Anda di halaman 1dari 15

Pembuatan Tepung Komposit dari Pati Ganyong…… (N. Indrianti, dkk.

PEMBUATAN TEPUNG KOMPOSIT DARI PATI


GANYONG/GARUT DAN TEPUNG LABU KUNING
SEBAGAI BAHAN BAKU FLAT NOODLE

(The Production of Composite Flour from Canna/Arrowroot Starch and Pumpkin


Flour as Flat Noodle Ingredient)

Novita Indrianti, Nok Afifah, Enny Sholichah


Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna LIPI Jl. K.S. Tubun No. 5 Subang 41213,
Jawa Barat, Indonesia
e-mail: novitaindrianti@gmail.com
Naskah diterima 19 Maret 2019, revisi akhir 15 Mei 2019, setuju diterbitkan 16 Mei 2019

ABSTRAK. Mi non gandum seperti flat noodle membutuhkan tepung komposit pati
berkadar amilosa tinggi seperti pati ganyong dan pati garut sebagai bahan baku.
Penambahan tepung labu kuning diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi pada
tepung komposit sebagai bahan baku flat noodle. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakteristik tepung komposit dari pati ganyong/garut dan tepung labu
kuning sebagai bahan baku flat noodle. Enam formulasi tepung komposit flat noodle
dibuat dari campuran pati ganyong atau pati garut dengan penambahan tepung labu
kuning 5%, 10% dan 15%. Karakterisasi tepung komposit meliputi sifat fisikokimia
(proksimat, beta-karoten, warna), sifat fungsional (swelling, kelarutan, kapasitas
penyerapan air, kapasitas penyerapan minyak) dan profil gelatinisasi (viskositas
puncak, breakdown, akhir, setback dan suhu gelatinisasi). Hasil penelitian
menunjukkan kenaikan konsentrasi tepung labu kuning berpengaruh signifikan
terhadap kenaikan kadar abu, protein, lemak, karbohidrat, beta karoten, swelling
power, kelarutan, serta kapasitas penyerapan air dan minyak tepung komposit.
Kecerahan tepung komposit menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi tepung
labu kuning. Penambahan tepung labu kuning meningkatkan viskositas puncak dan
breakdown, tetapi menurunkan viskositas setback tepung komposit. Tepung komposit
(ganyong-labu kuning) dengan penambahan tepung labu kuning 5% direkomendasikan
sebagai bahan baku flat noodle karena memiliki swelling power rendah, viskositas
puncak rendah, breakdown rendah, viskositas akhir rendah dan setback tinggi.
Kata kunci: profil gelatinisasi, sifat fisikokimia, sifat fungsional, tepung komposit
ganyong/garut-labu kuning

ABSTRACT. Non wheat noodle like flat noodle require composite starch with high
amylase content such as canna and arrowroot starch as raw material. Pumpkin flour
addition is expected to increase nutrition value of the composite flour. This research
aimed to characterized composite flour from canna starch or arrowroot starch and
pumpkin flour as ingredient for flat noodle. Six composite flour formulations were made
from a mixture of canna starch or arrowroot starch with pumpkin flour at 5%, 10% and
15% concentrations. The physicochemical properties (proximate, beta-carotene, colour
analysis), functional properties (swelling power, solubility, water absorption capacity,
oil absorption capacity) and pasting properties (peak, breakdown, final, setback
viscosity and pasting temperature) were analyzed. The results revealed that higher
concentration of pumpkin flour was significantly increasing ash, protein, fat,
carbohydrate and beta carotene content. The swelling power, solubility, water and oil
absorption capacity increased with high concentrations of pumpkin flour, while the
lightness of composite flour decreased. The addition of pumpkin flour increased peak
and breakdown viscosity but decreased setback viscosity. Canna-pumpkin composite
flours at 5% of pumpkin flour was recommended as ingredient for flat noodle because it

49
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 49-63
: 1-13

has a low swelling power, low peak viscosity, low breakdown viscosity, low final
viscosity and high setback viscosity.
Keywords: canna/arrowroot-pumpkin composite flour, functional properties,
gelatinization profile, physicochemical properties

