Anda di halaman 1dari 11

BIOTEKNOLOGI PERTAMBANGAN

A. Definisi Penambangan Logam


Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, study kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.

Ilmu dan teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan mineral dan logam
disebut Biohidrometalurgi. Ruang lingkup metalurgi meliputi: pengolahan mineral (mineral
dressing), ekstraksi logam dari konsentrat mineral (extractive metallurgy), proses produksi
logam (mechanical metallurgy), perekayasaan sifat fisik logam (physical metallurgy). Salah
satu cabangnya adalah Biohidrometalurgi, yakni pengolahan bijih logam menjadi logam murni
dengan cara penambahan mkhluk hidup seperti bakteri. Misalnya: Thiobacillus ferrooxidan
berperan memisahkan logam dari bijihnya atau kotoran sehingga didapat logam berkualitas
tinggi.
Penambangan tembaga di Indonesia terdapat di Papua ( Irian jaya) , Sulawesi
utara, Jawa barat dan beberapa daerah lain di Indonesia.
B. Bioteknologi Penambangan Logam
Melalui bioteknologi ERM (Enhanced Recovery of Metals) bahan tambang logam
dapat ditingkatkan perolehannya terutama dari deposit yang kandungan bahan tambangnya
rendah. Salah satu teknologi dalam katagori tersebut yang dapat digunakan adalah
biohydrometallurgy atau bioleaching. Bioleaching menggunakan bakteri untuk mengubah
sifat fisik dan kimia bahan tambang sehingga logam dapat diekstraksi dengan cara yang
lebih ekonomis. Dalam percobaan laboratorium, 97% tembaga asal bahan tambang kualitas
rendah dapat diekstrak. Proses tersebut saat ini digunakan dalam skala komersial untuk
menambang tembaga dan uranium. Teknologi bioleaching dapat juga digunakan di
pertambangan Ni, Zn, Co, Sn, Cd, Mb, Pb, Sb, Sb, As dan Se. Teknologi yang berkebalikan
dengan bioleaching yaitu biooxidation dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan
logam mulia. Dengan menggunakan teknologi biooksidasi perolehan emas dapat
ditingkatkan dari hanya 30% menjadi sekitar 98% (Brierley and Brierley, 1997). Afrika
Selatan telah menerapkan teknologi tersebut untuk mengekstrak emas. Selain bioleaching
dan biooksidasi, beberapa mikroorganisme termasuk fungi mampu mengakumulasi logam
dalam sel dalam konsentrasi yang jauh lebih tinggi dibanding di lingkungan sekitarnya.
Teknologi bio-konsentrasi tersebut potensial untuk mengekstrak logam mulia (emas, perak)
dari bahan tambang berkonsentrasi rendah. Teoritis, mikroorganisme bahkan dapat
digunakan untuk mengekstrak emas dari laut.
Selain membantu meningkatkan kinerja pertambangan, bioteknologi telah banyak
digunakan untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Dengan menggunakan
mikroorganisme asli Indonesia, berbagai upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan
berhasil dikembangkan. Melalui pendekatan bioteknologi lingkungan, misalnya teknologi
bioremediasi, limbah minyak bumi, air asam tambang, limbah mengandung merkuri dan
fenol dapat dibersihkan.
Teknologi bioremediasi dengan mengandalkan aktivitas mikroorganisme Indonesia
mampu membersihkan limbah minyak bumi 4 kali lebih cepat di bandingkan teknologi
bioremediasi yang umum digunakan saat ini (Santosa et al., 2007. Paten). Teknologi
tersebut mampu menghemat biaya antara 25 hingga 50 persen dibanding teknologi
bioremediasi yang diterapkan saat ini oleh perusahaan-perusahaan minyak. Pengembangan
teknologi bioremediasi lainnya adalah teknologi untuk membersihkan limbah mengandung
merkuri. Teknologi dikembangkan dengan memanfaatkan bakteri untuk menghilangkan
senyawa merkuri beracun yang terlarut dalam air limbah. Teknologi ini sangat cost effective
dengan biaya hanya 1/400 dari teknologi detoksifikasi (penghilangan racun) merkuri
