Anda di halaman 1dari 11

Kajian Perbandingan Karakteristik Tepung Onggok…… (K. Abdullah, dkk.

KAJIAN PERBANDINGAN KARAKTERISTIK TEPUNG


ONGGOK DARI INDUSTRI BESAR DAN INDUSTRI KECIL

(Comparison Study of Onggok Flours Characteristics From Large and Small Industries)

Karim Abdullah1, Ira Setiawati2, Rizki Adrianto1


1
Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung, Jl. By Pass Soekarno Hatta KM 1,
Bandar Lampung 35144, Indonesia
2
Balai Besar Kimia Kemasan, Jl. Balai Kimia No 1, Jakarta 13710, Indonesia
e-mail : Karim.abdullah@yahoo.com

Naskah diterima 16 Januari 2019, revisi akhir 4 April 2019, setuju diterbitkan 5 April 2019

ABSTRAK. Hasil samping industri tapioka adalah limbah cair dan limbah padat
yang biasa disebut dengan onggok. Onggok yang dihasilkan oleh industri tapioka di
Lampung identik dengan limbah yang hanya dapat dikonsumsi sebagai pakan ternak.
Namun ada beberapa jenis onggok yang layak untuk digunakan sebagai bahan baku
aneka pangan. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukan bahwa perbedaan teknik
pemrosesan ubi kayu menjadi tapioka pada industri besar dan kecil akan menghasilkan
jenis tepung onggok yang berbeda. Perbedaan karakteristik antara kedua jenis onggok
tersebut diketahui melalui pengujian kadar air, abu, serat kasar, derajat asam, kadar
pati dan derajat putih dengan hasil berturut-turut adalah 8,84%, 0,71%, 6,77%, 1,
35%, 72,43% dan 82,1% untuk onggok dari industri kecil. Hasil uji tepung onggok dari
industri besar berturut-turut 4,25%, 8,18%, 21,27%, 0,87%, 48,71% dan 24,1%. Hasil
pengujian kapang khamir untuk onggok dari industri kecil dan industri besar berturut-
turut adalah <1 koloni/gram dan 250 koloni/gram, sedangkan angka lempeng total
adalah 1.700 koloni/gram dan 3.300 koloni/gram. Tepung onggok yang dibuat oleh
industri kecil dilihat ukurannya menggunakan SEM sebesar 8-19 m, sedangkan hasil
pengukuran dengan Brabender Amylograph menunjukan nilai viskositas maksimum
sebesar 999 BU. Berdasarkan data yang dihasilkan, diketahui bahwa tepung onggok
industri kecil memiliki karakteristik yang berbeda dengan tepung onggok industri besar,
seperti kandungan pati yang lebih tinggi, serta pola gelatinisasi yang mirip dengan
tapioka sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk membuat aneka panganan
ringan.
Kata kunci: industri, onggok, serat, tapioka, ubi kayu

ABSTRACT. The by-product of tapioca industry is liquid waste and solid waste
(onggok). There are several types of onggok that suitable for raw materials of various
foods. This research aimed to show that the differences in cassava processing
techniques into tapioca in large and small industries would produce different types of
onggok flour. The differences in characteristics between the two types of onggok were
known through testing of water content, ash content, crude fiber, acid degree, starch
content and whitenes with consecutive results of 8.84%, 0.71%, 6.77%, 1.35%, 72.43%
and 82.1% for small-scale industries. Test results of onggok flour from large industries
were 4.25%, 8.18%, 21.27%, 0.87%, 48.71% and 24.1%. The results of mold testing for
onggok from small industries and large industries were <1 colony/gram and 250
colonies/gram respectively, while the total plate numbers were 1,700 colonies/gram
and 3,300 colonies/gram. Onggok flour made in small industries size was 8-19 m seen
through SEM, while the measurement results with Brabender Amylograph showed
maximum viscosity 999 BU. Onggok flour in small industries has different
characteristics with large industries, such as higher starch content, and gelatinization
patterns similar to tapioca thus it can be used further as ingredient for snacks.
Keywords: cassava, fiber, industry, onggok, tapioca

