Anda di halaman 1dari 14

PENGGUNAAN TEPUNG KOMPOSIT DARI

TERIGU, PATI SAGU DAN TEPUNG JAGUNG


DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR

USE OF FLOUR COMPOSITES FROM


WHEAT FLOUR, SAGO STARCH, CORN FLOUR
TO PRODUCE WHITE BREAD

Anania Rahmah1, Faizah Hamzah2 and Rahmayuni2


Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru
ananiarahmah@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to obtain best combination composite flour
(wheat flour, sago starch, corn flour) on the quality of white bread produced. This
research was carried out experimentally using completely randomized design
(CRD) with five treatments and four replications in order obtain twenty
experiment units. The treatments in this study were TSJ0 (100% wheat flour),
TSJ1 (70% wheat flour : 30% sago starch), TSJ2 (70% flour : 20% sago starch :
10% corn flour), TSJ3 (70% wheat flour : 10% sago starch : 20% corn flour) and
TSJ4 (70% wheat flour : 30% corn flour). Data obtained were treated by the
analysis of variance folowed by Duncan New Multiple Range Test (DMRT) the
level of 5%. The results showed that the addition of sago starch and corn flour at
different concentration levels significantly affected on the moisture, ash, protein,
fat and carbohydrate contents as well as, hedonic test, descriptive test the colour,
aroma, flavor and texture of white bread. The best treatment was TSJ3, with a
moisture content of 24.33%, ash content of 1.03%, fat content 5.67%, protein
content of 8.05%, carbohydrate levels 60.92%, as well as sensory acceptable by
panelist.
Keywords: white bread, sago starch, corn flour.

PENDAHULUAN
Latar Belakang konsistensi adonan yang tepat,
Roti tawar adalah salah satu memiliki elastisitas yang baik untuk
produk olahan dari terigu yang menghasilkan roti dengan remah
banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang halus, tekstur lembut dan
Indonesia khususnya masyarakat volume besar dan mengandung 12-
perkotaan sebagai pengganti 13% protein.
makanan pokok nasi. Tepung terigu Pembuatan roti bisa
dalam pembuatan roti tawar sangat menggunakan tepung lain selain
penting karena kemampuannya untuk tepung terigu meskipun tidak
dapat menyerap air dalam jumlah memiliki gluten yang cukup untuk
yang besar, dapat mencapai mengembangkan roti namun

1.Jom FAPERTA
MahasiswaVol.4 No.1 Februari
Teknologi Pertanian 2017 1
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian
Jom FAPERTA Vol. 4 No. 1 Februari 2017
mempunyai nilai tambah pada roti. sumber karbohidrat, karbohidrat
Hal ini sesuai dengan program dalam pembuatan roti berperan
diversifikasi pangan pemerintah membentuk adonan pada waktu
dengan dapat memanfaatkan sumber pemanggangan. Pati sagu hanya
daya lokal yang berpotensial. mengandung 0,70 gram protein
Penganekaragaman pangan lokal dalam 100 gram (Anonim, 2006).
dimaksudkan untuk memperoleh Protein pada roti berguna untuk
keragaman zat gizi sekaligus melepas mengembangkan adonan sehingga
ketergantungan masyarakat atas perlu ditambahkan sumber protein
penggunaan tepung terigu dalam lainnya. Tepung jagung diharapkan
proses pembuatan roti. dapat menutupi kekurangan pati sagu
Jagung salah satu komoditi yang sedikit protein.
pangan potensial dan banyak Kombinasi tepung terigu, pati
ditemukan di Riau. Berdasarkan sagu dan tepung jagung dapat disebut
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau sebagai tepung komposit, yaitu
pada tahun 2015 produksi jagung tepung yang terbuat dari dua atau
diperkirakan sebesar 25.896 ton lebih bahan pangan, bertujuan untuk
pipilan kering. Tepung jagung mendapatkan karakteristik bahan
memiliki kandungan protein 9,2% yang sesuai untuk produk olahan
dalam 100 gram bahan (Suarni dan yang diinginkan atau untuk
Firmansyah, 2005). Gulo (2008) mendapatkan sifat fungsional
telah melakukan penelitian dengan tertentu (Widowati, 2009).
pencampuran tepung terigu dan Kombinasi tepung komposit
tepung jagung. Hasil penelitian dapat mempengaruhi hasil produk
menunjukkan bahwa kadar lemak dari penelitian yang telah dilakukan
roti yang dihasilkan pada kombinasi sebelumnya dan mengingat besarnya
perlakuan 70 tepung terigu : 30 potensi sagu dan jagung di Riau,
tepung jagung relatif tinggi sebesar penulis telah melakukan penelitian
6,90%, sedangkan tanpa penggunaan yang berjudul ”Penggunaan
tepung jagung kadar lemak yang Tepung Komposit (Terigu, Pati
dihasilkan sebesar 5,72%. Semakin Sagu dan Tepung Jagung) dalam
banyak penambahan tepung jagung Pembuatan Roti Tawar”
menghasilkan kadar lemak yang
relatif tinggi. Salah satu usaha untuk Tujuan Penelitian
menekan kadar lemak yang Tujuan dari penelitian ini
dihasilkan dari penelitian tersebut adalah untuk mendapatkan
dapat digunakan pati sagu. kombinasi terbaik tepung komposit
Pati sagu mengandung (terigu, pati sagu dan tepung jagung)
karbohidrat yang lebih sederhana terhadap mutu roti tawar yang
karena mengandung indeks glikemik dihasilkan.
yang rendah sebesar 28 sehingga
mudah dicerna dan diserap oleh BAHAN DAN METODE
tubuh. Produksi sagu di Riau cukup Tempat dan Waktu
besar yaitu 226.145 ton (Anonim, Penelitian ini telah
2014). Angka ini menggambarkan dilaksanakan di Laboratorium
peluang sagu untuk mendukung Pengolahan Hasil Pertanian dan
ketahanan pangan nasional. Sagu Laboratorium Analisis Hasil
menghasilkan pati kering sebagai Pertanian Fakultas Pertanian