konvensional yang menggunakan resin. Dengan menggunakan bioteknologi tersebut,
merkuri dalam limbah dapat diturunkan 98,5 persen hanya dalam waktu 30 menit.
Teknologi bioremediasi dapat juga digunakan untuk mengatasi air asam tambang dan
logam berat terlarut terutama dari pertambangan batu bara. Setelah reaksi belangsung
pH (keasaman) air asam tambang yang mula-mula berkisar dari 2 – 3 dapat meningkat
mendekati netral (6-7) tanpa penambahan senyawa kimia penetral pH. Sementara logam
berat yang terdapat air asam tambang mengendap. Bioteknologi yang sama dapat digunakan
menurunkan konsentrasi berbagai logam berat diantaranya Cr, Pb dan Cd. Teknologi ini
efisien, karena hanya membutuhkan biaya 1/10 dari biaya penanganan air asam tambang
konvensional. Selain berbagai aspek tersebut di atas, bioteknologi juga potensial untuk
diterapkan dalam upaya membersihkan limbah dari fenol, menurunkan berbagai parameter
yang tidak dikehendaki dalam air limbah, misalnya BOD5, COD, NH4, H2S dan senyawa
pencemar lainnya serta as-gas berbahaya (teknik biofilter). Bioteknologi juga potensial
untuk diterapkan dalam lingkup yang sederhana misalnya mempercepat pengomposan
hingga yang lebih kompleks misalnya produksi biofuels dari ganggang mikro hingga bio-
baterai (microbial fuel cell).
1. Bioleaching
Menggunakan bakteri untuk mengubah sifat fisik dan kimia bahan tambang
sehingga logam dapat diekstraksi dengan cara yang lebih ekonomis. Dalam percobaan
laboratorium, 97% tembaga asal bahan tambang kualitas rendah dapat diekstrak. Proses
tersebut saat ini digunakan dalam skala komersial untuk menambang tembaga dan
uranium. Teknologi bioleaching dapat juga digunakan di pertambangan Ni, Zn, Co, Sn,
Cd, Mb, Pb, Sb, Sb, As dan Se. Teknologi yang berkebalikan dengan bioleaching yaitu
biooxidation dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan logam mulia. Dengan
menggunakan teknologi biooksidasi perolehan emas dapat ditingkatkan dari hanya 30%
menjadi sekitar 98%. Afrika Selatan telah menerapkan teknologi tersebut untuk
mengekstrak emas. Selain bioleaching dan biooksidasi, beberapa mikroorganisme
termasuk fungi mampu mengakumulasi logam dalam sel dalam konsentrasi yang jauh
lebih tinggi dibanding di lingkungan sekitarnya. Teknologi bio-konsentrasi tersebut
potensial untuk mengekstrak logam mulia (emas, perak) dari bahan tambang
berkonsentrasi rendah. Teoritis, mikroorganisme bahkan dapat digunakan untuk
mengekstrak emas dari laut.
Bioleaching merupakan suatu proses untuk melepaskan (remove) atau
mengekstraksi logam dari mineral atau sedimen dengan bantuan organisme hidup atau
untuk mengubah mineral sulfida sukar larut menjadi bentuk yang larut dalam air dengan
memanfaatkan mikroorganisme (Brandl, 2001). Sementara Bosecker (1987)
mengungkapkan bahwa bioleaching merupakan suatu proses ekstraksi logam yang
dilakukan dengan bantuan bakteri yang mampu mengubah senyawa logam yang tidak
dapat larut menjadi senyawa logam sulfat yang dapat larut dalarn air melalui reaksi
biokirnia. Bioleaching logam berat dapat rnelalui oksidasi dan reduksi logam oleh
mikroba, pengendapan ion-ion logam pada permukaan sel rnikroba dengan
menggunakan enzim, serta menggunakan biomassa mikroba untuk menyerap ion Plogm
(Chen dan Wilson, 1997). Bakteri yang digunakan dalam proses tersebut antara lain
adalah bakteri Pseudomonas fluorescens, Escherichia coil, Thiobacillus ferrooxidans
dan Bacillus sp sebagai bakteri leaching yang mampu melarutkan senyawa timbal
sulfida sukar larut menjadi senyawa timbal sulfat yang dapat larut melalui proses
biokimia.
a. Langkah- langkah Bioleaching:

Proses pemisahan tembaga dari bijihnya dengan menggunakan bakteri


Thioobacillus ferooxidans adalah sebagai berikut. Bakteri ini akan mengoksidasi
senyawa besi sulfide di sekitarnya. Proses ini akan melepaskan energi asam sulfat
(H2SO4) dan besi sulfide (FeS). Kedua senyawa ini akan menghancurkan bebatuan
disekitarnya dan melepaskan tembaga dari bijihnya. Dengan kata lain, bakteri ini
akan mengubah sulfide yang tidak larut dalam air. Dengan demikian, apabila air
dialirkan di bebatuan yersebut, maka tembaga sulfat akan terbawa dan terkumpul di
dalam kolam yang sudah disediakan. Larutan dalam kolam bewarna biru cemerlang.
Larutan biru cemerlang kemudian dialirkan melalui pipa-pipa. Besi akan mengikat
sulfat dan tembaga akan dilepas. Sehingga, akan didapat tembaga murni dengan
konsentrasi sekitar 99%.
b. Mekanisme Pemanfaatan T. ferrooxidans dalam pemisahan logam besi
Thiobacillus adalah organisme autotrofik obligat, artinya mereka
membutuhkan molekul anorganik sebagai donor elektron dan karbon anorganik
(seperti karbon dioksida) sebagai sumber. Mereka mendapatkan nutrisi dengan
mengoksidasi besi dan belerang dengan O2. Thiobacillus tidak membentuk spora,
mereka Gram-negatif Proteobacteria. Siklus hidup mereka adalah khas bakteri,
dengan reproduksi oleh fisi sel.
Dalam metaboliseme Thiobacillus ferrooxidans tergolong bakteri
kemoautotrof. Kemoautotrof adalah organisme yang dapat memanfaatkan energi dari
reaksi kimia untuk membuat makanan sendiri dari bahan organik. Bakteri
kemoautotrof menggunakan energi kimia dari oksidasi molekul organik untuk
menyusun makanannya. Molekul organik yang dapat digunakan oleh bakteri
Thiobacillus ferrooxidans adalah senyawa, belerang, dan besi .Dalam prosesnya
bakteri ini membutuhkan oksigen.
Golongan Thiobacillus genus, juga dikenal sebagai Acidithiobacillus, tidak
mengandung warna, bakteri berbentuk batang . Bakteri ini memiliki kemampuan
untuk memperoleh energi dari oksidasi senyawa sulfur . Oleh karena itu persyaratan
lingkungan termasuk adanya senyawa belerang anorganik. Bakteri ini
pernapasannya preferentially memanfaatkan oksigen sebagai akseptor elektron
terminal (rachel, Klapper.2008)
Thiobacillus adalah genus yang paling penting dari chemolithotrophs yang
memetabolisme belerang. Ini termasuk sel berbentuk batang motil yang dapat
diisolasi dari sungai, kanal, tanah sulfat diasamkan, drainase limbah tambang dan
daerah pertambangan lainnya. Thiobacilli ini disesuaikan dengan variasi yang luas
dari suhu dan pH dan dapat dengan mudah diisolasi dan diperkaya. Bakteri ini dapat
melakukan hubungan simbiotik dengan anggota dari genus acidipilum, sebuag
bakteri yang mampu mereduksi besi. Species lain dari bakteri ini ada juga yang
mampu hidup dalam air dan sedimen.
T. ferroxidans adalah bakteri pelepas logam yang paling banyak diteliti,
berbentuk batang kecil, menyukai temapat yang sangat asam dengan pH optimum
berkisar anatara 1,5-2,5 (chang & Myersonn, 1982). Bakteri ini mampu mendapatkan
energi dari oksida besi ferrp (Fe2+) dan menjadi ferri Fe3+ dan dengan mengoksidasi
bentuk tereduksi sulfur menjadi asam sulfat (corbelt & Ingledew,1987). T.
