Jenis Kegiatan:
PKM Penelitian
Diusulkan oleh:
Ika Purnamasari
Kartika Sari
Albert Ferdinand Partogi
(0717011042/2007)
(0717011043/2007)
(0817011017/2008)
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2009
HALAMAN PENGESAHAN
HASIL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan
2. Bidang Kegiatan
3. Bidang Ilmu
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NPM
c. Jurusan
d. Perguruan Tinggi
e. Alamat Rumah
f. No. Telp/HP
g. E-mail
5. Anggota Pelaksana
6. Dosen Pendamping
a. Nama
b. NIP
c.Tempat /Tgl Lahir
d.Jenis Kelamin
e.Kantor /Unit Kerja
f. Alamat Kantor
g.Telp/HP/email
h.Bidang Keahlian
Menyetujui
Ketua Jurusan Kimia
FMIPA Unila
Ketua Pelaksana
(Ika Purnamasari)
NPM. 0717011042
Dosen Pendamping
(Dra.Ilim,M.S,)
NIP. 196505251990032002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan proposal PKM
Penelitian kami yang berjudul Pengolahan kulit kakao menjadi tar hidrofobik
sebagai pelapis genteng dengan metode pirolisis .
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpah curahkan kepada suri teladan
terbaik umat, rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
pengikutnya yang senantiasa setia hingga akhir zaman.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan proposal PKM ini, diantaranya:
1.
2. Ibu Dra. Ilim, M.S, selaku dosen pendamping atas segala bimbingan, bantuan,
nasihat, dan saran hingga selesainya penulisan laporan PKM Penelitian ini.
3. Bapak Wasinton Simanjuntak, Ph.D selaku dosen Kimia Fisik atas segala
saran dan bantuan yang telah diberikan.
4. Teman-teman di Laboratorium Fungsionalisasi Polimer, Kimia Fisik Jurusan
Kimia FMIPA Unila atas semangat, saran, dan bantuan yang diberikan.
Kami berharap, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan bisa memberikan
motivasi kepada rekan-rekan peneliti muda untuk terus menggali potensi Sumber
Daya Alam (SDM) yang dimiliki Indonesia tanpa melupakan konservasinya.
A. Judul Program :Pengolahan kulit kakao menjadi tar hidrofobik sebagai pelapis
genteng dengan metode pirolisis
B. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan letak geografis 6 o LU dan 11o LS dengan iklim
tropis, sebagai negara tropis Indonesia kaya akan sumber daya alamnya terutama pada
sumber daya flora (tumbuhan). Sebagian besar dari sumber daya ini menghasilkan
sumbangan devisa negara yang cukup besar. Namun, tidak semua bagian dari
tumbuhan tersebut belum termanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan masyarakat Indonesia akan teknologi tepat guna. Akibat
dari keterbatasan tersebut dikhawatirkan akan semakin banyak limbah hasil
pengolahan
diperoleh data statistik tahun 2006-2008 daerah Lampung khususnya Lampung Utara
pada tahun 2007 menghasilkan produksi kakao sebanyak 1,576 ton dengan luas lahan
2,565 Ha. Oleh karena besarnya produksi yang dihasilkan, maka tentu saja
berdampak pada menumpuknya kulit kakao sisa pengolahan biji kakao. Meskipun
terdapat dalam jumlah yang melimpah, hingga saat ini pemanfaatan kulit kakao masih
sangat terbatas karena sumber daya ini belum mampu diolah menjadi produk bernilai
ekonomis tinggi. Selain manfaatnya sebagai tanaman industri kakao juga berperan
dalam pelestarian lingkungan dengan memanfaatkannya sebagai pupuk organic dan
pakan ternak.