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 2


Universitas Riau. Waktu penelitian TSJ1 = Terigu 70% : pati sagu 30%
berlangsung selama 4 bulan dari TSJ2 = Terigu 70% : pati sagu 20% :
bulan Juni hingga September 2015. tepung jagung 10%
TSJ3 = Terigu 70% : pati sagu 10% :
Bahan dan Alat tepung jagung 20%
Bahan yang digunakan TSJ4 = Terigu 70% : tepung jagung
dalam penelitian ini adalah tepung 30%
terigu merk Cakra Kembar, jagung
kering diperoleh dari Kabupaten Pelaksanaan Penelitian
Kuantan Singingi dan pati sagu
Tahap pelaksanaan dalam
diperoleh dari pasar tradisional
penelitian ini diantaranya, persiapan
Kabupaten Bengkalis, Riau. Bahan
tepung komposit yang terdiri dari
tambahan dalam pembuatan roti
pembuatan tepung jagung dan
tawar adalah ragi merk saf-instan,
pembuatan tepung komposit.
susu skim, margarin merk blueband,
mentega putih dan garam yang
Pengamatan
diperoleh dari pasar Panam
Parameter yang diamati
Pekanbaru. Bahan kimia yang akan
adalah kadar air, kadar abu, kadar
digunakan untuk analisis adalah
protein, kadar lemak, kadar
K2SO4 10%, HgO, H2SO4 0,255 N, karbohidrat dan penilaian sensori
NaOH 40%, NaOH 0,313N, (warna, rasa, aroma dan tekstur).
Na2S2O3, H3BO3 4%, HCl 0,02 N,
Indikator PP 1% dan akuades.
Analisis Data
Alat-alat yang digunakan
dalam proses pembuatan roti tawar Data yang diperoleh
ini adalah pisau, baskom, oven, dianalisis secara statistik
mixer, sendok dan timbangan. Alat- menggunakan sidik ragam SPSS.
alat yang digunakan untuk analisis Apabila hasil F hitung > atau sama
kimia yaitu timbangan analitik, oven, dengan F tabel maka dilanjutkan
desikator, cawan porselin, tanur, dengan uji beda nyata DNMRT pada
ekstraksi soxhlet, labu destilasi, labu taraf 5%.
kjeldahl, labu destilasi, pipet tetes,
erlenmeyer, spatula, kertas saring, HASIL DAN PEMBAHASAN
kertas, penjepit, sarung tangan, Kadar Air
kertas label, alat tulis, booth pencicip Air dalam pembuatan roti
dan kamera berfungsi sebagai penyebab
terbentuknya gluten serta mengontrol
Metode Penelitian kepadatan dan suhu adonan
Penelitian ini dilakukan (Makmoer, 2003). Serta dapat
secara eksprimen dan menggunakan mempengaruhi penampaka, tekstur
Rancangan dan citarasa.
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri Hasil sidik ragam
dari lima perlakuan dan empat kali menunjukkan bahwa perlakuan
ulangan sehingga diperoleh 20 unit komposisi tepung terigu, pati sagu
perlakuan. Rasio terigu, pati sagu dan tepung jagung dalam pembuatan
dan tepung jagung adalah sebagai roti tawar memberikan pengaruh
berikut: nyata (P>0,05) terhadap kadar air roti
TSJ0 = Kontrol (100% terigu)

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 3


tawar. Rata-rata kadar air roti tawar dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata kadar air roti tawar (%)
Perlakuan Kadar air
TSJ0 (100% tepung terigu) 27,48c
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 25,18b
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 25,07b
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 24,33b
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 22,56a
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).

