Anda di halaman 1dari 13

PROSES PREPARASI SELULOSA ASETAT

Oleh
Yamashita, et al

ABSTRAK
Selulosa asetat secara efektif diperoleh dari selulosa dan asetat anhidrat dengan pelarut asam
asetat dan katalis asam sulfat, ketika reaksi di evakuasi sesaat sebelum campuran mencapai
titik didihnya hingga reaksi asetilasi selesai sehingga uap yang berasal dari campuran reaksi
akan dikondensasikan dan di suling dan produk hasil reaksi menjadi terkonsentrasi

PROSES PREPARASI SELULOSA ASETAT

Penemuan ini berhubungan dengan proses preparasi selulosa asetat. Lebih khususnya
berhubungan dengan proses preparasi selulosa asetat dengan cara mengevakuasi sistem reaksi
asetilasi, mengubah panas hasil reaksi asetilasi menjadi panas laten yang diperlukan untuk
menguapkan cairan yang mudah menguap (volatile), mengkondensasikan dan menyuling uap
cairan yang mudah menguap tersebut dari sistem reaksi dengan kondensor dan
mengkonsentratkan produk hasil reaksi dalam sistem reaksi dengan kemajuan asetilasi.
Jenis-jenis proses untuk preparsi selulosa asetat dengan asetilasi diklasifikasikan ke dalam
proses asam asetat proses dimana Asetat anhidrat, asam asetat dan asam sulfat digunakan
sebagai acetylating agents, pelarut dan katalis dan proses metilen klorida dimana Asetat

anhidrida, metilen klorida dan asam sulfat digunakan sebagai acetylating agen, pelarut dan
katalis. Penemuan ini akan menjelaskan proses asam asetat dengan improviasi teknik.

Proses asam asetat untuk preparasi selulosa aseat terdiri dari: (1) pretreatment dan aktivasi
dimana berisi bahan selulosa dengan kadar selulosa yang cukup tinggi dimaserasi dan asam
asetat yang mengandung sejumlah kecil katalis asam tersebar di atasnya; (2) asetilasi dimana
selulosa yang telah di aktifkan yang diperoleh dalam langkah (1) direaksikan dengan
campuran asam yang terdiri dari Asetat anhidrat, asam asetat dan katalis asam seperti asam
sulfat yang telah didinginkan untuk menghasilkan selulosa asetat primer, (3) pematangan
dimana selulosa asetat primer hasil reaksi asetilasi dihidrolisis sesuai dengan derajat asetilasi
yang ditentukan untuk mendapatkan selulosa asetat sekunder, (4) post treatment dimana
selulosa asetat sekunder yang telah diperoleh diendapkan dan dicuci dengan air atau larutan
asam asetat dan dikeringkan; dan (5) recovery asam asetat dimana asam asetat di recovery
dari larutan asam asetat encer yang diambil dari post treatment untuk digunakan kembali.

Namun pembuatan selulosa asetat dengan proses asam asetat memiliki kelemahan sebagai
berikut.
(1) karena asetilasi di langkah (2) merupakan reaksi eksotermis yang kuat, maka diperlukan
pendinginan campuran Asetat anhidrat, asam asetat dan asam sulfat dan pendinginan reaktor
dari luar menggunakan refrigerant seperti air garam setelah memasukkan selulosa untuk
mengontrol suhu asetilasi, sehingga mencegah terjadinya depolimerisasi selulosa dan
menjaga derajat polimerisasi selulosa asetat. Dengan demikian, jumlah energi yang
diperlukan sangat besar untuk mendinginkan bahan-bahan dan untuk menghilangkan panas
hasil reaksi.