1. PENDAHULUAN merupakan salah satu jenis mi yang


Indonesia memiliki beraneka ragam berbentuk lembaran pipih.
sumber daya lokal yang berpotensi sebagai Tidak adanya kandungan gluten
sumber karbohidrat dalam bentuk pati, dalam proses pembuatan mi non gandum
diantaranya ganyong, garut, tapioka dan membuat tekstur mi tidak elastis dan
jagung. Berdasarkan data Direktorat mudah patah sehingga dibutuhkan
Jenderal Tanaman Pangan Kementerian gelatinisasi pati yang berfungsi sebagai
Pertanian tahun 2018, produksi jagung pengikat untuk menghasilkan tekstur mi
diperkirakan mencapai 30 juta ton pipilan yang lebih kompak dan tidak lengket
kering (PK) sedangkan produksi ubi kayu (Sozer et al., 2007). Pranoto et al. (2014)
mencapai 19,34 juta ton (BPS, 2018). menyatakan tepung yang ideal untuk
Produksi umbi ganyong dapat mencapai produk mi adalah pati yang memiliki
2,5-2,84 kg/tanaman dan satu hektar lahan amilosa tinggi, swelling yang terbatas dan
bisa menghasilkan umbi kurang lebih 30 memiliki pola amilogafi tipe C yaitu
ton (Hasanah & Hasrini, 2018). Rukmana viskositas puncak rendah, viskositas
(2000) melaporkan bahwa produksi umbi breakdown rendah, viskositas akhir rendah
garut bervariasi 7,5-45 ton/ha, atau rata- dan viskositas setback tinggi.
rata sebesar 25 ton/ha. Tepung komposit adalah campuran
Ganyong (Canna edulis Kerr) dan beberapa tepung dari umbi-umbian,
garut (Maranta arundinaceae) merupakan serealia dan biji-bijian dengan atau tanpa
sumber pati yang potensial untuk penambahan tepung terigu (Akajiaku et al.,
dikembangkan sebagai sumber karbohidrat 2017). Tepung komposit digunakan dalam
yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk mi, pasta dan bakeri
produk mi, bihun dan lain-lain untuk meningkatkan kualitas fisik, kimia,
(Kuswandari et al., 2013). Menurut reologi dan sensoris produk
Aprianita et al. (2014) pati ganyong (Noorfarahzilah et al., 2014). Tepung labu
mengandung amilosa sebesar 32,7%. Pati kuning merupakan produk olahan sayuran
ganyong memiliki viskositas puncak dan labu kuning yang dapat digunakan sebagai
kemampuan retrogradasi yang tinggi. campuran tepung komposit dalam
Sementara itu, pati garut memiliki pembuatan produk pangan (Dabash et al.,
kandungan amilosa 35,3% dan viskositas 2017).
setback tinggi (Nogueira et al., 2018). Pati Jabeen et al. (2018) melaporkan
tapioka memiliki kadar amilosa 24,19%, bahwa tepung labu kuning kaya karoten,
sedangkan pati jagung memiliki kadar vitamin, mineral dan serat pangan sehingga
amilosa sekitar 25% (Murdiati et al., 2015 dapat digunakan sebagai campuran dalam
dan Kusumawati et al., 2013). Kadar tepung komposit untuk meningkatkan nilai
amilosa pati ganyong dan pati garut lebih gizi produk pangan. Tepung labu memiliki
tinggi dibandingkan kadar amilosa pati kandungan serat makanan 12,1 g/100 g,
tapioka dan pati jagung. Pati berkadar protein 7,81%, vitamin A 262 g/100 g,
amilosa tinggi seperti pati ganyong dan karbohidrat 79,57% dan pati 48,3%
pati garut memiliki kemampuan (Černiauskienė et al., 2014). Koh & Loh
membentuk gel yang besar dan (2018) menyatakan bahwa kandungan β-
kecenderungan untuk retrogradasi karoten dalam labu mentah adalah 4,34
sehingga sesuai untuk produk yang mg/100 g yang bersifat sebagai pro
dikehendaki bertekstur kenyal seperti flat vitamian A dan berfungsi sebagai
noodle (Indrianti et al., 2013). Flat noodle antioksidan dalam tubuh.