29
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 29-39
: 1-13

1. PENDAHULUAN perikanan (Antika, 2014; Julendra dkk,


Provinsi Lampung adalah produsen 2007; Mulyasari dkk., 2018). Beberapa
terbesar ubi kayu di Indonesia dengan industri pengeringan onggok yang berasal
jumlah mencapai 7.387.084 ton pada tahun dari industri besar membuat 3 tingkat
2015 atau mencapai 36% dari produksi kualitas tapioka, dimana grade A
Nasional (BPS, 2018). Ubi kayu digunakan sebagai bahan tambahan pada
digunakan pada berbagai macam pembuatan saus, grade B untuk bahan baku
kebutuhan seperti untuk konsumsi obat nyamuk dan grade C sebagai pakan
langsung (60,1%) dan digunakan untuk ternak (Maharani dkk, 2013).
industri sebagai bahan baku tepung tapioka Industri tapioka yang ada di Bogor
(34,62%) (Kementerian Pertanian, 2016). berbeda dengan yang ada di Lampung,
Tapioka selanjutnya diolah menjadi dimana didominasi oleh industri kecil yang
berbagai macam produk olahan seperti memiliki kapasitas produksi rata-rata 1-2
dekstrin, glukosa, sorbitol, asam asetat, ton perhari (Rochaeni dkk., 2007;
aneka kerupuk maupun bioetanol. Rahmawakhida, 2007), sehingga selain
Pada tahun 2015, jumlah pabrik menghasilkan tapioka juga menghasilkan
tapioka di Provinsi Lampung mencapai 59 onggok dengan kualitas premium dan biasa
buah (Kemenperin, 2018), tersebar dari disebut dengan tepung Asia. Hal tersebut
Kabupaten Lampung Selatan, Lampung disebabkan perbedaan proses pengolahan
Timur hingga Lampung Utara. Pabrik yang tapioka skala industri besar dan kecil akan
beroperasi terdiri atas pabrik Tapioka menghasilkan jenis onggok yang berbeda.
Rakyat dengan kapasitas produksi antara Berdasarkan pada kondisi di atas,
1.500-5.000 ton pertahun dan industri maka perlu diperkenalkan teknik
besar dengan kapasitas produksi lebih dari pengolahan tapioka skala industri kecil di
5.000 ton pertahun. Berdasarkan tingkat provinsi Lampung dan dibuktikan bahwa
teknologi, industri tapioka dibagi menjadi kualitas onggok yang dihasilkan dari
3 tingkat yaitu tradisional, semi modern industri kecil lebih baik dibandingkan
dan full otomate. Perbedaan terdapat pada dengan onggok yang dihasilkan oleh
alat yang digunakan baik dari proses industri besar. Implikasi dari kajian ini
pengupasan, pencucian, pemarutan, diharapkan akan tumbuh industri tapioka
pemerasan, pengendapan dan pengeringan kecil di pedesaan sekitar kebun ubi kayu,
(Bank Indonesia, 2010). yang bukan hanya menghasilkan tapioka
Industri tapioka di Lampung namun juga tepung onggok yang layak
didominasi oleh perusahaan semi modern untuk dikonsumsi dan dapat diolah
dan full otomate, sedangkan industri menjadi berbagai macam produk pangan.
tapioka skala kecil sudah sulit untuk
dijumpai. Namun secara garis besar 2. METODE PENELITIAN
seluruh jenis industri tapioka akan Bahan baku untuk membuat tepung
menghasilkan produk utama berupa onggok skala industri kecil adalah ubi kayu
tapioka dan hasil samping berupa limbah yang diperoleh dari CV Semangat Jaya
cair dan padat. Limbah cair diolah lebih yang berlokasi di kabupaten Pesawaran
lanjut menjadi biogas sedangkan limbah provinsi Lampung. Tepung onggok
padat biasa disebut dengan onggok dapat sebagai sampel skala industri besar diambil
digunakan untuk berbagai macam dari pabrik tapioka CV Semangat Jaya
keperluan tergantung pada kualitasnya yang berlokasi di Kabupaten Pesawaran
(Muhadi, 2014). Provinsi Lampung. Bahan kimia yang
Industri tapioka di Lampung di digunakan untuk pengujian adalah HCl,
dominasi oleh industri besar, sehingga H2SO4, KI, CuSO4 dari Merck dan larutan
menyebabkan onggok yang dihasilkan Luff School.
memiliki kualitas yang kurang baik. Alat yang digunakan untuk
Penelitian terkait penggunaan tepung membuat tepung tapioka dan tepung
onggok cenderung berfokus pada onggok skala industri kecil berupa alat
fermentasi sebagai pakan ternak maupun pemarut, kain saring, alat penepung dan

