Anda di halaman 1dari 24

PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

PENGOLAHAN KULIT KAKAO MENJADI TAR HIDROFOBIK


SEBAGAI PELAPIS GENTENG DENGAN METODE PIROLISIS

Jenis Kegiatan:
PKM Penelitian
Diusulkan oleh:

Ika Purnamasari
Kartika Sari
Albert Ferdinand Partogi

(0717011042/2007)
(0717011043/2007)
(0817011017/2008)

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2009

HALAMAN PENGESAHAN
HASIL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan
2. Bidang Kegiatan
3. Bidang Ilmu
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NPM
c. Jurusan
d. Perguruan Tinggi
e. Alamat Rumah
f. No. Telp/HP
g. E-mail
5. Anggota Pelaksana
6. Dosen Pendamping
a. Nama
b. NIP
c.Tempat /Tgl Lahir
d.Jenis Kelamin
e.Kantor /Unit Kerja
f. Alamat Kantor
g.Telp/HP/email
h.Bidang Keahlian

: Pengolahan kulit kakao menjadi tar hidrofobik


sebagai pelapis genteng dengan metode pirolisis.
: PKMP
: MIPA
: Ika Purnamasari
: 0717011042
: MIPA/Kimia
: Unila ( Universitas Lampung)
: Jl.Arjuna No. 22 RT.2 RW.01 Kecamatan
Kotagajah Lampung Tengah
: (0725)49344/ (081279050353)
: tikamabok@yahoo.co.id
: 2 Orang
: Dra. Ilim, M.S,
: 196505251990032002
: Banjar Lawas (Sumbar)/ 25 Mei 1965
: Perempuan
: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung
: Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1
Bandar Lampung 35145
: 0721.781079/08154065378/ilim_ds@yahoo.com.au
: Kimia Fisika (Korosi dan Polimer)

7. Biaya Kegiatan Total Dikti

: Rp 7.000.000,- (Tujuh Juta Rupiah)

8. Jangka Waktu Pelaksanaan

: Bulan Februari s.d Juni tahun 2009


Bandar Lampung, 28 Oktober 2009

Menyetujui
Ketua Jurusan Kimia
FMIPA Unila

Ketua Pelaksana

( Andi Setiawan, Ph.D)


NIP.195809221988111001

(Ika Purnamasari)
NPM. 0717011042

a.n. Rektor Universitas Lampung


Pembantu Rektor III Unila

Dosen Pendamping

(Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H.)


NIP.195411121986031003

(Dra.Ilim,M.S,)
NIP. 196505251990032002

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan proposal PKM
Penelitian kami yang berjudul Pengolahan kulit kakao menjadi tar hidrofobik
sebagai pelapis genteng dengan metode pirolisis .

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpah curahkan kepada suri teladan
terbaik umat, rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
pengikutnya yang senantiasa setia hingga akhir zaman.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan proposal PKM ini, diantaranya:
1.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen


Pendidikan Nasional yang akan memberikan dana dalam penelitian ini.

2. Ibu Dra. Ilim, M.S, selaku dosen pendamping atas segala bimbingan, bantuan,
nasihat, dan saran hingga selesainya penulisan laporan PKM Penelitian ini.
3. Bapak Wasinton Simanjuntak, Ph.D selaku dosen Kimia Fisik atas segala
saran dan bantuan yang telah diberikan.
4. Teman-teman di Laboratorium Fungsionalisasi Polimer, Kimia Fisik Jurusan
Kimia FMIPA Unila atas semangat, saran, dan bantuan yang diberikan.
Kami berharap, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan bisa memberikan
motivasi kepada rekan-rekan peneliti muda untuk terus menggali potensi Sumber
Daya Alam (SDM) yang dimiliki Indonesia tanpa melupakan konservasinya.

A. Judul Program :Pengolahan kulit kakao menjadi tar hidrofobik sebagai pelapis
genteng dengan metode pirolisis
B. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan letak geografis 6 o LU dan 11o LS dengan iklim
tropis, sebagai negara tropis Indonesia kaya akan sumber daya alamnya terutama pada
sumber daya flora (tumbuhan). Sebagian besar dari sumber daya ini menghasilkan
sumbangan devisa negara yang cukup besar. Namun, tidak semua bagian dari
tumbuhan tersebut belum termanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan masyarakat Indonesia akan teknologi tepat guna. Akibat
dari keterbatasan tersebut dikhawatirkan akan semakin banyak limbah hasil
pengolahan

sumber daya flora tersebut yang akan menyebabkan pencemaran

lingkungan. Untuk mencegah hal tersebut , dilakukan penggalian potensi ekonomi


yang dimiliki limbah sisa hasil pengolahan yang belum diketahui saat ini, untuk
menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Salah satu tanaman yang cukup terkenal di Indonesia adalah tanaman kakao. Kakao
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi
perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber
pendapatan dan devisa negara. Tanaman kakao merupakan tanaman yang tumbuh
subur pada iklim tropis dengan naungan pencahayaan yang penuh. Areal tumbuh
tanaman kakao yang sangat ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1100-3000
mm pertahun. Temperatur yang ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 30 o-320C
(maksimum) dan 180-210C (minimum). Tanaman ini tumbuh dengan baik pada pH 67,5 dengan tekstur tanah berpasir. Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan
bunga dari batang atau cabang, karena tanaman ini digolongkan kelompok tanaman
caulifloris. Akar tanaman ini adalah akar tunggang yang pertumbuhannya dapat
mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah (Soejadi, 1996).
Berdasarkan