50
Pembuatan Tepung Komposit dari Pati Ganyong…… (N. Indrianti, dkk.)

Mirhosseini et al. (2015) noodle yang lebih bergizi karena labu


menyatakan bahwa substitusi tepung mengandung beta karoten tinggi yang
jagung dengan 25% tepung labu kuning berfungsi sebagai antioksidan.
pada tepung komposit (pati jagung-tepung
jagung) menghasilkan pasta non gandum 2. METODE PENELITIAN
dengan sifat sensoris yang paling disukai Bahan yang digunakan dalam
panelis, tetapi memiliki sifat kelengketan penelitian ini adalah pati ganyong, pati
tinggi. Minarovičová et al. (2017) garut dan tepung labu kuning yang dibeli
melaporkan bahwa penambahan tepung dari UKM Kusuka Ubiku, Yogyakarta.
labu kuning sebesar 10% menghasilkan Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
pasta gandum yang paling disukai dan karakterisasi tepung komposit adalah
cooking time terendah, tetapi memiliki bahan kimia pro-analisis. Alat yang
cooking loss tertinggi. Berdasarkan Asaam digunakan meliputi alat gelas, RVA (Rapid
et al. (2018), substitusi 15% tepung labu Visco Analyzer) Text Master, oven
kuning pada tepung komposit (pati jagung- Memmert, tanur Vulcan D-130, timbangan
tepung kedelai) menghasilkan sifat analitik Gram FV-220C, sentrifuse K,
fungsional tertinggi (kapasitas penyerapan colorimeter NH310, vortex mixer K VM-
air, swelling dan kelarutan) dan sifat 300, shaker water bath GFL 1086,
amilografi tertinggi (viskositas puncak, DuMaster Protein Analyzer dan Soxhlet.
viskositas breakdown, viskostas final dan
viskositas setback). Pembuatan Tepung Komposit Flat
Aini et al. (2016) menyatakan Noodle
bahwa karakteristik tepung sangat Tepung komposit dibuat dengan
menentukan penggunaannya pada produk cara mencampur pati ganyong (A) atau pati
pangan dalam hubungannya dengan garut (B) dengan tepung labu kuning 5%,
kualitas produk tersebut. Sifat pasta tepung 10% dan 15% per berat pati. Formulasi
dengan viskositas breakdown rendah dan tepung komposit dapat dilihat pada Tabel
viskositas setback tinggi cocok untuk 1.
produk mi seperti flat noodle karena
granula pati menjadi lebih stabil selama Tabel 1. Formulasi Tepung Komposit Flat
pemanasan sehingga dihasilkan mi dengan Noodle
cooking loss rendah dan tidak lengket Tepung
(Pranoto et al., 2014). Berdasarkan hal Pati Pati Labu
tersebut, diperlukan penelitian No Sampel Ganyong Garut Kuning (g)
penambahan tepung labu kuning dengan (g) (g) (per berat
variasi konsentrasi untuk mengetahui pati)
karakteristik tepung komposit yang sesuai 1 A5 100 - 5
2 A10 100 - 10
sebagai bahan baku flat noodle.
3 A15 100 - 15
Tujuan penelitian ini adalah untuk 4 B5 - 100 5
mengetahui sifat fisikokimia, sifat 5 B10 - 100 10
fungsional dan profil gelatinisasi tepung 6 B15 - 100 15
komposit dari pati ganyong/pati garut Keterangan:
dengan tepung labu kuning. Tepung A5 : pati ganyong + tepung labu kuning 5%
komposit yang dihasilkan diharapkan A10 : pati ganyong + tepung labu kuning 10%
memiliki sifat fungsional seperti swelling A15 : pati ganyong + tepung labu kuning 15%
power (kemampuan untuk mengembang) B5 : pati garut + tepung labu kuning 5%
dan kelarutan rendah, viskositas puncak B10 : pati garut + tepung labu kuning 10%
rendah, viskositas breakdown rendah, B15 : pati garut + tepung labu kuning 15%
viskositas akhir rendah dan viskostas
setback tinggi sebagai bahan baku flat Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung
noodle. Selain itu, penambahan tepung Komposit
labu kuning pada tepung komposit Analisis proksimat pada penelitian
diharapkan dapat menghasilkan produk flat ini menggunakan metode uji seperti yang

