Anda di halaman 1dari 13

3 | T B I

BAB II
ISI

2.1 Definisi Bioleaching
Bioleaching merupakan suatu proses untuk melepaskan (remove) atau
mengekstraksi logam dari mineral atau sedimen dengan bantuan
organisme hidup atau untuk mengubah mineral sulfida sukar larut menjadi
bentuk yang larut dalam air dengan memanfaatkan mikroorganisme
(Brandl, 2001). Sementara Bosecker (1987) mengungkapkan bahwa
bioleaching merupakan suatu proses ekstraksi logam yang dilakukan
dengan bantuan bakteri yang mampu mengubah senyawa logam yang tidak
dapat larut menjadi senyawa logam sulfat yang dapat larut dalarn air
melalui reaksi biokirnia. Bioleaching logam berat dapat rnelalui oksidasi
dan reduksi logam oleh mikroba, pengendapan ion-ion logam pada
permukaan sel rnikroba dengan menggunakan enzim, serta menggunakan
biomassa mikroba untuk menyerap ion logam (Chen dan Wilson, 1997).
Bakteri yang digunakan dalam proses tersebut antara lain adalah bakteri
Pseudomonas fluorescens, Escherichia coil, Thiobacillus ferrooxidans dan
Bacillus sp sebagai bakteri leaching yang mampu melarutkan senyawa
timbal sulfida sukar larut menjadi senyawa timbal sulfat yang dapat larut
melalui proses biokimia.

Gambar 1. proses bioleching

Proses Bioleaching merupakan teknologi altematif yang dapat
dikembangkan sebagai salah satu teknologi untuk memperoleh (recovery)
logam di masa mendatang. Salah satu penerapan proses ini adalah untuk
melepaskan dan mengekstraksi logam berat yang ada dalam sedimen,
sehingga sedimen tersebut bebas logam berat dan aman terhadap
4 | T B I

lingkungan. Disamping itu proses bioleaching (bacterial leaching) dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dimana proses
tersebut menyisakan suatu unsur atau senyawa ke dalam air dan masuk ke
tanah sehingga akan mempengaruhi unsur hara dalam tanah (Anonimous
A, 2012).
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/07/pemanfaatan-
thiobacillus-ferrooxidans-sebagai-bakteri-pemisah-logam-besi/
Bioleaching menggunakan bakteri untuk mengubah sifat fisik dan kimia
bahan tambang sehingga logam dapat diekstraksi dengan cara yang lebih
ekonomis. Dalam percobaan laboratorium, 97% tembaga asal bahan
tambang kualitas rendah dapat diekstrak. Proses tersebut saat ini
digunakan dalam skala komersial untuk menambang tembaga dan
uranium. Teknologi bioleaching dapat juga digunakan di pertambangan
Ni, Zn, Co, Sn, Cd, Mb, Pb, Sb, Sb, As dan Se (Anonimous B, 2014).
http://reklatam.ipb.ac.id/?p=247
Penambangan mineral yang menggunakan jasa mikroba dikenal dengan
istilah pelindihan biologis (bioleaching). Pelindihan biologis menjadi
sangat penting, misalnya sewaktu digunakan :
1. Pada lahan pertambangan yang kandungan mineralnya rendah sehingga
tidak ekonomis untuk ditambang secara konvensional.
2. untuk menambang mineral berbahaya, seperti uranium.
3. Pada daerah pertambangan dengan tingkat risiko tinggi, misalnya karena
tanah di sekitarnya mudah longsor (Irianto, 2002).

Pelindihan biologis menggunakan mikroba untuk mengubah sifat fisik atau
kimia mineral logam sehingga logam dapat diekstraksi. Pada umumnya
pelindihan biologis bahan tambang yang mengandung sulfur menggunakan
bakteri Thiobacillus, terutama Thiobacillus ferrooxidans. Tujuan utama
pelindihan adalah mentransformasi mineral logam menjadi bentuk ion-ion
logam yang mudah larut dalam air (Irianto, 2002).

