Anda di halaman 1dari 6

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Fluidisasi adalah suatu cara untuk mengontakkan butiran padatan dengan fluida
(gas atau cairan). Fluidisasi diamati ketika suatu unggun padatan berkontak
dengan fluida yang bergerak ke atas dengan kecepatan mengengah (intermediate).
Pada saat laju alir fluida lambat, partikel diam dan berada di dasar kolom karena
gas hanya mengalir melalui lubang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya
perubahan susunan partikel tersebut dimana keadaan ini disebut dengan fixed bed
(unggun diam).

(Geankoplis, 1983)

Apabila laju alir fluida dinaikkan sedikit demi sedikit, pada suatu saat tercapai
suatu keadaan dimana unggun padatan tadi tersuspensi di dalam aliran fluida yang
melaluinya. Pada kondisinya bahan yang bergerak ini, sifat unggun padatan akan
menyerupai suatu sifat cairan dengan viskositas tinggi.
Apabila laju alir fluida terus dinaikkan maka pada suatu saat partikel terbawa
aliran fluida keluar kolom. Kondisi ini disebut hydraulic atau pneumatic
transport. Karakteristik fluidisasi dipelajari dengan mempelajari pengaruh laju
alir fluida terhadap penurunan tekanan pada unggun yang terbentuk.
(Brown, 1950)
Penurunan tekanan pada peristiwa fluidisasi
Penurunan tekanan (pressure drop) mempunyai arti yang cukup penting karena
berhubungan erat dengan besarnya energi yang diperlukan dan dapat memberikan
indikasi tentang karakteristik unggun selama operasi berlangsung. Penentuan
besarnya penurunan tekanan di dalam unggun terfluidisasi pada umumya dihitung
berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk fixed bed.

41

a. Penentuan Tekanan pada Fixed Bed


Pressure drop disebabkan oleh kehilangan energi. Kehilangan energi ini
disebabkan oleh viscous losses (kehilangan energi karena adanya gesekan) dan I.
(kuni & levenspiel, 1989)

Pada aliran laminar (Re<20), kehilangan energi terutama disebabkan oleh

viscous losses dan kinetic energy losses bisa diabaikan. Maka pressure drop dapat
dinyatakan dengan persamaan:
(1 )
P
gc = 150
dp
L

Pada aliran turbulen (Re>1000), viscous losses bisa diabaikan sehingga

pressure drop dapat dinyatakan dengan persamaan :


(1 )s 2
P
gc = 1,75
U
dp
L

Dengan s = densitas fluida


b. Penurunan Tekanan pada Fluidized Bed
Untuk unggun terfluidikan, pressure drop dihitung dengan persamaan Ergun
(Foust, 1980)
(1 )
(1 )s 2
P
gc = 150
U+1,75
U
dp
dp
L

Dengan f adalah prioritas unggun pada keadaan terfudisasi.


Kecepatan mininum fluidisai (Umf) merupakan superficial fluida pada saat
fluidisasi mulai terjadi.
Karakteristik unggun terfluidisasi
Karakteristik unggun terfluidisasi biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik
hubungan antara pressure drop (P) dengan kecepatan superfisial (u). Untuk
keadaan ideal, bentuk kurva dapat dilihat

42

Gambar 1. Kurva karakteristik fluidisasi pada keadaan ideal


Garis A-B menunjukkan keadaan fixed bed dimana partikel padatan bertumpukan
satu sama lain dan berada di dasar kolom. Pada titik B terfluidisasimulai terjadi.
Garis B-C menunjukkan keadaan unggun terfluidisasi.
Ketika laju alir diturunkan dari titik C, diperoleh kurva CDE. Perbedaan ini terjadi
akibat perubahan porositas pada kondisi fixed bed. Pada kondisi inilah nilai
(porositas unggun pada kondisi minimum terfluidisasi) diperoleh. Kondisi
minimum terfluidisasi merupakan kondisi transisi antara keadaan diam dan
keadaan terfluidisasi, diamati pada penurunan laju alir.
Penyimpangan kondisi ideal
Ada dua keadaan yang merupakan penyimpangan fluidisasi ideal, yaitu interlock
dan fluidisasi aggrerat
1.Interlock
Karakteristik

fluidisasi ideal yang hanya terjadi jika butiran padatan dengan

mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya gesek
dengan berat partikel. Pada kenyatannya, keadaan tersebut tidak selamanya bisa
terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci satu
dengan yang lainnya (interlock). Akibatnya, terjadi kenaikan pressure drop sesaat
sebelum fluidisasi terjadi.
2.Fluidisasi heterogen (Aggretative fluization)
Penyimpangan ini terjadi bila butiran padatan tidak terpisahkan secara sempurna,
tetapi berkelompok membentuk suatu aggrerat. Fluidisasi heterogen biasayna