51
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019: 49-63
: 1-13

dijelaskan dalam Official Methods of dan kelarutan dihitung menggunakan


Analysis (AOAC, 2005). Analisis rumus berikut:
proksimat meliputi kadar air dan abu
menggunakan metode Termogravimetri,
protein menggunakan alat DuMaster
Protein Analyzer, lemak menggunakan alat
Keterangan : W1 = berat sampel (g),
Soxhlet dan total karbohidrat dihitung W2 = berat gel (g)
menggunakan metode by difference (sisa
dari persentase perhitungan akumulasi
kadar abu, protein dan lemak). Pengujian
kadar beta karoten menggunakan alat
High-Performance Liquid
Chromatography (HPLC). Keterangan : W1 = berat kering sampel (g),
W2 = berat supernatan kering (g)
Pengujian warna menggunakan alat
Colorimeter (NH310, China). Parameter
Pengujian water absorption capacity
warna dinyatakan dalam nilai L* yang
(WAC) dan oil absorption capacity (OAC)
mengindikasikan lightness atau tingkat
menggunakan metode Chandra et al.
kecerahan (nilai 0-100 mengindikasikan
(2015). Sampel tepung komposit sebesar 1
gelap-terang), nilai a* yang
g dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi
mengindikasikan tingkat kemerahan
yang telah diketahui beratnya, kemudian
sampai kehijauan dan nilai b* yang
ditambahkan 10 ml akuades atau minyak
mengindikasikan tingkat kekuningan
sawit lalu dihomogenkan dengan
hingga kebiruan.
menggunakan vortex. Sampel didiamkan
pada suhu ruang (30 ± 2 oC) selama 30
Karakterisasi Sifat Fungsional Tepung
menit dan disentrifugasi dengan kecepatan
Komposit
3000 rpm selama 30 menit. Setelah
Sifat fungsional bahan merupakan
sentrifugasi, supernatan didekantasi dan
salah satu faktor penting yang dibutuhkan
berat tabung sentrifuse serta endapan
dalam proses persiapan, pengolahan dan
ditimbang. WAC dan OAC dinyatakan
penyimpanan produk pangan (Toan &
dalam persen air atau minyak yang
Thuy, 2018). Sifat fungsional tepung
diabsorbsi per gram sampel. Rumus
komposit yang dianalisis yaitu kelarutan,
perhitungan WAC dan OAC adalah
swelling power, water absorption capacity
sebagai berikut.
(WAC) dan oil absorption capacity
(OAC). Kelarutan dan swelling power
tepung komposit dianalisis menggunakan
metode yang dideskripsikan sesuai
penelitian Pranoto et al. (2014). Pati Keterangan : W1 adalah berat kering sampel (g)
sebanyak 0,2 g ditambahkan 10 ml air W2 adalah berat endapan (g)
dalam tabung sentrifus. Sampel
diekuilibrasi pada suhu ruang selama 5 Profil Gelatinisasi
menit dan divortex lalu dipanaskan pada Pengujian profil gelatinisasi tepung
water bath bersuhu 95 oC selama 30 menit. komposit mengacu pada metode Asaam et
Suspensi pati selanjutnya didinginkan pada al. (2018) dan general pasting RVATM
suhu ruang, kemudian disentrifugasi STD1. Pengujian dilakukan menggunakan
dengan kecepatan 3.000 rpm selama 15 alat Rapid Visco Analyzer (RVA-
menit. Swelling power ditunjukkan dengan TecMaster, Macquarie Park, Australia).
gel yang terbentuk setelah proses Sampel tepung komposit ditimbang dengan
pemanasan. Kelarutan diperoleh dengan berat 3,5 g kemudian dicampur dengan 25
cara menuangkan supernatan yang g aquades dalam canister aluminium.
dihasilkan ke dalam cawan yang telah Sampel diputar (160 rpm) pada suhu 50 °C
diketahui beratnya dan dikeringkan pada selama 1 menit lalu dipanaskan hingga
suhu 105 oC selama 3 jam. Swelling power suhu mencapai 95 °C dalam 2,5 menit,

