit,
yaitu Thioamide.

Thioamide adalah sejenis intermediet sintetik organik yang lebih aktif daripada amida
karena keelektronegatifan atom belerang dan distribusi elektron spesifiknya. Thioamide
dapat dianggap sebagai semacam turunan tiourea di mana amino di ujung tiourea
digantikan oleh alkil. Atom S dan N yang ada pada thioamide memiliki kemampuan
chelating yang kuat yang dapat membentuk kompleks dengan banyak jenis ion logam, dan
memiliki selektivitas yang baik untuk kalkopirit. Hasil percobaan ini ditunjukkan pada
Gambar 1 (Jia Y., dkk., 2019).

Gambar 1. Recovery kalkopirit (a), pirit (b) dan galena (c) sebagai fungsi waktu menggunakan THA, IPETC
dan SIBX sebagai kolektor
I.2 Depresan

Masalah utama dalam pengembangan metode pemisahan mineral sulfida terletak pada
pengembangan depresan yang efektif untuk pemisahan. Banyak penelitian telah
melaporkan penerapan berbagai depresan dalam proses pemisahan mineral sulfida.

Natrium 2,3- dihydroxypropyl dithiocarbonate (SGX) dapat memisahkan kalkopirit dari


galena pada nilai pH 6, namun SGX mahal dan penerapannya membutuhkan dosis yang
tinggi (Piao Z. J., dkk., 2014). Peneliti lain mensintesis pereaksi baru O yaitu O-bis (2,3-
dihydroxypropyl) dithiophosphate. Depresan ini menunjukkan hasil yang bagus dalam
skala laboratorium namun sulit diterapkan secara industri karena sintesisnya yang mahal.
Liu R. Z., dkk., 2016 menjelaskan natrium humat dan amonium persulfat (APS) dapat
memisahkan kalkopirit dengan galena, namun APS adalah pereaksi yang berbahaya.
Poliakrilamida (PAM) dan dekstrin berat molekul tinggi diaplikasikan sebagai depressant,
tetapi kalkopirit dan galena tidak dapat dipisahkan dengan PAM tanpa pretreatment asam
etilen diamina tetraasetat (EDTA) atau dengan dekstrin tanpa menambahkan asam sitrat.
Oleh karena itu, pengembangan depressant baru yang efektif tetap menjadi tantangan.

Pada tahun 2018, Yu J. S., dkk., melakukan penelitian flotasi pemisahan kalkopirit dari
galena. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan reagen kimia yang digunakan dalam
proses flotasi agar lebih selektif. Selain itu efek pencemaran lingkungan juga
dipertimbangkan dalam pemilihan depresan. Depresan FCLS (ferric chromium lignin
sulfonate) digunakan untuk memisahkan kalkopirit dari galena (dengan menekan galena
agar tidak ikut mengapung bersama dengan kalkopirit) dan dibandingkan dengan depresan
K2Cr2O4.

Dengan K2Cr2O4 sebagai depresan, recovery Cu dan Pb adalah 86,06% dan 77,95%,
namun recovery Pb dalam konsentrat Cu tinggi dan mencapai 10,71%. Ketika FCLS
digunakan sebagai depresan, recovery Pb tinggi mencapai 83,32% dan recovery Pb dalam
konsentrat Cu menurun dari 10,71% menjadi 4,73% (Gambar 2). FCLS lebih unggul
daripada K2Cr2O4 dalam menekan galena. Selain itu, ketika FCLS digunakan sebagai
depresan, dosis kromium adalah 1/20 dari itu ketika K2Cr2O4 digunakan sebagai depresan.
Oleh karena itu, FCLS menunjukkan potensi kuat untuk aplikasi industri sebagai pengganti
K2Cr2O4 dalam pemisahan kalkopirit dari galena.
Tabel 1. Perbandingan hasil pengujian untuk ferric chromium lignin sulfonate dan potassium dichromate

II. BIOFLOTASI MINERAL SULFIDA

Pengembangan lebih lanjut terus dilakukan untuk memperoleh metode dan/ atau reagen
flotasi yang lebih efektif dan selektif untuk proses pengolahan bijih kompleks dan berkadar
rendah. Seiring dengan pengembangan ini, tuntutan untuk melakukan proses pengolahan
yang ramah lingkungan juga menjadi acuan dalam pemilihan metode dan reagen yang
tepat, sehingga berkembanglah penggunaan mikroorganisme sebagai agen yang membantu
proses pengolahan mineral yang disebut juga dengan bioteknologi (Pecina E. T., dkk.,
2009., Fazaelipoor dkk., 2009).

