NPM: 0213U392
Manajemen S1 Kelas A
Production Planning Control
1. PENGERTIAN SISTEM PRODUKSI
Untuk membicarakan sistem produksi, maka mau tidak mau kita akan
terkait kepada apa yang dimaksud dengan sistem dan apa yang dimaksud dengan
produksi. Sistem dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa unit atau elemen
atau subsistem yang saling menunjang untuk mencapai tujuan tertentu (Ayari,
2002). Adapun pengertian produksi sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya,
yaitu merupakan penciptaan atau penambahan manfaat. Baik manfaat itu berupa
bentuk, waktu, tempat, maupun gabungan dari manfaat-manfaat tersebut.
Dari pengertian sistem dan produksi diatas dapat ditarik definisi sistem
produksi yaitu gabungan dari beberapa unit atau elemen yang saling berhubungan
dan saling menunjang untuk melaksanakan proses produksi dalam suatu
perusahaan tertentu. Beberapa elemen yang termasuk dalam sistem produksi ini
adalah produk perusahaan, lokasi pabrik, letak dan fasilitas produksi yang
dipergunkan dalam perusahaan, lingkungan kerja karyawan, serta standar
produksi yang berlaku dalam perusahaan tersebut. Elemen atau subsistem dari
sistem produksi tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi.
1.1.
b.
Assembly to Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modulmodul operasional standar sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari
modul standar tersebut bisa dirakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya adalah
pabrik mobil, dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual atau
otomatis, AC, Audio, opsi-opsi interior, dan opsi-opsi khusus. Sebagaimana juga
Make to Order (MTO), yaitu bila produsen melaksanakan item akhirnya jika
dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Bila item
tersebut bersifat dan mempunyai desain yang dibuat menurut pesanan, maka
konsumen
mungkin
bersedia
menunggu
hingga
produsen
dapat
menyelesaikannya.
d.
Make to Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan
dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item
terakhir tersebut baru akan dikirim dari sistem persediaan setelah pesanan
konsumen diterima.
1.2.
Flow Shop, yaitu proses konversi dimana unit-unit output secara berturut-turut
melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus, biasanya
ditempatkan sepanjang suatu lintasan produksi. Proses jenis ini biasanya digunkan
untuk produk yang mempunyai desain dasar yang luas, diperlukan penyusunan
bentuk proses produksi flow shop yang biasanya bersifat MTS (Make to Stock).
Bentuk umum proses flow shop kontinyu dan flow shopterputus. Pada flow
shop kontinyu, proses bekerja untuk memproduksi jenis output yang sama.
Pada flow shop terputus, kerja proses secara periodik diinterupsi untuk
melakukan set up bagi pembuatan produk dengan spesifikasi yang berbeda.
b.
Continuous, proses ini merupakan bentuk sistem dari flow shop dimana terjadi
aliran material yang konstan. Contoh dari proses continuous adalah industri
penyulingan minyak, pemrosesan kimia, dan industri-industri lain dimana kita
tidak dapat mengidentifikasikan unit-unit output prosesnya secara tepat. Biasanya
satu lintasan produksi pada proses kontinyu hanya dialokasikan untuk satu jenis
produk saja.
c.
Job shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi di mana unit-unit untuk
pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui
pusat-pusat kerja yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Volume produksi
tiap jenis produk sedikit, variasi produksi banyak, lama produksi tiap produk agak
panjang, dan tidak ada lintasan produksi khusus. Job shop ini bertujuan memenuhi
kebutuhan khusus konsumen, jadi biasanya bersifat MTO (Make to Order).
d.
e.
Proyek, yaitu merupakan penciptaan suatu jenis produk yang akan rumit dengan
suatu pendefinisian urutan tugas-tugas yang teratur akan kebutuhan sumber daya
dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya. Pada jenis proyek ini, beberapa fungsi
mempengaruhi produksi seperti perencanaan, desain, pembelian, pemasaran,
penambahan personal atau mesin (yang biasanya dilakukan secara terpisah pada
sistem job shop dan flow shop) harus diintegrasi sesuai dengan urutan-urutan
waktu penyelesaian, sehingga dicapai penyelesaian ekonomis.