Tabel 10 menunjukkan rata- semakin banyak kadar amilosa yang


rata kadar air pada penelitian ini digunakan maka akan menurunkan
berbeda nyata untuk masing-masing kadar air bahan pangan karena
perlakuan. Kadar air roti tawar semakin banyak air yang diikat dan
berkisar antara 22,57 -27,48%. Kadar dilepas oleh pati didalam adonan
air pada penelitian ini semakin tinggi (Hartika, 2009).
seiring bertambahnya jumlah pati Mahmud dkk. (2009)
sagu yang digunakan. hal ini karena melaporkan bahwa tepung terigu
pati sagu memiliki kemampuan memiliki kandungan kadar air
untuk menyerap air yang besar pula. sebesar 9,6%, pati sagu 14% dan
Daya serap air dipengaruhi oleh tepung jagung 11,84%. Kadar air
kadar amilosa pada pati. Amilosa perlakuan TSJ0, TSJ1,TSJ2,TSJ3
memiliki struktur lurus dan banyak dan TSJ4 pada penelitian roti tawar
mengandung gugus hidroksil ini telah memenuhi standar mutu roti
sehingga lebih mudah untuk (SNI 01-3840-1995) yaitu maksimal
mengikat dan melepas air. Pati sagu 40%.
terdiri atas 27% amilosa dan 73%
amilopektin (Haryanto dan Pangloli, Kadar Abu
1992). Semakin banyak kandungan Abu terdiri dari senyawa
amilosa, maka kemampuan pati (Na), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan
untuk meyerap dan membengkak Silikat (Si) (Wijayanti, 2007).
menjadi besar. Besarnya kandungan mineral suatu
Kadar air roti tawar juga produk pangan dapat diketahui
menunjukkan adanya kecenderungan melalui pengukuran kadar abu.
penurunan kadar air seiring dengan Kadar abu yang tinggi dapat
bertambahnya persentase tepung menyebabkan gluten mudah putus
jagung yang digunakan. Kandungan sehingga kemampuan untuk
lemak yang cukup besar pada tepung menahan gas pada saat fermentasi
jagung menyebabkan terhalangnya akan berkurang, akibatnya roti tidak
kontak antara air dengan protein akan mengembang dengan sempurna.
dalam jagung. Sedangkan kandungan Hasil analisis sidik ragam
amilosa pada jagung memiliki menunjukkan bahwa perlakuan
struktur yang kompak (double helix) komposisi tepung terigu, pati sagu
sehingga sulit untuk ditembus oleh dan tepung jagung dalam pembuatan
air. Tepung jagung memiliki kadar roti tawar memberikan pengaruh
air 11,84% dan kadar amilosa sekitar nyata (P>0,05) terhadap kadar abu
25-30% dan amilopektin 70-75%, roti tawar. Rata-rata kadar abu roti

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 4


tawar setelah diuji lanjut DNMRT Tabel 11.
pada taraf 5% dapat dilihat pada

Tabel 11. Rata-rata kadar abu roti tawar (%)


Perlakuan Kadar abu
TSJ0 (100% tepung terigu) 0,97a
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 0,96a
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 0,98a
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 1,03a
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 1,32b
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).

Tabel 11 menunjukkan dengan mineral terigu yaitu 16 mg


bahwa rata-rata kadar abu pada roti Kalsium, 106 mg fosfor dan 1,2 mg
tawar berkisar antara 0,96-1,32%. besi. Pati sagu memiliki mineral
Kadar abu penelitian ini telah yang lebih sedikit yaitu 11 mg
memenuhi standar mutu roti tawar kalsium, 13 mg fosfor dan 1,5 mg
(SNI 01-3840-1995) yaitu maksimal besi.
3%. Kadar abu cenderung meningkat
seiring dengan bertambahnya tepung Kadar Protein
jagung yang digunakan dan Protein berfungsi sebagai
berkurang semakin banyak bahan bakar dalam tubuh, protein
penggunaan pati sagu, namun kadar juga berfungsi sebagai zat
abu yang dihasilkan pada perlakuan pembangun dan pengatur. Protein
TSJ0, TSJ1, TSJ2, TSJ3 berbeda tidak dalam proses pembuatan roti
nyata, tetapi berbeda nyata dengan berperan untuk mengabsorbsi air
perlakuan TSJ4. Mahmud dkk. membentuk gluten. Gluten
(2009) melaporkan bahwa tepung merupakan jaringan elastis yang
terigu memiliki kadar abu sebesar berfungsi menahan gas CO2 yang
0,7%, pati sagu 0,1% dan tepung dihasilkan pada saat proses
jagung sebesar 2,4%. fermentasi yang berperan dalam
Kadar abu masing-masing membentuk adonan roti (Winarno,
perlakuan semakin meningkat seiring 2008).
dengan banyaknya jumlah tepung Hasil analisis sidik ragam
jagung yang ditambahkan, kaena menunjukkan bahwa perlakuan
tepung jagung memiliki kandungan komposisi tepung terigu, pati sagu
mineral yang lebih tinggi dan tepung jagung dalam pembuatan
dibandingkan pati sagu dan tepung roti tawar memberikan pengaruh
terigu yakni sebesar 78% yang nyata (P>0,05) terhadap kadar
banyak terdapat pada bagian lembaga protein roti tawar. Rata-rata kadar
(Robby 2014). Kandungan mineral protein roti tawar dapat dilihat pada
tepung jagung lebih besar Tabel 12.
dibandingkan dengan tepung terigu
dan pati sagu. Menurut Auliah
(2012) Tepung jagung mengandung
Kalsium 50mg, Fofor 108,0 mg, Besi
1,1 mg lebih besar dibandingkan

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 5


Tabel 12. Rata-rata kadar protein roti tawar (%)
Perlakuan Kadar protein
TSJ0 (100% tepung terigu) 8,38b
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 7,19a
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 7,41a
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 8,05ab
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 8,88b
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).