52
Pembuatan Tepung Komposit dari Pati Ganyong…… (N. Indrianti, dkk.)

kemudian ditahan pada suhu 95 °C selama 95%. Apabila terdapat beda nyata
5 menit. Setelah itu didinginkan kembali dilanjutkan dengan uji Duncan.
sampai suhu 50 °C dalam 2,5 menit dan
kemudian ditahan pada suhu 50 °C selama 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2 menit. Sifat Fisikokimia Tepung Komposit
Analisis Statistik Kadar proksimat (air, abu, lemak,
Data yang diperoleh dalam setiap protein dan karbohidrat by difference) dan
perlakuan diolah secara statistik beta karoten tepung komposit disajikan
menggunakan Analisis Sidik Ragam pada Gambar 1-6. A0 merupakan kontrol
(ANOVA) dengan tingkat kepercayaan untuk 100% pati ganyong, sedangkan B0
untuk 100% pati garut.

Gambar 1. Kadar Air Tepung Komposit

Gambar 2. Kadar Abu Tepung Komposit

53
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 49-63
: 1-13

Gambar 3. Kadar Protein Tepung Komposit

Gambar 4. Kadar Lemak Tepung Komposit

Gambar 5. Karbohidrat by difference Tepung Komposit

54
Pembuatan Tepung Komposit dari Pati Ganyong…… (N. Indrianti, dkk.)

Gambar 6. Kadar Beta Karoten Tepung Komposit

Gambar 1 menunjukkan kadar air komposit (p<0,05). Hal ini dikarenakan


kedua tepung komposit tidak berbeda kadar abu kedua tepung komposit
secara signifikan (p>0,05). Kadar air pati dipengaruhi oleh adanya kandungan
ganyong, pati garut dan tepung labu mineral yang ada dalam tepung labu
kuning berturut-turut sebesar 10,04%; kuning (Rosa et al., 2016). Kadar abu
8,58% dan 11,26%. Kadar air dalam kedua tepung labu kuning sebesar 4,76%, adapun
tepung komposit dan bahan baku tersebut mineral dalam labu kuning yaitu fosfor (64
berada di bawah kadar air aman untuk mg/100g), kalsium (45 mg/100g) dan zat
penyimpanan yaitu 14% sehingga dapat besi (1,4 mg/100g).
mencegah pertumbuhan mikroba dan Kadar lemak dan beta karoten kedua
perubahan kimia selama penyimpanan tepung komposit meningkat dengan
(Akonor et al., 2017). Kadar air kedua penambahan tepung labu kuning (p<0,05).
tepung komposit dan bahan baku sesuai Kadar lemak tepung komposit yang
dengan SNI 01-6057-1999 tentang Syarat dihasilkan memenuhi SNI 01-3777-1995
Mutu Tepung Garut yaitu kadar air tentang Syarat Mutu Produk Makaroni,
maksimal 16%. yaitu kadar lemak maksimal 1,5%.
Kadar abu kedua tepung komposit Keuntungan kadar lemak rendah dapat
masih memenuhi standar SNI 01-2975- mencegah terjadinya proses ketengikan
2006 tentang Syarat Mutu Produk Bihun pada tepung komposit (Praseptiangga et
yaitu maksimal 1%. Kadar abu pati al., 2018). Kedua jenis tepung komposit
ganyong 0,1% dan pati garut sebesar memiliki karbohidurat by difference tinggi
0,16% masih memenuhi standar SNI 01- (di atas 90%) sehingga berpotensi sebagai
6057-1999 tentang Syarat Mutu Produk sumber karbohidrat dalam pembuatan mi.
Tepung Garut yaitu maksimal 0,5%. Kadar Kenaikan kadar beta karoten tepung
protein kedua tepung komposit yang komposit dipengaruhi kadar beta-karoten
dihasilkan belum memenuhi standar SNI yang tinggi (25,25 mg/kg) pada bahan
01-2975-2006 tentang Syarat Mutu Produk baku tepung labu kuning. Koh & Loh
Bihun yaitu minimal 4%. Hal ini (2018) menyatakan bahwa beta karoten
disebabkan oleh kandungan protein yang dapat bersifat sebagai pro vitamin A dan
rendah pada bahan baku yang digunakan berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh.
sebagai pengganti terigu (pati ganyong Warna tepung merupakan hal
sebesar 0,43%; pati garut sebesar 0,88% penting dalam aplikasi industri pangan
dan tepung labu kuning sebesar 9,6%). karena adanya pigmentasi akan
Berdasarkan uji Duncan diketahui berpengaruh terhadap kualitas produk
bahwa peningkatan konsentrasi tepung tersebut (Hamid et al., 2015). Warna
labu kuning berpengaruh signifikan pada tepung komposit disajikan pada Tabel 2.
kenaikan kadar abu dan protein tepung