2. JOB SHOP SCHEDULING
Program ini untuk menyelesaikan permasalahan job shop yang umum dengan
menggunakan aturan heuristik. Pekerjaan dalam job shop biasanya memiliki
operasi dan urutan yang
biasanya digunakan adalah SPT, LPT, RANDOM, FSFS, LCFS, MWKR, EDD,
SLACK, dan beberapa lainnya yang digunakan dalam program untuk
menyelesaikan masalah. Dalam program ini juga dapat menentukan priority indek
untuk setiap pekerjaan, memilih salah satu aturan untuk pengambilan keputusan
utama dan memilih tie-breaker yang berpengaruh pada aturan yang digunakan.
Program ini juga disediakan heuristik rule yang dapat menemukan solusi terbaik
untuk criteria yang dipilih. Criteria yang dapat dipilih meliputi makespan, mean
completion time, mean waiting time, mean lateness, work in process, mean
machine utilization, dan beberapa yang lainnya. Input yang dibutuhkan program
meliputi waktu proses, due dates, priority indek, routing, dan atau bobot untuk
tiap pekerjaan.
FCFS (Frist Come, Frist Served) : job yang yang pertama dating
dikerjakan terlebih dahulu.
LCFS (Last Come, Frist Served) : job yang terakhir dating yang
dikerjakan terlebih dahulu.
EDD (Earliest Due Date) : memilih pekerjaan dengan due date yang
yang paling awal.
Dan bebrapa aturan lain yang dapat dilihat pada fsailitsa Help pada
program.
NT
MU
TJC
: total job costs (biaya total pekerjaan), including idle, busy, early,
and late costs
TMC : total machine costs (biaya total mesin), including idle, and busy
costs
TC
mendemonstrasikan
penggunaan
job
shop,
pertimbangkan
Job
Tabel 2
Job
Tabel 3
Due date
weight
Priority index
20
12
28
15
50
Misalnya, mesin dengan urutan proses M1, M2, dan M3. Semua jobmempunyai
urutan pengerjaan yang sama. Waktu proses job 1 pada mesin j disimbolkan
dengan tij. Algoritma Johnson untuk dua mesin dapat diaplikasikan
pada problem n job tiga mesin bila memenuhi :
Min
> = max
Min
> = max
atau
Dengan kata lain, minimal waktu proses pada semua job pada mesin 1 dan 3 harus
lebih besar dari waktu proses terpanjang pada mesin 2. Untuk mengaplikasikan
algoritma Johnson, waktu proses 3 mesin dirancang ulang menjadi 2 mesin (M1,
M2) dengan aturan : waktu proses job pada M1 = ti1+ti2 dan waktu
proses job pada M2 = ti3+ti2, kemudian algoritma Johnson diaplikasikan pada
M1 dan M2.
Contoh Soal :
Dapatkan urutan optimal untuk 6 job berikut, dimana keenam job tersebut harus
diproses pada mesin M1, M2, dan M3 dengan urutan tersebut!
Job
M2
M3
Jawab :
Test Kondisi :
Job
M2'
12
11
11
M2'
12
11
11
J5
Iterasi 2
Job
M2'
12
11
11
J2
J5
Iterasi 3
Job
M2'
12
11
11
J4
J2
J5
Iterasi 4
Job
M2'
12
11
J1
J4
J2
Iterasi 5
Job
M2'
J5
J1
11
J6
J4
J2
J5
J1
4.
J6
J3
J4
J2
J5
Smith)
Metode heuristik yang paling penting untuk problem make-span adalah
metode Campbell, Dudek and Smith (CDS). Metode CDS ini memiliki kelebihan
dalam dua hal, yaitu :
1.
2.
terbaik.
Algoritma Johnson merupakan suatu algoritma yang digunakan untuk
mendapatkan optimal sequence (pengurutan penjadwalan yang optimal) untuk
jenis flow shop. Adapun tahapan-tahapan dari algoritma Johnson adalah sebagai
berikut.
1.
).
3.
