Abstrak
Ubi kayu dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti gaplek, tapioka, onggok, pati termodifikasi,
dan dextrine. Industri pengolahan Ubi kayu di Indonesia masih terbatas. Berbagai upaya telah dilakukan dan
dikembangkan teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah, nilai gizi dan mengangkat citra dari
Ubi kayu. Untuk memperbaiki produk dari Ubi kayu, berbagai teknologi pengolahan telah dihasilkan dalam
rangka meningkatkan mutu produk dan penerimaannya oleh konsumen. Tulisan ini adalah hasil kombinasi
kajian dari studi pustaka yang membahas teknologi pengolahan Ubi kayu dan aplikasinya sehingga
meningkatkan nilai guna akan bahan baku Ubi kayu Berdasarkan peluang tersebut, diharapkan tulisan ini
dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan industri berbasis Ubi kayu dalam upaya meningkatkan
nilai tambah dan menambah pendapatan para pelaku bisnis di bidang tersebut.
Abstract
Cassava can be processed into various types of products such as dried cassava, tapioca, cassava pulp, modified
starch, and dextrine. Cassava processing industry in Indonesia is still limited. Various efforts have been made
and developed processing technology to increase added value, nutritional value and lift the image of cassava.
To improve cassava products, various processing technologies have been produced in order to improve product
quality and consumer acceptance. This paper is the result of a combination of studies from a literature study
that discusses cassava processing technology and its application so as to increase the use value of cassava raw
materials. business in that field
44
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 2 Desember 2019
yang ada antara lain kandungan proteinnya yang produk berbasis Ubi kayu. Sehingga karya tulis
rendah, rasa, aroma kurang diminati serta ini dapat menjadi panduan bagi para peneliti
memiliki daya simpan yang singkat (Herawati, yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
2012). Dari sisi nilai gizi, Gardjito (2013) terkait Ubi kayu.
menyatakan bahwa dalam setiap 100 gram
tanaman ubi kayu mengandung 35,3 % Pembahasan
karbohidrat, lebih tinggi dari ubi jalar sebesar
31,8 %. Kandungan protein ubi kayu berkisar Gaplek
pada angka 1,2 % juga lebih tinggi dari ubi jalar Gaplek adalah salah satu bentuk produk
sebesar 1,1 persen. olahan ubi kayu yang paling sederhana, bila
Ubi kayu merupakan komoditi tanaman diolah lebih lanjut dengan cara penepungan maka
pangan yang penting di Indonesia setelah padi, akan dihasilkan tepung gaplek. Rukmana (1997)
jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. dalam buku penelitian Budidaya dan Pascapanen
Hal tersebut karena Ubi kayu termasuk dalam Ubi Kayu menyampaikan bahwa gaplek
tanaman dengan daya adaptasi yang luas, mudah merupakan salah satu olahan ubi kayu yang
disimpan, mempunyai rasa enak sehingga dapat dibuat dengan cara dikeringkan secara langsung
membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan di bawah sinar matahari. Gaplek memiliki
pendapatan petani (Inayatul Lutfi, 2014). Ubi kandungan energi sebesar 338 kilo kalori dengan
kayu banyak mengandung glukosa dan dapat kandungan protein hanya sebesar 1.5 gram per
dikonsumsi secara mentah, di rebus ataupun 100 gram tepung gaplek.
digoreng terlebih dahulu (Muslim, 2017). Menurut Martono, dkk (2016),
Ubi kayu digunakan sebagai bahan kandungan protein tepung gaplek dapat
pangan, pakan ternak maupun bahan baku ditingkatkan melalui fermentasi dan lebih jauh
beragam industri. Ubi kayu mempunyai potensi dengan fortifikasi. Berbagai penelitian telah
yang tinggi untuk dikembangkan menjadi bahan dilakukan terkait fortifikasi gaplek untuk
pangan pokok pengganti beras. Ubi kayu meningkatkan kandungan proteinnya seperti
memiliki peran penting sebagai makanan pokok yang dilakukan oleh Martono, dkk (2016),
ketiga setelah padi dan jagung bagi penduduk dimana dilakukan fortifikasi dengan kedelai lalu
Indonesia. Sebagai makanan pokok (substitusi diuji kandungan protein terlarutnya. Hasil
beras) Ubi kayu umum dikonsumsi dalam bentuk penelitian menunjukan bahwa kadar protein
ubi rebus, tiwul, gaplek maupun oyek. terlarut pada fermentasi selama 40 jam lebih
Penggunaan ubi kayu sebagai campuran beras tinggi dibandingkan jika hanya difermentasi
(oyek) ditemukan di sebagian Jawa, Sumatera selama 20 jam maupun tanpa proses fermentasi
dan Kalimantan. Menurut Suryana (2002), untuk dengan nilai sebesar 22,68%, 20,96% dan
konsumsi langsung ubi kayu sudah menjadi 18,70% secara berurutan. Berdasarkan hasil uji
komoditas inferior. Ubi kayu dimanfaatkan untuk KLT (Kromatografi Lapis Tipis) didapatkan asam
substitusi beras terutama di kalangan penduduk amino aspartat, glutamat, serin, histidin, glisin,
miskin di musim paceklik di mana harga beras arginin, alanin, tirosin, metionin, valin, isoleusin,
relatif tinggi (Valeriana, dkk, 2009). leusin dan lisin dalam produk gaplek yang
Untuk meningkatkan potensi Ubi kayu difortifikasi kedelai.