Direktorat Jendral Perkebunan dan Pertanian Republik Indonesia

diperoleh data statistik tahun 2006-2008 daerah Lampung khususnya Lampung Utara
pada tahun 2007 menghasilkan produksi kakao sebanyak 1,576 ton dengan luas lahan

2,565 Ha. Oleh karena besarnya produksi yang dihasilkan, maka tentu saja
berdampak pada menumpuknya kulit kakao sisa pengolahan biji kakao. Meskipun
terdapat dalam jumlah yang melimpah, hingga saat ini pemanfaatan kulit kakao masih
sangat terbatas karena sumber daya ini belum mampu diolah menjadi produk bernilai
ekonomis tinggi. Selain manfaatnya sebagai tanaman industri kakao juga berperan
dalam pelestarian lingkungan dengan memanfaatkannya sebagai pupuk organic dan
pakan ternak.
Dilihat dari beberapa potensi diatas, diajukan pemanfaatan kulit buah kakao , sebagai
langkah awal untuk mendorong pengolahan kulit kakao menjadi komoditas dengan
nilai ekonomis yang tinggi. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengolahan kulit
buah kakao dengan metode pirolisis untuk menghasilkan asap cair dan tar secara
bersamaan (Girard, 1992). Pembuatan dua produk ini diteliti karena dewasa ini
keduanya merupakan produk pirolisis bahan organik (biomassa) yang pembuatan dan
pemanfaatannya terus dikembangkan. Akhir-akhir ini banyak diteliti asap cair yang
memiliki sifat anti bakteri sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pengawet
makanan pengganti pengawet kimia (Fatimah, 1998). Selain asap cair, tar yang
dihasilkan bersamaan dengan asap, juga diketahui mempuyai sifat anti bakteri dan
anti jamur sehingga pemanfaatannya sebagai pengawet juga sedang giat diteliti, salah
satunya adalah sebagai pengawet kayu (Girard, 1992). Selain bersifat anti bakteri dan
anti jamur, tar diketahui bersifat hidrofobik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
pelapis bahan yang rentan terhadap air. Berdasarkan sifat ini dalam penelitian ini tar
yang dihasilkan akan diuji coba sebagai pelapis genteng, untuk mengkaji
efektifitasnya sebagai pengganti cat genteng yang banyak digunakan di Indonesia.
C. Perumusan Masalah
Secara umum telah diketahui bahwa karakterisitk produk pirolisis sangat dipengaruhi
oleh jenis bahan baku dan suhu pirolisis yang digunakan. Atas dasar ini, masalah
yang akan diteliti adalah bagaiman kaitan antara suhu pirolisis dan efektifitas tar yang
dihasilkan sebagai pelapis hidrofobik untuk genteng.

D. Tujuan Program
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.

Menghasilkann tar dari kulit kakao yang mempunyai sifat hidrofobik terbaik
dengan suhu pirolisis optimum.

2.

Melakukan uji pelapisan genteng dengan tar yang dihasilkan dari proses
pirolisis pada suhu yang berbeda.

E. Luaran Yang Diharapkan


Dari kegiatan ini akan dihasilkan beberapa luaran yang bermanfaat sebagai landasan
bagi tindak lanjut untuk pengembangan pemanfaatan kulit kakao, yaitu antara lain:
1. Prosedur baku untuk pembuatan tar hidrofobik sebagai pelapis genteng dari
kulit kakao.
2. Informasi/data ilmiah tentang efektifitas tar sebagai pelaapis genteng.
3. Laporan kegiatan.
4. Publikasi untuk disebarluaskan ke masyarakat, agar masyarakat mengetahui
potensi dari kulit kakao tersebut.
F. Kegunaan Program
Hasil kegiatan ini merupakan informasi ilmiah yang memberikan gambaran tentang
kelayakan kulit kakao sebagai bahan baku pembuatan tar hidofobik. Dengan
demikian, potensi sumber daya alam ini dapat digali sebagai salah satu aspek pemberi
nilai tambah dari sektor perkebunan. Disamping itu, program ini diyakini mempunyai
kegunaan yang sangat besar sebagai wahana pengembangan minat meneliti pada
mahasiswa dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam Indonesia. Di samping itu,
kegiatan ini merupakan wahana untuk percepatan pengenalan dan aplikasi teknologi
modern yang diterapkan bagi mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan ini.