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelindihan biologis adalah
sebagai berikut :
1. Nutrien
2. Kandungan O
2
dan CO
2

3. Nilai pH
4. Suhu
5. Macam bijih
6. Surfaktan senyawa organik pelarut

(Anonimous C, 2009)
http://loveyourearthbaby.blogspot.com/2009/03/tugas-mikrobiologi-
lingkungan.html
5 | T B I

2.2 Peranan Mikroba Dalam Siklus Besi
Siklus logam oleh mikroba salah satu indikasi paling jelas menunjukan
bahwa tanah tidak bersifat inert. Tanpa adanya siklus logam, maka
transformasi logam tidak mungkin terjadi. Mikroba pentrasnformsi logam
penting dalam pembentukan tanah dan produksi biji logam.
Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam mengekstark logam-
logam menjadi bijih logam grade rendah, mengasamkan limbah, dan
mencemari penyediaan air. Logam Fe merupakan dari logam dlam tanah.
Tramformasi Fe adalah dengan oksidasi untuk memperoleh sumber energi
an reuksi yang menggunkan logam tersebut sebagai elektron aseptor. Besi
juga mengubah bahan-bahan organik (asimilasi/imobilisasi) dan bentuk
organik kembali ke bentuk anorganik (mineralisasi) .(Waluyo,lud. 2009).


2.3 Penggunaan bakteri untuk mengatasi limbah logam berat
Limbah pabrik yang banyak mengandung logam berat dapat dibersihkan
oleh mikroorganisme yang dapat menggunkan logam berat sebagai nutrien
atau hanya menjerab (imobilisasi) logam berat. Mikrooganisme yang
dapat digunakan dianatranya adalah Thiobacillus ferroxidans dan Bacillus
subtilis. Thiobacillus ferrooxidans mendapatkan energi dari senyawa
anorganik seperti besi sulfida dan menggunkan energi untuk membentuk
bahan bahan yang berguba seperti asam fumarat dan besi sulfat
(Budiyanto,MAK.2003).

Gambar 2. sumber-sumber limbah
6 | T B I

2.4 Penerapan Bioteknologi di Bidang Pertambangan
Di bidang pertmbangan, berkembang bioteknologi untuk memisahkan
logam dari bijinya yaitu dengan pemanfaatan bakteri Thiobacillus
ferrooxidans. Bakteri ini merupakan bakteri kemolitotrof yang mampu
memisahkan logam dari bijinya. Energi yang digunakan Thiobacillus
ferrooxidans dalam memisahkan logam dari bijinya berasal dari hasil
oksidasi senyawa anorganik khususnya senyawa besi dan belerang. Asam
sulfat dari besi sulfat melarutkan logam dari bijinya .

2.5 Mekanisme Pemanfaatan T. ferrooxidans dalam pemisahan logam
besi
T. ferroxidans adalah bakteri pelepas logam yang paling banyak diteliti,
berbentuk batang kecil, menyukai temapat yang sangat asam dengan pH
optimum berkisar anatara 1,5-2,5 (chang & Myersonn, 1982). Bakteri ini
mampu mendapatkan energi dari oksida besi ferrp (Fe2+) dan menjadi
ferri Fe3+ dan dengan mengoksidasi bentuk tereduksi sulfur menjadi asam
sulfat (corbelt & Ingledew,1987). T. ferrooxidans adalah bakteri yang
paling aktif di tambang limbah akibat asam dan polusi logam. Situs
drainase tambang asam ekstrim juga mengekspos tingkat tinggi pirit, suatu
unsur yang mudah teroksidasi oleh T. ferrooxidans. Ini kapasitas oksidasi
pirit-telah dimanfaatkan dalam industri desulfurisasi batubara. T.
ferrooxidans digunakan dalam pengolahan mineral industri dan proses
bioleaching. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menyerang sulfida
yang mengandung mineral sulfida larut dan mengkonversi logam seperti
tembaga dan seng ke dalam sulfat larut mereka logam. Logam dipulihkan
melalui proses bioleaching termasuk tembaga, uranium dan emas.

