Anda di halaman 1dari 56

Formulasi Tablet Efervesen Ekstrak Wortel (Daucus carota L.

)
dengan Variasi Kadar Pemanis Alami dan Buatan

Oleh:
Ardian Septia Wardani
P2.31.39.0.13.052

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2016

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Formulasi Tablet Efervesen Ekstrak Wortel (Daucus carota L.)
dengan Variasi Kadar Pemanis Alami dan Buatan

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan
bidang Farmasi

Oleh:
Ardian Septia Wardani
P2.31.39.0.13.052

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2016

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi, saya


yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ardian Septia Wardani


NIM : P2.31.39.0.13.052
Jurusan : Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul :

Formulasi Tablet Efervesen Ekstrak Wortel (Daucus carota L.) dengan Variasi
Kadar Pemanis Alami dan Buatan

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II berhak menyimpan,
mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, tanpa meminta ijin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 14 Juli 2016
Yang menyatakan

(Ardian Septia Wardani)

iv Poltekkes Kemenkes Jakarta II


ABSTRAK

Formulasi Tablet Efervesen Ekstrak Wortel (Daucus carota L.) dengan Variasi
Kadar Pemanis Alami dan Buatan

Oleh:
Ardian Septia Wardani
P2.31.39.0.13.052

Pendahuluan: Wortel (Daucus carota L.) termasuk salah satu tanaman multi
guna bagi pelayanan kesehatan dengan kandungan beta karoten yang tinggi
sebagai antioksidan. Pembuatan tablet efervesen ekstrak wortel dapat menjadi
alternatif bentuk sediaan agar lebih mudah dikonsumsi dan dapat diterima oleh
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi tablet
efervesen ekstrak wortel dengan variasi pemanis alami dan buatan dan untuk
mendapatkan formula yang paling disukai berdasarkan uji kesukaan terhadap rasa.

Metode: Penelitian menggunakan metode eskperimental dengan membuat tiga


formulasi tablet efervesen dengan variasi kadar pemanis alami dan buatan masing-
masing yaitu, formula A alami : buatan 3% : 0%, formula B alami : buatan 5% :
0,5% dan formula C alami : buatan 7% : 0,5% dengan metode granulasi basah dan
kemudian dilakukan pengujian granul dan fisik serta kesukaan terhadap rasa
kepada responden.

Hasil: Dari hasil pengujian didapatkan bahwa formulasi A, B dan C dari tablet
efervesen memenuhi persyaratan uji granul dan uji fisik tablet serta hasil uji
kesukaan menunjukkan bahwa 6,67% responden menyukai formula A, 63,33%
responden menyukai formula B dan 43,33% responden menyukai formula C.

Kesimpulan: Formulasi tablet efervesen ekstrak wortel (Daucus carota L.)


dengan variasi kadar pemanis alami dan buatan memenuhi syarat uji fisik tablet
dengan tingkat kesukaan tertinggi pada formulasi B dengan kadar pemanis alami :
buatan 5% : 0,5%.

Kata Kunci: wortel, efervesen, pemanis

v Poltekkes Kemenkes Jakarta II


ABSTRAK

Formulation of Effervescent Tablets from The Extract of Carrot (Daucus carota


L.) with A Variety of The Levels of Natural and Artificial Sweetener.

By:
Ardian Septia Wardani
P2.31.39.0.13.052

Background: Carrot (Daucus carota L.) is one of the plant with a lot of uses for
the health service with contained high beta karoten as antioxidants. Making
effervescent tablets from the extract of carrot can be an alternative form of drug
that more easily consumed and can be accepted by society. This research aims to
get formulation of effervescent tablets from the extract of carrot with a variety of
the levels of the natural and artificial sweetener and get most favorite formula by
the favorite test.

Method: The research using the experimental with make three formulation of
effervescent tablets with a variety of the levels of each of the natural and artificial
sweetener, formula A natural : artificial 3% : 0%, formula B natural : artificial 5%
: 0,5% dan formula C natural : artificial 7% : 0,5% with the wet granulation and
then do testing granul and physical as well as the favorite test to the respondents.

Result: The results of the testing found that formulasi A, B and C of effervecsent
tablets meeting the requirements of the test granul and test of the physical tablets
as well as the results of the favorite test showed that 6,67% respondents like
formula A, 63,33% respondents like formula B and 43,33% respondents like
formula C.

Conclusion: Formulation of effervescent tablet from the extract of carrot (Daucus


carota L.) with a variety of the levels of natural and artificial sweetener with the
most favorite formula on the formula B with the levels of natural : artificial
sweetener 5% : 0,5%.

Keyword: carrot, effervescent, sweetener

vi Poltekkes Kemenkes Jakarta II


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
Penulisan karya tulis ilmiah merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program D-III Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
Judul karya tulis ini adalah “Formulasi Tablet Efervesen Ekstrak Wortel (Daucus
carota L.) dengan variasi pemanis alami dan buatan”.
Karya tulis ilmiah ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai pihak
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Junaedi, S.Si., M.Farm., Apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Jakarta II.
2. Ibu Wardiyah, M.Si., Apt., selaku pembimbing I yang telah membimbing dan
memberikan masukan kepada penulis.
3. Ibu Dra. Yetri Elisya, M.Farm., Apt., selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan masukan kepada penulis.
4. Bapak Surahman, M. Kes., selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5. Mardiatun selaku Mama, Rojikin selaku Bapak, Aji dan Shila selaku adik
serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan
selama penulisan karya tulis ilmiah.
6. Sahabat-sahabat penulis Dina Chaerani, Rara Saraswati, Muhammad Ardhi
Sofyanto, Yarhamuna Astriya, Rizal Wahid, Amiratul Haq Rasyid,
Ramadhan Ali, Menia Nurma Widita, Sella Pradita, Mira Tiara, Anisa
Lusyanti Samsiah yang senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungan
kepada penulis.

vii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


7. Melati Putih dan Cakar Macan (Resti, Dila, Haning, Ngesti, April, Helen,
Alifa, Siti, Putra, Firli, Prana, Imam, Sandi, Ardhi, Syifa) yang sejak 2007
selalu ada dan memberikan motivasi, semangat, doa, kritik, saran dan hiburan
kepada penulis.
8. Teman-teman Geometris23, Diklatsar BSMI 2015 dan rekan tentor INSC
yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.
9. Teman-teman sebangku selama 3 tahun, Hilma Azzahrah, Sutera Apriani,
Anisa Ayu Utami, Hasna Luthfia Zahra yang tidak pernah lelah dalam
memberikan semangat dan motivasi dipeliknya kehidupan perkuliahan.
10. OPPA’s family Andah’s Kyu, Sekar’s Nam, Kunthi’s Lee, Nurriz Si Magnae
dan Kai yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, hiburan, teguran,
kritik, saran, nasihat tanpa terkecuali dalam segala hal hingga detik ini.
11. Kakak BPH BEMJ Ridha Kurnia Lestari, Sariza Gani Safitri, Desideria
Nurlita yang selalu membimbing, mendoakan, memotivasi penulis.
12. Teman-teman terdekat di kampus Didis, Ratih, Mamey, Sela dan Uncling
yang senantiasa memberikan begitu banyak semangat, nasihat dan hiburan
dikala sulit.
13. Teman-teman seperjuangan industri Aulia, Mia, Qibti, Wilda, Audrey dan
juga Cahyo yang telah bersama-sama menempuh masa sulit selama
penelitian.
14. Teman-teman LK farmasi 2014-2016, kakak alumni serta adik-adik yang
telah memberikan semangat dan doa selama proses pembuatan karya tulis
ilmiah.
15. Teman-teman farmasi 2013, khususnya LOKAL B yang selama 3 tahun telah
bersama-sama melewati semua proses perkuliahan yang sangat berkesan dan
takkan terlupakan.
16. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta II serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah membantu sehingga karya tulis ini dapat selesai.

viii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Semoga segala bantuan, doa dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari banyak
kekurangan, namun penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri serta bagi pembaca.