maka dilakukan berbagai macam pengolah Penelitian yang dilakukan mengenai
menjadi bermacam-macam produk yang peningkatan potensi gaplek juga dilakukan oleh
memiliki daya simpan lebih lama serta nilai Purnomosari (2008), yang menilai bahwa nilai
ekonomi lebih tinggi. ekonomis ubi kayu di Indonesia masih sangat
Pada artikel ini kami membahas rendah sehingga proses pengeringan dalam
berbagai macam jenis produk olahan Ubi kayu pembuatan tepung gaplek harus diperhatikan.
yang telah dikembangkan di Indonesia dalam Tepung gaplek masih memiliki sifat higroskopis
rangka meningkatkan nilai tambah serta nilai sehingga perlu diketahui pola penyerapan uap air
ekonominya. Data yang digunakan berasal dari tepung gaplek. Dalam penelitian yang dilakukan
karya tulis yang telah diterbitkan di berbagai pengeringan tepung gaplek yang baik harus
jurnal ilmiah yang ada di Indonesia terkait mencapai atau mendekati kadar air primernya
45
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 2 Desember 2019
sebesar 5.9242 % db dengan aw (aktivitas air) yang baik, hal tersebut dilihat dari peningkatan
sebesar 0.1064. Pada kadar air primer tersebut bobot karkas pada ayam yang diberi pakan
molekul airnya tidak bisa digunakan oleh gaplek fermentasi. Penggunaan produk
mikroba untuk pertumbuhan maupun reaksi fermentasi imbangan campuran [Aspergillus
enzimatis yang dapat merusak tepung gaplek. niger + BIS(Bungkil Inti Sawit) (60%) + G
Dengan pengeringan mencapai atau mendekati (Gaplek) (40%)] dengan level 10% menghasilkan
kadar air terikat primernya tersebut diharapkan bobot badan (1.408,67 g), konversi pakan (1,71),
dapat mempertahankan stabilitas tepung gaplek dan bobot karkas (952,00 g) terbaik. Sedangkan
selama penyimpanan maupun distribusi. penggunaan produk fermentasi imbangan
Penelitian mengenai umur simpan campuran [Aspergillus niger + BIS (Bungkil Inti
tepung gaplek yang dikemas dalam berbagai Sawit) (80%) + O (Onggok) (20%)] dengan level
kemasan plastik dilakukan oleh Septianingrum 10% menghasilkan bobot badan (1.357,00 g),
(2008), penelitian ini dilakukan berdasarkan konversi pakan (1,77), dan bobot karkas
pada kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL), (923,00).
sehingga akan diketahui pola penyerapan air oleh Tepung gaplek dapat digunakan sebagai
tepung gaplek di dalam kemasan plastik. Dalam campuran pakan silase rumput gajah. Penelitian
penelitiannya terdapat kurva Isoterm Sorpsi yang dilakukan oleh Jasin dan Sugiyono (2014)
Lembab tepung gaplek pada suhu 28℃ memiliki menunjukan bahwa perlakuan terbaikdalam
bentuk sigmoid (Tipe II) dengan persamaan penambahan tepung gaplek dan isolat bakteri
kurva : y= 220,92x3 – 224,68 x2 + 77,267 x - asam laktat dari cairan rumen sapi t erhadap
0,0188, sehingga umur simpan tepung gaplek kualitas silase rumput gajah (Pennisetum
yang dikemas dengan plastik poli etilen dengan Purpureum) adalah dengan penambahan tepung
ketebalan 0,03 mm; 0,05 mm; 0,07 mm; dan 0,08 gaplek sebesar 5 %. Hal tersebut akan
mm adalah 133 hari, 155 hari, 215 hari dan 230 memberikan pengaruh yang nyata terhadap
hari lalu plastik polipropilen (PP) dengan kandungan asam laktat, pH, NH3, protein kasar
ketebalan 0,02 mm; 0,03 mm;0,04 mm; 0,05 mm dan serat kasar.