ferrooxidans adalah bakteri yang paling aktif di tambang limbah akibat asam dan
polusi logam. Situs drainase tambang asam ekstrim juga mengekspos tingkat tinggi
pirit, suatu unsur yang mudah teroksidasi oleh T. ferrooxidans. Ini kapasitas oksidasi
pirit-telah dimanfaatkan dalam industri desulfurisasi batubara. T. ferrooxidans
digunakan dalam pengolahan mineral industri dan proses bioleaching. Bakteri ini
memiliki kemampuan untuk menyerang sulfida yang mengandung mineral sulfida
larut dan mengkonversi logam seperti tembaga dan seng ke dalam sulfat larut mereka
logam. Logam dipulihkan melalui proses bioleaching termasuk tembaga, uranium
dan emas.
Reaksi pelepasan logam biasanya meliputi pengubahan cebakan logam yang
tidak larut, biasanya berupa sulfida, menjadi senyawa yang larut dan logam yang
diinginkan lebih mudah dimurnikan atau diekstrak. Bakteri pelepas logam dapat
melakukan perubahan ini secara langsung dengan mengoksidasi sulfida logam
sehingga terbentuk besi ferri, asam sulfat dan sulfat logam dan hasil logam tergantung
jenis jebakanya. Beberapa reaksi pelepasan logam sebagai hasil serangan bakteri T.
ferrooxidans langsung adalah ;
4FeS2(pirit ) + 15O2 + H2O à 2 Fe2(SO4)3 + 2H2SO4….. 1
4CuFeS2 (khalkopirit) + 17 O2 + H2SO4 à4CuSO4 + 2Fe(SO4)3 + 2H2O…2
2FeAsS (arsenopirit) + 2O2 + H2O à 2FeSO4 + 2 H2SO4 …3
CuS (kovelit) + 2O2 à CuSO4 ……4
Pelepasan logam dari mineral oleh bakteri dapat juga secara tidak langsung.
Seperti diperlihatkan pada reaksi berikut ;
4FeS2 (pirit) + 2Fe(SO4)3 à 6Fe(SO4) + 4S…….. 5
CuS (kovelit) + Fe2 (SO4)3 à CuSO4 + 2F(SO4) + S………..6
Besi ferri dan asam sulfat terbentuk melalui oksidasi langsung sulfide logam
mampu mengokidasi sendiri cebakan tertentu untuk membentuk oksidasi dan sulfat
yang larut dalam larutan asam.
Dengan menggunakan beberapa bakteri aerobik ototrofik yaitu Thiobacillus
ferrooxidans. Spesies bakteri ini bila ditumbuhkan dalam keadaan lingkungan yang
mengandung biji tembaga atau besi akan menghasilkan asam dan mengksidasikan
biji tersebut disertai pengendapan atau pemisahan logam besinya. Proses ini yang
dinamakan pelindian atau bleaching. Dengan teknik ini dapat memperbaiki cara
pemisahan logam dari biji dan tidak mengakibatkan polusi udara
(Waluyo,Lud.2005).
c. Oksidasi dan reduksi besi oleh Bakteri T. ferrooxidans
Dalam kondisis aerobik, bakteri Thiobacillus ferooxidans dapat menggunakn
energi dari mengisolsidasi Fe2+ (Waluyo,Lud.2009). Proses tersebut diantarannya :
2Fe2+ + ½ O2 + 2 H+ à 2Fe3+ + H2O
Oksidasi pyrit (FeS2) menjadi SO42-
dan Fe3+ dilakukan bakteri tersebut jika
kondisis lingkungan dengan keasaman tinggi.
Thiobacillus ferroxidans mengoksidasi besi
dalam bentuk ferro sulfat untuk
mengahasilkan ferri sulfat.
4FeSO4 + 2 H2SO4 + O2 à 2 Fe2 (SO4)3 + 2 H2O
Ferri sulfat mempengaruhi keasaman setelah menghidrolisi ke bentuk ferri
hidroksida.
2 Fe2(SO4)3 + 12 H2O -à 4 Fe (OH)3 + 6 H2SO4
Apakah keuntungan dari proses oksidasi Fe2+ ? mikrobe akan mendapatkan
tambahn energi. Ion Fe 3+ yang terbentuk secara fisik akan melindungi mikroba dan
meningkatkan stabilitas mikrokoloni pada permukaan benda padat. (Waluyo,lud.
2009).