Jakarta, 18 Juni 2016

Penulis

ix Poltekkes Kemenkes Jakarta II


DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i
Halaman Pernyataan Bebas Plagiat.........................................................................ii
Pengesahan Karya Tulis Ilimah .............................................................................iii
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi ...........................................................iv
Abstrak ....................................................................................................................v
Kata Pengantar ......................................................................................................vii
Daftar Isi..................................................................................................................x
Daftar Tabel .........................................................................................................xiii
Daftar Lampiran ...................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................................3
1.4.1 Bagi Akademik ......................................................................................3
1.4.2 Bagi Peneliti...........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Wortel (Daucus carota L.)................................................................................4
2.1.1 Klasifikasi Umum Tanaman ...................................................................4
2.1.2 Deskripsi .................................................................................................4
2.1.3 Manfaat Tanaman ...................................................................................5
2.1.4 Kandungan Tanaman ..............................................................................5
2.2 Madu .................................................................................................................6
2.3 Ekstrak ..............................................................................................................6
2.4 Maserasi ............................................................................................................6
2.5 Tablet Efervesen................................................................................................7

x Poltekkes Kemenkes Jakarta II


2.5.1 Keuntungan dan Keterbatasan Efervesen ...............................................7
2.5.2 Reaksi Efervesen.....................................................................................8
2.5.3 Komponen Tablet Efervesen...................................................................9
2.5.4 Pemerian Bahan Tambahan ..................................................................10
2.5.2 Metode Pembuatan Granul ...................................................................12
2.5.6 Metode Pembuatan Tablet Efervesen ...................................................12
2.5.7 Pengujian Granul ..................................................................................13
2.5.8 Pengujian Tablet Efervesen ..................................................................14
2.6 Kerangka Konsep ............................................................................................17
2.7 Definisi Operasional........................................................................................18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian.............................................................................................20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................................20
3.3 Alat dan Bahan Penelitian...............................................................................20
3.4 Prosedur Penelitian..........................................................................................20
3.4.1 Perhitungan Dosis .................................................................................20
3.4.2 Formula .................................................................................................21
3.4.3 Perhitungan Bahan ................................................................................21
3.4.4 Cara Kerja .............................................................................................22
3.4.5 Pengujian Granul ..................................................................................22
3.4.6 Pengujian Tablet ...................................................................................23
3.5 Cara Pengolahan dan Analisis Data ................................................................25
3.5.1 Pengolahan Data ...................................................................................25
3.5.2 Analisis Data .........................................................................................25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ................................................................................................................26
4.1.1 Preparasi Ekstrak ..................................................................................26
4.1.2 Hasil Uji Granul ....................................................................................26
4.1.3 Hasil Uji Tablet.....................................................................................27
4.2 Pembahasan.....................................................................................................28

xi Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................32
5.2 Saran................................................................................................................32

Daftar Pustaka .......................................................................................................33


Lampiran ...............................................................................................................36

xii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan indeks Carr’s dengan sifat aliran serbuk

Tabel 4.1 Hasil parameter spesifik ekstrak

Tabel 4.2 Hasil uji granul efervesen

Tabel 4.3 Hasil uji mutu fisik tablet efervesen

Tabel 4.4 Hasil uji kesukaan terhadap respon rasa tablet efervesen

xiii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Ekstrak Kental dan Ekstrak Kering Wortel (Daucus carota
L.)
Lampiran 2 Gambar Granul dan Tablet Efervesen Esktrak Wortel (Daucus
carota L.)
Lampiran 3 Gambar Larutan Efervesen Ekstrak Wortel (Daucus carota L.)
Lampiran 4 Surat Determinasi
Lampiran 5 Surat Pengajuan Ethical Clereance
Lampiran 6 Kuesioner Uji Tingkat Kesukaan Tablet Efervesen Ekstrak Wortel

xiv Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wortel termasuk salah satu komoditas hortikultura dari kelompok tanaman
sayur-sayuran yang potensial dan multi guna bagi pelayanan kesehatan
masyarakat di dunia.1 Wortel bisa ditanam sepanjang tahun serta diperoleh di
mana saja dengan mudah dan juga murah disamping memiliki segudang khasiat.2
Menurut kepustakaan khasiat umbi akar wortel untuk mengatasi penderita
batu ginjal dan radang selaput lendir kandung kemih. Pada akarnya dapat
digunakan untuk mengatasi cacing kremi, pemeliharaan mata, pencernaan tidak
baik, serta luka bakar yang digunakan sebagai obat luar.
Khasiat yang dimiliki wortel didapatkan dari kandungan kimianya. Wortel
merupakan sumber beta-karoten yang merupakan bahan utama pembentuk
vitamin A di dalam tubuh, karena mengandung beta-karoten mencapai 7.000
mikrogram. Kadar beta-karoten (per 100 g) yang terkandung dalam wortel (754 g)
hampir dua kali lebih banyak dari kandungan beta-karoten dalam kangkung (380
g) dan tiga kali lebih banyak dari kandungan beta-karoten dalam daun caisin (286
g). Beta-karoten yang terdapat dalam wortel juga masih lebih tinggi dibandingkan
dengan yang ditemukan pada bayam (409 g).3
Beta-karoten adalah provitamin A yang berkhasiat antioksidan spesifik
untuk menetralkan oksigen singlet reaktif dan mencegah pembentukan radikal
peroxyl akibat peroksidasi lipida serta merendahkan risiko akan penyakit mata
lansia AMD (Age-related Macula Degeneration). Untuk terapi alternatif
sebaiknya penggunaan beta-karoten dikombinasikan dengan antioksidan lain.4
Kandungan antioksidan yang dimiliki wortel tentunya dapat memberikan
efek yang baik terhadap pemeliharaan kesehatan tubuh terutama dalam kondisi
kesehatan di era ini. Wortel telah dimanfaatkan dalam berbagai macam cara untuk
alternatif pemeliharaan kesehatan, mulai dari memakannya langsung, merebusnya
hingga menjadikannya sari minuman. Diketahui bahwa kombinasi ekstrak
bilberry 100 mg dan esktrak wortel 400 mg mengandung betakaroten setara 2.400
i.u. yang dimanfaatkan sebagai antioksidan untuk pemeliharaan kesehatan.5

1 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


2

Pembuatan tablet efervesen wortel bisa menjadi alternatif bentuk sediaan yang
efektif untuk penggunaan wortel agar mengandung dosis yang tepat, mudah
dikonsumsi terutama untuk pasien yang sulit menelan serta terjaga kestabilan zat
aktifnya.6
Tablet efervesen memiliki efek karbonasi dengan sensasi menyegarkan
pada saat dikonsumsi yang menjadikan produk-produk efervesen disenangi oleh
konsumen. Efek karbonasi terjadi antara komponen asam dan basa dalam
efervesen yang menghasilkan garam natrium. Reaksi inilah yang menyebabkan
tablet efervesen larut dengan cepat dalam air tanpa pengadukan.7
Sediaan efervesen terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan untuk
melaksanakan fungsi tablet dan salah satu bahan tambahan yang digunakan yaitu
pemanis untuk membantu memperbaiki rasa dari sediaan efervesen. Sukrosa dan
pemanis alami lainnya, seperti sorbitol, dapat digunakan dalam sediaan efervesen,
walaupun yang lazim adalah pemanis buatan. Akan tetapi, penggunaan pemanis
buatan dibatasi oleh peraturan kesehatan.6
Pemanis buatan aspartam merupakan salah satu pemanis rendah kalori
yang telah dinyatakan aman untuk dikonsumsi dengan kadar yang telah dibatasi.8,9
Mengkombinasikan aspartam dengan pemanis buatan lain dianjurkan terutama
untuk produk yang akan diproses dengan suhu tinggi dan dapat mempertegas cita-
rasa buah.9 Telah diketahui salah satu zat alami yaitu madu dapat digunakan
sebagai pemanis dan mampu meningkatkan antioksidan dalam tubuh jika
dikonsumsi.10 Penelitian menunjukkan bahwa penambahan 8% madu merupakan
formula terbaik terhadap stabilitas minuman wortel.11
Dengan latar belakang yang telah diurai, peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana sifat fisik tablet dan uji
kesukaan rasa yang dapat diterima oleh responden dari formulasi tablet efervesen
wortel (Daucus carota L.) dengan variasi kadar pemanis alami dan buatan.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah formulasi tablet efervesen ekstrak wortel (Daucus carota L.)
dengan variasi kadar pemanis alami dan buatan dapat memenuhi uji fisik dan rasa
yang dapat diterima oleh responden?

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


3

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mendapatkan formulasi tablet efervesen ekstrak wortel (Daucus carota L.)
dengan variasi kadar pemanis alami dan buatan yang memenuhi syarat uji fisik
tablet.

1.3.2 Tujuan Khusus


Mendapatkan formula yang paling disukai berdasarkan uji kesukaan
terhadap rasa tablet efervesen esktrak wortel (Daucus carota L.) dengan variasi
kadar pemanis alami dan buatan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Akademik
Mendapatkan formulasi tablet efervesen ekstrak wortel (Daucus carota L.)
dengan variasi kadar pemanis alami dan buatan yang memenuhi syarat uji fisik
dan rasa yang dapat diterima oleh responden.