30
Kajian Perbandingan Karakteristik Tepung Onggok…… (K. Abdullah, dkk.)

alat pengayak skala kecil, serta baskom. Analisa Kadar Pati


Alat untuk pengujian onggok berupa tanur Analisa kadar pati dalam tepung
(Nabertherm tipe B 180), oven (Memmert onggok menggunakan metode SNI 01
type ULM 400, nomor Seri F400), neraca 2891-1992 cara uji makanan dan minuman,
analitik (Shimadzu tipe ATY224 kapasitas bagian 9 karbohidrat.
220 gram resolusi 0,1 mg), inkubator,
erlenmeyer, buret (Pyrex), Pipet Gondok Analisa Derajat Putih (Warna)
(Pyrex), Autoclave, Scanning Electron Analisa derajat putih menggunakan
Microscope (SEM) merek Hitachi SU- metode SNI 3451:2011 tapioka, lampiran
3500, Micro Viscvo Amylo Graph merek A.7 cara uji derajat putih.
Brabender dari Jerman.
Analisa Viskositas
Pembuatan Tapioka dan Onggok Skala Sampel tepung ditimbang 10 gram,
Industri Kecil dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml,
Ubi kayu dikupas bagian kulit ditambah sekitar 100 ml air demineral,
dalamnya, lalu dicuci hingga bersih untuk diaduk hingga homogen, lalu dimasukkan
selanjutnya diparut dengan alat parut. Hasil ke dalam cawan pengukuran kemudian
parutan diesktrak dengan air menggunakan dihomogenkan untuk selanjutnya diukur
perbandingan 1:2, lalu disaring dengan menggunakan Micro Viscvo Amylo
menggunakan kain saring. Air saringan Graph dengan kondisi kecepatan putar 50
diendapkan untuk diolah menjadi tapioka, rpm, suhu awal 30 C, suhu maksimal 95
padatan yang tersisa dikeringkan dengan C, suhu akhir 50 C, laju pemanasan 1,5
bantuan sinar matahari hingga kering. C/min, dan waktu tahan 10 min (Syamsiar
Padatan yang kering disebut dengan dkk., 2011).
tepung onggok, selanjutnya dihaluskan dan
diayak 80 mesh sehingga tepung onggok Analisa Ukuran Tepung
siap untuk digunakan. Semua proses Analisa tepung menggunakan alat
pembuatan tepung onggok skala industri Scanning Electron Microscope (SEM) di
kecil dilakukan secara manual (Bank Pusat Penelitian Fisika LIPI, dengan
Indonesia, 2010). kondisi pengukuran accelerating voltage
15.000 volt, deceleration voltage 0 volt,
Analisa Kadar Air magnification 1.000, working distance
Analisa kadar air dalam tepung 5.840 um, emission current 140.000 nA,
onggok menggunakan metode SNI 01 dan pembesaran 1.000 kali.
2891-1992 cara uji makanan dan minuman,
bagian 5 kadar air metode oven. Analisa Kapang Khamir
Analisa kapang khamir
Analisa Kadar Abu menggunakan metode SNI 3451:2011
Analisa kadar abu dalam tepung tapioka, lampiran A.11.5 cara uji kapang.
onggok menggunakan metode SNI 01
2891-1992 cara uji makanan dan minuman, Analisa Angka Lempeng Total
bagian 6.1 abu total. Analisa Angka Lempeng Total
menggunakan metode SNI 3451:2011
Analisa Kadar Serat Kasar tapioka, lampiran A.11.2 cara uji angka
Analisa kadar serat kasar dalam lempeng total.
tepung onggok menggunakan metode SNI
01 2891-1992 cara uji makanan dan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
minuman, bagian 11 serat kasar. Perbandingan Alat Produksi
Proses pengolahan tapioka di
Analisa Derajat Asam industri menengah dan di industri besar
Analisa derajat asam menggunakan berbeda dengan industri kecil. Perbedaan
metode SNI 3451:2011 tapioka, lampiran pertama yaitu pada pengupasan bahan
A.8 cara uji derajat asam.

31
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 29-39
: 1-13

baku ubi kayu. Pada industri menengah


dan besar, ubi kayu dicuci dalam bak dan
dibantu dengan mesin untuk memutar-
mutar ubi kayu sambil disiram dengan air
bersih seperti ditunjukkan di Gambar 2,
selanjutnya ubi kayu dikupas kulit luarnya
dengan alat seperti pada Gambar 1, dimana
pada proses ini hanya kulit bagian luar saja
yang terkelupas sedangkan kulit bagian
dalam masih tetap ada. Teknik pencucian
tersebut menghasilkan ubi kayu yang tidak
terlalu bersih karena masih ada kotoran
yang menempel pada sela-sela kulit.
Berbeda dengan industri tapioka skala
kecil, proses pengupasan dilakukan secara Gambar 3. Ilustrasi proses pencucian ubi kayu
manual sehingga seluruh kulit terkelupas skala industri kecil (Sumber: dokumentasi
menjadi bersih, seperti yang dapat dilihat pribadi, diambil oleh peneliti pada saat
pada Gambar 3. kegiatan pelatihan pembuatan tepung tapioka
dan tepung onggok untuk IKM)

Perbedaan kedua yaitu pada tahap


ekstraksi, dimana pada industri besar
menggunakan mesin ekstraktor, sedangkan
pada industri kecil menggunakan saringan
manual seperti pada Gambar 4.
Penggunaan ekstraktor mampu
meningkatkan rendemen tapioka namun
disisi lain mengurangi kandungan pati
pada onggok, berbeda halnya dengan
Gambar 1. Alat pengupas kulit ubi kayu skala penggunaan saringan secara manual yang
industri menengah dan besar (Sumber : masih menyisakan pati dalam onggok
dokumentasi peneliti di CV Semangat Jaya)
cukup besar.

