Anda di halaman 1dari 21

Bioteknologi dalam bidang

pertambangan

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan


makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari
makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa.
• Di indonesia, sampai saat ini pemanfaatan mikroorganisme untuk bidang
pertambangan logam masih belum optimal atau bisa dikatakan belum dimulai,
atau sekadar wacana.

• Indonesia sebagai negara tropis yang kaya akan cadangan berbagai mineral
tambang dalam jumlah banyak dan berlimpah dengan berbagai mikrroganisme,
mempunyai peluang yang cerah untuk melaksanakan Bioleaching. Dari sisi
mikroorganismenya, kondisi iklim yang tropis mendukung keberadaan kelompok
bakteri Pelepasan logam yang hidup baik pada kondisi mesofilik, yang
menghendaki suhu yang hangat.
Penerapan Bioteknologi di Bidang Pertambangan

Di bidang pertambangan, berkembang bioteknologi untuk memisahkan


logam dari bijinya yaitu dengan pemanfaatan bakteri Thiobacillus
ferrooxidans. Bakteri ini merupakan bakteri kemolitotrof yang mampu
memisahkan logam dari bijinya.
• Peranan Mikroba Dalam Siklus Besi

Siklus logam oleh mikroba salah satu indikasi paling jelas menunjukan bahwa tanah
tidak bersifat inert. Tanpa adanya siklus logam, maka transformasi logam tidak
mungkin terjadi. Mikroba trasnformasi logam penting dalam pembentukan tanah
dan produksi biji logam. Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam
mengekstrak logam-logam menjadi bijih logam grade rendah, mengasamkan
limbah, dan mencemari penyediaan air. Logam Fe merupakan dari logam dalam
tanah. Tramformasi Fe adalah dengan oksidasi untuk memperoleh sumber energi
reaksi yang menggunkan logam tersebut sebagai elektron aseptor. Besi juga
mengubah bahan-bahan organik (asimilasi/imobilisasi) dan bentuk organik kembali
ke bentuk anorganik (mineralisasi)
Penggunaan bakteri untuk mengatasi limbah logam berat
    Limbah pabrik  yang banyak mengandung logam berat dapat
dibersihkan oleh mikroorganisme yang dapat menggunakan logam
berat sebagai nutrien atau hanya menjerat (imobilisasi) logam berat. 
Mikrooganisme yang dapat digunakan dianataranya adalah Thiobacillus
ferroxidans
• Kingdom         : Eubacteria
• Filum               : Proteobacteria
• Kelas               : Gammaproteobacteria
• Ordo                : Acidithiobacillales
• Famili             : Acidithiobacillaceae
• Genus              : Acidithiobacillus
• Spesies            : Acidithiobacillus ferroxidans
Mekanisme Pemanfaatan  T. ferrooxidans dalam pemisahan logam besi

• ferrooxidans adalah bakteri yang paling aktif di tambang limbah


akibat asam dan polusi logam. Situs drainase tambang asam ekstrim
juga mengekspos tingkat tinggi pirit, suatu unsur yang mudah
teroksidasi oleh T. ferrooxidans. Ini kapasitas oksidasi pirit-telah
dimanfaatkan dalam industri desulfurisasi batubara
T. ferrooxidans berasal energi dari oksidasi besi ferro menjadi besi ferri,
dan mengurangi senyawa sulfur menjadi asam sulfat. Deposit belerang 
bisa menumpuk di dinding sel bakteri.   Produk sampingan lain dari
metabolisme (asam sulfat) kadang-kadang berhubungan dengan korosi
oksidatif dari beton dan pipa. Dalam lingkungan tanah, T. ferrooxidans
berguna sebagai sumber slow release fosfat dan sulfat untuk
pemupukan tanah.
            Reaksi pelepasan logam biasanya meliputi pengubahan cebakan
logam yang tidak larut, biasanya berupa sulfida, menjadi senyawa yang
larut dan logam yang diinginkan lebih mudah dimurnikan atau
diekstrak. Bakteri pelepas logam dapat melakukan perubahan ini secara
langsung dengan mengoksidasi sulfida logam sehingga terbentuk besi
ferri, asam sulfat dan sulfat logam
Oksidasi dan reduksi besi oleh Bakteri T. ferrooxidans

Dalam kondisis aerobik, bakteri Thiobacillus ferooxidans dapat menggunakn energi dari mengisolsidasi
Fe2+ (Waluyo,Lud.2009). Proses tersebut diantarannya :

2Fe2+ + ½ O2 + 2 H+ à 2Fe3+ + H2O

Oksidasi pyrit (FeS2) menjadi SO42- dan Fe3+ dilakukan bakteri tersebut jika kondisis lingkungan dengan
keasaman tinggi. Thiobacillus ferroxidans mengoksidasi besi dalam bentuk ferro sulfat untuk
mengahasilkan ferri sulfat.