Dilihat dari beberapa potensi diatas, diajukan pemanfaatan kulit buah kakao , sebagai
langkah awal untuk mendorong pengolahan kulit kakao menjadi komoditas dengan
nilai ekonomis yang tinggi. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengolahan kulit
buah kakao dengan metode pirolisis untuk menghasilkan asap cair dan tar secara
bersamaan (Girard, 1992). Pembuatan dua produk ini diteliti karena dewasa ini
keduanya merupakan produk pirolisis bahan organik (biomassa) yang pembuatan dan
pemanfaatannya terus dikembangkan. Akhir-akhir ini banyak diteliti asap cair yang
memiliki sifat anti bakteri sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pengawet
makanan pengganti pengawet kimia (Fatimah, 1998). Selain asap cair, tar yang
dihasilkan bersamaan dengan asap, juga diketahui mempuyai sifat anti bakteri dan
anti jamur sehingga pemanfaatannya sebagai pengawet juga sedang giat diteliti, salah
satunya adalah sebagai pengawet kayu (Girard, 1992). Selain bersifat anti bakteri dan
anti jamur, tar diketahui bersifat hidrofobik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
pelapis bahan yang rentan terhadap air. Berdasarkan sifat ini dalam penelitian ini tar
yang dihasilkan akan diuji coba sebagai pelapis genteng, untuk mengkaji
efektifitasnya sebagai pengganti cat genteng yang banyak digunakan di Indonesia.
C. Perumusan Masalah
Secara umum telah diketahui bahwa karakterisitk produk pirolisis sangat dipengaruhi
oleh jenis bahan baku dan suhu pirolisis yang digunakan. Atas dasar ini, masalah
yang akan diteliti adalah bagaiman kaitan antara suhu pirolisis dan efektifitas tar yang
dihasilkan sebagai pelapis hidrofobik untuk genteng.
D. Tujuan Program
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Menghasilkann tar dari kulit kakao yang mempunyai sifat hidrofobik terbaik
dengan suhu pirolisis optimum.
2.
Melakukan uji pelapisan genteng dengan tar yang dihasilkan dari proses
pirolisis pada suhu yang berbeda.
G. Tinjauan Pustaka
1.
Kakao
ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan
tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai
ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat
tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini
dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Bunga kakao, sebagaimana
anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous).
Klasifikasi tanaman kakao
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Nama binomial
: Plantae
: Magnoliphyta
: Magnoliopsida
: Malvales
: Malvaceae ( Sterculiaceae )
: Theobroma
: T.cacao
: Theobroma cacao
bagian terluar yang menyelelubungi biji coklat dengan tekstur kasar,tebal dan agak
keras. Kulit buah memiliki 10 alur dengan ketebalan 1-2 cm. Pada waktu muda, biji
menempel pada bagian dalam kulit buah, tetapi saat masak biji akan terlepas dari kulit
buah. Menurut Darmono dan Panji, (1999), limbah kulit buah kakao yang dihasilkan
dalam jumlah banyak akan menjadi masalah jika tidak ditangani dengan baik. Produksi
limbah padat ini mencapai sekitar 60 % dari total produksi buah. Pada dasarnya, kulit
buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsure hara tanaman dalam bentuk
kompos (Spillane, 1995), pakan ternak, produksi biogas dan sumber pectin (Fatimah,
2008).
Selain pektin, kulit kakao juga dapat diolah menjadi tar yang bersifat hydrofibik
dengan metode pirolisis. Pada umumnya sifat hydrofobik ditimbulkan karena adanya
kandungan lemak atau minyak pada bahan dasar yang digunakan. Adapun komposisi
kimia kulit kakao dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 1. Komposisi kulit kakao
Nama Senyawa
Protein kasar
Persentase
5,69-9,69
Lemak
0,02-0,15
Glukosa
1,16-3,92
Sukrosa
0,02-0,18
Pektin
5,30-7,08
Serat kasar
33,39-39,45
CaO
0,22-0,59
MgO
0,40-0,52
P2O5
0,30-0,49
SO2
(Fatimah, 2008)
0,06-0,14
Dilihat dari komposisinya, limbah kulit buah kakao yang selama ini melimpah dan
kurang dimanfaatkan dapat dijadikan bahan utama pembuatan pelapis genteng yang
dapat mencegah tumbuhnya jamur dan lumut yang dapat mempercepat proses
pelapukan. Kulit buah kakao dapat diubah menjadi tar yang bersifat hidrofobik
dengan cara pirolisis. Pembuatan pelapis genteng ini menggunakan perangkat
pirolisator seperti yang disajikan pada Gambar 4. Metode pirolisis ini akan
menghasilkan dua produk sekaligus, yaitu asap cair dan tar. Tar yang dihasilkan
dipisahkan dari asap cair dengan metode pengendapan. Tar yang dihasilkan bersifat
anti bakteri dan anti fungi. Tar yang dihasilkan dikondisikan pada keadaan hidrofobik
(tidak suka air). Selanjutnya tar diuji kualitas hidrofobiknya. Namun hingga saat ini
pemanfaatan kulit kakao sebagai pelapis genteng belum dilakukan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat akan potensi ini.