1.4.2 Bagi Peneliti


1. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah didapat selama perkuliahan di
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Farmasi
khususnya di bidang farmasi industri.
2. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan kefarmasian khususnya di bidang
farmasi industri.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wortel (Daucus carota L.)


2.1.1 Klasifikasi Umum Tanaman
Klasifikasi Tanaman Wortel.12
Divisi : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klasis : Dicotyledoneae
Ordo : Umbellifloreae
Familia : Umbelliferae
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota L.

2.1.2 Deskripsi
Deskripsi Tanaman Wortel. 12
Habitus : Semak, tinggi bisa mencapai 1 meter.
Batang : Tegak, masif, bulat, berbulu, hijau.
Daun : Majemuk, bersilang, pelepah hijau, panjang 2 cm.
Tangkai anak daun : bentuk talang, hijau, panjang 1 cm.
Helai daun : hijau, panjang 20 cm, lebar 13 cm, bangun
berbagi menyirip, tepi bertoreh lepas, ujung meruncing,
pangkal rata, pertulangan menyirip, daging daun tipis,
permukaan rata.
Helai anak daun : hijau, panjang 9 cm, lebar 5 cm, bangun
beragi menyirip, tepi bertoreh lepas, ujung meruncing,
pangkal rata, pertulangan menyirip, daging daun tipis,
permukaan rata.
Bunga : majemuk, berkelamin dau, bergerombol.
Tangkai : hijau, bulat, panjang 7 cm.
Kelopak : hijau, bergigi, meruncing, permukaan rata.
Mahkota : putih, bentuk, bintang, halus.

4 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


5

Benangsari : tangkai putih, bulat, panjang 0,1 cm, jum-


lah 2, kepalasari kuning, bulat, kecil.
Putik : putih kehijauan, bulat, panjang 0,2 cm.
Kepala putik : kuning, bulat, kecil.
Buah : Polong, hijau, bentuk corong, ukuran 0,2 cm.
Biji : Putih, pipih, kecil.
Akar : Tunggang, putih kotor, bulat.
Berakar tinggal/umbi akar yang berasal dari akar
tunggang, kemerahan.

2.1.3 Manfaat Tanaman


Umbi akar wortel ini bersifat antilitik, diuretik dan karminatif. Khasiat
umbi akar wortel untuk membantu mengatasi batu ginjal dan radang selaput lendir
kandung kemih. Sedangkan akarnya dapat digunakan untuk mengatasi cacing
kermi, pemeliharaan mata, pencernaan tidak baik, luka bakar yang digunakan
sebagai obat luar. Juga menjadi sumber antioksidan (beta-karoten) yang tinggi. 3

2.1.4 Kandungan Kimia


Wortel mempunyai nilai kandungan vitamin A yang tinggi yaitu sebesar
12000 SI. Sementara komposisi kandungan unsur yang lain adalah kalori sebesar
42 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 9,3 gram, kalsium 39
miligram, fosfor 37 miligram, besi 0,8 miligram, vitamin B1 0,06 miligram, dan
vitamin C 6 miligram. Komposisi di atas diukur per 100 gram.13
Kadar beta-karoten (per 100 g) yang terkandung dalam wortel hampir dua
kali lebih banyak dari kandungan beta-karoten dalam kangkung dan tiga kali lebih
banyak dari kandungan beta-karoten dalam daun caisin. Beta-karoten yang
terdapat dalam wortel juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang
ditemukan pada bayam.3

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


6

2.2 Madu
Madu memiliki tekstur kental dan berasa manis dihasilkan oleh lebah dan
serangga lainnya dari nektar bunga. Rasanya yang manis disebabkan oleh adanya
zat monosakarida fruktosa dan glukosa dengan rasa yang mirip seperti gula. Sejak
dahulu manusia telah memanfaatkan madu untuk makanan juga minuman sebagai
pemanis atau perasa. Dengan kandungan karbohidrat, fruktosa (38,5%) dan
glukosa (31,0%), malotsa, sukrosa dan karbohidrat kompleks lainnya. Dan juga
mengandung antioksidan dalam jumlah yang kecil.14

2.3 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan menyari zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi syarat baku yang telah
ditetapkan.15

2.4 Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian dengan cara merendam simplisia
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruang. Pelarut atau cairan penyari akan menembus dinding sel, masuk
ke dalam rongga sel, melarutkan zat aktif.
Prinsip maserasi yaitu merendam simplisia dalam cairan penyari sehingga
cairan penyari dapat masuk ke dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung zat yang mudah menembang dalam cairan penyari. Cairan
penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Bila
cairan penyari digunakan air, maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat
ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian.16

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


7

2.5 Tablet Efervesen


Tablet efervesen dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara cepat
dengan menghasilkan CO2 secara serentak. Tablet khususnya dibuat dengan cara
pengempa bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik – seperti asam
sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat.17
Tablet efervesen yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul
yang mengandung garam efervesen atau bahan-bahan lain yang mampu
melepaskan gas ketika bercampur dengan air. Dalam perdagangan tablet analgesik
yang dibuat alkalis sering dibuat berbuih untuk mendorong lebih cepat hancur dan
melarutnya tablet ketika ditambahkan ke dalam air atau minuman yang berair.17
Tablet efervesen merupakan metode yang nyaman untuk pemberian sejumlah zat
aktif atau bahan kimia yang telah diukur sebelumnya dengan disolusi yang relatif
cepat.6
Tablet efervesen menghasilkan larutan yang jernih juga menghasilkan rasa
yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa
obat tertentu.17

2.5.1 Keuntungan dan Keterbatasan Efervesen


1. Keuntungan
Ada berbagai keuntungan sediaan tablet efervesen, seperti tertera di
bawah ini.
a. Memberi cita rasa menyenangkan karena karbonasi membantu menutup
rasa zat aktif yang tidak menyenangkan.
b. Tablet mudah digunakan setelah dilarutkan, nyaman, dan merupakan
bentuk sediaan mengandung zat aktif yang telah praukur.
c. Dapat dikemas secara individual untuk mencegah masuknya kelembapan
sehingga menghindari masalah ketidakstabilan kandungan selama masa
penyimpanan.
d. Telah dapat diformulasi tablet efervesen yang mengandung beragam zat
aktif dalam rentang yang luas mencakup.
1) Komposisi sediaan untuk gigi yang mengandung enzim
2) Pembersih lensa kontak

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


8

3) Komposisi serbuk pembersih


4) Tablet pemanis minuman ringan
5) Pasta gigi kunyah
6) Pembersih gigi palsu
7) Sterilisasi instrumen bedah
8) Analgesik
9) Permen efervesen
10) Berbagai obat, seperti antibiotik, ergotamin, digoksin, metadon, dan
L-dopa
11) Sediaan untuk penggunaan veteriner
e. Dapat diberikan kepada pasien yang sulit menelan tablet atau kapsul
(setelah dilarutkan terlebih dulu dalam air minum).
f. Zat aktif yang tidak stabil apabila disimpan dalam larutan bercair akan
lebih stabil dalam tablet efervesen.

2. Keterbatasan
a. Proses pembuatan tablet efervesen dengan zat aktif yang rasanya tidak
menyenangkan relatif sulit karena harus memroses zat aktif untuk
membuat rasa yang cukup menyenangkan.
b. Masalah utama yang dihadapi dalam pembuatan tablet efervesen adalah
pengendalian ruangan dengan kelembapan dan suhu yang terkendali
untuk mempertahankan kestabilan produk selama pembuatan,
penyimpanan, dan selama proses penggunaan oleh pasien.
c. Harga tablet efervesen lebih mahal dari pada harga tablet non efervesen
(karena eksipien yang mahal, fasilitas produksi yang khusus, kemasan
khusus, dan sebagainya).6

2.5.2 Reaksi Efervesen


Reaksi asam-basa antara logam alkali bikarbonat dan asam sitrat atau asam
tartrat telah digunakan selama bertahun-tahun untuk menghasilkan sediaan
farmasetik yang berbusa segera setelah ditambahkan air.6

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


9

Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat dapat dilihat sebagai
berikut: 18
H3C6H5O7.H2O + 3NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2 (2.1)
Asam Sitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbondioksida

H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2 (2.2)


Asam Tartrat Na-Bikarbonat Na-Tartrat Air Karbondioksida

2.5.3 Komponen Tablet Efervesen


Komponen dalam pembuatan tablet efervesen terdiri dari:

1. Sumber Asam
Tiga sumber utama asam yang digunakan dalam fromulasi efervesen: asam
makanan, asam anhidrat dan garam asam. Asam sitrat adalah yang paling
umum digunakan karena mudah didapat dan mampu mendukung sediaan
yang dihasilkan. Asam tartrat juga banyak digunakan dalam sediaan
efervesen dan lebih mudah larut namun lebih higroskopis dibanding asam
sitrat.6

2. Senyawa Karbonat
Garam karbonat pada umumnya digunakan pada tablet efervesen yang
menggunakan gas karbondioksida sebagai disintegran serta natrium
bikarbonat lebih reaktif yang paling sering digunakan. Natrium bikarbonat
sangat umum dalam formulasi tablet efervesen yang larut sempurna dalam
air, tidak higroskopis, tidak mahal, dan dapat di konsumsi.6

3. Bahan Pengisi
Bahan pengisi biasanya hanya sedikit perlu ditambahkan dalam tablet
efervesen. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah maltodekstrin,
laktosa, dan glukosa. Natrium bikarbonat merupakan pengisi yang
bermanfaat dan murah, asalkan efervesen ekstrak (tambahan) dan efek pH
tidak menimbulkan masalah.6

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


10

4. Bahan Tambahan Lain


Bahan tambahan lain meliputi pengikat, lubrikan, dan pemanis. Pengikat
adalah bahan yang membantu mengikat bahan lain bersama-sama. Pengikat
ada untuk memformulasi suatu granul yang sesuai untuk pengempaan tablet.
Pengikat kering seperti laktosa, dekstrosa, dan manitol dapat digunakan
namun tidak efektif.6 Untuk sediaan efervesen dapat menggunakan PEG
6000 3% sebagai lubrikan dan pengikat.19 Sukrosa dan pemanis alami
lainnya, seperti sorbitol, dapat digunakan, walaupun yang lazim adalah
pemanis buatan dengan batasan yang telah ditetapkan.6

2.5.4 Pemerian Bahan Tambahan


1. Asam Sitrat
Pemerian : Hablur bening tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai
halus, putih; tidak berbau, atau praktis tidak berbau; rasa sangat
asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak
sukar larut dalam eter.
Kegunaan : Sumber asam.15

2. Na Bikarbonat
Pemerian : Serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering, tetap dalam udara
lembab secara perlahan-lahan terurai.
Kelarutan : Larut dalam air; tidak larut dalam etanol.
Kegunaan : Senyawa karbonat.15

3. Maltodekstrin
Pemerian : Serbuk atau granul berwarna putih tidak berbau, rasa
manis dari maltodekstrin meningkat seiring dengan
meningkatnya dextrose equivalent (DE).
Bobot Molekul: 900-9000
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol. Kelarutan

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


11

meningkat bersamaan dengan peningkatan DE.


Kegunaan : Sebagai pengikat granul (3-10%) dan pengisi pada pengeringan
semprot (20-80%).20

4. Polietilenglikol 6000
Pemerian : Bentuk padat biasanya praktis tidak berbau dan tidak berasa,
putih, licin seperti plastik, mempunyai konsistensi seperti malam,
serpihan butiran atau serbuk gading. Bentuk cair umumnya jernih
dan berkabut, cairan kental, tidak berbau atau praktis tidak
berwarna, agak higroskopis, bau khas lemah.15
Bobot Molekul: Rata-rata kurang lebih 600.15
Kelarutan : Bentuk cair bercampur dengan air, bentuk padat mudah larut
dalam air, larut dalam aseton, dalam etanol 95%, dalam
kloroform, dalam etilen glikol monoetil eter asetat, dalam etil
asetat dan dalam toluen, tidak larut dalam eter dan dalam
heksan.13
Kegunanaan : Pengikat dan lubrikan.19
Konsentrasi : PEG 6000 3% dapat digunakan sebagai pengikat dan lubrikan.19

5. Madu
Pemerian : Larutan kental berwarna kuning, berbau khas berasa manis.8
Bobot Molekul: 180,18g/mol.8
Kelarutan : Memiliki kelarutan dalam air sebanyak 6%8
Kegunanaan : Pemanis.8
Konsentrasi : Madu 8% dapat digunakan sebagai pemanis.9

6. Aspartam
Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih dengan rasa amat manis.
Bobot molekul: 294,31
Kelarutan : Mudah larut dalam air, pH 5,2 lebih mudah larut dalam larutan
asam dan air panas, sedikit larut dalam alkohol.20

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


12

2.5.5 Metode Pembuatan Granul


Granulasi adalah suatu proses pembesaran ukuran ketika partikel-partikel
kecil dibentuk menjadi gumpalan yang lebih besar, kuat secara fisik, sedangkan
partikel-partikel orisinil masih dapat diidentifikasi. Berdasarkan pembuatan,
granulasi terdiri dari: granulasi basah dan kering.

1. Metode Granulasi Basah


Prinsip dalam pembuatan granul untuk tablet efervesen pada
dasarnya sama dengan granulasi untuk tablet konvensional. Teknik
granulasi basah melibatkan pencampuran bahan-bahan kering dengan cairan
penggranulasi untuk menghasilkan masa yang dapat dikerjakan.6
Bagian asam dan karbonat pada formulasi efervesen dapat
digranulasi secara terpisah atau dalam bentuk campuran menggunakan air
(air kristal, asam sitrat, air atau uap air), etanol, isopropanol, atau pelarut
lain. Asam sitrat sebagian akan melarut dalam etanol atau isopropanol, akan
berfungsi pula sebagai pengikat bila pelarut menguap. Apabila granulasi
dilakukan menggunakan air atau pelarut mengandung air, harus berhati-hati
akan terjadi reaksi efervesen.19
Pada metode granulasi, campuran efervesen dipanaskan pada suhu
100˚C, sehingga akan dibebaskan air kristal dari asam sitrat anhidrat. Proses
ini berlangsung cepat dan sukar dikontrol. Bahan aktif dapat dicampur
dengan granul efervesen dan eksipien lain atau bagian dari granulasi.19

2. Metode Granulasi Kering


Granulasi secara slugging atau menggunakan roller-compactor,
sesuai untuk bahan yang tidak dapat di granulasi secara basah. Komponen
asam dan basa digranulasi kering secara terpisah atau bersama-sama.19

2.5.6 Metode Pembuatan Tablet Efervesen


Granul efervesen dikempa menjadi tablet dengan cara yang sama
seperti granul tablet konvensional. Pengendalian proses yang biasa
dilakukan adalah pengendalian bobot, ketebalan, dan kekerasan tablet.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


13

Setelah mesin tablet disetel dan dioperasikan sebagaimana mestinya,


parameter-parameter tersebut akan relatif konstan jika mutu granul baik.6

2.5.7 Pengujian Granul


1. Sudut Diam (angle of repose)
Sudut diam yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Sudut diam merupakan salah satu
cara untuk melihat nilai aliran serbuk. Granul atau serbuk akan mudah
mengalir dengan baik jika sudut diam yang terbentuk kecil. Besar kecilnya
sudut diam sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya tarik dan gaya
gesek antar partikel. Jika gaya tarik dan gaya gesek kecil, maka granul akan
lebih cepat dan mudah mengalir. Selain itu sudut diam juga dipengaruhi
oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka kohesivitas
partikel makin tinggi yang akan mengurangi kecepatan alirnya sehingga
sudut diam yang terbentuk semakin besar. Sudut diam yang baik yaitu
antara 25° (5/36 rad) - 50° (5/18 rad).21

2. Waktu Alir
Waktu alir yaitu waktu yang diperlukan sejumlah granul atau serbuk
untuk mengalir dalam suatu alat yang dipakai. Pada campuran serbuk atau
granul sifat alirnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan,
dan kandungan lembab. Waktu alir lebih dari 10 gram/detik menunjukkan
sifat alir yang baik.21

3. Pengetapan (Kompresibilitas)
Pengetapan menunjukkan penerapan volume sejumlah granul, serbuk
akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibrating). Makin kecil indeks
pengetapan makin kecil sifat alirnya. Data pengetapan dapat digunakan
untuk mengetahui kompresibilitas dari granul yang dihasilkan.
Kompresibilitas dapat dilihat dari harga indeks Carr’s yang sangat
bergantung pada kerapatan nyata maupun kerapatan mampat dari granul