Penerapan bioteknologi dalam pengolahan mineral telah membuka kemungkinan besar


untuk menghasilkan konsentrat yang lebih bersih yang memiliki kadar dan recovery yang
dapat diterima. Bioflotasi merupakan proses pengolahan mineral untuk memisahkan
mineral berharga dari mineral pengotornya dengan memanfaatkan sifat permukaan mineral
dengan menggunakan bakteri sebagai reagen flotasi yang menfasilitasi pemisahan mineral
secara selektif (Vasanthakumar B., dkk., 2012). Penggunaan bioreagen sebagai kolektor
memunculkan beberapa aspek antarmuka dari bahan biologis dan geologis yang saling
berinteraksi, yaitu sifat fisikokimia permukaan mineral, seperti struktur atomik dan
elektronik, muatan/ potensial, sifat-sifat muatan, sifat asam-basa dan hidrofobisitas mineral
(Vasanthakumar B., dkk., 2012).

II.1 Jenis Bakteri dalam Proses Flotasi

Ada dua jenis bakteri yang berperan dalam proses bioflotasi sebagai bioreagen yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif. Istilah Gram postif dan Gram negatif diperoleh dari
perbedaan karakteristik bakteri berdasarkan pewarnaan Gram di mana bakteri Gram postif
berubah menjadi warna merah dan bakteri Gram negatif berwarna ungu (Rao K. H. dan
Subramanian S., 2007).
Kedua jenis bakteri ini memiliki keunggulan masing-masing. Contohnya bakteri Gram
negatif mampu bertahan di lingkungan ekstrim. Bakteri Gram positif mampu menghasilkan
biosurfaktan yang lebih banyak karena ketebalan peptidoglikan. Perbedaan bakteri Gram
negatif dan Gram positif dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2.

Tabel 2. Perbedaan bakteri Gram positif dan Gram negative (Rao K. H. dan Subramanian S., 2007).

Gambar 2. Struktur permukaan sel bakteri Gram positif dan Gram negative
(Rao K. H. dan Subramanian S., 2007)
II.2 Peran Bakteri dalam Proses Flotasi Mineral Sulfida

Selama 3 dekade terakhir, beberapa penelitian telah dilakukan pada penggunaan


mikroorganisme dan sekresi mereka yaitu, protein dan polisakarida sebagai reagen flotasi
yang ramah lingkungan. Permukaan sel mikroorganisme pada dasarnya terdiri dari gugus
fungsi yang berasal dari fosfolipid, protein dan polisakarida. Beberapa di antaranya
menginduksi sifat hidrofobik, karena mereka dapat menempel secara selektif ke
permukaan mineral. Fungsi utama mikroorganisme dalam pengolahan mineral berkaitan
dengan gugus fungsi non-polar (rantai hidrokarbon) dan polar (karboksil, fosfat, hidroksil)
yang ada di dinding selnya, yang memberikan sifat yang membuatnya mampu bertindak
sebagai bioreagen. Kelompok-kelompok fungsional ini dapat berinteraksi dengan
permukaan mineral, memberikan karakteristik amphipathic dengan cara yang sama seperti
reagen flotasi konvensional (Olivera C. A. C., dkk., 2016).

Bakteri sebagai Kolektor

Penggunaan sel bakteri sebagai bioreagen dalam proses flotasi telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya. Pada tahun 2016, penelitian Olivera C. A. C., dkk.,
menunjukkan adanya pengaruh bakteri Gram positif dalam proses flotasi mineral hematit.
Bakteri Rhodococcus erythropolis yang dikultur dengan medium TSB (tryptone 17,0 g/l,
peptone S2 3.0 g/l, C6H12O6 2.5 g/l, NaCl 5,0 g/l dan K2HPO4 2.5 g/l) diinteraksikan
dengan mineral hematit yang berukuran -53+38 μm untuk melihat adhesi bakteri terhadap
mineral. Pelekatan mineral dapat dilihat pada Gambar 3 sampai Gambar 5.