Skema proses oksidasi dan reduksi Fe oleh T.ferrooxidans


Skema bioleaching T.ferroxidans

d. Dampak penggunaan bioleaching


1.) Keuntungan bioleaching
Kehadiran bakteri secara signifikan dapat meningkatkan kecepatan proses
pencucian secara keseluruhan. Thiobacillus ferrooxidans akan mengoksidasi
senyawa besi belerang (besi sulfida) di sekelilingya. proses ini membebaskan
sejumlah energi yang akan digunakan untuk membentuk senyawa yang
diperlukan dan menghasilkan senyawa asam sulfat dan besi sulfat. kedua senyawa
ini akan menyerang bebatuan di sekitar tembaga sehingga dapat lepas dari bijinya.
Thiobacillus ferrooxidans akan mengubah tembaga sulfida yang tidak larut
dalam air menjadi tembaga sulfat yang larut dalam air. Ketika air mengalir
melalui batuan, senyawa tembaga sulfat akan ikut terbawa dan lambat laut
terkumpul dalam kolam berwarna biru cemerlang. Dalam lingkungan tanah,
T.ferrooxidans berguna sebagai sumber slow release fosfat dan sulfat untuk
pemupukan tanah.
Thiobacillus ferroxidans merupakan bakteri kemolitotrof, dimana bakteri
kemo dapat mengambil dan mngumpulkan io-ion logam beracun sehingga
bermanfaat untuk memindahkan polutan dari air limbah. usaha memperbaiki
kualitas lahan termasuk tanah dan air serta pencemaran dengan menggunakan
mikroorganisme disebut bioremediasi.
Thiobacillus dapat membantu produsen logam menghemat energi,
mengurangi polusi dan demikian menekan biaya produksi.
Dalam hal tujuan tunggal langkah bakteri adalah regenerasi Fe 3+ sulfidik
bijih besi dapat ditambhakan untuk mempercepat proses dan menyediakan sumber
besi
2.) Kerugian Menggunakan Bioleaching
Bioleaching (bacterial leaching) dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Dimana proses tersebut menyisakan suatu unsur atau
senyawa ke dalam air dan masuk ke tanah sehingga akan mempengaruhi unsur
hara dalam tanah.
Bakteri Thiobacillus ferrooxidans pengoksidasi Fe (mengubah Fe3+ yang
bersifat sebagai ion terlarut menjadi Fe (OH)3) yang bersifat tidak larut) dapat
menimbulkan korosi. Prose korosi secara mikrobiologis tidak berarti logam
tersebut dimakan oleh mikroorganisme tetapi akibat pertumbuhan mikrobe
tersebut yang mengahsilakn senyawa, Yang bersifat korosif misalnya asam
(Waluyo,Lud.2009). Produk sampingan lain dari metabolisme (asam sulfat)
bakteri T. ferrooxidans kadang-kadang berhubungan dengan korosi oksidatif dari
beton dan pipa. (Kuenen, J. Gijs, et al.1992). Hal ini disebabkan karena mikroba
tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh
energi bagi keberlangsungan hidupnya.