G. Tinjauan Pustaka

1.

Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman perkebunan yang


umumnya tumbuh di daerah tropis. Kakao (Theobroma cacao) merupakan
tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan

ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan
tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai
ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat
tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini
dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Bunga kakao, sebagaimana
anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous).
Klasifikasi tanaman kakao
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Nama binomial

: Plantae
: Magnoliphyta
: Magnoliopsida
: Malvales
: Malvaceae ( Sterculiaceae )
: Theobroma
: T.cacao
: Theobroma cacao

Gambar 1. Tanaman kakao beserta buah

Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge)


Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya
terjadi pada malam hari.. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem
inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas
kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi
dengan nilai jual yang lebih tinggi. Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran
buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah
terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna
buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit
luar buah biasanya berwarna kuning. Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari
pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna
putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak
dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi
selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari(Wikipedia, 2009)
2. Kulit kakao
Kulit kakao
Biji kakao

Gambar 2. Buah kakao dengan biji dan kulit


Di Indonesia, pada tahun 1999 produksi kakao sebesar 417,5 ribu ton dan pada tahun
2004 sebesar 580 ribu ton(Warta Ekonomi, 2005). Produksi yang tinggi menghasilkan
kulit buah kakao sebagai. limbah perkebunan meningkat. Kulit buah kakao adalah

bagian terluar yang menyelelubungi biji coklat dengan tekstur kasar,tebal dan agak
keras. Kulit buah memiliki 10 alur dengan ketebalan 1-2 cm. Pada waktu muda, biji
menempel pada bagian dalam kulit buah, tetapi saat masak biji akan terlepas dari kulit
buah. Menurut Darmono dan Panji, (1999), limbah kulit buah kakao yang dihasilkan
dalam jumlah banyak akan menjadi masalah jika tidak ditangani dengan baik. Produksi

limbah padat ini mencapai sekitar 60 % dari total produksi buah. Pada dasarnya, kulit
buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsure hara tanaman dalam bentuk
kompos (Spillane, 1995), pakan ternak, produksi biogas dan sumber pectin (Fatimah,
2008).

Selain pektin, kulit kakao juga dapat diolah menjadi tar yang bersifat hydrofibik
dengan metode pirolisis. Pada umumnya sifat hydrofobik ditimbulkan karena adanya
kandungan lemak atau minyak pada bahan dasar yang digunakan. Adapun komposisi
kimia kulit kakao dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 1. Komposisi kulit kakao
Nama Senyawa
Protein kasar

Persentase
5,69-9,69

Lemak

0,02-0,15

Glukosa

1,16-3,92

Sukrosa

0,02-0,18

Pektin

5,30-7,08

Serat kasar

33,39-39,45

CaO

0,22-0,59

MgO

0,40-0,52

P2O5

0,30-0,49

SO2
(Fatimah, 2008)

0,06-0,14

Dilihat dari komposisinya, limbah kulit buah kakao yang selama ini melimpah dan
kurang dimanfaatkan dapat dijadikan bahan utama pembuatan pelapis genteng yang
dapat mencegah tumbuhnya jamur dan lumut yang dapat mempercepat proses
pelapukan. Kulit buah kakao dapat diubah menjadi tar yang bersifat hidrofobik
dengan cara pirolisis. Pembuatan pelapis genteng ini menggunakan perangkat
pirolisator seperti yang disajikan pada Gambar 4. Metode pirolisis ini akan
menghasilkan dua produk sekaligus, yaitu asap cair dan tar. Tar yang dihasilkan
dipisahkan dari asap cair dengan metode pengendapan. Tar yang dihasilkan bersifat
anti bakteri dan anti fungi. Tar yang dihasilkan dikondisikan pada keadaan hidrofobik
(tidak suka air). Selanjutnya tar diuji kualitas hidrofobiknya. Namun hingga saat ini