4FeSO4 + 2 H2SO4 + O2 à 2 Fe2 (SO4)3 + 2 H2O

Ferri sulfat mempengaruhi keasaman setelah menghidrolisi ke bentuk ferri hidroksida.

2 Fe2(SO4)3 + 12 H2O -à 4 Fe (OH)3 + 6 H2SO4


• Proses pemisahan logam dari bijihnya berlangsung sebagai
berikut.

Bakteri Thiobacillus ferooxidans mengoksidasi senyawa besi belerang (besi


sulfida) di sekelilingnya. Proses ini membebaskan sejumlah energy yang
digunakan untuk  membentuk senyawa yang diperlukannya. Selain energi,
proses oksidasi tersebut juga menghasilkan senyawa asam sulfat  dan besi
sulfat yang dapat menyerang batuan di sekitarnya serta melepaskan logam
tembaga dari bijihnya. Jadi, aktivitas Thiobacillus ferooxidans akan mengubah
logam sulfida yang tidak larut dalam air menjadi logam sulfat yang larut dalam
air. Pada saat air mengalir melalui bebatuan, senyawa logam sulfat (CuSO4)
akan ikut terbawa dan lambat laun terkumpul pada kolam berwarna biru
cemerlang. Proses pemisahan logam dari bijihnya secara besar-besaran dapat
dijelaskan sebagai berikut.
• Bakteri ini secara alami terdapat di dalam larutan peluluh.
Penambang tembaga akan menggerus batu pengikat logam dan akan
menyimpannya ke dalam lubang tempat buangan. Kemudian, mereka
menuangkan larutan asam sulfat ke tempat buangan tersebut. Saat
larutan peluruh mengalir melalui dasar tempat buangan, larutan
peluluh akan mengandung tembaga sulfat. Selanjutnya, penambang
akan menambah logam besi ke dalam larutan peluluh. Tembaga sulfat
akan bereaksi dengan besi membentuk besi sulfat yang mampu
memisahkan logam dari bijinya
• Secara umum, Thiobacillus ferooxidans membebaskan logam dari bijih
tembaga dengan cara bereaksi dengan besi dan belerang yang
melekat pada batuan sehingga batuan mengandung senyawa besi dan
belerang, misalnya FeS2. Saat larutan peluluh mengalir melalui batu
pengikat bijih,bakteri mengoksidasi ion Fe2+ dan mengubahnya
menjadi Fe3+. Unsur belerang yang terdapat dalam senyawa FeS2
dapat bergabung dengan ionH+ dan molekul O2 membentuk asam
sulfat (H2SO4).
• Bijih yang mengandung tembaga dan belerang, misalnya CuS, ion
Fe3+ akanmengoksidasi ion Cu+ menjadi tembaga divalen atau Cu2+.
Selanjutnya, bergabung dengan ion sulfat (SO4 2-) yang diberikan oleh
asam sulfat untuk membentuk CuSO4. Dengan cara tersebut, bakteri
tersebut mampu menghasilkan tembaga kelas tinggi. Selain itu,
bakteri pencuci, seperti Thiobacillus juga dapat digunakan untuk
memperoleh logam berkualitas tinggi, seperti emas, galiu, mangan,
kadmium, nikel, dan uranium.
Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Bakteri Thiobacillus
ferrooxidans

• Keuntungan
• Kehadiran bakteri secara signifikan dapat meningkatkan kecepatan
proses pencucian secara keseluruhan
• Thiobacillus ferrooxidans akan mengoksidasi senyawa besi belerang
(besi sulfida) di sekelilingya. proses ini membebaskan sejumlah energi
yang akan digunakan untuk membentuk senyawa yang diperlukan dan
menghasilkan senyawa asam sulfat dan besi sulfat. kedua senyawa ini
akan menyerang bebatuan di sekitar tembaga sehingga dapat lepas
dari bijinya
•Thiobacillus ferrooxidans akan mengubah tembaga sulfida yang tidak
larut dalam air menjadi tembaga sulfat yang larut dalam air.  Ketika air
mengalir melalui batuan, senyawa tembaga sulfat akan ikut terbawa
dan  lambat laut terkumpul dalam kolam berwarna biru cemerlang
•Dalam lingkungan tanah, T.ferrooxidans berguna sebagai sumber slow
release fosfat dan sulfat untuk pemupukan tanah.
• Thiobacillus ferroxidans merupakan bakteri kemolitotrof, dimana
bakteri kemo dapat mengambil dan mengumpulkan ion-ion logam
beracun sehingga bermanfaat untuk memindahkan polutan dari air
limbah. usaha memperbaiki kualitas lahan termasuk tanah dan air
serta pencemaran dengan  menggunakan mikroorganisme disebut
bioremediasi
• Thiobacillus dapat membantu produsen logam menghemat energi,
mngurangi polusi dan demikian menekan biaya produksi
• Dalam hal tujuan tunggal langkah bakteri adalah regenerasi Fe 3+
sulfidik bijih besi dapat ditambhakan untuk mempercepat proses dan
menyediakan sumber besi
• Kerugian