3. Pirolisis
Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi
penguraian komponen-komponen penyusun bahan baku. Istilah lain dari pirolisis
adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh
adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung
pengertian bahwa apabila bahan baku yang dipanaskan tanpa berhubungan dengan
udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari
senyawa-senyawa kompleks yang menyusun bahan baku tersebut dan menghasilkan
zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Widjaya, 1982).
Dewasa ini, metode pirolisis sedang dikembangkan untuk pengolahan berbagai jenis
bahan baku, antara lain tempurung kelapa sabut, serta cangkang sawit (seperti yang
dilakukan oleh juni prananta pada tahun 2008) untuk menghasilkan asap cair, tar, dan
arang (Girard, 1992). Berdasarkan penerapan tersebut, dalam penelitian ini kulit
kakao diolah menjadi tar dengan metode pirolisis. Istilah lain dari pirolisis adalah
destructive distillation atau destilasi kering, dimana merupakan proses penguraian
yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan
tanpa berhubungan dengan udara luar. Girard (1992) menyatakan bahwa produk
dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi pirolisis komponen-komponen
bahan baku adalah sebanding dengan jumlah komponen-komponen tersebut dalam
bahan tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas pengasapan yaitu
dengan menggunakan asap cair yang diperoleh dengan cara pirolisis bahan organik
kemudian dilakukan kondensasi. Menurut Maga (1987) tar merupakan suatu larutan
dan dispersi koloid dari bahan organuk dalam air yang dapat diperoleh dari hasil
pirolisis sampel.
Menurut Tahir (1992), proses pirolisis menghasilkan tiga macam penggolongan
produk, yaitu :
1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa
gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO,
CH4, H2 dan hidrokarbon tingkat rendah yang lain.
Adapun komposisi gas yang dihasilkan oleh karbonisasi kayu terdapat dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses
karbonisasi kayu
No
Komponen Gas
1. Karbondioksida
2. Karbonmonoksida
3. Metana
4. Hidrogen
5. Etana
6. Hidrokarbon tak jenuh
(Panshin, 1950)
Persentase(%)
50,77
27,88
11,36
4,21
3,09
2,72
a
b
c
d
4. Tar
Tar adalah resin yang berupa cairan kental berwarna hitam. Tar dihasilkan dari proses
pirolisis suatu bahan, seperti kayu atau tempurung kelapa. Produksi dan perdagangan
tar merupakan penyumbang utama perekonomian Eropa Utara dan Amerika. Tar
dapat digunakan untuk melindungi dan merawat material yang terbuat dari kayu atau
keramik agar tidak mudah rusak. Pada zaman kerajaan kegunaan tar digunakan
sebagai pelapis anti air untuk perahu, kapal, dan atap. Selain itu tar juga sering
digunakan sebagai penyedap tambahan dalam permen, alkohol dan makanan lain.
Namun sejak dibuatnya kapal-kapal berbahan baku besi dan baja, tar menjadi kurang
diminati. Tar juga dapat diperoleh dari bahan baku lain misalnya gambut. Seperti
produk mineral, tar juga dapat diproduksi dari hidrokarbon fosil termasuk minyak
bumi.
Beberapa contoh pemanfaataan tar yang sudah diteliti antara lain:
1. sebagai penyedap untuk permen dan alkohol.
2. sebagai bumbu untuk makanan,seperti daging.
3. sebagai aromaterapi pada sauna.
4. sebagai anti ketombe pada shampo.
5. sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik.