Gambar 3. Skema pemulihan logam dengan proses bioleaching

7 | T B I


Gambar 4. Skema bioleaching T.ferroxidans
T. ferrooxidans berasal energi dari oksidasi besi ferro menjadi besi ferri,
dan mengurangi senyawa sulfur menjadi asam sulfat. Deposit belerang
bisa menumpuk di dinding sel bakteri. Produk sampingan lain dari
metabolisme (asam sulfat) kadang-kadang berhubungan dengan korosi
oksidatif dari beton dan pipa. Dalam lingkungan tanah, T. ferrooxidans
berguna sebagai sumber slow release fosfat dan sulfat untuk pemupukan
tanah. (Kuenen, J. Gijs, et al.1992)
Reaksi pelepasan logam biasanya meliputi pengubahan cebakan logam
yang tidak larut, biasanya berupa sulfida, menjadi senyawa yang larut dan
logam yang diinginkan lebih mudah dimurnikan atau diekstrak. Bakteri
pelepas logam dapat melakukan perubahan ini secara langsung dengan
mngoksidasi sulfida logam sehingga terbentuk besi ferri, asam sulfat dan
sulfat logam dan hasil logam tergantung jenis cebakanya (Maha dan
cork,1990; torma 1997; Ohmura et all. 1993)
Beberapa reaksi pelepasan logam sebagai hasil serangan bakteri T.
ferrooxidans langsung adalah ;
4FeS
2
(pirit ) + 15O
2
+ H
2
O 2 Fe
2
(SO
4
)
3
+ 2H
2
SO
4
(1)
4CuFeS
2
(khalkopirit) + 17 O
2
+ H
2
SO4 4CuSO4 + 2Fe(SO4)3
+ 2H2O (2)
2FeAsS (arsenopirit) + 2O2 + H2O 2FeSO
4
+ 2 H
2
SO
4

(3)
CuS (kovelit) + 2O
2
CuSO
4
(4)
Pelepasan logam dari mineral oleh bakteri dapat juga secara tidak
langsung. Seperti diperlihatkan pada reaksi berikut ;
4FeS
2
(pirit) + 2Fe(SO
4
)
3
6Fe(SO
4
) + 4S (5)
CuS (kovelit) + Fe
2
(SO
4
)
3
CuSO
4
+ 2F(SO
4
) + S
...(6)
8 | T B I

Besi ferri dan asam sulfat terbentuk melalui oksidasi langsung sulfide
logam mampu mengokidasi sendiri cebakan tertentu untuk membentuk
oksidasi dan sulfat yang larut dalam larutan asam
Dengan menggunakan beberapa bakteri aerobik ototrofik yaitu
Thiobacillus ferrooxidans. Spesies bakteri ini bila ditumbuhkan dalam
keadaan lingkungan yang mengandung biji tembaga atau besi akan
menghasilkan asam dan mengksidasikan biji tersebut disertai pengendapan
atau pemisahan logam besinya. Proses ini yang dinamakan pelindian atau
bleaching. Dengan teknik ini dapat memperbaiki cara pemisahan logam
dari biji dan tidak mengakibatkan polusi udara (Waluyo,Lud.2005)..

2.6 Oksidasi dan reduksi besi oleh Bakteri T. ferrooxidans
Dalam kondisis aerobik, bakteri Thiobacillus ferooxidans dapat
menggunakn energi dari mengisolsidasi Fe
2+
(Waluyo,Lud.2009)
.
Proses
tersebut diantarannya :




2Fe
2+
+ O
2
+ 2 H
+
2Fe
3+
+ H
2
O
Oksidasi pyrit (FeS
2
) menjadi SO4
2-
dan Fe
3+
dilakukan bakteri tersebut
jika kondisis lingkungan dengan keasaman tinggi. Thiobacillus ferroxidans
mengoksidasi besi dalam bentuk ferro sulfat untuk mengahasilkan ferri
sulfat.
4FeSO
4
+ 2 H
2
SO
4
+ O
2
2 Fe
2
(SO
4
)
3 +
2 H
2
O
Ferri sulfat mempengaruhi keasaman setelah menghidrolisi ke bentuk ferri
hidroksida.
2 Fe
2
(SO
4
)
3
+ 12 H
2
O 4 Fe (OH)
3
+ 6 H
2
SO
4

Keuntungan dari proses oksidasi Fe
2+
adalah mikrobe akan mendapatkan
tambahan energi. Ion Fe
3+
yang terbentuk secara fisik akan melindungi
mikroba dan meningkatkan stabilitas mikrokoloni pada permukaan benda
padat. (Waluyo,lud. 2009).
9 | T B I