55
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019: 49-63
: 1-13

Tabel 2. Warna Tepung Komposit


Tepung Komposit
Warna
A5 A10 A15 B5 B10 B15
L 55,48a 53,83a 51,46b 70,36a 68,92b 67,96c
a 1,51a 2,49b 3,24c 2,56a 3,06b 3,55c
b 9,07a 10,63ab 11,56 b
13,21a 16,35b 18,33c
Keterangan:
nilai L mengindikasikan lightness atau tingkat kecerahan
nilai a mengindikasikan tingkat kemerahan sampai kehijauan
nilai b mengindikasikan tingkat kekuningan hingga kebiruan
notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan signifikan

Tabel 2 menunjukkan bahwa digunakan untuk mengevaluasi mutu


semakin tinggi konsentrasi tepung labu produk mi secara visual. Warna tepung
kuning yang ditambahkan maka semakin akan berpengaruh terhadap kenampakan
rendah tingkat kecerahan tetapi makin mi, dimana mi yang terbuat dari pati
tinggi nilai a dan b kedua tepung komposit biasanya berwarna bening karena interaksi
(p<0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa pati dan protein (Ahmed et al., 2016).
tepung komposit cenderung berwarna
merah-kuning karena adanya lutein dan Sifat Fungsional Tepung Komposit
beta-karoten pada tepung labu kuning Hasil analisis sifat fungsional tepung
(Ahmed et al., 2014). Warna merupakan komposit dapat dilihat pada Gambar 7-10.
salah satu parameter penting yang

Gambar 7. Kelarutan Tepung Komposit

Kelarutan dan swelling power dalam butiran tepung karena protein atau
merupakan dua hal yang berkaitan dan lemak yang terkoagulasi membentuk
terjadi pada saat gelatinisasi pati (Erezka et kompleks dengan amilosa sehingga
al., 2018). Penambahan tepung labu mencegah terjadinya leaching amylose
kuning berpengaruh siginifkan terhadap (Sung & Stone, 2003). Tepung dengan
kelarutan tepung komposit (p<0,05). kelarutan tinggi menyebabkan adonan
Kelarutan yang tinggi mengindikasikan yang kurang kohesif pada produk pasta
semakin banyak amilosa terlarut dari sehingga tekstur menjadi lengket (Eriksson
granula pati yang mengalami et al., 2014).
pembengkakan saat terjadi gelatinisasi Swelling power menunjukkan
pati. Nilai kelarutan tepung yang lebih kemampuan granula pati untuk
rendah menunjukkan adanya ikatan kuat