Gambar permukaan logam yang terkorosi

2. Biooksidasi
Pemanggangan bertujuan mengoksidasi senyawa sulfida maupun karbonat
menggunakan oksigen ( udara) pada temperatur yang tinggi. Bio-oksidasi adalah proses
oksidasi yang dilakukan dengan bantuan mikroorganisme, semacam bakteri pemakan
besi dan belerang ( thiobacillius ferrooksidan) dsb. Oksidasi tekanan udara dilakukan
dengan cara menyuntikkan oksigen ke dalam larutan disaat proses ekstraksi berlangsung.
Penggilingan halus dilakukan untuk memperoleh logam emas yang bebas ( terlepas dari
perangkapnya).
Peristiwa oksidasi reduksi suatu atau beberapa unsur ataupun molekul
menimbulkan tegangan listrik yang dapat diukur. Tegangan listrik yang timbul ini
disebut juga potensial elektroda. Berdasarkan hal ini, secara empiris terbukti bahwa
makin mulia suatu unsur maka makin tinggilah potensial elektrodanya. Artinya, makin
mulia suatu unsur maka makin sulit unsur tersebut teroksidasi, dan makin mudah
tereduksi dari bentuk senyawanya.
Peristiwa oksidasi reduksi suatu atau beberapa unsur ataupun molekul
menimbulkan tegangan listrik yang dapat diukur. Tegangan listrik yang timbul ini
disebut juga potensial elektroda. Berdasarkan hal ini, secara empiris terbukti bahwa
makin mulia suatu unsur maka makin tinggilah potensial elektrodanya. Artinya, makin
mulia suatu unsur maka makin sulit unsur tersebut teroksidasi, dan makin mudah
tereduksi dari bentuk senyawanya.

3. Bioremidiasi

Selain membantu meningkatkan kinerja pertambangan, bioteknologi telah banyak


digunakan untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Dengan menggunakan
mikroorganisme asli Indonesia, berbagai upaya untuk mengatasi pencemaran
lingkungan berhasil dikembangkan. Melalui pendekatan bioteknologi lingkungan,
misalnya teknologi bioremediasi, limbah minyak bumi, air asam tambang, limbah
mengandung merkuri dan fenol dapat dibersihkan.

Teknologi bioremediasi dengan mengandalkan aktivitas mikroorganisme mampu


membersihkan limbah minyak bumi 4 kali lebih cepat di bandingkan teknologi
bioremediasi yang umum digunakan saat ini (Santosa et al., 2007. Paten). Teknologi
tersebut mampu menghemat biaya antara 25 hingga 50 persen dibanding teknologi
bioremediasi yang diterapkan saat ini oleh perusahaan-perusahaan minyak.
Pengembangan teknologi bioremediasi lainnya adalah teknologi untuk membersihkan
limbah mengandung merkuri. Teknologi dikembangkan dengan memanfaatkan bakteri
untuk menghilangkan senyawa merkuri beracun yang terlarut dalam air limbah.
Teknologi ini sangat cost effective dengan biaya hanya 1/400 dari teknologi detoksifikasi
(penghilangan racun) merkuri konvensional yang menggunakan resin. Dengan
menggunakan bioteknologi tersebut, merkuri dalam limbah dapat diturunkan 98,5 persen
hanya dalam waktu 30 menit.

Desulfotomaculum orientis dan Desulfotomaculum sp mengubah sulfat dalam air


asam tambang menjadi hidrogen sulfida dan kemudian bereaksi dengan logam berat.
Teknologi bioremediasi dapat juga digunakan untuk mengatasi air asam tambang dan
logam berat terlarut terutama dari pertambangan batu bara. Setelah reaksi belangsung
pH (keasaman) air asam tambang yang mula-mula berkisar dari 2-3 dapat meningkat
mendekati netral (6-7) tanpa penambahan senyawa kimia penetral pH. Sementara logam
berat yang terdapat air asam tambang mengendap. Bioteknologi yang sama dapat
digunakan menurunkan konsentrasi berbagai logam berat diantaranya Cr, Pb dan Cd.
Teknologi ini efisien, karena hanya membutuhkan biaya 1/10 dari biaya penanganan air
asam tambang konvensional. Selain berbagai aspek tersebut di atas, bioteknologi juga
potensial untuk diterapkan dalam upaya membersihkan limbah dari fenol, menurunkan
berbagai parameter yang tidak dikehendaki dalam air limbah, misalnya BOD5, COD,
NH4, H2S dan senyawa pencemar lainnya serta as-gas berbahaya (teknik biofilter).
Bioteknologi juga potensial untuk diterapkan dalam lingkup yang sederhana misalnya
mempercepat pengomposan hingga yang lebih kompleks misalnya produksi biofuels dari
ganggang mikro hingga bio-baterai (microbial fuel cell).

Anda mungkin juga menyukai