Gambar 5. Skema proses oksidasi dan reduksi Fe oleh T.ferrooxidans

2.7 Aplikasi bioleaching secara umum :
Pembakaran pirit (FeS
2
)
Pada langkah pertama, disulfide secara spontan dioksidasi menjadi tiosufat
oleh besi ferri (Fe
3+),
yang kemudian akan dikurangi untuk memeberikan
besi ferrous (Fe
2+)

FeS
2
+ 6 Fe
3+
+ 3 H
2-
7 Fe
2-
+ S
2
O
3
2-
+ 6 H
-
(1) spontan
Besi ferrous ini kemudian dioksidasi oleh bakteri aerob :
4Fe
2+
+ O
2
+ 4H
+
4Fe
3-
+ 2H
2
O (2) Oksidasi
besi
Tiosulfat juga dioksidasi oleh bakteri untuk memberikan sulfat ;
S
2
o3
2-
+ 2O
2
+ H
2
O 2SO
4

2-
+ 2H
-
(3) oksidasi
belerang.
Besi-besi dihasilkan dalam reaksi 2 sulfida teroksidasai lebih seperti pada
reaksi 1, menutup siklus dan diberi reaksi bersih
2 FeS
2
+ 7O
2
+ 2H
2
O 2Fe
2+
+ 4SO
4

2-
+ 4H
-
(4)
Produk bersih reaksi yang larut yaitu ferro sulfat dan asam sulfat.
Proses oksidasi mikroba terjadi pada membrane sel bakteri. Bebrapa
electron masuk ke dalam sel yang digunakan dalam proses biokimia unutk
menghasilkan energy bagi bakteri sementara mengurangi oksigen ke air.
Reaksi kritis adalah oksidasi sulfide dengan besi besi. Peran utma dari
bakteri adalah langkah regenerasi reakttran ini. Proses untuk tembaga
sangat mirip, namun efisiensi dan kinetika tergantung pada mineral
temabah. Mineral temabaga utama kalkopirit (CuFeS
2
) jumlah melimpah
dan sanagt efisien. Pencucian CuFeS
2
terdiri dari 2 tahap yaitu menajdi
10 | T B I

teralrut dan kemudian lebih lanjur oksidasi, dengan Cu
2+
ion yang
tertinggal dalam larutan (Novi hidayatullah, dkk.2011).
Pencucian kalkopirit ;
CuFeS
2
+ 4 Fe
3+
Cu
2-
+ 5Fe
2-
+ 2 S (1) spontan
4Fe
2+
+ O
2
+ 4 H
+
4 Fe
3-
+ 2 H
2
O (2) oksidaisi besi
2 S + 3O
2
+ 2H
2
O 2 SO
4

2-
+ 4 H
-
(3) oksidasi belerang
CuFeS
2
+ 4 O
2
Cu
2-
+ Fe
2-
+ 2 SO
4
2-
(4) Reaksi
berakhir
Secara umum, sulfide yang pertama dioksidsi menajdi sulfur elemental,
sedangkan sulfide yang teroksidasi untuk membentuk tiosulfat, dan proses
ini dapat diterapkan pada biji sulfide lain. Dalam hal ii tujuan tunggal
langkah bakteri adalah regenerasi Fe 3+ sulfidik bijih besi dapat
ditambhakan untuk mempercepat proses dan menyediakan sumber besi.
(Novi hidayatullah, dkk.2011).