Bakteri Thiobacillus ferrooxidans pengoksidasi Fe (mengubah Fe3+ yang


bersifat sebagai ion terlarut menjadi Fe (OH) 3) yang bersifat tidak larut)
dapat menimbulkan korosi. Prose korosi secara mikrobiologis tidak
berarti logam tersebut dimakan oleh mikroorganisme tetapi akibat
pertumbuhan mikrobe tersebut yang mengahasilakn senyawa, Yang
bersifat korosif misalnya asam . Produk sampingan lain dari
metabolisme (asam sulfat) bakteri T. ferrooxidans kadang-kadang
berhubungan dengan korosi oksidatif dari beton dan pipa.Hal ini
disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam
melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan
hidupnya.
Kesimpulan

• Bakteri Thiobacillus ferrooxidans mampu membantu dalam


pengolahan biji logam sehingga menghasilkan logam yang berkualitas
tinggi dengan tahapan-tahapan khusus yaitu yang pertama Bijih logam
berkualitas rendah yang dikenal sebagai larutan peluluh, ditimbun.
Disinilah banyak ditemukan bakteri. Kemudian, ke dalam larutan itu
ditambahkan larutan asam sulfat sehingga terjadi reaksi antara logam
dan asam sulfat membentuk logam sulfat (CuSO4). Setelah itu, logam
besi ditambahkan ke dalam larutan tersebut sehingga besi akan
bereaksi dengan tembaga sulfat untuk melepaskan tembaga tersebut.
Melalui proses tersebut diperoleh logam murni yang telah terpisah
dari bijihnya sehingga berkualitas. Seluruh proses itu dibantu oleh
bakteri Thiobacillus ferrooxidans.
• Penggunaan Thiobaccilus ferrooxidans mempunyai efek yang
menguntungkan dan merugikan.
• Selain bermanfaat dalam bidang pertambangan Thiobacillus
ferrooxidans bermanfaat untuk mengatasi masalah limbah berat
• Indonesia belum maksimal menggunakan bioteknologi dalam bidang
pertambangan.
• Anonym.2010.
http://smk3ae.wordpress.com/2010/08/28/penghilangan-besi-fe-dan-mangan-mn-dalam-a
ir-2/
• Budiyanto,MAK.2003. Mikrobiologi Terapan. Malang : UMM press.
• Chang YC,Myerson AS. 1982. Growth models of continus bacterial leaching of      ron pyrite
by Thibacillus ferrooxidans. Biotechnol. Bioeng. 24;889.
• Corbet Cm, ingledew Wj. 1987. Is Fe 2+/3+ ycling an intermediate in sulphur oxidation by
Fe2+ grown thibacillus ferroxidans. Biochem. Biophys. Acta. 128;522-534
• Kelly, DP, dan Wood, AP (2000). “Reklasifikasi dari beberapa spesies Thiobacillus ke
Acidithiobacillus genera baru ditunjuk gen. November,. Halothiobacillus gen. November dan
Thermithiobacillus gen. November “. Int. J. Syst. Evol. . Microbiol 50: 489-500. PMID
10758851
• Kuenen, J. Gijs, et al. “The Genera Thiobacillus, Thiomicrospira, and Thiosphaera.” The
Prokaryotes. Ed. Albert Balows, et al. New York: Springer-Verlog, 1992. 2638-9, 2650
• Lundgren DG, silver. 1980. Ore leaching by bacteria. Ann. Rev. microbiol. 34;263-283
• Maha A, Cork Dj.1990. Introduction to sulfur microorganism and their   applications in the
enviroment and industry. Development in industial Microbiology 31 (5); 99-102.

Anda mungkin juga menyukai