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


14

yaitu dengan cara kerapatan mampat dikurangi kerapatan nyata, lalu dibagi
dengan kerapatan mampat. Kompresibilitas granul dinyatakan dalam persen.
Hubungan antara indeks Carr’s dengan jenis aliran granul dapat dilihat pada
tabel 2.1.21

Tabel 2.1 Hubungan indeks Carr’s dengan sifat aliran serbuk


Carr’s Indeks Type of Flow
(% Kompresibilitas) (Kriteria Aliran)
5 – 12 Baik sekali
12 – 16 Baik
18 – 21 Cukup
23 – 35 Buruk
35 – 38 Sangat buruk
> 40 Amat sangat buruk
Sumber: Aulton ME. Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design, 2nd Edition. Edinburgh .
Churchill Livingstone. 2002

4. Kadar Air
Granul basah ditimbang kemudian dikeringkan dalam lemari
pengering hingga diperoleh bobot yang tetap. Syarat kadar lembab granul
antara 2 % - 4 %.17
Kadar air dihitung dengan rumus :

Wo – Wa
% Kadar Lembab = x 100 %
Wo

Keterangan: Wo = Bobot granul sebelum pengeringan


Wa = Bobot granul setelah pengeringan

2.5.8 Pengujian Tablet Efervesen


1. Uji Visual
Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya sangat penting
bagi penerimaan konsumen. Kontrol terhadap penampilan umum tablet
melibatkan penetapan beberapa parameter, seperti ukuran, bentuk, warna,

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


15

ada tidaknya bau, rasa, bentuk permukaan, konsistensi dan cacat fisik.
Tablet efervesen pada umumnya harus dapat menghasilkan larutan
efervesen yang jernih.17

2. Keseragaman Bobot Tablet


Uji keseragaman bobot dilakukan dengan cara menyiapkan tidak
kurang dari 30 satuan tablet, kemudian timbang seksama satu persatu tablet
sebanyak sepuluh tablet dan hitung bobot rata-rata (x).
Harga simpangan baku relatif atau koefisien variasinya (KV) juga
dihitung. Rumus yang digunakan adalah

(%) = · 100%

Tablet memenuhi keseragaman bobot bila jumlah zat aktif pada


masing-masing sediaan terletak antara 85-115% dari yang tertera pada
etiket, tidak ada satu pun yang terletak di luar rentang 75-125% dan
simpangan baku relatif (KV) tidak lebih dari 6%. Jika satu tablet terletak
diluar rentang 85-115% seperti yang tertera pada etiket atau simpangan
baku relatif (KV) lebih dari 6% lakukan uji 20 satuan tambahan dengan
persyaratan tidak lebih dari satu tablet 30 tablet terletak di luar rentang 85-
115% dari yang tertera pada etiket, tidak ada satu tablet pun yang terletak
diluar rentang 75-125% dan simpangan baku relatif dari 30 satuan tidak
lebih dari 7,8%.15

3. Keseragaman Ukuran
Uji ini dilakukan untuk menjamin keseragaman fisik agar dapat
diterima oleh konsumen. Perbedaan antara keseragaman ukuran kurang
lebih 5% dari nilai standar. Pengukurannya dilakukan menggunakan alat
jangka sorong.17

4. Kekerasan Tablet
Kekerasan yang cukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan
merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen. Faktor-faktor

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


16

yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat


bahan yang dikempa. Kekerasan tablet yang baik adalah minimal 4 kg.17,18

5. Kerenyahan Tablet
Kerenyahan merupakan parameter lain dari ketahanan tablet dalam
melawan tahanan mekanik seperti goncangan dan pengikisan. Faktor- faktor
yang mempengaruhi kerapuhan adalah banyaknya kandungan serbuk halus
atau fines, kandungan air dalam granul dan produk akhir. Kerapuhan
dinyatakan dalam persentase bobot yang hilang selama uji kerapuhan. Tablet
yang baik mempunyai nilai kerapuhan tidak lebih dari 1%.17

6. Uji Waktu Melarut


Waktu melarut didefinisikan sebagai waktu yang diperoleh untuk
tablet larut dalam media yang sesuai. Tablet melepaskan obatnya dengan
deagregasi (hilangnya kohesi granul) yang menghasilkan disperse komponen
dalam partikel halus. Tablet efervesen yang baik larut tidak lebih dari 5
menit dalam 200 ml air dengan suhu 15-25°C.22

7. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk melihat homogenitas dari bahan yang
dicampur dalam sediaan efervesen. Jika pH bervariasi menandakan tidak
homogenitasnya campuran bahan. Selain itu, jika larutan efervesen yang
terbentuk terlalu asam dapat mengiritasi lambung sedangkan jika terlalu
basa menimbulkan rasa pahit dan tidak enak. Hasil pengukuran dikatakan
baik bila pH larutan efervesen mendekati netral.23

8. Uji Kesukaan
Uji kesukaan adalah suatu uji mengenai formula mana yang paling
banyak disukai oleh para responden dengan menggunakan kuesioner.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


17

2.6 Kerangka Konsep


Variabel independen Variabel dependen
 Ekstrak wortel Tablet efervesen yang
(Daucus carota L.) memenuhi syarat :
 Variasi kadar pemanis  Uji Visual
alami dan buatan  Keseragaman bobot
 Keseragaman ukuran
 Kekerasan
 Kerenyahan
 Uji waktu melarut
 Uji kesukaan

Formulasi tablet
efervesen

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


18

2.7 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


ukur
A. Independen
1. Ekstrak wortel Ekstrak yang diperoleh Timbangan Ekstrak kering Nominal
dari hasil penyarian analitik dalam gram
wortel dengan cara
maserasi dalam bentuk
kering

2. Madu Zat tambahan yang Timbangan Ukuran dalam Nominal


berfungsi sebagai bahan analitik gram
pemanis pada formulasi
tablet berupa cairan
kental seperti gel
berwarna kuning
dengan rasa manis dan
bau khas

3. Aspartam Zat tambahan yang Timbangan Ukuran dalam Nominal


berfungsi sebagai bahan analitik gram
pemanis pada formulasi
tablet berupa serbuk
halus berwarna putih
dengan rasa amat manis
B. Dependen
1. Sudut diam Sudut tetap yang terjadi Flower tester Besar sudut Rasio
antara timbunan diam. Syarat :
partikel bentuk kerucut 25˚ - 50˚
dengan bidang
horizontal

2. Waktu alir Waktu yang dibutuhkan Flower tester Waktu dalam Rasio
untuk mengalirkan dan detik
sejumlah granul dalam stopwatch Syarat :
alat flower tester >10gram/detik

3. Kompresiblitas Kehilangan volume Jolting Kehilangan Rasio


yang terjadi ketika Volumeter volume dalam
granul dimasukkan persen (%)
dalam alat Bulk density Syarat :
tester sampai berada <22 %
pada kondisi paling
mampat

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


19

4. Kadar lembab Besarnya kadar air Moisture Kadar dalam Rasio


dalam granul ballance persen
Syarat : 2-4%

5. Uji Visual Penampilan umum Pengamatan Bentuk, warna, Nominal


tablet yang dicetak secara bau, rasa
organoleptik

6. Keseragaman Persamaan tiap bobot Timbangan Ukuran dalam Rasio


bobot tablet yang dicetak Analitik gram

7. Keseragaman Persamaan ukuran Jangka Ukuran dalam Rasio


ukuran diameter dan tebal Sorong cm
tablet yang dicetak

8. Kekerasan Besarnya tekanan yang Hardness Nilai dalam Rasio


diperlukan agar tablet tester kg/cm2
pecah dalam alat Syarat : > 4 kg
hardness tester
Kehilangan
9. Kerenyahan Kehilangan berat yang Friabilator berat dalam Rasio
terjadi ketika dan persen (%)
dimasukkan dalam alat timbangan Syarat : <1%
friabilator analitik

10. Waktu melarut Waktu yang diperlukan Beaker Glass Waktu dalam Rasio
agar tablet larut dalam dan menit
200 ml air bersuhu 15- stopwatch Syarat :
25˚C < 5 menit

11. Uji pH pH tiap larutan yang pH meter Besar pH Rasio


dihasilkan dari tablet Syarat :
efervesen 5-6

12. Uji kesukaan Tingkat kesukaan Kuesioner 1. Sangat tidak Nominal


responden terhadap rasa suka
sediaan. 2. Tidak suka
3. Netral
4. Suka
5. Sangat suka

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain yang digunakan dalam penelitian yaitu eksperimental.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian di lakukan di Laboratorium Farmasi Industri Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II pada bulan Mei 2016.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu penangas air, kompor, kain
flannel, cawan penguap, sudip, sendok tanduk, kertas perkamen,
timbangan analitik, wadah stainless steel, pengayak no. 40, 14 dan 16,
termometer, gelas ukur, beaker glass, batang pengaduk, oven, stopwatch,
flower tester, Jolting Volumeter, mesin cetak tablet rotary punch, jangka
sorong, hardness tester, friability tester, moisture balance dan pH
indikator.