(2) recovery asam asetat (5) dimana asetat yang di recovery dari larutan asam asetat encer
juga mengkonsumsi sejumlah besar energi sehingga berkontribusi pada peningkatan biaya
pembuatan selulosa asetat

Dalam keadaan ini, ada beberapa metode untuk meningkatkan proses pembuatan selulosa
asetat. Sebagai contoh, pada US Patent No 2,136,030 telah menjelaskan suatu proses untuk
mengatasi kerugian (1) yaitu dengan cara mengevakuasi sistem asetilasi, mengubah panas
hasil reaksi menjadi panas laten yang diperlukan untuk menguapkan campuran asam asetat
dan Asetat anhidrat, mengkondensasikan uap menggunakan kondensor mengembalikan ke
sistem reaksi, sehingga suhu reaksi dapat diatur tanpa adanya pendinginan campuran asam
asetat anhidrida asetat dan asam sulfat atau pendinginan reaktor dari luar

Kami melakukan penelitian asetilasi sesuai proses seperti diungkapkan di atas dengan
menggunakan 240 bagian (bagian berat; sama untuk selanjutnya) asetat anhidrat, 4 bagian
asam sulfat dan 250, 450 dan 640 bagian asam asetat untuk setiap 100 bagian selulosa.
Tekanan sistem sebesar 57 Torr dan kneader asetilator digunakan. Akibatnya yang
ditemukan, saat jumlah kecil asam asetat (250 atau 450 bagian) digunakan, cairan reflux yang
berada di dalam kondensor akan menunjukkan kompatibilitas yang sedikit dengan dope di
reaktor sehingga tidak memungkinkan terjadinya pengadukan secara homogen dan
pencampuran isi reaktor, sehingga menghambat proses asetilasi. Kemungkinan hal ini
disebabkan oleh sangat sulit untuk mengaduk dan mencampurkan cairan reflux yang memiliki
viskositas rendah dengan acetylated dope yang memiliki viskositas tinggi. Oleh karena itu
diperlukan setidaknya 640 bagian asam asetat untuk proses asetilasi seperti diatas, yang akan
mengakibatkan kerugian dari sudut pandang penggunaan energi karena meningkatnya jumlah
asam asetat yang harus di recovery.

Beberapa improvisasi pelarut telah diajukan untuk efisiensi ekstraksi asam asetat dari larutan
asam asetat untuk mengatasi kerugian (2) seperti dijelaskan di atas. Namun improvisasi
pelarut ini tidak akan membawa penurunan yang signifikan dalam hal konsumsi energi
kecuali jumlah asam asetat berkurang.

Memperhatikan teknik-teknik yang dikenal, kami telah berusaha untuk mendirikan sebuah
proses baru dari kami sudut pandang sendiri, sehingga penemuan dapat memberikan proses
mengatasi kelemahan (1) dan (2) di atas.

Dengan demikian penemuan ini menjelaskan suatu proses pembuatan selulosa asetat
menggunakan selulosa, Asetat anhidrat, asam asetat dan asam sulfat sebagai starting
material, acetylation agent, pelarut, dan katalis, yang terdiri dari evakuasi sistem reaktor
selama atau sebagian periode asetilasi termasuk tahap awal, kondensasi dan menyaring uap
dari sistem reaksi sehingga meningkatkan konsentrasi produk hasil reaksi.

Menurut penemuan ini, selulosa asetat paling efektif diperoleh dari selulosa dan asetat
anhidrat dalam pelarut asam asetat dan katalis asam. Sistem reaksi dievakuasi sebelum
campuran mencapai titik didihnya hingga reaksi selesai, jadi yang di periode ini uap dari
campuran reaksi akan dikondensasikan untuk di saring dan produk hasil reaksi menjadi lebih
terkonsentrasi.

Pada penemuan ini, reaksi asetilasi dimulai dengan penambahan katalis untuk reaktan
kemudian suhu reaksi akan meningkat secara bertahap hingga mencapai titik didih
campurannya. Titik ini merupakan suhu maksimum reaksi.setelah itu, suhu akan menurun

secara perlahan hingga reaksi selesai. Lamanya waktu asetilasi dimulai dari penambahan
katalis untuk melengkapi reaksi. Tahap awal asetilasi dimulai dari penambahan katalis hingga
suhu maksimum reaksi.