Tabel 12 menunjukkan rata- nyata dengan roti tawar dari 100%


rata kadar protein roti tawar berkisar tepung terigu, sebaliknya kadar
antara 7,19-8,88%. Kadar protein protein semakin rendah dengan
terendah perlakuan TSJ1 (70% semakin banyaknya penggunaan pati
tepung terigu : 30% pati sagu) yaitu sagu, dikarenakan pati sagu sangat
sebesar 7,19%, sedangkan kadar sedikit mengandung protein.
protein tertinggi perlakuan TSJ4 Nilai protein roti tawar tidak
(70% terigu : 30% tepung jagung) hanya diperoleh dari tepung terigu
yaitu sebesar 8,88%. dan tepung jagung saja, namun juga
Hasil analisis sidik ragam diperoleh dari bahan lainnya seperti
menunjukkan peningkatan seiring kuning telur dan susu juga dapat
dengan bertambahnya jumlah tepung membantu proses peningkatan kadar
jagung yang digunakan, hal ini protein. Penambahan air pada proses
dikarenakan tepung jagung memiliki pengolahan dapat mempengaruhi
kadar protein yang lebih tinggi pengurangan kadar protein karena air
dibandingkan dengan tepung sagu. yang mengikat protein akan ikut
Mahmud dkk. (2009) menyatakan hilang pada proses pemanggangan.
bahwa tepung terigu memiliki kadar
protein sebesar 8,9% dan pati sagu 4.4. Kadar Lemak
sebesar 0,7%. Tepung jagung Lemak merupakan salah satu
memiliki kadar protein yang lebih kelompok yang termasuk lipida.
tinggi yaitu sebesar 9,2%. Fungsi lemak dalam tubuh sebagai
Protein pada roti berperan sumber energi, pelindung organ
mengabsorbi air untuk membentuk tubuh, pembentukan sel dan
gluten. Gas CO2 yang dihasilkan memelihara sel tubuh (Winarno,
akan tertahan pada saat proses 2008). Peran lemak dalam
fermentasi yang berperan untuk pembuatan roti memberikan tekstur
membentuk adonan roti. Protein pada empuk, halus dan berlapis-lapis.
roti dapat mempengaruhi tekstur dan Bahan lemak atau mentega yang
volume pada roti yang dihasilkan. dipakai dalam pembuatan roti
Protein pada tepung terigu kita kenal dikenal sebagai shortening. Secara
adalah gluten, yang merupakan umum lemak diartikan sebagai
protein menggumpal, elastis serta trigliserida yang dalam kondisi suhu
mengembang bila dicampur air ruang berada dalam keadaan padat.
sehingga memudahkan dalam proses Dalam proses pembentukanya,
pembentukan adonan. Peningkatan trigliserida merupakan hasil proses
penambahan tepung jagung akan kondensasai satu molekul gliserol
meningkatkan kadar protein roti dengan tiga molekul asam-asam
tawar dengan hasil tidak berbeda lemak yang membentuk satu molekul

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 6


trigliserida dan tiga molekul air roti tawar berpengaruh nyata
(Sudarmadji, 1997). (P>0,05) terhadap kadar lemak roti
Hasil sidik ragam tawar. Rata-rata kadar lemak roti
menunjukkan bahwa perlakuan tawar disajikan pada Tabel 13.
komposisi tepung terigu, pati sagu
dan tepung jagung dalam pembuatan
Tabel 13. Rata-rata kadar lemak roti tawar (%)
Perlakuan Kadar lemak
TSJ0 (100% tepung terigu) 3,76a
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 4,17b
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 4,50c
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 5,67d
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 6,04e
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).