dan 0,08 mm adalah 130 hari, 157 hari, 182 hari, Penambahan tepung gaplek turut
207 hari dan 264 hari serta kantung kain blacu diaplikasikan dalam teknologi silase buah semu
serta kontrol berturut-turut adalah 133 hari, 155 jambu mete sebagai pakan ternak dan ternyata
hari, 215 hari, 230 hari, 130 hari, 157 hari, 182 mampu menurunkan zat anti nutrisi. Menurut
hari, 207 hari, 264 hari, 21 hari, 11 hari. Sehinga Koten (2010), menyimpulkan silase buah semu
umur simpan tepung gaplek dapat ditentukan jambu mete tanpa gaplek yang diperam selama
dengan mempelajari kurva ISL, persamaan 60 hari memberikan hasil yang terbaik.
Brunaurer-Enmet-Teller (BET) dan permeabilitas Pengembangan tepung gaplek turut dilakukan
kemasan. dalam penggunaannya sebagai bahan perekat
Penelitian lain mengenai tepung gaplek dalam produk ransum.
yaitu terkait potensi sebagai bahan baku untuk Tepung gaplek dapat dikembangkan
membuat bioethanol yang dihasilkan melelui selanjutnya dalam pembuatan dekstrin dari
proses fermentasi dengan bantuan ragi. Menurut tepung gaplek, dan penggunaannya sebagai
Asngad dan Suparti (2009), dalam penelitiannya ekstender dalam perekat urea formaldehida
menyimpulkan bahwa lama fermentasi dan dosis untuk pembuatan kayu lapis kapur
ragi berpengaruh terhadap kadar glukosa pada (Dryobalanops spp.). Menurut Santoso dan
fermentasi gaplek ketela pohon var mukibat, Sutigno (2004), Ekstender yang digunakan
fermentasi selama 10 hari dengan dosis ragi 100 adalah tepung gaplek dan dekstrin dengan 3
g merupakan perlakuan terbaik yaitu mencapai variasi kadar, yaitu 10 %, 30%, dan 50% masing-
51,14%. masing dari bobot perekat cair. Hasil penelitian
Gaplek juga digunakan sebagai pakan menunjukkan bahwa macam ekstender tidak
ayam pedaging melalui proses fermentasi dengan berpengaruh nyata terhadap keteguhan rekat
penambahan berbagai jenis kapang. Menurut kayu lapis, sedangkan kadar ekstender
Sukaryana, dkk (2013), penambahan berbagai berpengaruh sangat nyata. Semakin tinggi kadar
jenis kapang kepada gaplek menghasilkan gaplek ekstender, keteguhan rekat kayu lapis cenderung
46
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 2 Desember 2019
berkurang. Kadar ekstender maksimum yang unggas melalui fermentasi oleh Aspergillus niger
memenuhi persyaratan standar Jepang adalah (Nurhayati, 2006), dimana dalam penelitiannya
30% masing-masing untuk tepung gaplek campuran bungkil inti sawit dengan onggok
maupun dekstrinnya. fermentasi memberikan pengaruh yang nyata
Kandungan karbohidrat dan serat yang terhadap kualitas pakan ternak unggas. Hasil
baik dalam tepung gaplek telah diaplikasikan di penelitian menunjukkan bahwa kandungan abu,
dalam pembuatan produk mie. Dalam PK (Protein Kasar), Ca, dan P (fosfor) mengalami
penelitiannya Safitri dan Hartini (2013) telah peningkatan setelah dilakukan fermentasi,
melakukan subtitusi tepung gaplek dengan sukun sebaliknya kandungan LK (Lemak Kasar), pati,
dalam pembuatan mie basah berbahan dasar gula, dan ME (Energi Metabolis) mengalami
tepung gaplek berprotein. Kendala yang penurunan. Hasil penelitian juga menunjukkan
ditemukan dalam pembuatan mie tepung gaplek bahwa campuran bungkil inti sawit 75% dan
berprotein diantaranya mie tepung gaplek belum onggok 25% merupakan medium terbaik bagi
memberikan tekstur yang kuat. Sehingga dalam Aspergillus niger untuk berlangsungnya proses
penelitiannya tepung gaplek disubtitusi dengan fermentasi, dengan menghasilkan nilai nutrisi
sukun dan disimpulkan bahwa penambahan terbaik yaitu kandungan abu 6,73%; PK 28,41%;
sukun dapat menambah gizi makanan terutama LK 2,28%; SK 15,11%; Ca 0,28%; P 0,59%; pati
protein dan serat. Penambahan sukun juga 36,60%; gula 10,19%; dan ME 3.113,96 kkal/kg.