Gambar 6. Skema proses bioleaching T.ferooxidans


11 | T B I

2.8 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Bakteri Thiobacillus
ferrooxidans
Keuntungan
Kehadiran bakteri secara signifikan dapat meningkatkan kecepatan proses
pencucian secara keseluruhan
Thiobacillus ferrooxidans akan mengoksidasi senyawa besi belerang (besi
sulfida) di sekelilingya. proses ini membebaskan sejumlah energi yang
akan digunakan untuk membentuk senyawa yang diperlukan dan
menghasilkan senyawa asam sulfat dan besi sulfat. kedua senyawa ini akan
menyerang bebatuan di sekitar tembaga sehingga dapat lepas dari bijinya.
Thiobacillus ferrooxidans akan mengubah tembaga sulfida yang tidak larut
dalam air menjadi tembaga sulfat yang larut dalam air. Ketika air
mengalir melalui batuan, senyawa tembaga sulfat akan ikut terbawa dan
lambat laut terkumpul dalam kolam berwarna biru cemerlang
Dalam lingkungan tanah, T.ferrooxidans berguna sebagai sumber slow
release fosfat dan sulfat untuk pemupukan tanah. (Kuenen, J. Gijs, et
al.1992)
Thiobacillus ferroxidans merupakan bakteri kemolitotrof, dimana bakteri
kemo dapat mengambil dan mngumpulkan io-ion logam beracun sehingga
bermanfaat untuk memindahkan polutan dari air limbah. usaha
memperbaiki kualitas lahan termasuk tanah dan air serta pencemaran
dengan menggunakan mikroorganisme disebut bioremediasi
(wujaya,jati.2008).
Thiobacillus dapat membantu produsen logam menghemat energi,
mngurangi polusi dan demikian menekan biaya produksi(Majalah
Tempo,2010).
Dalam hal tujuan tunggal langkah bakteri adalah regenerasi Fe 3+ sulfidik
bijih besi dapat ditambhakan untuk mempercepat proses dan menyediakan
sumber besi
Kerugian
Bakteri Thiobacillus ferrooxidans pengoksidasi Fe (mengubah Fe
3+
yang
bersifat sebagai ion terlarut menjadi Fe (OH)
3
) yang bersifat tidak larut)
dapat menimbulkan korosi. Proses korosi secara mikrobiologis tidak
berarti logam tersebut dimakan oleh mikroorganisme tetapi akibat
pertumbuhan mikrobe tersebut yang mengahsilakn senyawa, Yang bersifat
korosif misalnya asam (Waluyo,Lud.2009). Produk sampingan lain dari
metabolisme (asam sulfat) bakteri T. ferrooxidans kadang-kadang
berhubungan dengan korosi oksidatif dari beton dan pipa. (Kuenen, J. Gijs,
12 | T B I

et al.1992). Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu
mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya.

Gambar 7. permukaan logam yang terkorosi
(Anonimous A, 2012)
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/07/pemanfaatan-
thiobacillus-ferrooxidans-sebagai-bakteri-pemisah-logam-besi/
2.9 PERANAN MIKROBA TANAH PADA KEGIATAN
REHABILITASI LAHAN BEKAS TAMBANG (Roles of Soil
Microbes in Ex-Mining Land Rehabilitation)*)

A. Mikroba merupakan organisme yang mempunyai niche yang sangat sempit
se-hingga sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Kerentanan
tersebut memacu mikroba bermutasi untuk bertahan pada kondisi
lingkungan yang baru . Banyak mikroba ditemukan meng-huni lahan-lahan
yang tercemar logam berat seperti pada lahan bekas tambang. Mikroba
memainkan banyak peran, baik yang menguntungkan maupun yang me-
rugikan bagi manusia pada lahan-lahan bekas tambang. Di satu sisi
mikroba ta-nah dapat memperburuk keadaan lahan misalnya mikroba yang
berperan sebagai biokatalisator AMD tetapi sebagian dari mereka aktif
mereduksi logam-logam menjadi tidak tersedia, sebagian lagi membantu
pertumbuhan tanaman sehing-ga proses revegetasi menjadi lebih baik.
Secara terperinci peranan mikroba terse-but diuraikan sebagai berikut

Sebagai Biokatalisator AMD dan Sebagai Agen Biomining
Peristiwa AMD terjadi karena adanya oksidasi mineral-mineral
bersulfur yang merupakan sisa galian tambang terbuka dan melepaskan
asam sulfat seperti reaksi FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O15Fe2+ + 2SO42 +
16H+ (Bond et al., 2000). Asam sulfat merupakan asam kuat sehingga
akan menurunkan pH tanah dan air secara drastis. Menurunnya pH dapat
mening-katkan kelarutan logam-logam
Menurunnya pH dan hilangnya bahan organik (akibat
penambangan terbuka) akan memacu inisiasi bakteri pengoksi-dasi sulfur
(BOS) seperti Thiobacillus spp., Leptospirillum spp., Sulfolobus spp., dan
13 | T B I