Tabel 13 menunjukkan bahwa dengan penambahan pati sagu


rata-rata kadar lemak roti tawar kedalamnya maka dapat menekan
berkisar antara 4,17-6,04%. akan peningkatan angka tersebut, hal ini
semakin meningkat seiring dengan dikarenakan pati sagu sangat sedikit
bertambahnya tepung jagung yang mengandung lemak didalamnya.
digunakan berbanding terbalik
dengan pati sagu, semakin banyak Kadar Karbohidrat
penggunaan pati sagu maka kadar Karbohidrat merupakan
lemak semakin menurun, karena senyawa yang terbentuk dari molekul
tepung jagung mengandung kadar karbon, hidrogen dan oksigen.
lemak yang tinggi sedangkan pati Karbohidrat sangat memiliki peran
sagu hampir tidak memiliki utama dalam tubuh yakni sebagai
kandungan lemak. Mahmud dkk. penghasil energi. Karbohidrat juga
(2009) melaporkan bahwa tepung berperan penting dalam menentukan
jagung memiliki kadar lemak sebesar karakteristik suatu bahan pangan,
3,9%, lebih tinggi dibandingkan selain itu beberapa golongan
dengan tepung terigu (1,3%) dan pati karbohidrat menghasilkan serat
sagu (0,2%). makanan (dietary fiber) yang
Lemak pada jagung meliputi berguna bagi pencernaan.
asam lemak jenuh, yaitu oleat dan Penentuan kadar karbohidrat
linoleat. Lionoleat dan linolenat pada penelitian ini menggunakan
merupakan asam lemak essensial. cara perhitungan kasar disebut juga
Sesuai dengan hasil penelitian Carhbohydrate by difference yaitu
Gulo (2008) menunjukkan bahwa penentuan karbohidrat dengan
penggunaan tepung terigu 70% dan menggunakan perhitungan, bukan
tepung jagung 30% menghasilkan dengan analisis. Analisis sidik ragam
kandungan lemak sebesar 6,90% menunjukkan bahwa perlakuan
semakin banyak tepung jagung yang kombinasi komposisi tepung terigu,
ditambahkan maka semakin tinggi pati sagu dan tepung jagung dalam
pula kadar lemak roti tersebut. Pada pembuatan roti tawar memberikan
penelitian ini peggunaan tepung pengaruh nyata (P>0,05) terhadap
jagung yang banyak akan kadar karbohidrat roti tawar yang
meningkatkan kadar lemak namun dihasilkan. Rata-rata kadar

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 7


karbohidrat roti tawar dapat dilihat
pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata kadar karbohidrat roti tawar (%)


Perlakuan Kadar
karbohidrat
TSJ0 (100% tepung terigu) 59,40a
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 62,48c
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 62,03bc
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 60,90b
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 61,18bc
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05)

Tabel 14 menunjukkan bahwa berperan membentuk adonan pada


kandungan karbohidrat pada roti waktu pemanggangan. Granula-
tawar rata-rata berkisar antara 60,90– granula pati dalam adonan berada
62,48%. Kadar karbohidrat terendah diantara lapisan-lapisan film gluten
diperoleh dari perlakuan TSJ3 (70% yang mengelilingi rongga udara dan
tepung terigu : 10% pati sagu : 20% kemudian mengalami gelatinisasi.
tepung jagung) yaitu sebesar 60,90%,
sedangkan kadar karbohidrat Penilaian Sensori
tertinggi diperoleh dari perlakuan Penilaian sensori dilakukan
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati melalui uji deskriptif dan uji hedonik
sagu) yaitu sebesar 62,48%. secara keseluruhan. Uji deskriptif
Berdasarkan penelitian terdahulu merupakan penilaian sensori yang
Halim (2015) komposisi 70% tepung didasarkan pada sifat-sifat sensori
terigu dan 30% pati sagu akan yang lebih kompleks, karena mutu
menghasilkan roti manis dengan suatu komoditi umumnya ditentukan
kandungan karbohidrat sebesar oleh beberapa sifat sensori. Uji
74,36% hal yang sama dapat dilihat hedonik secara keseluruhan
pada Tabel 13 menunjukkan dilakukan untuk mengetahui tingkat
kandungan karbohidrat pada roti kesukaan panelis terhadap produk
tawar akan meningkat seiring dengan roti tawar yang dihasilkan secara
bertambahnya persentase pati sagu keseluruhan. Sifat uji sensori ini
yang digunakan. Hal tersebut terjadi dinilai dan dianalisis sebagai
karena pati sagu memiliki kandungan penyusun mutu sensori secara
karbohidrat yang tinggi. Mahmud keseluruhan.
dkk. (2009) menyatakan tepung
terigu memiliki kadar karbohidrat Warna
sebesar 77,3%, pati sagu sebesar Warna merupakan komponen
84,7% dan tepung jagung sebesar yang sangat penting dalam
73,7%. menentukan kualitas atau derajat
Karbohidrat akan meningkat penerimaan dari suatu bahan pangan
seiring dengan bertambahnya jumlah oleh konsumen. suatu makanan yang
pati sagu yang digunakan. Pati sagu dinilai bergizi, enak dan teksturnya
memiliki kandungan karbohidrat sangat baik tidak akan dimakan
yang sangat tinggi yaitu 84,7%. apabila memiliki warna yang tidak
Karbohidrat dalam pembuatan roti menarik dipandang atau memberikan

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 8


warna yang menyimpang dari warna komposisi tepung terigu, pati sagu
seharusnya. Penentuan mutu suatu dan tepung jagung memberikan
bahan pangan tergantung dari berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
beberapa faktor, tetapi sebelum atribut warna roti tawar secara
faktor lain diperhitungkan secara deskriptif (Lampiran 13a). Rata-rata
visual faktor warna tampil lebih dulu hasil uji sensori warna yang
untuk menentukan mutu bahan dihasilkan dapat dilihat pada Tabel
pangan (Winarno, 2008). 15.
Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan

Tabel 15. Rata-rata penilaian uji deskriptif atribut warna roti tawar
Perlakuan Warna
TSJ0 (100% tepung terigu) 2,57a
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 2,74a
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 2,77a
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 2,85a
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 3,51b
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor deskriptif: 5: sangat kuning; 4: kuning; 3: sedikit kuning; 2: kuning kecoklatan; 1:
coklat.