pemanfaatan kulit kakao sebagai pelapis genteng belum dilakukan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat akan potensi ini.
3. Pirolisis
Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi
penguraian komponen-komponen penyusun bahan baku. Istilah lain dari pirolisis
adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh
adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung
pengertian bahwa apabila bahan baku yang dipanaskan tanpa berhubungan dengan
udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari
senyawa-senyawa kompleks yang menyusun bahan baku tersebut dan menghasilkan
zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Widjaya, 1982).
Dewasa ini, metode pirolisis sedang dikembangkan untuk pengolahan berbagai jenis
bahan baku, antara lain tempurung kelapa sabut, serta cangkang sawit (seperti yang
dilakukan oleh juni prananta pada tahun 2008) untuk menghasilkan asap cair, tar, dan
arang (Girard, 1992). Berdasarkan penerapan tersebut, dalam penelitian ini kulit
kakao diolah menjadi tar dengan metode pirolisis. Istilah lain dari pirolisis adalah
destructive distillation atau destilasi kering, dimana merupakan proses penguraian
yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan
tanpa berhubungan dengan udara luar. Girard (1992) menyatakan bahwa produk
dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi pirolisis komponen-komponen
bahan baku adalah sebanding dengan jumlah komponen-komponen tersebut dalam
bahan tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas pengasapan yaitu
dengan menggunakan asap cair yang diperoleh dengan cara pirolisis bahan organik
kemudian dilakukan kondensasi. Menurut Maga (1987) tar merupakan suatu larutan
dan dispersi koloid dari bahan organuk dalam air yang dapat diperoleh dari hasil
pirolisis sampel.
Menurut Tahir (1992), proses pirolisis menghasilkan tiga macam penggolongan
produk, yaitu :

1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa
gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO,
CH4, H2 dan hidrokarbon tingkat rendah yang lain.
Adapun komposisi gas yang dihasilkan oleh karbonisasi kayu terdapat dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses
karbonisasi kayu
No
Komponen Gas
1. Karbondioksida
2. Karbonmonoksida
3. Metana
4. Hidrogen
5. Etana
6. Hidrokarbon tak jenuh
(Panshin, 1950)

Persentase(%)
50,77
27,88
11,36
4,21
3,09
2,72

2. Destilat berupa asap cair dan tar


Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah metanol dan asam asetat.
Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam format,
asam butirat dan lain-lain.
3. Residu (karbon).
Tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang hampir sama.
Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung
dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu
bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin.
Proses pirolisis dapat dilihat seperti skema Gambar 3 dan peralatan gambar 4 berikut
ini:

Gambar 3. Skema proses pirolisis.

a
b
c
d

Gambar 4. Perangkat pirolisis.


Keterangan Gambar 4 :
a. Reaktor pirolisis untuk pirolisa bahan baku.
b. Pipa untuk mengalirkan asap yang dihasilkan menuju tabung yang telah
dilengkapi kondensor.
c. Kondensor sebagai pendingin asap sehingga menghasilkan cairan.
d. Penampung yaitu ember yang digunakan sebagai penampungan sementara
asap yang telah menjadi cairan.

4. Tar
Tar adalah resin yang berupa cairan kental berwarna hitam. Tar dihasilkan dari proses
pirolisis suatu bahan, seperti kayu atau tempurung kelapa. Produksi dan perdagangan
tar merupakan penyumbang utama perekonomian Eropa Utara dan Amerika. Tar
dapat digunakan untuk melindungi dan merawat material yang terbuat dari kayu atau
keramik agar tidak mudah rusak. Pada zaman kerajaan kegunaan tar digunakan
sebagai pelapis anti air untuk perahu, kapal, dan atap. Selain itu tar juga sering
digunakan sebagai penyedap tambahan dalam permen, alkohol dan makanan lain.
Namun sejak dibuatnya kapal-kapal berbahan baku besi dan baja, tar menjadi kurang
diminati. Tar juga dapat diperoleh dari bahan baku lain misalnya gambut. Seperti
produk mineral, tar juga dapat diproduksi dari hidrokarbon fosil termasuk minyak
bumi.
Beberapa contoh pemanfaataan tar yang sudah diteliti antara lain:
1. sebagai penyedap untuk permen dan alkohol.
2. sebagai bumbu untuk makanan,seperti daging.
3. sebagai aromaterapi pada sauna.
4. sebagai anti ketombe pada shampo.
5. sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik.
6. sebagai bahan dasar pembutan rokok.
7. sebagai desinfektan.
Potensi lain sebagai pelapis pengganti cat misalnya untuk kayu dan genteng. Tar
dapat digunakan sebagai pelapis pengganti cat yang memiliki warna coklat transparan
dan bersifat hydofobik sehingga melindungi genteng dari cuaca. Tar juga dapat
dimodifikasi sehingga berwarna transparan sebagai pelapis interior kayu atau biasa
disebut plitur/pernis (Http://www.geotimes.org/sep09//NN).
7. Genteng
Genteng adalah unsur bangunan yang dipakai sebagai penutup atap. Genteng dapat
dibuat dengan menggunakan tanah liat (lempung) dengan atau tanpa campuran bahan
lainnya dan dibakar sampai suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur apabila
direndam air. Namun pada kenyataannya, apabila genteng yang sering berinteraksi