Ferroplasma spp.. Mikroba tersebut bersifat suka asam (acidophilic),
menggunakan sumber C dari bahan anorganik (lithotroph atau ototrof)
dan menggunakan sumber energi dari. Spesies T. ferrooxidans yang
dikenal sebagai kemolitotrof dan mensin-tesis selnya dari karbon yang
diperoleh secara ensimatik dari CO2, ternyata dapat menggunakan
karbon organik secara ter-batas (Bacelar-Nicolau and Johnson, 1999).
Kehadiran BOS akan memacu la-ju AMD menjadi 500.000-1.000.000
kali lipat dibandingkan dengan reaksi yang terjadi secara geokimia se-
hingga dalam hal ini kelompok mikroba tersebut sangat merugikan bagi
lingkung-an tempat hidupnya.
Namun demikian, BOS dapat diman-faatkan untuk memanen
sisa logam yang mempunyai nilai ekonomi tinggi se-perti tembaga, seng,
nikel bahkan dapat melepaskan emas dan perak dari mineral pirit
Kelompok mikroba ter-sebut dikenal dengan istilah mikroba pe-
nambang atau biominer dan aktivitas pe-nambangan dengan
menggunakan mikro-ba disebut biomining. Menurut Rawlings (2004)
biomining adalah istilah untuk memfasilitasi ekstraksi logam-logam dari
mineral bersulfur atau yang mengandung besi dengan menggunakan
mikroba. Pro-ses pelarutan logam merupakan kombina-si proses kimia
dan mikrobiologi, di ma-na proses kimia terjadi karena adanya ion Fe3+
dan atau asam yang dihasilkan oleh aktivitas mikroba. Ekstrak logam
pada proses biomining dilarutkan ke dalam air, sehingga proses ini
disebut bioleaching sedangkan khusus untuk recovery emas dari lumpur
tailing digunakan istilah bio-oksidasi (Rawlings, 2004). Menurut
Rawlings (2004), tidak semua mineral dapat dipanen logamnya melalui
teknolo-gi bioleaching tetapi hanya logam yang terikat pada mineral
yang mengandung sulfur, besi atau sulfur tereduksi, sehing-ga proses
bioleaching selalu menghasilkan limbah berupa ion Fe
3+
dan asam sulfat.
Dalam Rawlings (2004) ekstraksi logam dengan mikroba lebih
ekonomis dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan ekstraksi
secara kimia. Kadar logam yang terlalu rendah dibandingkan dengan mi-
neral yang mengikatnya mengakibatkan ekstraksi secara kimia menjadi
tidak eko-nomis dibandingkan dengan perolehan logam. Metode
bioleaching juga tidak memerlukan energi dalam jumlah besar seperti
yang digunakan untuk proses pe-leburan dan pembakaran pada proses
pengambilan logam secara tradisional. Di samping itu, metode
bioleaching lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan proses-proses
secara fisiko kimia karena proses ini menggunakan proses yang ter-jadi
di alam. Sebagai contoh pada proses peleburan dan pembakaran akan
meng-hasilkan gas berbahaya misalnya SO2, hal tersebut tidak terjadi
pada proses bioleaching.
Mekanisme pelarutan mineral sulfid menunjukkan pola yang
berbeda-beda. menemukan bahwa oksidasi logam sulfida yang ber-beda
dimulai dengan reaksi antara (inter-mediate) yang berbeda. Untuk pirit
(FeS2) dan molybdenit (MoS2) melalui reaksi antara yang disebut
mekanisme thiosul-fat. Sedangkan spalerit (ZnS), kalkopirit (CuFeS2)
atau galena (PbS) melalui me-kanisme polysulfida.
14 | T B I

Pada mekanisme thiosulfat, pelarutan logam sulfida oleh asam
terjadi dengan perantara thiosulfat dengan hasil akhir yang utama adalah
sulfat. mencontohkan reaksi yang terjadi pada mineral pirit:

FeS2+6Fe3++3H2O S2O32+7Fe2++6H+ .......(1)

S2O32+8Fe3++5H2O 2SO42+ 8Fe2++10H+...(2)

Pada mekanisme polisulfida, pelarutan logam sulfida memerlukan
perantara sulfur elementer. Sulfur relatif stabil tetapi dapat dioksidasi
menjadi sulfat dengan bantuan BOS seperti reaksi 5 dibawah ini :

MS+Fe3++H+ M2++0,5H2Sn+Fe2+(n2).........(3)

0,5H2Sn+Fe3+ 0,125S8+Fe2++H+.................. .(4)

0,125S8+1,5O2+H2O SO42+2H+...................(5)
BOS
Ion Fe2+ yang dihasilkan dalam proses tersebut mungkin teroksidasi
kembali oleh BOS menjadi Fe3+.