Periode saat evakuasi di mulai dalam reaksi harus dilakukan sebelum campuran mencapai
titik didihnya hingga reaksi selesai, dengan kata lain, sistem reaksi harus dikondisikan
dibawah tekanan sebelum suhu reaksi maksimal.

Dalam arti praktis, sistem reaksi dapat di evakuasi selama reaksi asetilasi berlangsung. Selain
itu, reaksi dapat dievakuasi sebelum penambahan katalis. Hal ini lebih dipilih bahwa
dihasilkan tekanan dalam kisaran antara 40 Torr dan 150 Torr.

Pada penemuan ini, sistem asetilasi dapat dievakuasi pada tahap awal, contohnya sebelum
penambahan katalis untuk memulai reaksi atau selama periode dari penambahan katalis
hingga saat mencapai titik didih yang sesuai untuk tekanan vakum telah ditetapkan. Evakuasi
dimulai pada titik seperti dijelaskan di atas dapat dilanjutkan seluruh atau sebagian asetilasi.

Campuran yang terdiri dari 200-400 bagian asetat anhidrat dan 100-300 bagian asam asetat
glasial ditambahkan ke 100 bagian selulosa yang telah di pretreatment dan diaktivasi.
Reaktor dievakuasi ke tekanan vakum sebesar 40-50 torr dan campuran yang terdiri dari 0,5-5
bagian asam sulfat dan 10-100 bagian asam asetat ditambahkan untuk memulai asetilasi. Uap
campuran asam asetat dan Asetat anhidrat dikondensasikan di kondensor dan disuling dari
sistem reaksi. Produk hasil reaksi ini secara bertahap terkonsentrasi. Ketika sejumlah produk
yang disuling telah sesuai dengan rasio produk reaksi yang diinginkan atau ketika ada sedikit

cairan untuk disuling, tekanan reaktor disesuaikan dengan tekanan atmosfer dan
dipertahankan selama 1-30 menit dan selanjutnya netralisasi sebagian atau seluruh asam
sulfat, sehingga menghasilkan selulosa asetat oleh konversi 81-85%.

Tingkat vakum sistem reaksi dievakuasi dapat disesuaikan bergantung kepada suhu asetilasi
yang diinginkan. contohnya, ketika asetilasi dimulai dengan menggunakan asam asetat dan
Asetat anhidrida pada rasio berat 7:3 pada kondisi tekanan vakum 45 Torr pada suhu 40C
Suhu di dalam sistem reaksi cepat naik karena menuju titik didihnya (yaitu 50C) dan
campuran uap asam asetat dan Asetat anhidrida pada rasio sesuai dengan rasio di reaktor yang
di suling yaitu, ketika asam asetat dan Asetat anhidrida yang ada di dalam reaktor pada rasio
7:3, uap mengandung asam asetat dan asetat anhidrat pada rasio 8.5:1.5. panas reaksi yang
dihasilkan digunakan menjadi panas laten yang diperlukan untuk menguapkan campuran
asam asetat dan Asetat anhidrida sehingga dapat mengatur suhu asetilasi. Karena Asetat
anhidrida perlahan-lahan dikonsumsi, suhu di sistem reaksi akan perlahan-lahan turun
menjadi sekitar 45 C, sesuai dengan titik didih asam asetat di 45 Torr. Ketika tekanan dari
vakum disesuaikan dengan tekanan atmosfer, panas reaksi akan naik perlahan menuju
puncak. suhu reaksi pada kondisi vakum akan sesuai dengan titik didih pada fasa cairan pada
tekanan vakum tersebut. Tekanan di bawah 40 torr akan menghasilkan kerugian dari segi
peralatan dan tekanan lebih dari 150 torr akan menyebabkan suhu rekasi terlalu tinggi untuk
menghasilkan produk dengan kualitas yang baik.

Setiap reaktor dapat menggunakan proses pada penemuan ini meskipun reaktor kneader lebih
baik.