dengan air akan lebih cepat mengalami pelapukan. Oleh karena itu, secara umum
dalam penggunaannya genteng dilapisi cat dengan tujuan sebagai fungsi estetika,
selain itu pengecatan dilakukan untuk melindungi dari pengaruh cuaca yang salah
satunya adalah hujan.
Genteng yang digunakan sebagai atap rumah sangat rentan terhadap pelapukan karena
tumbuhnya jamur dan lumut. Oleh karena itu, pada penelitian ini tar dimanfaatkan
sebagai pelapis genteng yang dapat berfungsi sebagai pengganti cat yang efisien
mencegah tumbuhnya jamur dan lumut sehingga memperlambat proses pelapukan.
(Frick, 2006).
H. Metode Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan di Laboraturium Kimia Fisik.FMIPA
Universitas Lampung.
2. Alat dan Bahan
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat pirolisis, seperti
yang telah disajikan dalam Gambar 4, yang terdiri dari reaktor pirolisator, tabung
reaktor, pemanas listrik (heater), pipa penyalur asap, kolom pendingin
(kondensor), Elenmeyer, botol ukur, dan pipa pengeluaran asap sisa. Alat untuk
pengendapan tar yang digunakan terdiri dari asap cair yang masih bercampur
dengan tar, gelas ukur 100ml, pipet gondok , alat-alat gelas, pengaduk,
termometer, corong penyaring, pipet, wadah plastik, baskom, golok, kuas,dan
stopwacth.
Bahan yang digunakan yaitu kulit kakao yang diambil langsung dari petani di
daerah Kotabumi, Lampung Utara. Selain itu digunakan aquades, cat genteng, dan
genteng, amplas, kertas saring dan pelarut eter sebagai bahan tambahan.

3. Prosedur Kerja
3.1. Pirolisis kulit kakao
Sebanyak 500 gram kulit kakao dikeringkan dibawah sinar matahari selama satu
hari untuk mengurangi kadar air. Setelah dikeringkan, kulit kakao dipotong kecikkecil untuk memudahkan proses pembakaran. Sampel yang telah dipotong kecilkecil dan bersih dimasukkan kedalam reaktor pirolisis. Reaktor kemudian ditutup
dan rangkaian kondensor dipasang. Selanjutnya dapur pemanas dihidupkan
dengan mengatur suhu dan waktu yang dikehendaki. Waktu pemanasan diatur
masing-masing 60 menit, 90 menit, dan 120 menit dengan variasi suhu 150 oC,
250oC dan 350oC sampai tercapai suhu yang dikehendaki. Asap yang dihasilkan
secara liquidasi akan mengalir ke tabung kondensasi. Asap yang keluar dari
reaktor akan mengalir ke kolom pendingin melalui pipa penyalur asap yang mana
pada pipa ini terdapat selang yang dihubungkan botol penampung untuk
menampung tar , kemudian ke dalam kolom pendingin ini dialirkan air dengan
suhu kamar menggunakan aerator sehingga asap akan terkondensasi dan mencair.
Embunan berupa asap cair yang masih bercampur dengan tar ditampung dalam
Elenmeyer, selanjutnya disimpan di dalam botol. Sedangkan asap yang tidak
terembunkan akan terbuang melalui selang penyalur asap sisa.
3.2. Pemisahan tar dengan asap cair
Kondensat yang keluar dari tabung kondensasi yang masih bercampur dengan
asap cair dan tar yang terdapat didalam botol diendapan untuk memisahkan tar
dan asap cair. Tar yang telah dipisahkan berupa kerak yang kemudian dilarutkan
dengan pelarut yang sesuai, misalnya eter dan kloroform. Tar yang telah
dilarutkan siap untuk diuji.
3.3. Uji kualitas tar
Masing-masing tar yang telah dipisahkan dari asap cair diuji kualitas sifat
hidrofobiknya terhadap genteng, dengan cara melapisi genteng yang telah
diamplas secara merata dengan tar tersebut. Genteng pertama dilapisi tar dengan

suhu pirolisis 150oC, genteng kedua dilapis tar dengan suhu pirolisis 250 oC, dan
genteng ketiga dilapisi tar dengan suhu pirolisis 350 oC. Genteng yang telah
dilapisi tar dikeringkan dibawah sinar matahari, kemudian dilakukan pengujian
sifat hidrofobisitasnya dengan penetesan air pada masing-masing genteng
tersebut. Sebagai pembanding digunakan genteng yang tidak dilapisi tar dan
genteng yang dilapisi cat genteng komrsial dengan kualitas 1 dan 2. Lama
interaksi air dengan genteng diamati dengan mencatat waktu turunnya air
meninggalkan genteng.

I. Jadwal Kegiatan Program

No

Kegiatan

1.
2.
3.
4.
5.

Persiapan alat dan bahan


Pirolisis kulit kakao
Pemisahan asap cair dan tar
Pengujian kualitas tar
Penyusunan data hasil penelitian

1
X

2
X

Bulan Ke3
4

X
X
X
X

J. Angaran Dana Penelitian


No
1.
2.
3.