Tabel 15 menunjukkan bahwa pada suhu di atas 115°C. Terdapat


hasil uji deskriptif yang dilakukan perbedaan warna roti tawar pada
panelis terhadap warna roti tawar setiap perlakuan, namun kisaran
memberikan penilaian 2,57-3,51 warna roti tawar yang dihasilkan
(kuning kecoklatan hingga kuning) tergolong cukup baik jika
Warna roti tawar yang dihasilkan disesuaikan dengan roti tawar yang
dipengaruhi oleh pati sagu yang terdapat di pasaran. Hal ini didukung
memiliki warna putih dan tepung dari penilaian panelis yang
jagung yang berwarna kuning. menyebutkan bahwa warna roti tawar
Semakin banyak penggunaan tepung berkisar antara warna kuning
jagung maka warna roti tawar kecoklatan sampai dengan sedikit
semakin kuning. Warna kuning pada kuning.
jagung dikarenakan kandungan
karotenoid. Jagung kuning 4.6.2. Rasa
mengandung karotenoid berkisar Rasa merupakan respon lidah
antara 6,4-11,3 μg/g, 22% terhadap rangsangan yang diberikan
diantaranya beta-karoten dan 51% oleh suatu makanan yang merupakan
xantofil. salah satu faktor penting yang
Warna roti tawar yang mempengaruhi tingkat penerimaan
dihasilkan juga dipengaruhi oleh panelis atau konsumen terhadap
reaksi maillard. Reaksi maillard suatu produk makanan. Rasa secara
merupakan reaksi browning non umum dapat dibedakan menjadi asin,
enzimatis yang terjadi antara gula manis, pahit dan asam (Winarno,
pereduksi dengan asam amino yang 2008). Rasa merupakan sensasi yang
menghasilkan warna kecoklatan terbentuk dari hasil perpaduan bahan
ketika mengalami proses pemanasan penyusun dan komposisi suatu

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 9


produk makanan yang ditangkap oleh terhadap atribut rasa roti tawar secara
indera pengcap. Suatu produk deskriptif. Hasil uji deskriptif yang
pangan sangat dipengaruhi oleh dilakukan oleh panelis memberikan
komposisi bahan penyusun penilaian 2,17-4,02 (berasa gandum
formulanya. (Rahayu, 2001). hingga sedikit berasa jagung). Rata-
Hasil sidik ragam rata hasil uji sensori rasa dapat
menunjukkan bahwa rasio komposisi dilihat pada Tabel 16
tepung terigu, pati sagu dan tepung
jagung berpengaruh nyata (P>0,05)

Tabel 16. Rata-rata penilaian uji deskriptif atribut rasa roti tawar
Perlakuan Rasa
TSJ0 (100% tepung terigu) 1,49a
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 2,49b
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 3,26c
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 3,74d
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 4,51e
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor deskriptif: 5: berasa jagung dan pati sagu; 4: sedikit berasa jagung; 3: sedikit berasa
sagu; 2: berasa sagu; 1: berasa gandum

Berdasarkan data Tabel 15 pada tepung jagung juga


terlihat bahwa nilai skor untuk rasa mempengaruhi rasa roti tawar, yaitu
roti tawar berkisar antara 1,49-4,51 dapat memberikan rasa gurih. Sesuai
(berasa gandum hingga sedikit berasa dengan pernyataan Wijayanti (2007)
jagung). Rasa roti tawar yang bahwa kandungan lemak pada tepung
dihasilkan pada penelitian jagung dapat memberikan rasa gurih
dipengaruhi oleh komposisi bahan dan kepuasan dalam bahan makanan.
dasar yang digunakan, tabel 15
menunjukkan bahwa semua Aroma
perlakuan berbeda nyata dikarenakan Aroma merupakan sensasi
rasa yang ditimbulkan dari tepung sensoris yang dialami oleh indera
terigu, pati sagu dan tepung jagung pembau yang mana dapat
sangat berbeda. Penambahan pati mempengaruhi hasil penerimaan
sagu tidak memberikan pengaruh konsumen terhadap suatu produk
yang besar terhadap rasa roti tawar, makanan.
walaupun persentase penambahan Analisis sidik ragam
pati sagu semakin tinggi. menunjukkan bahwa perlakuan
Rasa roti tawar yang komposisi tepung terigu, pati sagu
dihasilkan juga dipengaruhi oleh rasa dan tepung jagung berpengaruh nyata
tepung jagung. Semakin besar (P>0,05) terhadap atribut aroma roti
persentase penambahan tepung tawar secara deskriptif. Rata-rata
jagung maka rasa roti tawar yang hasil uji sensori aroma dapat dilihat
dihasilkan akan berasa jagung. pada tabel 17. berikut ini.
Kandungan lemak yang cukup tinggi