Gambar 4. Ilustrasi proses ekstraksi tapioka


Gambar 2. Alat pencuci ubi kayu skala industri
pada industri kecil (Sumber: dokumentasi
menengah dan besar (Sumber: dokumentasi
pribadi, diambil oleh peneliti pada saat
pribadi, diambil di CV Semangat Jaya)
kegiatan pelatihan pembuatan tepung tapioka
dan tepung onggok untuk IKM)

32
Kajian Perbandingan Karakteristik Tepung Onggok…… (K. Abdullah, dkk.)

Setelah proses ekstraksi, onggok pada industri kecil dan onggok yang
yang dihasilkan oleh industri besar dihasilkan oleh CV Semangat Jaya untuk
dikumpulkan pada ruang terbuka dan melihat dampak dari perbedaan proses
dibiarkan hingga jumlah tertentu, dimana tersebut.
proses penumpukan berkisar antara 30
hingga 60 menit. Selanjutnya tumpukan Analisa Kadar Air
dikirimkan ke tempat pengeringan baik di Kadar air tepung onggok yang
internal perusahaan maupun dijual kepada diproduksi oleh industri skala kecil rata-
pengepul (Maharani dkk., 2013). Selama rata sebesar 8,84%, sedangkan pada
proses penumpukan tersebut terjadi proses onggok yang diproduksi oleh pabrik besar
dekomposisi oleh mikroba sehingga timbul adalah 4,25%. Kadar air tepung onggok
aroma yang kurang sedap (Lusiani dkk., dari pabrik besar lebih kecil dibandingkan
2016). Berbeda pada skala industri kecil, dengan onggok dari industri kecil. Hal
onggok yang sudah diperas segera tersebut dikarenakan pada onggok dari
disimpan di atas nampan kemudian pabrik besar memiliki kandungan pati yang
dijemur di bawah sinar matahari. lebih kecil dengan kandungan serat yang
lebih tinggi. Onggok dari skala industri
kecil memiliki kandungan pati cukup
tinggi, sedangkan serat lebih rendah
dibandingkan dengan tepung onggok dari
industri besar. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Richana
(2004) dimana semakin tinggi kadar serat
dalam tepung pati maka kadar airnya akan
semakin turun.
Kandungan air akan berpengaruh
Gambar 5. Ilustrasi persiapan proses pada daya simpan, bila kadar air
penjemuran onggok skala industri kecil. meningkat maka dapat mempercepat
(Sumber: dokumentasi pribadi, diambil oleh proses degradasi produk. Aktivitas
peneliti pada saat kegiatan pelatihan pembuatan mikroba akan berkurang pada kadar air
tepung tapioka dan tepung onggok untuk IKM) yang rendah. Kadar air dapat dijadikan
sebagai parameter untuk menentukan umur
simpan suatu produk (Mustafidah, 2015).

Analisa Kadar Abu


Kadar abu onggok pabrik besar rata-
rata sebesar 8,19% sedangkan pada skala
IRT hanya 0,71%. Hal tersebut disebabkan
saat proses pengupasan di industri besar
menggunakan mesin yang hanya mampu
membersihkan bagian luar saja, sehingga
Gambar 6. Onggok di Industri menengah dan
masih banyak tersisa tanah halus yang
besar (Sumber : dokumentasi pribadi, diambil
di CV Semangat Jaya) menempel pada ubi kayu. Pati menjadi
produk utama pada industri besar,
sedangkan onggok menjadi hasil samping.
Proses akhir dari pengolahan
Saat pati diperas, digunakan penyaring
onggok pada perusahaan besar dan skala
yang mampu menahan kotoran tidak ikut
kecil tidak jauh berbeda yaitu dijemur
tersaring ke dalam larutan pati, namun
hingga kadar air maksimal 13%. Semakin
akan tertahan di alat saring yang
kecil kadar air maka pertumbuhan mikroba
selanjutnya terbawa dalam onggok. Selain
dapat dikurangi. Penelitian ini
itu, sumber kotoran dihasilkan pada saat
membandingkan kedua jenis onggok
penumpukan onggok dari proses produksi
tersebut yaitu onggok yang diproduksi
sebelum proses pengeringan, dimana