2Fe2++0,5O2+2H+ 2Fe3++H2O...................(6)
BOS
Peranan BOS pada proses solubilisasi logam adalah menyediakan asam
sulfat (reaksi 5) untuk menangkap proton dan mengoksidasi besi menjadi
ion feri (reaksi 6) untuk melarutkan mineral.
Bakteri yang telah dibuktikan efektif untuk melepaskan logam-
logam komer-sial antara lain T. ferrooxidans dan L. fer-rooxidans dengan
kerapatan populasi 106-107 satuan pembentuk koloni/ml media tumbuh.
Sejak tahun 1950-an bakteri tersebut telah digunakan untuk melepaskan
logam-logam dari limbah ba-han galian (tailing). Beberapa tahun ter-
akhir dilaporkan bahwa 11% dari produksi tembaga (Cu) di USA dan
20% produk tembaga di dunia diproduksi melalui teknologi bioleaching
dengan bakteri T. ferro-oxidans. melaporkan bahwa sejak diterapkan
teknik biomining di Chili (negara penghasil tem-baga kelas atas dunia)
produksi tembaganya meningkat 400.000 ton per tahun.
Bakteri BOS membentuk lapisan bio-film yang melapisi permukaan
mineral yang mengandung tembaga. Oksidasi yang dilakukan oleh
bakteri terhadap mineral akan menghasilkan ferrosulfat dan oksidan.
Oksidan akan bereaksi de-ngan mineral-mineral tembaga-sulfida se-perti
kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), dan bornit
(Cu5FeS4), dengan melepaskan larutan CuSO4 (www.
personals.psu.edu). Tembaga selanjutnya dapat dipisahkan melalui proses
elektroli-sis. Penelitian lain menunjukkan bahwa T. ferrooxidans dan
15 | T B I

L.ferrooxidans dilaporkan sebagai organisme yang paling signifikan
dalam proses oksidasi mineral-mineral sulfidik.

Gambar 8 Bakteri T. ferrooxidans yang diisolasi pada media 9-K (A);
bentuk koloni pada media agar miring (B). (T. ferrooxidans isolated on
9K-medium (A), colony formation on 9K-slant agar medium). Foto
(Photo): Enny, 2008
Beberapa kelompok mikroba ditemu-kan bekerja pada suhu yang
berbeda-beda sehingga dapat dimanfaatkan untuk bio-mining pada
mineral yang berada pada kedalaman lapisan tanah yang berbeda. Pada
oksidasi mineral yang dioperasikan pada kisaran suhu 40C, mikroba
yang paling efektif adalah campuran kelompok (konsorsium) dari BOS
gram negatif, yang terdiri atas Acidithiobacillus ferro-oxidans
(Thiobacillus ferrooxi-dans) (Gambar 8), At. thiooxidans (dahulu T.
thiooxidans), dan At. caldus (dahulu T. caldus), dan bakteri pengoksidasi
besi Leptospirillum ferrooxidans serta L. fer-riphilum .
Bakteri yang aktif pada suhu 50C terdiri atas campuran kelompok
(konsorsium) At. caldus, beberapa Leptospirillum spp., bakteri gram-
positif dari genera Sul-fobacillus dan Acidimicrobium, serta archaea dari
genus Ferroplasma.
Pada bioleaching yang dioperasikan pada suhu >65C, konsorsium lebih
dido-minasi oleh archaea dibandingkan oleh bakteri. Spesies bakteri yang
banyak di-temukan adalah Sulfolobus dan Metal-losphaera sedangkan
archaea terdiri atas genus Acidianus misalnya Ad. ambiva-lensi atau Ad.
infernus yang juga mampu tumbuh pada suhu sangat tinggi (90C)
Mikroba yang ekstrim termofil yang dapat dipekerjakan pada proses
biomining terutama anggota dari genus Sulfolobus, Acidianus, Metallos-
phaera, dan Sulfurisphaera (enny,jurnal vol V no2:151-160, 2008).

A
B

Anda mungkin juga menyukai