Gambar 3. Pengaruh pH terhadap adhesi bakteri Gambar 4. Pengaruh waktu terhadap adhesi bakteri
(waktu adhesi 5 menit)
Berbagai fraksi ukuran mineral diflotasikan dengan Rhodococcus erythropolis sebagai
bioreagen dengan berbagai variasi pH. Hasil percobaan menunjukkan flotability hematit
meningkat dengan meningkatnya waktu flotasi dan semakin halusnya ukuran partikel
mineral (hingga pH 6) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Hal ini
membuktikan bahwa adhesi bakteri pada mineral mempengaruhi hidrofobisitas mineral
hematit.

Gambar 5. SEM bakteri di permukaan hematit (waktu adhesi 10 menit)

Gambar 6. Flotability hematit sebagai fungsi Gambar 7. Flotability hematit sebagai fungsi waktu
konsentrasi bakteri

Hacha R. R., dkk., 2018 melakukan percobaan elektroflotasi hematit menggunakan bakteri
Rhodococcus opacus sebagai biokolektor. Dalam penelitian ini, digunakan konsentrasi
bakteri 100-600 mg / L, dan kisaran ukuran partikel −38 + 20 μm pada pH larutan 6.
Dalam kondisi ini, meningkatnya konsentrasi R. opacus menyebabkan pengingkatan daya
apung hematit hingga konsentrasi 200 mg / L. Di atas nilai ini, daya apung hematit mulai
berkurang. Gelembung hidrogen dan oksigen mengikuti tren flotasi yang sama; Namun,
gelembung hidrogen menunjukkan pemulihan yang lebih besar dibandingkan dengan
gelembung oksigen. Penurunan nilai kemampuan apung pada konsentrasi tinggi mungkin
terkait dengan agregat seluler yang terbentuk selama adsorpsi R. opacus pada permukaan
mineral, menghasilkan penurunan area hidrofob yang efektif. Hasil percobaan ditunjukkan
pada Gambar 8A dan 8B.

Gambar 8A. Pengaruh konsentrasi R. opacus pada Gambar 8B. Pengaruh konsentrasi R. opacus pada
elektroflotasi hematit dengan hydrogen dan oxygen elektroflotasi hematit dengan hydrogen bubbles.
bubbles. Particle size: −38 + 20 μm; pH: 6 Particle size: −20 μm

Bakteri sebagai Depressant

Selain sel bakteri, hasil metabolisme sel bakteri (yang telah dipisahkan dari sel) juga dapat
mempengaruhi proses flotasi dan juga selektif terhadap mineral tertentu. Vasanthakumar,
dkk., 2017 mengembangkan penggunaan bakteri sebagai bioreagen dalam proses flotasi
dengan cara mengadaptasikan kultur bakteri Bacillus subtilis dengan mineral yang akan
diflotasi (galena/ spalerit). Profil protein dari sel yang tidak diadaptasi dan diadaptasi
ditemukan berbeda secara jelas baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dengan dampak
pada flotasi selektif spalerit dan galena. Bakteri yang ditambahkan sebagai bioreagen
mempengaruhi selektivitas galena dan spalerit. Namun, kultur bakteri yang diadaptasikan
dengan spalerit menghasilkan selektivitas yang lebih besar yaitu dengan recovery spalerit
di atas 90% dan recovery galena dibawah 10%. Hasil ini (Gambar 9) menunjukkan bakteri
Bacillus subtilis sangat selektif terhadap mineral spalerit saat diadaptasikan dengan
mineral spalerit, lebih baik daripada hasil yang ditunjukkan oleh bakteri Bacillus subtilis
yang diadaptasikan dengan mineral galena maupun dengan menggunakan bakteri yang
tidak diadaptasikan.