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 10


Tabel 17. Rata-rata penilaian uji deskriptif atribut aroma roti tawar
Perlakuan Aroma
TSJ0 (100% tepung terigu) 1,48a
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 2,57b
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 3,11c
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 3,54d
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 4,02e
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor deskriptif: 5: sangat beraroma jagung; 4: beraroma jagung; 3: antara beraroma jagung
dan sagu; 2: beraroma sagu; 1: beraroma gandum (fermentasi).

Tabel 17 menunjukkan bahwa Aroma roti tawar juga


hasil uji deskriptif yang dilakukan dipengaruhi oleh tepung jagung yang
panelis memberikan penilaian 1,48- memilliki aroma yang khas. Semakin
4,02 (beraroma gandum (fermentasi) besar persentase penambahan tepung
hingga beraroma jagung). Tabel 17 jagung maka aroma roti tawar yang
menunjukkan bahwa semua dihasilkan akan beraroma khas
perlakuan berbeda nyata. Aroma roti jagung.
tawar yang dihasilkan pada
penelitian dipengaruhi oleh 4.6.4. Tekstur
komposisi bahan dasar yang Tekstur merupakan sensasi
digunakan, yaitu tepung terigu, pati tekanan yang dapat diamati dengan
sagu dan tepung jagung. Pati sagu mulut (pada waktu digigit, dikunyah
memiliki aroma yang hambar, dan ditelan) ataupun perabaan
sehingga sulit untuk dideteksi oleh dengan jari (kartika, 1988). Kualitas
panelis, walaupun persentase utama dari roti tawar ditentukan oleh
penambahan pati sagu semakin tekstur.
tinggi. Ruddle (1987) dalam Djaafar Hasil sidik ragam
(2013) menyatakan bahwa sifat sagu menunjukkan bahwa perlakuan rasio
yang cukup berperan dalam komposisi tepung terigu, pati sagu
pengolahannya adalah tidak berbau. dan tepung jagung berpengaruh nyata
Aroma roti tawar yang dihasilkan (P>0,05) terhadap atribut tekstur roti
juga dipengaruhi oleh penggunaan tawar secara deskriptif (Lampiran
ragi yang memiliki aroma khas ragi. 13d). Rata-rata hasil uji sensori
tekstur dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Rata-rata penilaian uji deskriptif atribut tekstur roti tawar
Perlakuan Tekstur
TSJ0 (100% tepung terigu) 3,51bc
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 3,22a
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 3,57ab
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 3,71cd
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 3,82d
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor deskriptif: 5: sangat lembut; 4: lembut; 3: sedikit lembut; 2: keras; 1: sangat keras.

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 11


Tabel 18 menunjukkan mempengaruhi tekstur dan volume
bahwa hasil uji deskriptif yang pada roti yang dihasilkan. Tekstur
dilakukan panelis memberikan roti tawar yang baik dan diminati
penilaian 3,22-3,82 (sedikit lembut adalah lunak, lembut dan berpori
hingga lembut). Tabel 17 (Wijayanti, 2007)
menunjukkan bahwa semua
perlakuan berbeda nyata dengan Penilaian Keseluruhan
perlakuan lainnya,. Perbedaan tekstur Penilaian keseluruhan
roti tawar yang dihasilkan pada merupakan penilaian panelis
penelitian ini dipengaruhi oleh terhadap roti tawar secara
tepung komposit yang digunakan. menyeluruh. Analisis sidik ragam
Protein pada roti berperan untuk menunjukkan bahwa perlakuan
mengabsorbi air untuk membentuk komposisi tepung terigu, pati sagu
gluten yang berfungsi untuk dan tepung jagung berpengaruh nyata
menahan gas CO2 yang dihasilkan (P>0,05) terhadap penilaian
pada saat proses fermentasi yang keseluruhan roti tawar. Rata-rata
berperan untuk membentuk adonan penilaian uji hedonik terhadap
roti. Protein pada roti dapat penilaian keseluruhan roti tawar
disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19.Rata-rata penilaian uji hedonik terhadap penilaian keseluruhan roti tawar
Perlakuan Penilaian
keseluruhan
TSJ0 (100% tepung terigu) 3,55b
TSJ1 (70% tepung terigu : 30% pati sagu) 3,17a
TSJ2 (70% tepung terigu : 20% pati sagu : 10% tepung jagung) 3,30a
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu : 20% tepung jagung) 3,80c
TSJ4 (70% tepung terigu : 30% tepung jagung) 3,65bc
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor hedonik: 5: sangat suka; 4: suka; 3: netral; 2: tidak suka; 1: sangat tidak suka.