33
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-39
: 1-13

onggok diletakan menempel langsung pada 1,35%. Nilai derajat asam menunjukan
lantai produksi. seberapa banyak makromolekul dalam
Sebaliknya, pada produksi tapioka produk yang terdekomposisi menghasilkan
skala kecil, ubi kayu dicuci bersih asam. Derajat asam pada onggok dari
sehingga kotoran berbentuk tanah halus industri kecil lebih tinggi dibandingkan
tidak lagi menempel di ubi kayu. Setelah dengan industri besar karena pada onggok
selesai diperas, ampas segera diletakan dari industri kecil memiliki kadar pati yang
dalam nampan sehingga mencegah lebih besar dibandingkan dengan onggok
kontaminasi dari kotoran. Proses yang dihasilkan oleh industri besar. Pati
pengolahan yang dilakukan secara seksama menjadi sumber makanan bagi mikroba
menghasilkan ampas yang bersih sehingga untuk menghasilkan asam. Aroma onggok
onggok memiliki kadar abu yang rendah. yang tidak sedap dari industri besar dapat
Kadar abu identik dengan kotoran dan juga ditimbulkan dari kuantitas onggok yang
logam-logam yang tidak dapat menguap. besar, sedangkan pada industri kecil aroma
Oleh karena itu, semakin tinggi kadar abu tidak terlalu tercium karena kuantitas
dalam suatu produk maka semakin tidak produk yang dihasilkan tidak terlalu besar.
bagus produk tersebut untuk dikonsumsi Produk makanan sangat rawan
(Richana & Sunarti, 2004). mengalami dekomposisi akibat aktivitas
mikroba. Hal yang mempengaruhi proses
Analisa Kadar Pati dan Serat Kasar dekomposisi yaitu nilai tetapan
Onggok yang dihasilkan oleh kesetimbangan (kw) air dan sumber
industri besar memiliki kadar pati rata-rata makanan. Titik kritis pada proses
sebesar 48,78% sedangkan dari industri pembuatan onggok terjadi saat
kecil sebesar 72,43%. Kadar serat kasar pengumpulan onggok setelah proses
onggok dari industri besar sebesar 21,27% ekstraksi, dimana onggok basah memiliki
sedangkan pada onggok skala industri kadar air lebih dari 50% (Rahmawakhida,
kecil hanya 6,77%. Perbedaan kadar pati 2007). Kondisi tersebut menjadi media
dan kadar serat kasar disebabkan karena yang baik bagi pertumbuhan mikroba
pada industri besar, proses ekstraksi pati penghasil asam. Setelah onggok
menggunakan bantuan mesin sehingga dikeringkan, proses pembentukan asam
jumlah pati yang terekstrak semakin semakin lambat karena kondisi media tidak
banyak, sedangkan pada industri kecil lagi sesuai bagi pertumbuhan mikroba.
proses ekstraksi dilakukan secara manual
sehingga ekstraksi tidak sempurna Analisa Derajat Putih (Warna)
(Mustafa, 2015). Serat kasar tidak dapat Derajat putih digunakan untuk
diesktrak dengan air sehingga menjadikan menentukan tampilan dari suatu tepung,
kadar serat kasar memiliki korelasi negatif semakin besar nilai derajat putih
dengan kadar pati. Semakin tinggi kadar menunjukkan bahwa tepung tersebut
pati, maka kadar serat kasar akan semakin semakin berwarna putih dan begitu juga
kecil begitu juga sebaliknya. sebaliknya. Hasil pengujian
Kandungan pati bermanfaat sebagai mengindikasikan bahwa nilai derajat putih
pembuat tekstur saat digunakan sebagai onggok yang diproduksi oleh industri kecil
bahan baku kue. Semakin tinggi kadar pati, lebih bagus dibandingkan onggok yang
maka adonan yang dibuat semakin mudah diproduksi oleh pabrik besar, dengan nilai
mengepal sedangkan bila kadar pati rendah rata-rata berturut-turut adalah 82,1 dan
maka adonan akan sulit mengepal karena 24,1.
tidak ada media yang digunakan untuk Derajat putih suatu tepung akan
mengikat. mempengaruhi kualitas produk yang
dihasilkan (Raysita, 2013). Nilai derajat
Analisa Derajat Asam putih dipengaruhi oleh bahan baku dan
Nilai derajat asam onggok dari juga teknik produksi. Onggok pada industri
industri besar adalah 0,87% sedangkan besar bukan dijadikan sebagai produk
onggok pada skala industri kecil sebesar utama, sehingga proses pengolahannya

34
Kajian Perbandingan Karakteristik Tepung Onggok…… (K. Abdullah, dkk.)

tidak dilakukan dengan baik. Setelah Pola Gelatinisasi


proses ekstraksi selesai, onggok ditumpuk Berdasarkan pengukuran dengan
begitu saja sebelum diolah lebih lanjut. menggunakan Viscositas Brabender,
Proses penumpukan ini menyebabkan didapatkan pola gelatinisasi untuk tepung
terjadinya aktivitas mikrobiologi yang onggok skala industri dan tepung onggok
menjadikan warna onggok semakin gelap. skala industri kecil seperti pada Gambar 7.
Selain itu kandungan kotoran dari sisa-sisa Gambar 7 menunjukkan grafik hasil
pencucian bahan baku juga menyebabkan pengukuran tidak beraturan sehingga
warna onggok tidak putih. Proses proses pengukuran tidak dapat dilanjutkan
pengolahan onggok pada industri kecil setelah menit ke-3. Grafik tersebut terjadi
dilakukan secara seksama sehingga karena sampel tepung onggok yang diuji
menghasilkan onggok yang lebih putih dan memiliki kandungan pengotor (kadar abu)
saat digunakan untuk membuat berbagai yang tinggi, sehingga saat proses
aneka pangan menjadi lebih sesuai karena pengukuran terjadi ketidakstabilan pada
tidak akan mempengaruhi warna produk alat.
akhir.