43

disebabkan karena timbulnya gelembung (bubbling), slug (slugging), dan saluransaluran fluida yang terpisah (chanelling).
Laju alir fluida
Laju alir fluida diukur dengan menggunakan orificemeter. Hubungan antara laju
alir dengan beda tinggi (h) manometer pada orife dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :

u Co

2gc(P) 0 /
D

Do

Pressure drop pada orife dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai


berikut :
( - P )0 = 0 g (H)0
Sharp-edged orifice diameter ratio adalah perbandingan antara diameter orifice
terhadap diameter pipa (Do/D). Nilai Co dapat dibaca diliteratur, misalnya Brown
(1950) atau foust (1980).
Menghitung pressure drop unggun
Pressure drop unggun diukur dengan manometer U yang dipasang pada kolom
fluidisasi
( - P ) = m g (H)m (12)
dengan

( - P ) = Pressure drop unggun


(H)m

= Beda tinggi cairan pada manometer U

= Densitas cairan pengisi manometer U


(Tim Instruktur Lab. OTK II, 2008)

Jika laju aliran ke hamparan di turunkan, penurunan tekanan tetap sama, tetapi
tinggi hamparan berkurang , akan tetapi tinggi akhir hamparan itu mungkin lebih
besar dari nilainya pada hamparan atau unggun diam semula. Hal in di sebabkan
karena zat padat yang dicurahkan ke dalam tabung itu cenderung menetral lebih
rapat dari zat padat yang mengendap perlahan-lahan dari keadaan fluidisasi.

44

Penurunan kecepatan pada kecepatan lebih rendah lebih kecil dari hamparan diam
semula.
Apabila fluidisasi dimulai kembali , penurunan tekanan akan mengimbangi bobot
hamparan, titik inilah yang harus kita anggap sebagai kecepatan fluidisasi
minimum. Dalam fluidisasi pasir dengan air, partikel-partikel menjauh satu sama
lainnya dengan gerakannya bertambah hebatdengan bertambahnya kecepatan,
tetapi densitas hamparan rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama di segala
arah hamparan. Proses inilah yang disebut fluidisasi partikulat yang bercirikan
ekspansi hamparanyang cukup besar tapi seragam pada kecepatan tinggi.
Hamparan zat padat yang terfluidisasi di dalam udara biasanya menunjukkan
fluidisasi yang dikenal sebagai fluidisasi agregat atau fluidisasi gelembung.
Bila kecepatan semu lebih cepat dari kecepatan minimum kebanyakan gas itu
mengalir melalui hamparan dalam bentuk gelembung atau rongga rongga kosong
yang tidak berisikan zat padat, dan hanya sebagian kecil gas itu mengalir dalam
saluran-saluran yang terbentuk di antara partikel. Partikel itu bergerak tanpa
aturan yang didorong oleh fluida, tetapi dalam ruang-ruang di antara fraksi kosong
kira-kira sama dengan pada kondisi awal fluidisasi. Sifat tak keseragaman
hamparan ini mulanya di perkirakan disebabkan oleh penggumpalan (agregasi)
partikel, dan oleh karena itu digunakan istilah fluidisasi agregat, tetapi
kenyataanya tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa partikel itu melekat satu
sama lain. Gelembung yang terbentuk hampir berprilaku seperti gelembung udara
di dalam airatau gelembung uap di dalam zat cair yang mendidih, sehingga fluida
jenis ini sering dinamai dengan istilah hamparan didih.
Gelembung-gelembung gas yang terbentukcenderung untuk bersatu dan menjadi
besar pada waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu dan ukuran maksimum
gelembung stabil berkisar antara beberapa inci sampai beberapa kaki diameternya.
Jika kita menggunakan kolom diameter kecil dengan hamparanzat padat yang
tebal, gelembung itu mungkin akan berkembang hingga memenuhi seluruh
penampang. Gelembung-gelembung yang beriringan lalu bergerak ke puncak

45

kolom terpisah oleh zat padat yang seakan-akansumbat, hal inilah yang disebut
slugging dan tidak dikehendaki karena menimbulkan fluktuasi tekanan pada
hamparan, menigkatnya zat padat yang terbawa ikut dan menimbulkan kesulitan
jika ingin memperbesar skala terap ke unit-unit yang lebih besar.
(Foust, 1980)

46

Anda mungkin juga menyukai