Itu tidak bisa dikatakan sangat efektif untuk menghilangkan panas reaksi dengan pendinginan
eksternal di reactor karena reaksinya sangat eksotermis dan acetylation dope memiliki
viskositas yang tinggi sehingga dibutuhkan pendinginan asetat anhidrat, asam asetat, dan
asam sulfat untuk asetilasi dengan kondisi tekanan vakum. Sebaliknya, pada penemuan ini,
proses dapat dilakukan tanpa atas pendingin karena temperatur reaksi diatur dalam vacum.
Dalam kasus ini, asetilasi sebaiknya dilakukan pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu
kamar karena asam asetat dan Asetat anhidrat di industri dihasilkan secara umum pada suhu
yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu ruang (misalnya40-80 C.) dan air pendingin
untuk kondensor yang digunakan untuk mengkondensasikan campuran uap asam asetat dan
Asetat anhidrat dalam kondisi vakum di industri air.

Di proses yang terdapat pada penemuan ini, uap campuran asam asetat dan asetat anhidrat
dihasilkan oleh panas reaksi asetilasi harus dikondensasikan di dalam kondensor dan dibuang
dari sistem reaksi. Ketika kondensat direfluxed ke reaktor, bahan yang sangat viskos (misal
acetylated dope) harus diaduk dan dicampur dengan bahan yang viskositasnya rendah (misal
cairan reflux) yang akan terjadi masalah yang signifikan. cairan refluxed akan menutupi
sebagian acetylated dope dan berjalan bersama dengan agitation blades dan seluruh atau
sebagian dope, yang akan membuat pencampuran tidak efisien sehingga akan menghambat
asetilasi secara homogen. Selain itu, dispersi cairan reflux yang tidak merata di dalam reaktor
akan menghasilkan konsentrasi tidak merata dan tekadang sebagian dope membentuk
padatan. Saat cairan kondensat di reflux, sejumlah besar asam asetat harus digunakan untuk
mengendalikan viskositas acetylated dope rendah, yang mengakibatkan peningkatan jumlah
asam asetat yang akan di recovery, sehingga membawa kerugian dari sudut pandang energi.
Dalam proses di penemuan ini dimana asam asetat yang lebih sedikit digunakan dalam
asetifikasi, produk reaksi mungkin terkonsentrasi pada konsentrasi yang diinginkan tanpa

adanya masalah pengadukan yang tidak rata. Selain itu, proses pada penemuan ini dimana
kondensat disuling sehingga akan memungkinkan untuk menggunakan asam asetat dan Asetat
anhidrida yang lebih banyak pada tahap awal dibandingkan proses konvensional dimana
kondensat direfluxed sehingga memberikan reaksi lebih seragam bahkan ketika proses kedua
memberikan komposisi reaktan yang sama setelah selesai asetilasi. Dalam proses pada
penemuan ini, campuran asetat asam dan Asetat anhidrat yang disuling dari reaksi dapat
digunakan kembali untuk asetilasi. Terdapat hubungan tertentu antara jumlah campuran uap
yang disuling dan rasio asetilasi, panas reaksi Asetat anhidrat dengan selulosa yang bereaksi
akan menaikkan suhu reaksi dengan cara membawa sistem reaksi kembali ke tekanan
atmosfer selama reaksi tergantung pada jumlah distilat. Beberapa disipasi panas akan
membawa sistem reaksi untuk puncak suhu dan suhu akan mulai turun sesudahnya. Dengan
demikian, puncak suhu dapat dikendalikan dan dan dapat dipandu jumlah distilatnya. Hal ini
memungkinkan untuk mengatur suhu reaksi dengan menyesuaikan tekanan. Suhu reaksi
setelah selesai asetilasi kemungkinan naik dengan adanya perubahan tekanan ke atmosferik
dimana reaksi akan mempercepat dan viskositas jelas akan menurun sehingga akan
memudahkan penanganan dope. Namun hal ini akan menurunkan derajat polimerisasi yang di
peroleh pada selulosa asetat sehingga perlu untuk membatasi suhu puncak yang bergantung
kepada asam sulfat sebagai katalis untuk memperoleh derajat polimerisasi yang diinginkan.