Gambar 7. Hasil pengukuran viskositas tepung onggok skala industri

Gambar 8. Pola gelatinisasi tepung onggok skala industri kecil

35
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 29-39
: 1-13

Tabel 1. Penjelasan terkait Gambar 8 (hasil pengukuran viskositas tepung onggok skala industri)
Time Torque Temperature
Point Name
[HH:MM:SS] [BU] [C]
A Beginning of gelatinization 00:26:40 19 69.9
B Maximum Viscosity 00:37:30 999 86.0
C Start of Holding Period 00:43:20 732 94.8
D Start of Cooling Period 00:53:20 495 95.0
E End of Cooling Period 01:23:20 846 50.2
F End of Final Holding 01:28:20 819 50.0
Period
B-D Breakdown 503
E-D Setback 348

Gambar 9. Hasil pengukuran tepung onggok dari industri kecil dengan SEM pembesaran 1000x

Gambar 8 menunjukkan grafik Viskositas tepung onggok skala


pengukuran viskositas tepung onggok yang industri kecil memiliki pola yang hampir
dibuat pada industri kecil. Proses sama dengan tepung tapioka. Hal tersebut
gelatinisasi dimulai pada suhu 69,9 C dikarenakan pada tepung onggok yang
dengan maksimum viskositas sebesar 999 berasal dari industri kecil masih banyak
Brabender Unit (BU) terjadi pada saat mengandung pati. Namun nilai viskositas
suhu 86 C. Setelah suhu diturunkan, maksimumnya lebih rendah dibandingkan
viskositas kembali meningkat hingga dengan kebanyakan tepung tapioka yang
mencapai 846 BU pada suhu 50,2 C. Nilai berkisar antara 1.400-1.700 BU (Rahman,
viskositas setback tepung onggok skala 2007).
industri kecil sebesar 348 BU, lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata nilai Analisa Ukuran Tepung
setback tepung tapioka yang berkisar Pengukuran dengan SEM
antara 28-262 (Reputra, 2009). Nilai menunjukan bahwa tepung onggok yang
setback yang semakin tinggi akan dihasilkan dari industri kecil rata-rata
berkorelasi dengan kecenderungan untuk memiliki ukuran diameter antara 8-19 m,
terjadinya retrogradasi (Agustin, 2011). ukuran ini tidak jauh berbeda dengan

36
Kajian Perbandingan Karakteristik Tepung Onggok…… (K. Abdullah, dkk.)

ukuran tepung tapioka rata-rata sebesar Proses pengupasan ubi kayu di


12,32 m (Suherman, 2016). industri kecil masih memungkinkan
dilakukan secara manual karena jumlah
Analisa Kapang Khamir dan Angka bahan baku rata-rata 1 ton perhari. Jumlah
Lempeng Total bahan baku tersebut dapat selesai dikupas
Hasil pengujian kapang dan khamir dalam waktu satu hari dengan melibatkan 5
terhadap tepung onggok yang dibuat dalam orang tenaga kerja. Pengupasan dan
skala industri kecil dan industri besar pencucian hingga bersih menghasilkan
berturut turut adalah <1 koloni/gram dan hasil akhir yang juga baik.
250 koloni/gram. Sampel tepung onggok Proses ekstraksi berpengaruh
yang diambil dari industri besar dan skala terhadap kandungan pati dalam onggok,
industri kecil memiliki rentang waktu dimana semakin optimal proses ekstraksi
produksi kurang dari 1 minggu. pati dalam ubi kayu maka kandungan pati
Angka lempeng total untuk tepung dalam onggok semakin kecil dan begitu
onggok skala industri kecil adalah 1.700 juga sebaliknya. Kandungan pati pada
koloni/gram sedangkan skala industri besar onggok dari industri kecil masih cukup
adalah 3.300 koloni/gram. Tingginya tinggi sehingga memungkinkan untuk
jumlah koloni kapang dan khamir dalam digunakan untuk membuat berbagai aneka
tepung onggok yang dibuat dari industri macam panganan.
besar semakin membuktikan bahwa Proses pengeringan onggok di
penumpukan onggok sebelum dikeringkan industri besar tidak dilakukan secara
mengakibatkan tumbuhnya mikroba langsung sehingga menyebabkan terjadi
dengan subur. aktivitas mikroba dalam onggok. Hal
Tepung onggok yang dibuat dari tersebut ditunjukan dalam nilai kapang
proses skala industri kecil diperlakukan khamir dan angka lempeng total.
dengan baik, yaitu langsung dikeringkan. Pengeringan yang dilakukan secara
Proses pengeringan yang dilakukan secara langsung dapat mencegah timbulnya
manual menggunakan bantuan sinar kapang khamir dan juga mengurangi
matahari mengakibatkan masih adanya jumlah mikroba lainnya.
aktivitas mikroba walaupun sedikit. Hal Berdasarkan penelitian ini, dapat
tersebut ditunjukan oleh nilai ALT yang dilihat bahwa produksi tapioka skala
berkisar di angka 1.700 koloni/gram. industri kecil dan skala industri besar akan
Berdasarkan pada hasil uji yang menghasilkan jenis onggok yang berbeda.
meliputi kadar air, abu, pati, serat kasar Produk utama pada industri besar adalah
dan derajat putih menunjukan bahwa tapioka sedangkan onggok dianggap
terdapat perbedaan yang mencolok antara sebagai limbah. Hal tersebut menyebabkan
onggok yang dihasilkan oleh industri besar perusahaan akan mengoptimasi proses
dan industri kecil. Perbedaan kualitas ekstraksi pati dalam ubi kayu. Tapioka
onggok terutama disebabkan akibat adanya adalah produk utama pada industri kecil,
perbedaan dalam proses pencucian bahan namun sisa perasan ubi kayu juga dapat
baku, ekstraksi dan proses pengeringan. dikeringkan menjadi tepung yang memiliki
Pencucian ubi kayu pada industri kualitas cukup baik dan memiliki nilai jual
tapioka skala industri besar harus cukup tinggi.
dilakukan dengan bantuan alat otomatis Implikasi dari penelitian ini adalah
karena jumlah bahan baku yang diolah industri tapioka skala kecil yang
berjumlah puluhan bahkan ratusan ton. melibatkan kelompok kecil masih layak
Alat pencuci yang ada belum mampu untuk dikembangkan di Provinsi Lampung
untuk mengupas kulit bagian dalam dari karena selain menghasilkan tapioka dengan
ubi kayu sehingga kadang menyebabkan grade yang lebih baik, juga menghasilkan
masih tersisanya kotoran yang menempel tepung onggok yang masih dapat diolah
dalam ubi kayu yang selanjutnya terbawa menjadi berbagai macam pangan.
hingga terakumulasi dalam onggok.