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu ekstrak wortel dari Balitro,
Maltodekstrin CV Putra Masagus, PEG 6000, Asam Sitrat, Natrium
Bikarbonat dari PT. Brataco, Aspartam dari Siam, Madu dari Madu
Pramuka, dan Aquades dari Harum Kimia.

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Perhitungan Dosis
Dosis tiap tablet efervesen sebagai antioksidan adalah 500 mg ekstrak
wortel. Penggunaannya dalam 1x1 tablet perhari.

20 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


21

3.4.2 Formula
Tabel 3.1 Formula tablet efervesen
Formula
Bahan Fungsi
A B C

Ekstrak Wortel Zat Aktif 500 mg 500 mg 500 mg

Asam Sitrat Sumber asam 25% 25% 25%


Natrium
Sumber karbonat 20% 20% 20%
Bikarbonat
Madu Pemanis 3% 5% 7%
Aspartam Pemanis - 0,5% 0,5%
PEG 6000 Pengikat dan lubrikan 3% 3% 3%
Maltodekstrin Pengisi Ad 100% Ad 100% Ad 100%

3.4.3 Perhitungan Bahan


Tiap formula akan dibuat tablet sebanyak 100 @3000 mg
Bobot total : 100 tablet x 3000 mg = 300000 mg = 300 g
Komponen tablet :
Zat aktif
Ekstrak kental wortel : 100 tab x 500 mg = 50000 mg = 50 g
Bahan tambahan
Asam sitrat : (25/100) x 300 g = 75 g
Na bikarbonat : (20/100) x 300 g = 60 g
Madu : FA : 3% (3/100) x 300 g =9 g
FB : 5% (5/100) x 300 g = 15 g
FC : 7% (7/100) x 300 g = 21 g
PEG 6000 : (3/100) x 300 g =9 g
Aspartam : (0,5/100) x 300 g = 1,5 g
Maltodekstrin : FA : 300-(50+75+60+9+9 ) = 97 g
FB : 300-(50+75+60+15+9+1,5) = 89,5 g
FC : 300-(50+75+60+21+9+1,5) = 83,5 g

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


22

3.4.4 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang bahan-bahan yang diperlukan
3. Bahan yang kasar dihaluskan terlebih dahulu
4. Buat ekstrak wortel menjadi dua bagian
5. Setiap bahan diayak menggunakan ayakan no. 40
6. Satu bagian esktrak dicampurkan dengan asam sitrat, setengah bagian
maltodekstrin, setengah bagian madu, setengah bagian aspartam,
seperempat bagian PEG 6000 yang telah dincerkan dengan aquadest
dicampur hingga homogen (komponen asam)
7. Satu bagian campuran ekstrak dicampurkan natrium bikarbonat, madu dan
setengah bagian maltodekstrin, setengah bagian madu, setengah bagian
aspartam, seperempat PEG 6000 yang telah diencerkan dengan aquadest
dicampur hingga homogen (komponen basa)
8. Masing-masing diayak dengan ayakan no. 14
9. Masing-masing granul ayakan dikeringkan pada oven dengan suhu 40-
50°C selama 3 jam
10. Setelah dioven masing-masing granul diayak kembali dengan ayakan no.
16
11. Kemudian campurkan kedua komponen, asam dan basa, aduk hingga
homogen
12. Granul yang dihasilkan kemudian dicampur dengan sisa dari PEG 6000
13. Lakukan evaluasi granul
14. Granul siap dicetak menjadi tablet efervesen dengan alat pencetak tablet
dan kemudian untuk dilakukan evaluasi tablet.

3.4.5 Pengujian Granul


1. Sudut Diam
Timbang 50,00 gram granul dan masukkan ke dalam corong yang
ujungnya telah ditutup dan dilepaskan sampai semua granul jatuh dan hitung
sudut yang terbentuk.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


23

2. Uji Waktu Alir


Granul ditimbang sebanyak 50 gram, ditempatkan dalam alat flower
tester pada keadaan tertutup. Penutup dibuka, granul dibiarkan mengalir,
waktu dicatat dengan menggunakan stopwatch. Lakukan sebanyak tiga kali
dan hitung rata-ratanya.

3. Uji Kompresibilitas
Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml yang akan
dipasang pada alat bulk density tester, volume awal dicatat. Hidupkan alat,
hitung 100 ketukan, volume akhir dicatat.

4. Uji Kadar Air


Timbang ±5 gram granul kemudian masukkan granul ke dalam alat
moisture balance bersuhu 1050 C selama 6,1 menit.

3.4.6 Pengujian Tablet


1. Uji Visual
Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya sangat penting
bagi penerimaan konsumen. Kontrol terhadap penampilan umum tablet
melibatkan penetapan beberapa parameter seperti ukuran, bentuk, warna,
ada tidaknya bau, rasa, bentuk permukaan, konsistensi dan cacat fisik.

2. Uji Keseragaman Bobot


Sebanyak 10 tablet diambil secara acak, ditimbang seksama dan
hitung rata-rata bobot (x). Hitung harga simpangan baku relatif atau
koefisien variasinya (KV).

3. Uji Keseragaman Ukuran


Sebanyak 10 tablet diambil secara acak, diukur ketebalan dan
diameternya. Ketebalan dan diameter tablet diukur dengan menggunakan
jangka sorong.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


24

4. Uji Kekerasan
Sebanyak 10 tablet diambil secara acak, diukur kekerasannya dengan
alat hardness tester, hitung rata-ratanya.

5. Uji Kerenyahan
Sebanyak 20 tablet ditimbang, ditempatkan dalam alat friability
tester, kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet tersebut
kemudian dibersihkan dan ditimbang kembali.

6. Uji Waktu Melarut


Pengujian dilakukan dengan memasukan satu tablet ke dalam beaker
glass berisi air sebanyak 200 ml sebagai media dengan suhu 15-250 C.
Tablet harus larut sempurna yang dinyatakan dengan tidak adanya bagian
tablet yang tertinggal.

7. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan melarutkan satu tablet efervesen dalam 200
ml air kemudian ukur pH dengan pH indikator.

8. Uji Kesukaan
Formula yang telah dilarutkan dalam air dicoba oleh 30 responden,
kemudian responden memberi penilaian terhadap rasa, warna dan
penampilan dari formula berdasarkan selera mereka terhadap kuesioner
yang telah tersedia. Respon rasa dikelompokkan menjadi lima kategori,
yaitu sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka dan sangat suka. Sebelum
menilai rasa pada setiap larutan efervesen pada setiap formula, responden
harus menetralkan rasa pada mulut dengan air putih. Pengambilan data
dilakukan menggunakan kuesioner untuk menilai rasa tablet efervesen yang
dibuat.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


25

3.5 Cara Pengolahan dan Analisis Data


3.5.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan pencatatan data primer secara manual
meliputi data uji granul dan sifat fisik tablet efervesen yang kemudian dimasukan
dan diolah menggunakan komputer.

3.5.2 Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan pendekatan teoritis melalui perbandingan
data yang diperoleh dengan standar yang tercantum dalam literatur dan kemudian
ditampilkan dalam bentuk tabel.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil
Penelitian dilakukan dengan beberapa pengujian terhadap formulasi.
Pengujian yang dilakukan berupa pengujian ekstrak, granul dan tablet efervesen
ekstrak wortel formulasi A, B dan C. Kemudian didapatkan hasil dari pengujian
tersebut.

4.1.1Preparasi Ekstrak
Simplisia wortel digiling dan menjadi serbuk untuk kemudian diekstraksi
secara maserasi dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan antara ekstrak
dengan pelarut 1 : 10. Ekstrak cair yang dihasilkan berwarna coklat dengan
volume ± 1000 ml kemudian diuapkan selama ± 5 jam hingga menjadi ekstrak
kental. Ekstrak kental yang dihasilkan memiliki rendemen 38,31%, susut
pengeringan 0,62% dan kadar air 4,81%. Ekstrak kental kemudian dicampur
dengan pengisi maltodekstrin dengan perbandingan ekstrak kental dengan pengisi
1:1,5. Serbuk ekstrak kering ini selanjutnya disebut ekstrak wortel (Daucus carota
L.) dengan warna kuning.