Gambar 9. Recovery flotasi selektif spalerit dan galena dengan sel bakteri dalam kondisi yang berbeda (a)
tidak diadaptasi; diadaptasi untuk (b) sphalerite dan (c) galena. Nilai Indeks Selektivitas (S.I.) disebutkan
pada bar yang sesuai

Penelitian lain menunjukkan pengaruh bakteri Gram negatif untuk mendepres pirit (Martin
F. S., dkk., 2018). Percobaan ini menggunakan bakteri yang biasa digunakan dalam proses
bioleaching, Acidithiobacillus ferrooxidans. Bakteri A.f menunjukkan afinitas yang lebih
besar terhadap pirit dibandingkan mineral sulfida lainnya seperti molibdenit dan kalkopirit.
Penelitian lebih lanjut dilakukan Martin dkk. dengan menggunakan variasi medium air
pada flotasi yaitu menggunakan aquades, air garam dan air laut. Pengaruh keberadaan
bakteri A.f terhadap recovery pirit dilihat dengan percobaan mikroflotasi menggunakan
aquades, air garam dan air laut. Flotasi menggunakan aquades + xanthate tanpa
conditioning dengan bakteri menunjukkan recovery pirit hampir 100% pada pH 4-10 dan
turun menjadi 50% di pH 12. Sedangkan conditioning dengan bakteri pada pH 3
menunjukkan recovery cenderung berada pada rentang 36% hingga 20% (Gambar 10A).
Percobaan flotasi dengan menggunakan air garam tanpa penambahan bakteri menunjukkan
recovery pirit yang hampir 100% dan berkurang menjadi 74% pada pH 12. Conditioning
dengan bakteri A.f tidak memberikan hasil yang signifikan yang menunjukkan bakteri A.f
tidak terlalu mempengaruhi recovery pirit (Gambar 10B). Sedangkan percobaan flotasi
dengan menggunakan air laut tanpa conditioning dengan bakteri juga menunjukkan
recovery yang hampir 100% dan menurun pada pH 10 dan 12 menjadi 29% dan 33%. Efek
bakteri A.f pada saat conditioning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
recovery pirit dimana recovery pirit menurun secara tajam pada rentang pH 4 hingga 8
(Gambar 10C).

A B

C
Gambar 10. Pengaruh bakteri
Acidithiobacillus ferrooxidans
terhadap recovery pirit pada (a)
aquades, (b) air garam dan (c) air
laut dengan konsentrasi A.f dan
xanthate in the conditioning was 3
× 108 bacteria/ml and 4.74 ×
10−5 M
Tahun Sumber Bakteri Medium Mineral Kondisi Percobaan Hasil
Hallimond tube (1
Pada pH 2.5 96% galena berhasil
ammonium sulphate, gram (-105+63+) μm,
didepres dan 94% spalerit berhasil
magnesium sulphate, waktu conditioning 2
pure galena, direcovery. Penambahan kolektor
Santhiya D., Thiobacillus dipotassium jam, pH 2-2,5,
2001 pure dan aktivator tidak terlalu
dkk., 2001 thiooxidans hydrogen filtering, + kolektor/
sphalerite mempengaruhi hasil recovery
orthophosphate, aktivator 15 menit, air
kedua mineral setelah berinteraksi
potassium nitrate flow rate 40ml/min,
dengan bakteri T.t
waktu flotasi 3 menit)
Bakteri R.o menaikkan sudut
Hallimond tube: 1 kontak hematit pada pH asam dan
gram sampel single juga sedikit menaikan sudut
atau 0,7 gram sampel kontak kuarsa, namun pada pH>8,
8 g glucose, 5 g
De pure dicampur –100+74 sudut kontak kuarsa dapat ditekan
Rhodococcus NaCl, 0,2 g MgSO4,
2003 Mesquita, hematite, μm, waktu hingga di bawah 10. Recovery
opacus 1 g KH2PO4, 4 g
dkk., 2003 pure quartz conditioning 10 menit, hematit meningkat hingga 90%
(NH4)2.HPO4
air flow rate 0.7 ml/ dengan meningkatnya konsentrasi
menit, waktu flotasi 5 bakteri pada pH 2-4 dan recovery
menit kuarsa berhasil diturunkan pada
pH4-12.