Contoh 1
Sulfite pulp yang mengandung 96.5% alpha-selulosa yang sudah di hancurkan dan di
keringkan sehingga mengandung kadar air sekitar 5%. 35 bagian dari asam asetat glasial
ditambahkan ke 100 bagian pulp yang mengandung 5% kelembaban dan di campur.
Pretretment ini dilakukan pada suhu 40 C selama 30 menit untuk aktivasi. Campuran yang

(40 C ) yang terdiri dari 47 bagian asetat anhidrat dan 438 bagian asam asetat di campur
untuk masuk ke proses asetilasi, campuran tersebut dimasukan ke dalam kneader acetylator
dan selulosa yang telah di pretreatment dan aktivasi ditambahkan kedalamnya dan di lakukan
pengadukan pada tekanan 57 Torr. Larutan katalis yang terdiri dari 3,8 bagian asam sulfat dan
100 bagian asam asetat glasial dicampur pada suhu 40C untuk ditambahkan ke acetylator
untuk dimulai reaksi. 20 menit setelah inisiasi, 231 bagian distilat yang mengandung 5%
asetat anhidrat dan keseimbangan asam asetat diperoleh dan acetylator dibawa kembali ke
tekanan atmosfer. Pengadukan sesuai dan sistem reaksi dipertahankan pada tekanan sekitar 57
Torr sementara suhu reaksi berhasil dikendalikan. suhu reaksi meningkat menjadi sekitar 54
C dengan cepat setelah penambahan larutan katalis asam sulfat dan turun menjadi sekitar 51
C setelah 20 menit. Kemudian naik ke puncak suhu 53 C ,12 min setelah dikembalikan ke
tekanan atmosfer. Satu menit kemudian, 16 Bagian dari 38% larutan magnesium asetat
ditambahkan untuk benar benar menetralkan asam sulfat dalam sistem dan memberikan
jumlah magnesium asetat yang berlebihan. Campuran reaksi yang telah spenuhnya netral
ditambahkan 71 bagian air (60 C) dan diaduk hingga benar-benar tercampur. Campuran
reaksi dipindahkan ke autoklaf dan dipanaskan hingga 150 C. selama 90 menit dan suhunya
dipertahankan pada suhu ini selama 30menit. Kemudian dilakukan pendinginan secara
eksternal hingga suhunya menjadi 100 C selama 20 menit dan keluaran dari hidrolisis
menghasilkan sekunder selulosa asetat. Selulosa acetat keluaran hidrolisis di tambahkan
kedalam larutan asam asetat encer dan kemudian di aduk dengan cepat untuk memisahkan
flake selulosa asetat yang kemudian di cuci dengan air secara bersih.. Setelah dilakukan
pencucian di keluarkan dan dikeringkan. Flake selulosa asetat kering memiliki kualitasnya
sudah cukup baik untuk di pasarkan.
Distilat cair yang diperoleh selama asetilasi dapat digunakan kembali untuk tambahan
asetilasi, sehingga akan menurunan jumlah asam asetat yang di recovery dibandingkan

dengan proses asetilasi secara konvensional untuk acetylation, sehingga berkontribusi