Tabel 4.1 Hasil parameter spesifik ekstrak


Warna Bau Rasa
Ekstrak kering wortel Kuning Khas wortel Manis

4.1.2 Hasil Uji Granul


Terhadap granul yang telah dicampurkan, dilakukan pengujian sudut diam,
kadar lembab, waktu alir dan kompresibilitas.

26 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


27

Tabel 4.2 Hasil uji granul efervesen


Formula
No. Uji Granul Persyaratan
A B C
1. Sudut Diam Granul (°) 25-50 26,10 26,57 29,21
2. Laju alir (g/det) >10 11,21 11,47 10,57
3. Kompresibilitas 50 ml granul (%) 5-12 12 8 8
4. Kadar Lembab % 2-4 3,65 3,70 3,85

4.1.3 Hasil Uji Tablet


Terhadap tablet yang telah dihasilkan, dilakukan pengujian keseragaman
bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerenyahan, waktu larut, pH dan
kesukaan.

Tabel 4.3 Hasil uji mutu fisik tablet efervesen


Formula
No. Uji Fisik Persyaratan
A B C
Bulat, kuning muda
terdapat bercak putih dan
coklat, bau khas. Larutan
1. Uji Visual Sesuai Sesuai Sesuai
berwarna kuning muda
dengan bau khas dan
rasa asam manis.
Keseragaman Rata-rata Bobot (gram) 3,03±0,04 2,98±0,08 2,99±0,07
2.
Bobot KV (<6%) 1,32 2,68 2,34
Keseragaman Rata-rata Diameter (mm) 25,25±0,20 25,81±0,19 25,51±0,09
3.
Ukuran Rata-rata Tebal (mm) 0,57±0,03 0,60±0,00 0,53±0,02
4. Kekerasan 4-10kg/cm2 5,93±2,05 7,21±1,75 5,69±1,78
5. Kerenyahan ≤0,5% - 1% 0,48 0,17 0,11
6. Waktu Larut <5 menit 3’ 59’’ 3’ 45’’ 3’ 54’’
7. pH 5-6 5 5 5

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


28

Tabel 4.4 Hasil uji kesukaan terhadap respon rasa tablet efervesen
Uji Kesukaan (%)
Formula
Formula A Formula B Formula C
Sangat tidak suka 3,33 - 3,33
Tidak suka 43,33 3,33 10
Netral 46,67 23,33 20
Suka 6,67 63,33 43,33
Sangat suka - 10 23,33
Total persentase 100 100 100

2.2 Pembahasan
Tablet efervesen wortel (Daucus carota L.) dibuat dalam bobot 3 gram.
Dibuat bobot 3 gram mengingat komposisi bahan yang digunakan mencapai
bobot tersebut dan mesin pencetak tablet efervesen memiliki kapasitas hingga 3
gram. Berat zat aktif dalam setiap tablet yang diharapkan adalah 500 mg ekstrak
wortel.
Dilakukan evaluasi terhadap granul meliputi pengukuran sudut diam,
waktu alir, kompresibilitas dan kadar lembab. Hasil pengukuran sudut diam
menunjukkan granul efervesen dengan sudut diam tertinggi terdapat pada formula
C sebesar 29,21, sedangkan sudut diam terendah pada formula A sebesar 26,10
dan formula B dengan sudut diam 26,57. Berdasarkan data sudut diam tersebut
ketiga formula memiliki sifat alir yang baik yang memenuhi syarat, yaitu 25° -
30°.21
Hasil pengukuran sifat alir yang didapat dari granul efervesen formulasi A,
B dan C masing-masing yaitu 11,21 g/detik, 11,47 g/detik dan 10,57 g/detik.
Data tersebut menunjukkan bahwa ketiga formulasi menghasilkan granul yang
dapat mengalir bebas dengan memenuhi syarat uji waktu alir yaitu > 10g/detik.21
Penggunaan PEG 6000 sebagai lubrikan sudah sesuai karena granul dapat
mengalir dengan bebas. Selain sebagai lubrikan PEG 6000 3% yang digunakan
dalam formulasi juga sekaligus menjadi pengikat.
Hasil pengukuran kompresibilitas pada granul efervesen menunjukkan
bahwa granul memiliki kompresibilitas yang baik dengan hasil formula A, B dan

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


29

C yaitu 12%, 8% dan 8%. Hasil tersebut memenui persyaratan yaitu kurang dari
22%. Di mana nilai kompresibilitas berfungsi untuk menentukan sifat alir dari
granul yang akan dicetak.21
Hasil pengukuran kadar lembab menunjukkan granul efervesen dengan
kadar lembab tertinggi terdapat pada formula C sebesar 3,85%, sedangkan kadar
lembab terendah terdapat pada formula A dengan 3,65% dan formula B memiliki
kadar lembab 3,70%. Hasil uji ketiga formulasi memenuhi persyaratan kadar
lembab, yaitu 2-4%.17 Untuk dapat mencapai kadar lembab dibutuhkan waktu
yang cukup lama seiring dengan meningkatnya kadar pemanis alami. Pengujian
kadar lembab berfungsi untuk mencegah terjadinya granul menempel pada punch
dan die yang dapat menyebabkan sticking pada tablet.
Setelah granul berhasil memenuhi persyaratan maka granul dapat dicetak
menjadi tablet. Pengujian untuk tablet yang dihasilkan meliputi uji visual, uji
keseragaman bobot dan ukuran, uji kekerasan, uji kerenyahan, uji waktu larut, uji
pH dan uji kesukaan.
Uji visual dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
tablet efervesen semua formula. Formula A, B dan C menghasilkan tablet
efervesen dengan bulat dan pipih dengan warna yang kurang homogen
ditunjukkan dengan warna kuning dan sedikit bintik putih coklat pada permukaan
tablet. Ketidak homogenan warna tablet disebabkan oleh bahan dasar ekstrak
yang sukar menyatu dengan bahan lain. Larutan yang dihasilkan berwarna kuning
dan berbau khas.
Hasil uji evaluasi keseragaman ukuran untuk ketiga formula dengan rata-
rata diameter sebesar 25,25 – 25,51 mm per tablet dan tebal sebesar 0,57 – 0,59
mm. Pengujian keseragaman ukuran terhadap ketiga formulasi menunjukkan
bahwa tablet yang dihasilkan memiliki ukuran diameter dan ketebalan yang
cukup seragam dengan penyimpangan kurang lebih 5%.17 Ukuran yang
dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah bahan yang masuk ke dalam cetakan. Bobot
tablet akan berbanding lurus dengan ketebalan dan juga diameter tablet. Semakin
tebal tablet maka akan semakin tinggi bobot yang dihasilkan.
Hasil uji evaluasi keseragaman bobot formula A dengan nilai koefisien
variasi sebesar 1,32%, formula B dengan koefisien variasi 2,68% dan formula C

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


30

dengan koefisien variasi 2,34%. Ketiga formula telah memenuhi persyaratan


keseragaman bobot tablet dengan nilai koefisien variasi tidak lebih dari 6%.15
Hasil uji evaluasi kekerasan tablet efervesen yang dilakukan terhadap 10
tablet dari masing-masing formula menunjukkan bahwa formula B memiliki
kekerasan tertinggi yaitu 7,21 kg/cm2 dan formula C memiliki kekerasan terendah
yaitu 5,69 kg/cm2. Berdasarkan data yang diperoleh, tablet efervesen telah
memenuhi persyaratan kekerasan yaitu minimal 4 kg/cm2.17,18 Nilai kekerasan
yang dihasilkan cukup bervariasi dikarenakan tekanan yang didapat saat proses
pencetakan oleh mesin cetak. Uji kekerasan dilakukan untuk menjamin kualitas
ketahanan tablet agar tetap konstan kekuatannya terhadap goncangan dan tekanan
saat proses pembuatan, pengepakan, pengangkutan dan pemakaian.
Hasil uji evaluasi kerenyahan tablet menunjukkan bahwa formula A, B
dan C masing-masing memiliki nilai kerenyahan sebesar 0,48%, 0,17% dan
0,11%. Berdasarkan data tersebut maka tablet yang dihasilkan dari ketiga formula
telah memenuhi persyaratan kerenyahan tidak lebih dari 1%.17 Uji kerenyahan
tablet dilakukan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan
yang dialaminya sewaktu pengemasan dan distribusi.
Pengujian waktu larut terhadap ketiga formulasi dilakukan dengan
melarutkan satu buah tablet ke dalam 200 ml air pada suhu 25°C. Hasil uji
evaluasi waktu larut dari ketiga formula didapatkan waktu minimal yang dicapai
oleh tablet untuk larut pada formula B yaitu 3 menit 45 detik, sedangkan waktu
maksimal pada formula A yaitu 3 menit 59 detik dan 3 menit 54 detik untuk
waktu larut dari formula C. Ketiga formulasi mengehasilkan tablet dengan waktu
larut yang memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 5 menit.22 Kecepatan
melarut dipengaruhi dari karbondioksida yang dihasilkan dari reaksi efervesen
yang berfungsi sebagai penghancur dalam tablet efervesen.
Hasil uji evaluasi pH tablet dari ketiga formula dengan pH indikator
menunjukkan bahwa ketiga formula, formula A, B dan C menghasilkan tablet
dengan pH sebesar 5. Ketiga formula menghasilkan tablet dengan pH yang
memenuhi persyaratan yaitu 5-6 atau mendekati netral. Pengujian pH dilakukan
untuk menentukan apakah tablet aman dikonsumsi oleh masyarakat atau tidak.23