Denver 2.5 liter (820


low-grade gram sampel, waktu
3g/l (NH4)2SO4,
sulfide conditioning dengan
Kalahdoozan 0.5g/l MgSO4.7H2O, Tidak terjadi adhesi bakteri
Thiobacillus copper ore, bakteri 15 menit +
2004 M., dkk., 0.5g/l K2HPO4, terhadap kalkopirit, terjadi
ferrooxidans pure pyrite, waktu conditioning
2004 0.1g/l KCl and pH penurunan recovery pirit
pure dengan kolektor dan
1.9
chalcopyrite frother 5 menit, waktu
flotasi 6 menit)
Hallimund tube (1
(NH4)2SO4 3.0 g,
Acidothiobacillus gram sampel –210+38 Penambahan A.f menurunkan
K2HPO4 0,5 g, KCl
ferrooxidans + μm, air flowrate 6 recovery Fe dari 82,9% menjadi
Yuce A. E., 0.1 g, MgSO4.7H2O
2006 diadaptasikan copper ore ml/min, + KAX, + 64,44%. Recovery Cu cenderung
dkk., 2006 0,5 g, Ca(NO3)2 0,1
dengan Cu 0.01 MIBC, waktu sama yaitu dari 83,9% menjadi
g, FeSO4.7H2O 44,2
gram conditioning 2 j, 81,6%
g in 1000 ml water
waktu flotasi 45d)
Adanya adsopsi yang lebih
banyak terhadap mineral pirit
Sodium chloride,
0,5 gram mineral (– dibandingkan dengan mineral
peptone and beef
pure pyrite, 74+54 μm) spalerit. Dalam waktu lima menit,
Jia C. Y., Mycobacterium grease are the basic
2011 pure dimasukkan ke dalam 80% bakteri menempel di
dkk., 2011 Phlei nutrients, while nitric
sphalerite 100 ml bunsen beake, permukaan pirit sedangkan di
acid and potassium
kemudian diagitasi. permukaan spalerit kurang dari
hydroxide
20%. Bakter M.p berpotensi untuk
menjadi biokolektor pirit

Hallimond tube:
mineral dengan
Lf beradaptasi dengan pirit
perbandingan 1:1,
Medium HH: dengan menunjukkan pelekatan
waktu flotasi 5 menit,
(NH4)2SO4, selektif pada jam ke 0-168.
pure pyrite, air flow rate 0,4
Bleeze B., Leptospirillum MgCl2.6H2O, Recovery terbaik dan selektif
2018 pure L/menit, tanpa dan
dkk., 2018 ferrooxidans KH2PO4,CaCl2.2H2 diperoleh ketika bakteri L.f
chalcopyrite menggunakan kolektor
O + (FeSO4.7H2O diadaptasikan dengan kalkopirit
PIPX (menggunakan
atau 20 g minerals) yang kemudian diambil EPS nya
sel bakteri dan EPS
sebagai bioreagen.
dari kultur adapted dan
non-adapted)
Daftar Pustaka

Behera, S. K., & Mulaba-Bafubiandi, A. F. (2017). Microbes assisted mineral flotation a