Tabel 19 menunjukkan bahwa 100% terigu. Semakin banyak


hasil uji hedonik terhadap penilaian penambahan tepung jagung maka
keseluruhan roti tawar berkisar semakin tinggi tingkat kesukaan
antara 3,17-3,80 (netral hingga suka). panelis terhadap penilaian
Penilaian tertinggi roti tawar secara keseluruhan roti tawar. Sebaliknya
keseluruhan didapat pada perlakuan semakin banyak penambahan pati
TSJ3 (70% tepung terigu : 10% pati sagu maka semakin menurun tingkat
sagu : 20% tepung jagung) dengan kesukaan panelis terhadap penilaian
skor 3,80 (suka). Penilaian terendah keseluruhan roti tawar. Hal ini
didapat pada perlakuan TSJ1 (70% dikarenakan penggunaan pati sagu
tepung terigu : 30% pati sagu) yang semakin banyak akan
dengan skor 3,17 (netral). menghasilkan tekstur yang kurang
Panelis lebih menyukai roti lembut.
tawar dengan penambahan tepung Perlakuan TSJ3, TSJ4
jagung yang banyak. Penggunaan cenderung disukai oleh panelis. Hal
tepung jagung menghasilkan tingkat tersebut menunjukkan bahwa
kesukaan panelis yang sama dengan penambahan tepung jagung dengan

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 12


konsentrasi 20-30% dan penambahan komposit (tepung terigu,
pati sagu dengan konsentrasi 10-20% pati sagu, tepung tempe).
dalam pembuatan roti tawar dapat Skripsi. Fakultas Pertanian.
diterima oleh panelis Universitas Riau.
Pekanbaru.
Saran
Hartika, W. 2009. Kajian sifat fisik
Perlu dilakukan penelitian dan kimia tepung biji
lebih lanjut mengenai daya simpan nangka (Artocarpus
roti tawar dan menganalisis cemaran heterophyllus Lamk) dan
mikroba berdasarkan standar mutu aplikasinya dalam
roti tawar (SNI 01-3840-1995). pembuatan roti manis.
Skripsi. Fakultas Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Pertanian. Universitas
Anonim. 2006. Sagu Sebagai Bahan Andalas. Padang.
Pangan.
http://tekpan.unimus.ac.id/w Haryanto, B. dan Pangloli. 1992.
p- Potensi dan Pemanfaatan
content/uploads/2013/07/sag Sagu. Kanisius. Yogyakarta.
u-sebagai-bahan- Mahmud, M.K., Hermana, N.A.
pangan.pdf. Diakses pada Zulfianto, I. Ngadiarti, R.R.
tanggal 2 maret 2014. Apriyantono, B. Hartati,
Anonim. 2014. Statistik Bernadus, dan Tinexcelly.
Perkebunan. Dinas 2009. Tabel Komposisi
Perkebunan Provinsi Riau. Pangan Indonesia. PT Elex
Pekanbaru Media Komputindo.
Kompas Gramedia.
Djaafar, T.F. 2013. Pengujian
Makmoer, H. 2003. Seri Resep Ahli
biologis makanan bayi
dengan bahan pokok sagu Bakery : Cake dan Roti
Manis. PT. Gramedia
dan tepung tempe terhadap
pertambahan berat badan Pustaka Utama. Jakarta.
tikus putih (Rattus Rahayu, W.P. 2001. Penilaian
norvegicus). Jurnal Agritech, Organoleptik. IPB Press.
volume 16: 11-17. Bogor.
Gulo, T. T. 2008. Pengaruh Robby, A. 2014. Abu pada jagung.
pencampuran tepung Ameliarobby.web.unej.ac.id
terigu dengan tepung .
jagung dan konsentrasi
natrium propionat Sudarmadji, S., B. Haryono dan
terhadap mutu roti tawar. Suhardi. 1997. Prosedur
Skripsi Fakultas Pertanian Analisa Untuk Bahan
Universitas Sumatera Utara. Makanan dan Pertanian.
Medan. Liberty. Jogjakarta.
Halim. 2015. Evaluasi mutu roti Suarni dan I.U. Firmansyah. 2005.
manis dari tepung Pengaruh umur panen

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 13


terhadap kandungan
nutrisi biji jagung
beberapa varietas. Hasil
penelitian Balitsereal
Maros. Bogor.
Widowati, S. 2009. Prospek sukun
(Artocarpus communis)
sebagai pangan sumber
karbohidrat dalam
mendukung diversifikasi
konsumsi pangan. Maj.
Pangan, volume 18 (56): 67-
75.
Wijayanti, Y.R. 2007. Substitusi
tepung gandum (Triticum
aestivum) dengan tepung
garut (Maranta
arundinaceae L) pada
pembuatan roti tawar.
Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan
dan Gizi. Brio Press. Bogor.

Jom FAPERTA Vol.4 No.1 Februari 2017 14

Anda mungkin juga menyukai