37
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 29-39
: 1-13

4. KESIMPULAN Ucapan terima kasih disampaikan


Hasil pengujian terhadap sampel kepada Bapak Herman selaku Kepala
tepung onggok yang dibuat oleh industri Puslitbang TIKI tahun 2017 yang telah
kecil dan tepung onggok yang diambil dari menyetujui pelaksanaan penelitian ini, juga
industri besar menunjukkan perbedaan kepada Kepala Baristand Industri
karakteristik. Perbedaan tersebut berupa Lampung dan jajaran manajemen yang
kadar air, abu, serat kasar, derajat asam, telah mendukung kegiatan penelitian.
kadar pati dan derajat putih (warna) Terima kasih juga disampaikan kepada
dengan nilai berturut-turut adalah 8,84%, Bapak Supar selaku pemilik CV Semangat
0,71%, 6,77%, 1, 35%, 72,43% dan 82,1% Jaya atas bantuan yang telah diberikan
untuk onggok dari industri kecil. Hasil untuk terlaksananya kajian ini, terutama
pengujian terhadap onggok dari industri terkait dengan penyediaan sampel dan
besar dengan parameter yang sama yaitu dokumentasi lokasi dan fasilitas pabrik
4,25%, 8,18%, 21,27%, 0,87%, 48,71% tapioka.
dan 24,1%. Nilai kapang khamir untuk
onggok dari industri kecil dan industri DAFTAR PUSTAKA
besar berturut-turut adalah <1 koloni/gram Agustin, S. (2011). Efek polisakarida non pati
dan 250 koloni/gram, sedangkan angka terhadap karakteristik gelatinisasi
lempeng adalah 1.700 koloni/gram dan tepung sukun. Jurnal Teknologi
3.300 koloni/gram. Pertanian, 7(1), 28-35.
Perbedaan karakteristik tepung Antika, R., Hudaidah, S., & Santoso, L. (2014).
onggok yang dibuat pada skala industri Penggunaan tepung onggok singkong
kecil dan besar disebabkan karena adanya yang difermentasi dengan rhizopus sp.
perbedaan dalam penggunaan alat seperti Sebagai bahan baku pakan ikan nila
pada proses pencucian yang berpengaruh merah (oreochromis niloticus). E-Jurnal
pada kadar abu, ekstraksi berpengaruh Rekayasa Dan Teknologi Budidaya
Perairan, 2(2).
pada kadar pati, serat kasar, air dan derajat
asam. Selain itu, proses pengeringan juga Bank Indonesia. (2010). Usaha pengolahan
mempengaruhi nilai kapang kamir dan tapioka. Diakses tanggal 23 November
angka lempeng total. 2018 dari
Tepung onggok yang dihasilkan dari https://www.bi.go.id/id/umkm/kelayaka
n/pola-
industri kecil memiliki kandungan pati
pembiayaan/holtikultura/Documents/
yang masih tinggi. Selain itu, pola 914774e31ef84fd79f0a2a1a3607b3b5Po
gelatinisasi menunjukkan tepung onggok laPembiayaanUsahaKecilSyariahUsaha
dapat diolah menjadi aneka jenis pangan PengolahanTepu.pdf
yang membutuhkan kekerasan tertentu.
Badan Pusat Statistik. (2018). Produksi ubi
Hal ini menjadikan tepung onggok dari
kayu menurut provinsi (ton) tahun
industri kecil memiliki nilai ekonomi yang
1993-2015. Diakses tanggal 23
lebih tinggi dibandingkan tepung onggok November 2018 dari www.bps.go.id
yang dihasilkan dari industri besar.
Penelitian lebih lanjut perlu Badan Standardisasi Nasional. (1992). SNI 01
dilakukan untuk memperkuat bukti bahwa 2891-1992 Cara Uji Makanan dan
minuman. Jakarta: Badan Standardisasi
tepung onggok yang dibuat pada industri
Nasional.
kecil memiliki nilai ekonomi yang lebih
tinggi dibandingkan tepung onggok pada Badan Standardisasi Nasional. (2011). SNI
industri besar. Penelitian lanjutan yang 3451:2011 Tapioka. Jakarta: Badan
dapat dilakukan seperti penggunaan tepung Standardisasi Nasional.
onggok untuk membuat aneka pangan Julendra, H., Damayanti, E., Sofyan, A.,&
ringan lalu dianalisa tingkat kesukaannya Febrisiantosa, A. (2007). Karakteristik
dengan mengunakan metode uji tertentu. fisiko-kimia dan mikrobiologis pakan
UCAPAN TERIMA KASIH berbahan dasar onggok fermentasi
selama penyimpanan. Jurnal Sains
MIPA, 13(1), 1-5.