memperbaiki sifat fisik dari mie yang dilihat dari Menurut Utomo, dkk (2013), terdapat
waktu putus mie terbaik pada penambahan 40%. tiga level perlakuan penambahan onggok, yaitu 0
(kontrol), 15, dan 30% dari berat bahan. Dalam
2.2. Onggok penelitiannya disimpulkan bahwa penambahan
Ubi kayu memiliki kandungan pati yang onggok pada level yang berbeda meningkatkan
tinggi sebagai sumber pati yang biasa disebut (P<0,01) nilai komposisi kimia silase isi rumen
juga sebagai tepung tapioka. Produk samping sapi, yaitu BK (Bahan Kering) dan BO (Bahan
dalam pembuatan tepung tapioca adalah ampas Organik), sedangkan SK (Serat Kasar), EE
Ubi kayu yang biasa disebut dengan onggok. (Ekstrak Eter), dan PK (Protein Kasar)
Secara umum, onggok digunakan untuk bahan mengalami penurunan (P<0,01). Penambahan
baku industry saus, campuran kerupuk, obat onggok sebagai aditif pada pembuatan silase dari
nyamuk bakar dan pakan ternak. isi rumen sapi cukup pada level 15% karena pada
Beberapa penelitian terkait onggok hari ke 14, pH telah turun menjadi 3,87±0,07,
seperti pembuatan pakan ternak yang dilakukan tetap stabil sampai hari ke 28 (3,93±0,11),
oleh Ali (2008), dimana pengaruh onggok dan isi didukung oleh skor Fleig yang mencapai
rumen sapi (OIRIS) dalam pakan komplit 98,58±3,39 (sangat baik).
terhadap penampilan kambing peranakan Penambahan onggok pun dapat
etawah. Hasil penelitian menunjukan pengaruh mempengaruhi kadar protein pada fermentasi
yang nyata terhadap bobot kambing sebesar 71,9 jerami padi. Dimana media onggok dengan kadar
g/ekor/hari dengan penambahan pakan yang berbeda sebagai pakan ternak ditambahkan ke
diberi konsentrasi OIRIS sebesar 30%. dalam fermentasi jerami padi (Oryza sativa)
Penelitian lainnya yaitu penggunaan kemudian dilakukan penghitungan kadar
onggok ampas tahu fermentasi (OATF) dilakukan proteinnya. Menurut Asngad (2005), terdapat
oleh Nuraini, dkk (2008) sebagai pakan ayam dan perbedaan kadar protein yang dihasilkan pada
kualitasnya terhadap telur. Dalam penelitiannya fermentasi jerami padi dengan penambahan
disimpulkan bahwa peningkatan penggunaan onggok pada berbagai konsentrasi. Penambahan
produk OATF dalam ransum dapat meningkatkan onggok sebesar 6% pada fermentasi jerami padi
penampilan produksi ayam petelur. Pemberian menghasilkan kadar protein yang terbaik yaitu
OATF sampai 30% memberikan hasil optimal 5,54%. Kualitas hasil jerami padi secara
dalam penampilan produksi dan kualitas telur organoleptik sama yaitu mempunyai warna hijau,
ayam petelur. tidak menggumpal, tidak berjamur dan tingkat
Onggok juga digunakan sebagai bahan keasamannya sama.