Rincian Pengeluaran Dana


Bahan dan peralatan
Perjalanan
Biaya pengeluaran lain-lain

Jumlah (Rp)
4.176.000,1.000.000,-

dokumentasi

300.000,-

pembuatan laporan

350.000,-

foto kopi dan penjilidan

250.000,-

alat tulis kantor

150.000,-

peminjaman alat

450.000,-

Total

1.500.000,-

Jumlah

6.676.000,-

Rincian anggaran penelitian


No.
1.

Jenis Pengeluaran
Alat dan Bahan

Volume

Nilai Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

2.

Kulit kakao
Genteng
Cat genteng
Akuades
ter
Aluminium foil
Sabun cair
Tissue
Gayung
Kain lap
Baskom
Ember
Golok
Pisau
Stopwacth
Wadah plastik
Kertas saring
Kertas label
Pemeliharaan alat
Jumlah
Perjalanan
Biaya perjalanan

35 kg
40 buah
2 kaleng
20 liter
1 liter
5 pak
4 botol
20 kotak
2 buah
5 buah
5 buah
4 buah
2 buah
3 buah
2 buah
27 buah
1 pak
2 pak
1 kgtn

700.000,-/kgtn
2500,-/bh
300.000,-/klng
13.500,-/L
327.000,-/ltr
25.000,-/pak
12.500,-/btl
17.500,-/ktk
15.000,-/bh
10.000,-/bh
10.000,-/bh
15.000,-/bh
30.000,-/bh
10.000,-/bh
85.000,-/bh
20.000,-/bh
150.000,-/bh
15.000,-/pak
750.000,-/kgtn

3 orang x 3 x

150.000,-/orang

700.000 ,100.000,600.000,270.000,327.000,125.000,51.000,350.000,30.000,50.000,50.000,60.000,60.000,30.000,170.000,540.000,150.000,30.000,750.000,4.443.000,450.000,-

pengambilan sampel pp
(B.Lampung-

3.

Kotabumi)
Perjalanan lokal
Jumlah
Lain-lain
Peminjaman alat

1 kegiatan

400.000,-/kgtn

400.000,1.000.000,-

1 kegiatan

450.000,-/kgtn

450.000,-

Jumlah
Dokumentasi(peminj 3 kegiatan

450.000,100.000,-/hqri

300.000,-

digital).

500.000,-/kgtn

350.000,-

Pembuatan laporan

250.000,- /kgtn

250.000,-

Fotokopi dan

200.000, /kgtn

150.000,-

aman kamera

penjilidan
Alat tulis kantor
Jumlah

1.050.000,-

Total (1+2+3)

6.943.000,-

K. Daftar Pustaka

Darmono, Panji. 1999. Tanaman Kakao dan Pertumbuhannya. Bandung :


Ganesha.
Direktorat Jendral Perkebunan dan Pertanian Republik Indonesia. 2008. Data statistik
Produksi Kakao Lampung. 2008.
Fatimah I. , 1998. Pengaruh Laju Pemanasan terhadap Komposisi Biofuel Dari
Serbuk Kayu Menggunakan Pirolisis Cara Vakum, Laporan Penelitian
UII,Lembaga Penelitian UII, Jogjakarta.
Frick, H. 1988. Arsitektur dan Lingkungan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Girrard, J.P., 1992. Technology of Meat and Meat Products, Ellis Horwood,
New York
http://www.geotimes.org/sep09//NN/14:00.
http://www.Wikipedia.com/kakao.html/sep09/14:00
Maga, J.A. 1987, Smoke in Food Processing, CRC Press, Inc., Boca Raton
Florida

Panshin, A.J., 1950, Forest Product, Their Sources, Production and Utilization,
McGraw Hill Inc., 46-51, 251-253, 263-266..
Prananta, Juni. 2008. Pemanfaatan Sabut dan Tempurung Kelapa serta Cangkang
Sawit untuk Pembuatan Asap Cair sebagai Pengawet Makanan Alami.
Lhokseumawe: Universitas Malikussaleh.
Soejadi, 1996. Kakao. Erlangga, Jakarta

Spillane. 1995. pemanfaatan Kulit Kakao sebagai Pupuk Organik. Yogyakarta.


UGM.
Tahir, I., 1992, Pengambilan Asap Cair secara Destilasi Kering pada Proses
pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa, Skripsi, FMIPA Ugm,
Yogyakata
Warta Ekonomi. 2005. Produksi Kakao Lampung. Jakarta : Warta Ekonomi.