mengkonservasi energy

Contoh 2

bubur sulfit yang mengandung 96,5% Alfa-selulosa yang di telah dihancurkan dan
dikeringkan memiliki kelembaban sebesar 5%. 33 bagian asam asetat glasial ditambahkan ke
100 bagian pulp yang mengandung 5% kelembaban dan di campuran dengan asam asetat
sebanyak 33 bagian untuk aktivasi selulosa. Campuran (T=40C) yang terdiri dari 309 bagian
asam asetat glasial dan 252 bagian Asetat anhidrat dimasukan kedalam kneader acetylator
bersama dengan selulosa yang telah di aktivasi diikuti dengan adanya pengadukan pada 45
torr. Larutan katalis (T = 40 C) yang terdiri dari 1,5 bagian asam sulfat dan 38 Bagian asam
asetat glasial dimasukan ke dalam acetylator untuk memulai reaksi. Suhu reaksi mulai naik
menjadi 51 C dan turun ke 49 C setelah 21 menit penambahan larutan katalis. kemudian
acetylator dibawa ke tekanan atmosfer. Sedangkan pada kondisi ini diperoleh 148 bagian
distilat yang terdiri dari 9% dari anhidrida asetat dan keseimbangan asam asetat. 35 menit
setelah perubahan tekanan menjadi atmosferik, acetylator mencapai suhu tertinggi sebesar
67 C. Empat menit kemudian, 24 bagian dari 9,4 % larutan magnesium asetat ditambahkan
untuk menetralkan asam sulfat di sistem dan memberikan jumlah yang berlebihan magnesium
asetat. pengadukan terus dilakukan dan tekanan dalam sistem dipertahankan pada tekanan 45
torr sementara suhu reaksi dikendalikan dengan baik, 59 bagian air (60 C) ditambahkan ke
campuran reaksi yang telah di netralkan dan campuran reaksi tersebut kemudian dipindahkan
ke dalam autoklaf. dan dipanaskan sampai 150 C selama 90 menit dan dipertahankan pada
suhu ini selama 30 menit untuk hidrolisis selulosa asetat primer. Kemudian setelah reaksi
hidrolisis selulosa asetat selesai, didinginkan hingga 100 C selama 20 menit untuk

mendapatkan selulosa diasetat . konversi dari proses ini adalah 83%. Campuran reaksi
hidrolisis yang telah didinginkan ditambahkan ke larutan asam asetat encer dan dilakukan
pengadukan yang cepat untuk memisahkan selulosa diasetat dalam bentuk flake, yang
kemudian akan dicuci dengan air agar bersih setelah itu dikeringkan. Selulosa diacetate
dalam bentuk serpihaflaken yang diperoleh memiliki kualitas yang cukup baik untuk di jual
Selain itu, distilat cair yang diperoleh selama asetilasi dapat digunakan kembali pada
tambahan asetilasi seperti dengan contoh 1

contoh 3
pulp sulfat yang mengandung 98% alpa-selulosa yang sudah di hancurkan dan dikeringkan
hingga kadar airnya sekitar 5%. 33 bagian dari asam asetat glasial ini ditambahkan ke 100
bagian pulp yang mengandung 5% kelembaban dan kemudian dicampuran untuk dilakukam
pretreated pada suhu kamar selama sekitar 4 jam untuk proses aktivasi. Campuran (40
C.)258 bagian anhidrida asetat dan 350 bagian dari asam asetat glasial di campur dengan
memanaskan suhu Campuran 40 C kemudian campuran

dimasukan ke dalam kneader

acetylator dan selulosa hasil pretreated yang diaktifkan ditambhkan pada suhu 40 C. larutan
katalis (40 C.)
terdiri dari 2 bagian asam sulfat dan 84 bagian asam asetat glacial ini ditambahkan ke reaktor
pada tingkat 4.3 bagian per menit untuk memulai reaksi. Setelah memulai penambahan
larutan katalis, reaktor kondisikan ke vakum dari 70 Torr. Distilasi dimulai 5 menit setelah
inisiasi penambahan

larutan katalis sementara reaktor dipertahankan di sekitar 53.5 C

hingga 70 Torr. Setelah kira-kira 23 min, 205 bagian distilat cair Total terdiri dari 8% dari
anhidrida asetat dan keseimbangan asam asetat diperoleh dan reaktor dibawa tekanan
atmosfer. Suhu di reaktor adalah sekitar 52,5 C. pengadukan cukup dilakukan dan sistem
tetap dipertahankan pada angka sekitar 70 torr sementara temperatur reaksi dikontol dengan