Jika waktu proses minimal berada pada mesin pertama (M-1), tempatkan
pekerjaan tersebut paling awal yang mungkin dalam urutan. Jika terletak pada
mesin kedua (M-2), tempatkan pekerjaan-pekerjaan tersebut paling akhir yang
mungkin dalam urutan!
4.
dan sebagai hasil dari langkah 3) dan ulangi langkah 2 dan langkah 3 sehingga
seluruh pekerjaan telah diurutkan.
Algoritma CDS ini cocok untuk persoalan yang memiliki banyak tahapan
(multistage) yang memakai aturan Johnson dan diterapkan pada masalah baru,
yang diperoleh dari yang asli dengan waktu proses
dan
Pada Tahap I
=
dan
Rumus di atas adalah waktu proses pada mesin pertama (M-1) dan mesin terakhir
(M-2).
Pada Tahap II
=
dan
Oleh karena itu, aturan Johnson diaplikasikan pada jumlah dari dua mesin yang
pertama (first two) dan dua mesin terakhir (last two) waktu proses operasi ke i.
Dimana :
: Waktu proses pada job ke i dengan menggunakan mesin pertama
: Jumlah mesin
: (Stage) tahapan
Untuk tiap tahap k (k = 1,2, ...., m-1), job yang diperoleh dipakai untuk
menghitung sebuah make-span untuk masalah yang sesungguhnya. Setelah tahap
demi tahap (m-1) dilakukan, maka dapat diketahui make-span terbaik di antara
tahap (m-1).
Langkah-langkah penjadwalan produksi dengan metode CDS (Campbell, Dudek
and Smith) adalah sebagai berikut ini.
1.
3.
4.
Menghitung
(M-1) dan
(M-2)
Dimana : M 1 =
M2=
Dengan bantuan algoritma Johnson, n job two mesin, maka dapat ditentukan
urutan job.
5.
6.
Contoh Soal :
Perusahaan X memproduksi 5 macam produk dengan menggunakan 4 mesin.
Waktu standar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan job pada tiap-tiap mesin
terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Waktu Standar Proses Pembuatan Produk Untuk Masing-Masing Job
Machine
Job
1
31
19
23
13
33
41
55
42
22
25
27
14
57
30
34
13
19
Carilah urutan jadwal yang optimal dan make-span serta total flow
timeterkecil dengan menggunakan penjadwalan Campbell, Dudek and Smith!
Penyelesaian :
P (jumlah urutan proses penjadwalan) = m 1
=41
=3
Jadi, proses penjadwalan CDS dilakukan sebanyak 3 kali dengan memilih
salah satu alternatif terbaik dari hasil ke 3 proses penjadwalan CDS yang
dilakukan.
v Tahap 1 (K = 1)
M1=
M2=
M 1 = M1
M 2 = M4
Job
1
M-1
31
19
23
13
33
M-2
30
34
13
19
Job
1
31
19
23
13
33
41
55
42
22
25
27
14
57
30
34
13
19
Job
4
F1
13
32
63
96
119
F2
35
87
104
101
161
F3
49
90
129
158
188
F4
62
124
159
177
194
v Tahap 2 (K = 2)
M-1 = M1 + M2
M-2 = M3 + M4
Job
1
M-1
72
74
65
35
38
M-2
55
37
33
27
76
Job
1
31
19
23
13
33
41
55
42
22
25
27
14
57
30
34
13
19
F1
33
64
83
106
119
F2
38
105
138
148
141
F3
95
130
141
175
155
F4
114
160
175
181
168
Urutan Penjadwalan : 5 1 2 3 4
Make-span
Total flow time
v Tahap 3 (K = 3)
M-1 = M1 + M2 + M3
M-2 = M2 + M3 + M4
Job
1
M-1
97
77
92
49
95
M-2
96
92
75
49
81
Job
31
19
23
13
33
41
55
42
22
25
27
14
57
30
34
13
19
F1
13
32
63
96
119
F2
35
87
104
101
161
F3
49
90
129
158
188
F4
62
124
159
177
194
Sehingga, dari jadwal-jadwal yang terbentuk, maka urutan jadwal yang paling
optimal adalah 4 2 1 5 3 dengan make-span 194 dan total flow time 716.