Widjaya.1982. Sifat Antioksidatif Asap Cair Hasil Redistilasi Selama


Penyimpanan, Prosiding Seminar Nasional Pangan, Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta

L. Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup Ketua dan Angota Pelaksana
a. Ketua Pelaksana
Nama

: Ika Purnamasari

Tempat tanggal Lahir : Metro, 3 juli 1989


Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mahasiswa

Status

: Belum Menikah

Alamat
Rumah

: Jl. Arjuna No. 22, Kotagajah Lampung Tengah

Kost

: Jl. Bumi Manti, Kampung Baru


Kec. Kedaton Bandar Lampung

Pendidikan :
SDN 1 Bratasena Adiwarna

: Thn.1995 s.d 2001

SLTPN 2 Kotagajah

: Thn. 2001 s.d 2004

SMAN 1 Kotagajah

: Thn. 2004 s.d 2007

Universitas Lampung

: Thn. 2007 s.d sekarang

Pengalaman Organisasi :
Anggota Pramuka SD 1 Bratasena Adiwarna thn.1998 s.d 2001
Anggota Pramuka SLTPN 2 Kotagajah thn.2001 s.d 2002
Anggota OSIS SLTPN 2 Kotagajah thn.2001 s.d 2002
Anggota Paskibraka SMAN 1 Kotagajah thn. 2003 s.d 2005
Anggota OSIS SMAN 1 Kotagajah thn.2003 s.d 2005
Anggota Pramuka SMAN 1 Kotagajah thn.2003 s.d 2005
Anggota School English Club SMAN 1 Kotagajah thn.2003 s.d 2005
Anggota Biro Usaha Mandiri Himaki FMIPA Unila thn. 2008 s.d
2009 sampai dengan sekarang

b. Anggota Pelaksana
Nama

: Kartika Sari

Tempat tanggal Lahir : Kotabumi, 14 Juli 1988


Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mahasiswa

Status

: Belum Menikah

Alamat
Rumah

: Jl. Raden Intan No.90 Kotabumi Lampung Utara

Kost

: Jl. Pagar Alam, Perum Bumi Puspa Kencana II BB.3.


Kedaton Bandar Lampung

Pendidikan :
SDN 1 Madrasah Kotabumi

: Thn 1994 s.d 2000

SLTPN Bhayangkari Kotabumi

: Thn 2000 s.d 2003

SMAN 1 Kotabumi

: Thn 2003 s.d 2006

Universitas Lampung

: Thn 2007 s.d sekarang

Pengalaman Organisasi :
Anggota OSIS SLTP Bhayangkari thn. 2000 s.d. 2001
Anggota ROHIS SMAN 1 Kotabumi thn. 2003 s.d. 2004
Anggota Paskibraka SMAN 1 Kotabumi thn. 2003 s.d. 2004
Anggota Biro Usaha Mandiri Himaki FMIPA Unila thn. 2008 s.d.
sekarang
c. Anggota Pelaksana
Nama

: Albert Ferdinand Partogi

Tempat tanggal Lahir : Bandar Lampung, 27 April 1990


Agama

: Kristen

Pekerjaan

: Mahasiswa

Status

: Belum Menikah

Alamat Rumah

: Jl. Sukardi Hamdani, Palapa VA LK.1 Labuhan Ratu


Kedaton Bandar Lampung

Pendidikan :
SD Xaverius Way Halim

: Thn 1996 s.d 2002

SMP Xaverius 4. Bandar Lampung

: Thn 2002 s.d 2005

SMA Perintis 1 Bandar Lampung

: Thn 2005 s.d 2008

Universitas Lampung

: Thn 2008 s.d sekarang

Pengalaman Organisasi :
Anggota Pramuka SD Xaverius thn. 1999 s.d. 2002

Anggota Pramuka SMP Xaverius thn. 2002 s.d. 2004


Anggota Olahraga SMP Xaverius thn. 2002 s.d. 2004
Anggota OSIS SMA perintis thn.2004 s.d 2008
Anggota Olahraga SMA Perintis thn.2004 s.d 2008

2. Nama dan Biodata Dosen Pendamping


Nama lengkap dan gelar

: Dra. Ilim, M.S,

NIP

: 196505251990032002

Tempat /Tanggal Lahir

: Banjar Lawas (Sumbar)/ 25 Mei 1965

Jenis Kelamin

: Perempuan

Kantor/Unit Kerja

: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung

Alamat Kantor

: Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1


Bandar Lampung 35145

Telp/HP/email

: 0721.781079/08154065378/ilim_ds@yahoo.com

Bidang Keahlian

: Kimia Fisika (Korosi dan Polimer)

Pendidikan (mulai S-1) dan kursus yang menyangkut usulan Riset

No.
Perguruan Tinggi
1
S1-Universitas Andalas
2
S2- Institut Teknologi Bandung
3.
Advanced Short Training in

Kota/Negara
Padang/Indonesia
Bandung/Indonesia
Bandar

Tahun
1989
1993
1996

4.

Laboratory Instrument, Unila


Short Course in AAS and UV-

Lampung/Indonesia
Bandar

1996

Kursus

5.