6. sebagai bahan dasar pembutan rokok.
7. sebagai desinfektan.
Potensi lain sebagai pelapis pengganti cat misalnya untuk kayu dan genteng. Tar
dapat digunakan sebagai pelapis pengganti cat yang memiliki warna coklat transparan
dan bersifat hydofobik sehingga melindungi genteng dari cuaca. Tar juga dapat
dimodifikasi sehingga berwarna transparan sebagai pelapis interior kayu atau biasa
disebut plitur/pernis (Http://www.geotimes.org/sep09//NN).
7. Genteng
Genteng adalah unsur bangunan yang dipakai sebagai penutup atap. Genteng dapat
dibuat dengan menggunakan tanah liat (lempung) dengan atau tanpa campuran bahan
lainnya dan dibakar sampai suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur apabila
direndam air. Namun pada kenyataannya, apabila genteng yang sering berinteraksi
dengan air akan lebih cepat mengalami pelapukan. Oleh karena itu, secara umum
dalam penggunaannya genteng dilapisi cat dengan tujuan sebagai fungsi estetika,
selain itu pengecatan dilakukan untuk melindungi dari pengaruh cuaca yang salah
satunya adalah hujan.
Genteng yang digunakan sebagai atap rumah sangat rentan terhadap pelapukan karena
tumbuhnya jamur dan lumut. Oleh karena itu, pada penelitian ini tar dimanfaatkan
sebagai pelapis genteng yang dapat berfungsi sebagai pengganti cat yang efisien
mencegah tumbuhnya jamur dan lumut sehingga memperlambat proses pelapukan.
(Frick, 2006).
H. Metode Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan di Laboraturium Kimia Fisik.FMIPA
Universitas Lampung.
2. Alat dan Bahan
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat pirolisis, seperti
yang telah disajikan dalam Gambar 4, yang terdiri dari reaktor pirolisator, tabung
reaktor, pemanas listrik (heater), pipa penyalur asap, kolom pendingin
(kondensor), Elenmeyer, botol ukur, dan pipa pengeluaran asap sisa. Alat untuk
pengendapan tar yang digunakan terdiri dari asap cair yang masih bercampur
dengan tar, gelas ukur 100ml, pipet gondok , alat-alat gelas, pengaduk,
termometer, corong penyaring, pipet, wadah plastik, baskom, golok, kuas,dan
stopwacth.
Bahan yang digunakan yaitu kulit kakao yang diambil langsung dari petani di
daerah Kotabumi, Lampung Utara. Selain itu digunakan aquades, cat genteng, dan
genteng, amplas, kertas saring dan pelarut eter sebagai bahan tambahan.
3. Prosedur Kerja
3.1. Pirolisis kulit kakao
Sebanyak 500 gram kulit kakao dikeringkan dibawah sinar matahari selama satu
hari untuk mengurangi kadar air. Setelah dikeringkan, kulit kakao dipotong kecikkecil untuk memudahkan proses pembakaran. Sampel yang telah dipotong kecilkecil dan bersih dimasukkan kedalam reaktor pirolisis. Reaktor kemudian ditutup
dan rangkaian kondensor dipasang. Selanjutnya dapur pemanas dihidupkan
dengan mengatur suhu dan waktu yang dikehendaki. Waktu pemanasan diatur
masing-masing 60 menit, 90 menit, dan 120 menit dengan variasi suhu 150 oC,
250oC dan 350oC sampai tercapai suhu yang dikehendaki. Asap yang dihasilkan
secara liquidasi akan mengalir ke tabung kondensasi. Asap yang keluar dari
reaktor akan mengalir ke kolom pendingin melalui pipa penyalur asap yang mana
pada pipa ini terdapat selang yang dihubungkan botol penampung untuk
menampung tar , kemudian ke dalam kolom pendingin ini dialirkan air dengan
suhu kamar menggunakan aerator sehingga asap akan terkondensasi dan mencair.
Embunan berupa asap cair yang masih bercampur dengan tar ditampung dalam
Elenmeyer, selanjutnya disimpan di dalam botol. Sedangkan asap yang tidak
terembunkan akan terbuang melalui selang penyalur asap sisa.