future prospective for mineral processing industries: A review. Mineral Processing and
Extractive Metallurgy Review, 38(2), 96-105.
Bleeze, B., Zhao, J., & Harmer, S. (2018). Selective Attachment of Leptospirillum
ferrooxidans for Separation of Chalcopyrite and Pyrite through Bio-
Flotation. Minerals, 8(3), 86.
De Mesquita, L. M. S., Lins, F. F., & Torem, M. L. (2003). Interaction of a hydrophobic
bacterium strain in a hematite–quartz flotation system. International Journal of Mineral
Processing, 71(1-4), 31-44.
Fazaelipoor, M. H., Khoshdast, H., & Ranjbar, M. (2010). Coal flotation using a
biosurfactant from Pseudomonas aeruginosa as a frother. Korean Journal of Chemical
Engineering, 27(5), 1527-1531.
Hacha, R. R., LeonardoTorem, M., Merma, A. G., & da Silva Coelho, V. F. (2018).
Electroflotation of fine hematite particles with Rhodococcus opacus as a biocollector in a
modified Partridge–Smith cell. Minerals Engineering, 126, 105-115.
Jia, C. Y., Wei, D. Z., Li, P. J., Li, X. J., Tai, P. D., Liu, W., & Gong, Z. Q. (2011).
Selective adsorption of Mycobacterium Phlei on pyrite and sphalerite. Colloids and
Surfaces B: Biointerfaces, 83(2), 214-219.
Jia, Y., Huang, K., Wang, S., Cao, Z., & Zhong, H. (2019). The selective flotation
behavior and adsorption mechanism of thiohexanamide to chalcopyrite. Minerals
Engineering, 137, 187-199.
Kolahdoozan, M., Tabatabaei, Y. S. M., Yen, W. T., Hosseini, T. R., Shahverdi, A. R.,
Oliazadeh, M., ... & Manafi, Z. (2004). Bioflotation of the low grade Sarcheshmeh copper
sulfide.Trans. Indian Inst. Met, 57(5), 485-490.
Liu, R. Z., Qin, W. Q., Fen, J. I. A. O., Wang, X. J., Bin, P. E. I., Yang, Y. J., & Lai, C. H.
(2016). Flotation separation of chalcopyrite from galena by sodium humate and
ammonium persulfate. Transactions of Nonferrous Metals Society of China, 26(1), 265-
271.
Olivera, C. A. C., Merma, A. G., Puelles, J. G. S., & Torem, M. L. (2017). On the
fundamentals aspects of hematite bioflotation using a Gram positive strain. Minerals
Engineering, 106, 55-63.
Otsuki, A. (2016). Use of microorganisms for complex ore beneficiation: Bioflotation as
an example. Encyclopedia of Biocolloid and Biointerface Science 2V Set, 108-117.
Pecina, E. T., Rodriguez, M., Castillo, P., Diaz, V., & Orrantia, E. (2009). Effect of
Leptospirillum ferrooxidans on the flotation kinetics of sulphide ores. Minerals
Engineering, 22(5), 462-468.
RPiao, Z. J., Wei, D. Z., & Liu, Z. L. (2014). Influence of sodium 2, 3-dihydroxypropyl
dithiocarbonate on floatability of chalcopyrite and galena. Transactions of Nonferrous
Metals Society of China, 24(10), 3343-3347.
Rao, K. H., & Subramanian, S. (2007). Bioflotation and bioflocculation of relevance to
minerals bioprocessing. InMicrobial processing of metal sulfides (pp. 267-286). Springer,
Dordrecht.
Rao, M. Y., & Somasundaran, P. (1995). Bio-modification of mineral surfaces and
flotation. Flotation Science and Engineering. New York: Marcel Decker, Inc.
Santhiya, D., Subramanian, S., Natarajan, K. A., Rao, K. H., & Forssberg, K. S. E. (2001).
Bio-modulation of galena and sphalerite surfaces using Thiobacillus
thiooxidans.International Journal of Mineral Processing, 62(1-4), 121-141.
Sanwani, E., Chaerun, S., Mirahati, R., & Wahyuningsih, T. (2016). Bioflotation: bacteria-
mineral interaction for eco-friendly and sustainable mineral processing. Procedia
Chemistry, 19, 666-672.
San Martín, F., Kracht, W., & Vargas, T. (2018). Biodepression of pyrite using
Acidithiobacillus ferrooxidans in seawater.Minerals Engineering, 117, 127-131.
Vasanthakumar, B., Ravishankar, H., & Subramanian, S. (2017). Selective bio-flotation of
sphalerite from galena using mineral–adapted strains of Bacillus subtilis. Minerals
Engineering, 110, 179-184.
Yu, J. S., Liu, R. Q., Wang, L., Sun, W., Peng, H., & Hu, Y. H. (2018). Selective
depression mechanism of ferric chromium lignin sulfonate for chalcopyrite–galena
flotation separation.International Journal of Minerals, Metallurgy, and Materials,25(5),
489-497.
Yüce, A. E., Tarkan, H. M., & Doan, M. Z. (2006). Effect of bacterial conditioning and the
flotation of copper ore and concentrate. African Journal of Biotechnology, 5(5), 448-452.
Kolahdoozan, M., Tabatabaei, Y. S. M., Yen, W. T., Hosseini, T. R., Shahverdi, A. R.,
Oliazadeh, M., ... & Manafi, Z. (2004). Bioflotation of the low grade Sarcheshmeh copper
sulfide.Trans. Indian Inst. Met, 57(5), 485-490.

Anda mungkin juga menyukai