Vis Spectrophotometry Unila


Pelatihan Implementasi Model-

Lampung/Indonesia
Bandar

2005

Workshop

model Pembelajaran Berpusat

Lampung/Indonesia

pada Mahasiswa (SCL=Student


Center Learning), UPT-PP
Unila
Pengalaman Riset

Bidang Studi
Kimia
Kimia Fisika
Training

Judul Riset

Tahun

Sumber

a. Studi kinetika reaksi pembentukan kompleks kromium

1989

Dana
Mandiri

etilen tetra asetat dengan metode spektrofotometri.


b. Studi kestabilan senyawa kompleks besi(II) dan besi (III)

1993

Dikti

dengan ligan bidentat


c. Pengaruh jumlah atom nitrogen terhadap kekuatan ligan

1996

Mandiri

senyawa kompleks krom(III)


d. Pembuatan kopolimer termoplastik dari karet skim
1997
e. Nitrogen containing oligomers and surfactants as corrosion 2003

HEDS-P
DUE-P

mono dan bidentat yang mengandung nitrogen pada

inhibitor for prevention of carbon dioxide corrosion of mold


steel
f. Studi penggunaan hidrazin sebagai inhibitor korosi baja

2005

Mandiri

karbon rendah secara elektrokimia


g. Studi penggunaan ekstrak tumbuhan (daun tembakau,

2006

DIPA

lidah buaya, daun pepaya, daun the dan kopi) sebagai


inhibitor korosi baja lunak

Publikasi

No.
Karya Ilmiah
1.
Ilim, 1996, Pengaruh jumlah atom nitrogen terhadap kekuatan ligan mono
dan bidentat yang mengandung nitrogen pada senyawa kompleks krom(III),
2.

Laporan Penelitian, Universitas Lampung


Ilim, Pembuatan kopolimer termoplastik dari karet skim, Laporan Penelitian,

3.

Proyek Pengembangan Diri, Proyek Heds, Universitas Lampung


Ilim, Simanjuntak, W, Hendri, J., dan Situmeang,R., 1997, Penggunaan karet
skim untuk meningkatkan elastisitas nilon 66, Laporan Penelitian,

4.

Universitas Lampung
Ilim, Jefferson,A., De Marco, R., and Kinsella,B., 2001 a, Thermodinamic properties of
oligomeric poly(4-vinyl pyridine) as a carbon dioxide corrosion inhibitor, Regional

5.

Symposium on Chemical Engeenering, Bandung, Indonesia


Ilim, Jefferson,A., De Marco, R., and Kinsella,B., 2001 b, A study of some nitrogen
containing surfactant as carbon dioxide corrion inhibitor of mild steel,, Regional

6.

Symposium on Chemical Engeenering, Bandung, Indonesia


Ilim, Jefferson,A., De Marco, R., and Kinsella,B., 2001 c, Investigation of nitrogen
containing surfactants as carbon dioxide corrosion inhibitor, First Asin-Pasific

7.

Conference and 6 th National Convention on Corrosion, Bangalore, India


Ilim, Jefferson,A., De Marco, R., and Kinsella,B., 2003, Oligomeric pooly(4-vinyl
pyridine) as a carbon dioxide corrosion inhibitor of Imidazoline Derivate, Seminar

8.

Hasil-hasil Penelitian Universitas Lampung, Bandar Lampung


Ilim, Jefferson,A., De Marco, R., and Kinsella,B., 2004, The Adsorption, characteristics
study of carbon dioxide corrosion inhibitor of imidazoline derivate, Proseding Seminar
Nasional Kimia, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 6-7 Oktober 2004, hal 143-

9.

148
Ilim, 2005, Effect of Hydrocarbon on the action of CO 2 corrosion inhibitor, Jurnal Sains

10

dan Teknologi, vol. 11 no 1, 47-51


Ilim, Akhmad Ues dan Sumijanto, 2005, Studi penggunaan didrazin hidrat sebagai
inhibitor korosi baja karbon rendah secara elektrokimia, Proceeding National Seminar

11.

on Aset, Bandar Lampung, 12-12 September, vol. 1, hal 23-26


Ilim, 2006, Studi penggunaan ekstrak tumbuhan (daun tembakau, lidah buaya, daun
pepaya, daun teh dan kopi) sebagai inhibitor korosi baja lunak, Laporan Penelitian,

12.

Universitas Lampung, Bandar Lampung


Ilim, Kamisah D. Pandiangan dan Sudrajat, 2007, Studi penggunaan tumbuhan
tembakau, teh dan kopi) sebagai inhibitor korosi baja lunak dalam air laut buatan yang

13.

jenuh CO2, Jurnal Sains MIPA, Vol. 13, No. 2, 163-168


Ilim, 2008, The eficiency ad adsorption characteristic of Asfier 100 as carbon dioxide
corrosion inhibitor, Jurnal Sains MIPA, Vol.14, No. 1, 62-66

Anda mungkin juga menyukai