untuk meningkatkan kualitas pakan ternak
47
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 2 Desember 2019
48
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 2 Desember 2019
menghasilkan gula reduksi sebesar 62,21 Penelitian lainnya terkait pati Ubi kayu
mg/100 ml. pun dilakukan untuk meningkatkan kelemahan
dari pati Ubi kayu atau tapioka sehingga
Pati Termodifikasi dilakukan modifikasi. Penelitian Rizkiana (2015),
Pati digunakan secara luas dalam modifikasi tapioka nanokristalin terasetilasi
industry pangan. Pati alami yang digunakan meliputi tiga proses yaitu pembentukan tapioka
dalam industry mamiliki beberapa masalah yang kristalin melalui proses lintnerisasi,
berhubungan dengan retrogradasi, sineresis, pembentukan tapioka nanokristalin melalui
kestabilan dan ketahanan pasta yang rendah proses presipitasi dengan etanol, dan asetilasi
terhadap pH dan perubahan suhu. Menurut menggunakan asetat anhidrida. Sehingga dari
Chafid dan Kusumawardhani (2010), beberapa penelitiannya tersebut disimpulkan bahwa
masalah dalam penggunaan pati tersebut pengaruh perlakuan perbedaan konsentrasi
menjadi alas an dilakukan modifikasi pati secara asetat anhidrida yang ditambahkan dalam proses
fisik, kimia dan enzimatik atau kombinasi dari asetilasi dapat meningkatkan daya serap air, daya
cara-cara tersebut (Herawati 2011 dan serap minyak, namun menurunkan kelarutan,
Retnowati, 2010). swelling power dan daya cerna pati. Pengaruh
Pati Ubi kayu memiliki beberapa perbedaan konsentrasi asetat anhidrida 3% dan
kelebihan pada kejernihan gel/pasta, suhu 6% menyebabkan peningkatan persen asetilasi
gelatinisasi dan kecenderungan sineresis dan derajat substitusi pada pati tapioka kristalin,
(keluarnya cairan dari gel) yang rendah. namun pada tapioka alami dan tapioka
(Retnowati,2010). Namun pati Ubi kayu juga nanokristalin terjadi penurunan persen asetilasi
memiliki beberapa kelemahan seperti kisaran dan derajat substitusi.
kekentalan yang rendah, kurang stabil dan Menurut Herawati (2012) dalam
tekstur yang kurang menarik. Sehingga untuk penelitiannya modifikasi pati dapat dilakukan
memperbaiki sifat fungsional dari pada pati, secara fisik melalui beberapa cara, antara lain
maka pati tersebut perlu dimodifikasi. pengeringan, ekstrusi, pemanasan, pendinginan,
Menurut Artiani dan Avrelina, (2009), pemasakan maupun perlakuan fisik lainnya.
modifikasi disini dimaksudkan sebagai Menurut Retnaningtyas dan Putri (2014)
perubahan struktur molekul dari yang dapat modifikasi pati secara kimia merupakan salah
dilakukan secara kimia, fisik maupun enzimatis. satu cara yang banyak digunakan misalnya
Pati alami dapat dibuat menjadi pati dengan penambahan asam, oksidasi, starchesters,
termodifikasi atau modified starch, dengan sifat- kationik, dan cross linking. Modifikasi pati secara
sifat yang dikehendaki atau sesuai dengan kimia dapat menyebabkan terjadinya cross-
kebutuhan. Di bidang pangan pati termodifikasi linking sehingga memperkuat ikatan hidrogen
banyak digunakan dalam pembuatan salad dalam molekul pati.
cream, mayonaise, saus kental, jeli marmable, Proses modifikas pati pun dilakukan
produk-produk konfeksioneri (permen, coklat salah satunya dengan menggunakan kemampuan
dan lain-lain), breaded food, lemon curd, enzim dalam merubah struktur kandungan pati
pengganti gum arab dan lain-lain. sehingga dapat diatur sifat dan fungsi-fungsi pati.
Penelitian terdahulu terkait pati Dalam penelitian yang dilakukan Herawati
termodifikasi yaitu modifikasi ganda pati tapioca (2011), prinsip dasar penggunaan enzim untuk
dengan metode hidroksi propilasi dan ikat silang produksi Resistent Starch (pati tahan cerna) yaitu
dilakukan untuk mengatasi kekurangan sifat pati mengubah struktur pati sehingga diperoleh pati
tapioca asli sehingga lebih luas aplikasinya pada yang banyak mengandung amilose. Proses
pengolahan makanan (Thonthowi, 2014). Pada tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah
penelitian (Rizkiana, 2015), pembuatan pati struktur amilopektin dengan glukano-
Nano kristalin terasetilasi yang menghasilkan transferase untuk meluruskan rantai, atau
pati dengan daya serap air dan minyak lebih mengubah ikatan cabang menjadi lurus seperti
tinggi namun menurunkan nilai kelarutan, struktur amilosa. Tahapan utama reaksi
swelling power dan daya cerna. enzimatis meliputi pengkondisian pati,
49
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 2 Desember 2019
50
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 2 Desember 2019
sebesar 0,25% dan dexstrose equivalen sebesar Dosis Ragi yang Berbeda pada Fermentasi
16,55. Gaplek Ketela Pohon (Manihot utilissima,
pohl) varietas Mukibat Terhadap Kadar
Glukosa dan Bioetanol. Jurnal Penelitian
Kesimpulan
Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 1, 2009: 1 - 9
51
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 2 Desember 2019
52
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 2 Desember 2019
53