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


31

Uji kesukaan terhadap 30 responden telah dilakukan untuk mengetahui


rasa yang paling disukai. Respon rasa dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu
sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka dan sangat suka. Hasil uji kesukaan
kepada responden pada larutan tablet efervesen menunjukkan tingkat kesukaan
yang bervariasi terhadap ketiga formulasi. Hasil uji kesukaan formula A sebanyak
3,33% responden menyatakan sangat tidak suka, 43,33% responden menyatakan
tidak suka, 46,67% responden menyatakan netral, 6,67% responden menyatakan
suka dengan rasa larutan efervesen. Pada formula B sebanyak 3,33% responden
menyatakan tidak suka, 23,33% repsonden menyatakan netral, 63,33%
menyatakan suka dan 10% responden menyatakan sangat suka dengan rasa larutan
efervesen. Pada formula C sebanyak 3,33% menyatakan sangat tidak suka, 10%
menyatakan tidak suka, 20% menyatakan netral 43,33% menyatakan suka dan
23,33% menyatakan sangat suka dengan rasa larutan efervesen. Dari hasil tersebut
didapatkan bahwa formula B memiliki rasa yang paling disukai dengan rasa asam
manis. Formula B dengan kadar pemanis alami : buatan 5% : 0,5% sangat disukai
karena rasa yang cukup manis dan juga tetap menyajikan rasa asam segarnya yang
dapat diterima oleh masyarakat. Kombinasi pemanis alami dan buatan dalam
formula B tepat sehingga dapat menghasilkan tablet efervesen yang paling
disukai.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Hasil evaluasi granul dan tablet efervesen ekstrak wortel yang dibuat
dalam tiga formula dengan jumlah variasi pemanis yang berbeda,
menunjukkan bahwa ketiga formula memenuhi persyaratan evaluasi granul
dan tablet efervesen.
2. Formula yang memiliki rasa paling disukai oleh responden adalah formula
B dengan perbandingan pemanis alami : buatan 10 : 1.

5.2 Saran
Dalam proses produksi tablet efervesen sebaiknya dilakukan di ruangan
khusus dengan kelembaban dan suhu tertentu agar proses produksi lebih efektif.

32 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


DAFTAR PUSTAKA

1. Rukmana. Bertanam Wortel. Yogyakarta: Kanisius; 1995. h. 7.

2. Santoso HB. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia


Pustaka. 2008. h.135.

3. Khomsan A. Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: Buku


Kompas; 2009. h. 47, 49.

4. Tan HT, Rahardja K. Obat-Obat Penting Edisi Keenam. Jakarta: PT.


Gramedia; 2007. h. 849-50.

5. Sidomuncul, Bilberry-Carrot Kapsul Herbal. Available from:


http://www.sidomunculherbal.com/id/14_bilberry-carrot.html Accessed
March, 3 2016 at 23.36 WIB.

6. Siregar CJP, Wikara S. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: EGC;


2010. h. 193, 267-90.

7. Drastistiawan B, Wignyanto, Putri WI. Pemanfaatan Wortel Sebagai


Tablet Effervescent Wortel (Konsentrasi Penambahan Natrium Bikarbonat
dan Asam Sitrat). Malang: Universitas Brawijaya; 2013. h. 1-2.

8. Rowe, et al. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition.


Washington: The Pharmaceutical Press; 2009.

9. Ramadhanti A. Formulasi Tablet Effervescent Kombinasi Ekstrak Daun


Jati Belanda (Guazuma ulmifolia (L).) dan Esktrak Daun Teh Hijau
(Camelia sinensis (L.) O.K) dengan Variasi Pemanis Aspartam-Asesulfam.
Jakarta: Poltekkes Kemenkes Jakarta 2; 2015

10. Suranto A. Terapi Madu. Jakarta: Penebar Swadaya; 2007. h. 48.

11. Jiao LX, Lu HF, Kong J. Study on Technological Process and Stability of
Compound Drink of Strawberry and Carrot. China: Food Department of

33 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Henan Science and Technology University; 2006. Available from:
http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-BXJG200601020.htm
Accessed October, 13 2015 at 05:12 WIB.

12. Anonim. Daftar Tanaman Obat 2, Pusat Penelitian Farmasi, Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI. h. 107.

13. Wibisono WG. Tanaman Obat Keluarga Berkhasiat. Jawa Tengah: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013. h. 147.

14. Anonim. Madu. Available from: https://id.wikipedia.org/wiki/Madu


Accessed October 13, 2015 at 03:46 WIB

15. Depkes RI. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Depkes RI; 1995. h. 7,
48, 53, 508-509, 999-1000.

16. Eliyanoor B, Nida K, Sarma. Fitokimia. Jakarta: Poltekkes Kemenkes


Jakarta II; 2013. h. 20.

17. Lachman L, et all. Teori dan Praktek Farmasi Industri 2. Edisi Ketiga.
Jakarta: Universitas Indonesia Press; 1974. h. 649-715.

18. Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed IV. Jakarta: UI Press;
1989. h. 215, 249, 255.

19. Agoes, Goeswin. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit


ITB; 2008. h. 310, 313, 314.

20. Wade A, Weller P. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2th edition.


Washington: American Pharmaceutical Association; 1994. h. 289-290.

21. Aulton ME. Pharmaceutics: the Science of Dosage Form Design, 2nd
Edition. Edinburgh: Churchill Livingstone; 2002. h. 603-30.

34 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


22. British Pharmacopeia Commission. British Pharmacopeia 2001. London:
The Stationery Office Limited; 2001. h. 1812

23. Lieberman HA, Lachman L. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets


Volume 1. New York: Marcel Dekker Inc.; 1980. h. 304.

35 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Lampiran 1
Gambar Ekstrak Kental dan Ekstrak Kering Wortel (Daucus carota L.)

Ekstrak kental wortel

Ekstrak kering wortel

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Lampiran 2
Gambar Granul dan Tablet Efervesen Ekstrak Wortel (Daucus carota L.)

Granul Formula A Tablet Formula A

Granul Formula B Tablet Formula B

Granul Formula C Tablet Formula C

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Lampiran 3
Gambar Larutan Efervesen Ekstrak Wortel (Daucus carota L.)

Larutan Formula A

Larutan Formula B

Larutan Formula C

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Lampiran 4
Surat Determinasi

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Lampiran 5
Surat Pengajuan Ethical Clereance

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


Lampiran 6
Kuesioner Uji Tingkat Kesukaan Tablet Efervesen Ekstrak Wortel

Nama :
Usia :
Tanggal :

Petunjuk :
1. Isi sesuai dengan kriteria pada setiap kolom sesuai pendapat anda.
2. Dihadapan anda terdapat 3 gelas berisi larutan tablet efervesen dengan
nama FA, FB, dan FC.
3. Anda diminta untuk mencicipi dan memberi penilaian terhadap masing-
masing larutan tablet efervesen tersebut secara bergantian satu persatu.
4. Sebelum meminum larutan tablet efervesen berikutnya, anda diminta
untuk meminum air putih yang telah disediakan, kemudian tunggu sekitar
1-2 menit baru meminum larutan berikutnya.
5. Demikian juga untuk larutan berikutnya sampai semua larutan selesai anda
cicipi.
6. Berikan penilaian terhadap masing masing karakteristik larutan yang telah
anda cicipi mencontreng (√) angka yang sesuai tingkat kesukaan anda.

1 2 3 4 5
Formula A
Formula B
Formula C

Keterangan Kriteria :
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Netral
4. Suka
5. Sangat suka

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Anda mungkin juga menyukai