38
Kajian Perbandingan Karakteristik Tepung Onggok…… (K. Abdullah, dkk.)

Kementerian Perindustrian. (2018). Diakses Pangan dan Agroindustri, 3(2), 650-


tanggal 23 November 2018 dari 660.
http://www.kemenperin.go.id/direktori-
Rahman. (2007). Mempelajari karakteristik
perusahaan?what=tapioka&prov=18&ha
kimia dan fisika tepung tapioka dan
l=1
mocal (modified cassava flour) sebagai
Kementerian Pertanian. (2016). Outlook penyalut kacang pada produk kacang
komoditas pertanian tanaman pangan salut. Skripsi. Institut Pertanian Bogor,
ubi kayu. Jakarta: Pusat Data Dan Bogor. Tersedia dari repository.ipb.ac.id
Sistem Informasi Pertanian Kementrian
Rahmawakhida, A. (2007). Kajian penerapan
Pertanian
strategi produksi bersih di sentra
Lusiani, C.E., Ningrum, E.O., Trisanti, P.N. & industri kecil tapioka: kasus kelurahan
Sumarno. (2016). Degradasi onggok ciluar kecamatan bogor utara. Skripsi.
limbah tapioka menjadi gula pereduksi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
menggunakan proses sonikasi. Tersedia dari repository.ipb.ac.id
Prosiding Seminar Nasional Teknik
Raysita, N. (2013). Pengaruh proporsi tepung
Kimia Kejuangan. Yogyakarta: UPN
terigu dan tepung mocaf (modified
Veteran.
cassava flour) terhadap tingkat
Maharani, C.N.D., Lestari, D.A.H. & Kasymir, kesukaan chiffon cake. Jurnal Tata
E. (2013). Nilai tambah dan kelayakan Boga, 2 (2), 1-6.
usaha skala kecil dan skala menengah
Reputra, J. (2009). Karakteristik tapioka dan
pengolahan limbah padat ubi kayu
penentuan formulasi premix sebagai
(onggok) di Kecamatan Pekalongan
bahan penyalut untuk produk fried
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal
snack. Skripsi. Institut Pertanian Bogor,
Ilmu Ilmu Agribisnis, 1(4), 284-290.
Bogor. Tersedia dari
Muhadi. (2014). Kajian pengembangan repository.ipb.ac.id.
alternatif usaha produktif pada industri
Richana, N. & Sunarti, T.C. (2004).
tapioka tapioka rakyat (ITTARA) di
Karakteristik sifat fisikokimia tepung
Kabupaten Lampung Timur . Tesis.
umbi dan tepung pati dari umbi
Universitas Lampung, Lampung.
ganyong, suweg, ubi kelapa dan
Tersedia dari digilib.unila.ac.id/3960.
gembili. Jurnal Pascapanen 1(1), 29-
Mulyasari, Subaryono, Samsudin, R. & 37.
Widyastuti, Y.R. (2018). Peningkatan
Rochaeni, Soewarno, T., Soekarto, & Zakaria,
kualitas nutrien onggok yang
F.R. (2007). Kajian prospek
difermentasi menggunakan Bacillus
pengembangan industri kecil tapioka di
megaterium ss4b sebagai bahan pakan
sukaraja kabupaten bogor. Jurnal MPI,
ikan. Jurnal Riset Akuakultur, 13(2),
2(2), 27-42.
147-157.
Suherman. & Trisnaningtyas, R. (2016).
Mustafa, A. (2015). Analisis proses pembuatan
Analisis energi dan eksergi pada
pati ubi kayu (tapioka) berbasis neraca
pengeringan tepung tapioka
massa. Jurnal Agrointek , 9 (2), 127-
menggunakan pengering kontinu
133.
unggun fluidasi getar. Jurnal Reaktor,
Mustafidah, C. & Widjanarko, S.B. (2015). 16(1), 24-31.
Umur simpan minuman serbuk berserat
Syamsiar, E., Hariyadi, P., Andarwulan, & N.
dari tepung porong (Amorpophallus
(2011). Karakteristik tapioka dari lima
oncophillus) dan karagenan melalui
varietas ubi kayu (Manihot utilisima
pendekatan kadar air kritis. Jurnal
crantz) asal Lampung). Jurnal Agrotek,
5(1), 93-105.

39

Anda mungkin juga menyukai