baik. Setelah kembali ke tekanan atmosfer, reaksi suhu naik menjadi sekitar 58 C, 35 min
setelah inisiasi penambahan larutan katalis, 21 bagian dari 14,4% larutan magnesium asetat
ditambahkan untuk benar-benar menetralkan asam sulfat dalam sistem dan memberikan
jumlah yang berlebihan untuk magnesium asetat. Prosedur ini memberikan 85% konversi,
lebih besar dari contoh-contoh lain. reaksi campuran neutralized sepenuhnya dipindahkan ke
dalam autoclave dan 30 bagian stem di kontakan kedalam autoclave selama periode 90 min
untuk memanaskan isi autoclave menjadi 143 C. saat proses pemanasan pada waktu yang
sama. Setelah suhu tercapai dipertahankan selama 48 min, reaction hidrolized complet
kemudian dikeluarkan dan didinginkan gingga 100 C selama 10 menit dan produk
terhidrolisis menghasilkan sekunder selulosa asetat. Campuran reaksi dituangkan ke dalam
air yang mengandung asam asetat berkonsentrasi rendah dengan melkukan pengadukan cepat
untuk memisahkan selulosa diasetat dalam bentuk serpihan setelah itu serpihan
dengan air dengan menyeluruh, kemudian

dicuci

dibawa keluar dan dikeringkan. Diperoleh

sekunder selulosa asetat dalam bentuk serpih yang memiliki kualitas yang cukup baik untuk
di pasarkan . Distilat cair yang diperoleh selama acetylation
bisa digunakan kembali seperti di tambahan acetylation serupa
untuk contoh 1.

Perwujudan dari penemuan di mana properti eksklusif atau hak istimewa diklaim
didefinisikan sebagai berikut:
1. Dalam proses pembuatan selulosa asetat dari selulosa dan asetat anhidrida dalam pelarut
asam asetat dengan adanya katalis asam sulfat, perbaikan yang terdiri dari: sistem reaksi
dievakuasi setidaknya sebelum campuran reaksi mencapai titik didih daripadanya sampai
reaksi selesai, sehingga kental untuk menyaring off dan produk reaksi adalah berkonsentrasi

2. proses seperti diklaim dalam klaim 1, di mana sistem reaksi dievakuasi selama panjang
penuh reaksi asetilasi.
3. proses seperti diklaim dalam klaim 1, di mana sistem reaksi dievakuasi sebelum selain
produk dari katalis.
4. proses seperti diklaim dalam klaim 1, di mana mengurangi tekanan yang dihasilkan dalam
kisaran dari 40 torr. 150 torr.
5. suatu proses untuk pembuatan selulosa asetat, yang terdiri dari: dalam sistem reaksi,
acetylating selulosa dengan anhidrida asetat, dengan adanya asam sulfat sebagai katalis dan
dengan adanya asam asetat sebagai pelarut untuk selulosa asetat yang menghasilkan;
membangun tekanan dalam kisaran 40-150 torr dalam sistem reaksi sementara reaksi
acetylating adalah melanjutkan dan sebelum sistem reaksi mencapai suhu reaksi maksimum
sehingga berkembang uap asam asetat dan anhidrida asetat dari sistem reaksi; kondensasi
kata uap untuk membentuk cairan kondensat dari asam asetat dan anhidrida asetat dan
pemakaian kata cairan kondensat dari sistem reaksi, dimana panas reaksi eksotermis dari
reaksi acetylating bahwa uap berevolusi dari campuran reaksi adalah memasok panas laten
penguapan asetat asam dan anhidrida asetat dan dengan demikian suhu media reaksi cair
dikendalikan.
6. Proses seperti diklaim dalam klaim 5, di mana sistem reaksi awalnya berisi 100 bagian
selulosa, 200 hingga 400 bagian anhidrida asetat dan 100 hingga 300 bagian asam asetat
glasial, sistem reaksi dievakuasi ke tekanan dalam kisaran mengatakan dan campuran 0,5
sampai 5 bagian dari asam sulfat dan 10 sampai 100 bagian asam asetat ditambahkan untuk
memulai reaksi asetilasi.

Anda mungkin juga menyukai