3.2. Pemisahan tar dengan asap cair
Kondensat yang keluar dari tabung kondensasi yang masih bercampur dengan
asap cair dan tar yang terdapat didalam botol diendapan untuk memisahkan tar
dan asap cair. Tar yang telah dipisahkan berupa kerak yang kemudian dilarutkan
dengan pelarut yang sesuai, misalnya eter dan kloroform. Tar yang telah
dilarutkan siap untuk diuji.
3.3. Uji kualitas tar
Masing-masing tar yang telah dipisahkan dari asap cair diuji kualitas sifat
hidrofobiknya terhadap genteng, dengan cara melapisi genteng yang telah
diamplas secara merata dengan tar tersebut. Genteng pertama dilapisi tar dengan
suhu pirolisis 150oC, genteng kedua dilapis tar dengan suhu pirolisis 250 oC, dan
genteng ketiga dilapisi tar dengan suhu pirolisis 350 oC. Genteng yang telah
dilapisi tar dikeringkan dibawah sinar matahari, kemudian dilakukan pengujian
sifat hidrofobisitasnya dengan penetesan air pada masing-masing genteng
tersebut. Sebagai pembanding digunakan genteng yang tidak dilapisi tar dan
genteng yang dilapisi cat genteng komrsial dengan kualitas 1 dan 2. Lama
interaksi air dengan genteng diamati dengan mencatat waktu turunnya air
meninggalkan genteng.
No
Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
1
X
2
X
Bulan Ke3
4
X
X
X
X
Jumlah (Rp)
4.176.000,1.000.000,-
dokumentasi
300.000,-
pembuatan laporan
350.000,-
250.000,-
150.000,-
peminjaman alat
450.000,-
Total
1.500.000,-
Jumlah
6.676.000,-
Jenis Pengeluaran
Alat dan Bahan
Volume
Jumlah (Rp)
2.
Kulit kakao
Genteng
Cat genteng
Akuades
ter
Aluminium foil
Sabun cair
Tissue
Gayung
Kain lap
Baskom
Ember
Golok
Pisau
Stopwacth
Wadah plastik
Kertas saring
Kertas label
Pemeliharaan alat
Jumlah
Perjalanan
Biaya perjalanan
35 kg
40 buah
2 kaleng
20 liter
1 liter
5 pak
4 botol
20 kotak
2 buah
5 buah
5 buah
4 buah
2 buah
3 buah
2 buah
27 buah
1 pak
2 pak
1 kgtn
700.000,-/kgtn
2500,-/bh
300.000,-/klng
13.500,-/L
327.000,-/ltr
25.000,-/pak
12.500,-/btl
17.500,-/ktk
15.000,-/bh
10.000,-/bh
10.000,-/bh
15.000,-/bh
30.000,-/bh
10.000,-/bh
85.000,-/bh
20.000,-/bh
150.000,-/bh
15.000,-/pak
750.000,-/kgtn
3 orang x 3 x
150.000,-/orang
700.000 ,100.000,600.000,270.000,327.000,125.000,51.000,350.000,30.000,50.000,50.000,60.000,60.000,30.000,170.000,540.000,150.000,30.000,750.000,4.443.000,450.000,-
pengambilan sampel pp
(B.Lampung-
3.
Kotabumi)
Perjalanan lokal
Jumlah
Lain-lain
Peminjaman alat
1 kegiatan
400.000,-/kgtn
400.000,1.000.000,-
1 kegiatan
450.000,-/kgtn
450.000,-
Jumlah
Dokumentasi(peminj 3 kegiatan
450.000,100.000,-/hqri
300.000,-
digital).
500.000,-/kgtn
350.000,-
Pembuatan laporan
250.000,- /kgtn
250.000,-
Fotokopi dan
200.000, /kgtn
150.000,-
aman kamera
penjilidan
Alat tulis kantor
Jumlah
1.050.000,-
Total (1+2+3)
6.943.000,-
K. Daftar Pustaka
Panshin, A.J., 1950, Forest Product, Their Sources, Production and Utilization,
McGraw Hill Inc., 46-51, 251-253, 263-266..
Prananta, Juni. 2008. Pemanfaatan Sabut dan Tempurung Kelapa serta Cangkang
Sawit untuk Pembuatan Asap Cair sebagai Pengawet Makanan Alami.
Lhokseumawe: Universitas Malikussaleh.
Soejadi, 1996. Kakao. Erlangga, Jakarta
L. Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup Ketua dan Angota Pelaksana
a. Ketua Pelaksana
Nama
: Ika Purnamasari
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status
: Belum Menikah
Alamat
Rumah
Kost
Pendidikan :
SDN 1 Bratasena Adiwarna
SLTPN 2 Kotagajah
SMAN 1 Kotagajah
Universitas Lampung
Pengalaman Organisasi :
Anggota Pramuka SD 1 Bratasena Adiwarna thn.1998 s.d 2001
Anggota Pramuka SLTPN 2 Kotagajah thn.2001 s.d 2002
Anggota OSIS SLTPN 2 Kotagajah thn.2001 s.d 2002
Anggota Paskibraka SMAN 1 Kotagajah thn. 2003 s.d 2005
Anggota OSIS SMAN 1 Kotagajah thn.2003 s.d 2005
Anggota Pramuka SMAN 1 Kotagajah thn.2003 s.d 2005
Anggota School English Club SMAN 1 Kotagajah thn.2003 s.d 2005
Anggota Biro Usaha Mandiri Himaki FMIPA Unila thn. 2008 s.d
2009 sampai dengan sekarang
b. Anggota Pelaksana
Nama
: Kartika Sari
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status
: Belum Menikah
Alamat
Rumah
Kost
Pendidikan :
SDN 1 Madrasah Kotabumi
SMAN 1 Kotabumi
Universitas Lampung
Pengalaman Organisasi :
Anggota OSIS SLTP Bhayangkari thn. 2000 s.d. 2001
Anggota ROHIS SMAN 1 Kotabumi thn. 2003 s.d. 2004
Anggota Paskibraka SMAN 1 Kotabumi thn. 2003 s.d. 2004
Anggota Biro Usaha Mandiri Himaki FMIPA Unila thn. 2008 s.d.
sekarang
c. Anggota Pelaksana
Nama
: Kristen
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status
: Belum Menikah
Alamat Rumah
Pendidikan :
SD Xaverius Way Halim
Universitas Lampung
Pengalaman Organisasi :
Anggota Pramuka SD Xaverius thn. 1999 s.d. 2002
NIP
: 196505251990032002
Jenis Kelamin
: Perempuan
Kantor/Unit Kerja
Alamat Kantor
Telp/HP/email
: 0721.781079/08154065378/ilim_ds@yahoo.com
Bidang Keahlian
No.
Perguruan Tinggi
1
S1-Universitas Andalas
2
S2- Institut Teknologi Bandung
3.
Advanced Short Training in
Kota/Negara
Padang/Indonesia
Bandung/Indonesia
Bandar
Tahun
1989
1993
1996
4.
Lampung/Indonesia
Bandar
1996
Kursus
5.
Lampung/Indonesia
Bandar
2005
Workshop
Lampung/Indonesia
Bidang Studi
Kimia
Kimia Fisika
Training
Judul Riset
Tahun
Sumber
1989
Dana
Mandiri
1993
Dikti
1996
Mandiri
HEDS-P
DUE-P
2005
Mandiri
2006
DIPA
Publikasi
No.
Karya Ilmiah
1.
Ilim, 1996, Pengaruh jumlah atom nitrogen terhadap kekuatan ligan mono
dan bidentat yang mengandung nitrogen pada senyawa kompleks krom(III),
2.
3.
4.
Universitas Lampung
Ilim, Jefferson,A., De Marco, R., and Kinsella,B., 2001 a, Thermodinamic properties of
oligomeric poly(4-vinyl pyridine) as a carbon dioxide corrosion inhibitor, Regional
5.
6.
7.
8.
9.
148
Ilim, 2005, Effect of Hydrocarbon on the action of CO 2 corrosion inhibitor, Jurnal Sains
10
11.
12.
13.