56
Pembuatan Tepung Komposit dari Pati Ganyong…… (N. Indrianti, dkk.)

Gambar 8. Swelling power Tepung Komposit

Gambar 9. WAC Tepung Komposit

Gambar 10. OAC Tepung Komposit

57
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019: 49-63
: 1-13

mengembang karena menyerap air. Ketika penyerapan air (WAC) tepung komposit
suspensi pati dipanaskan dalam air maka secara signifikan (p<0,05).
struktur pati akan terhidrasi dan struktur Hasil yang sama dilaporkan oleh
kristal terganggu karena rusaknya ikatan Toan & Thuy (2018) dimana semakin
hidrogen. Molekul air berikatan dengan banyak tepung labu kuning yang
gugus hidroksil amilosa dan amilopektin ditambahkan ke tepung komposit terigu
oleh ikatan hidrogen sehingga dapat meningkatkan nilai WAC tepung
menyebabkan peningkatan pembengkakan komposit. Tepung labu kuning
granula (swelling) dan terlarutnya amilosa mengandung serat pangan tidak larut
(Ojo et al., 2017). Oke et al. (2013) (selulosa, hemiselulosa dan lignin) yang
melaporkan bahwa swelling power tinggi sehingga dapat menyerap air dengan
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu kuat (Asaam et al., 2018). Selain itu, nilai
swelling tinggi, swelling sedang dan WAC yang tinggi pada tepung komposit
swelling terbatas atau sangat terbatas. dalam penelitian ini dapat juga disebabkan
Pati/tepung dengan swelling tinggi oleh kadar protein hidrofilik yang lebih
memiliki kekuatan swelling sekitar 30 atau banyak sehingga mudah menyerap air
lebih tinggi pada suhu pemanasan 95 °C. (Praseptiangga et al., 2018).
Pati/tepung dengan swelling sedang Kapasitas penyerapan minyak
memiliki kekuatan swelling 16-20 pada (OAC) merupakan sifat fungsional yang
suhu pemanasan 95 °C. Nilai swelling penting dalam formulasi makanan karena
power yang rendah pada tepung komposit dapat memperbaiki flavor dan mouthfeel
dalam penelitian ini dapat dikategorikan makanan (Dhull & Sandhu, 2018). Hasil
swelling sangat terbatas (9,21-11,03% uji Duncan menunjukkan bahwa kenaikan
untuk tepung). konsentrasi tepung labu kuning
Karakteristik tersebut diperlukan meningkatkan kapasitas penyerapan
untuk pembuatan produk pangan seperti minyak (OAC) tepung komposit secara
flat noodle karena granula pati menjadi signifikan (p<0,05). Nilai OAC yang tinggi
lebih stabil selama pemanasan sehingga disebabkan adanya gugus hidrofobik dalam
tekstur yang dihasilkan lebih kompak dan jumlah besar dibandingkan gugus
tidak lengket (Eriksson et al., 2014). hidrofilik dari molekul protein
Kelarutan dan swelling power yang rendah (Jagannadham et al., 2014 dan Menon et
pada tepung komposit dikarenakan oleh al., 2015). Kapasitas penyerapan minyak
pembentukan kompleks protein-amilosa dipengaruhi kadar protein dan lemak,
sehingga menghambat terjadinya leaching seperti yang dinyatakan Ajani et al. (2016)
amylose (David et al., 2015). Berdasarkan bahwa semakin besar kadar lemak atau
hasil uji Duncan diketahui bahwa protein maka semakin besar pula kapasitas
penambahan tepung labu kuning penyerapan minyak. Hal tersebut
berpengaruh signifikan terhadap kenaikan disebabkan asam amino non polar dapat
swelling power tepung komposit. Asaam et membentuk interaksi hidrofobik dengan
al. (2018) melaporkan hasil yang sama rantai hidrokarbon lemak (Chandra et al.,
yaitu kelarutan tepung komposit (jagung- 2015 dan Kuchtová et al., 2016).
kedelai-labu kuning) meningkat seiring
peningkatan level konsentrasi labu kuning. Sifat Amilografi Tepung Komposit
Kapasitas penyerapan air (WAC) Pengukuran sifat amilografi
merupakan kemampuan produk untuk dilakukan untuk mengetahui karakter
menyerap dan mengikat air. Nilai WAC tepung komposit selama pemasakan.
yang tinggi akan menghasilkan produk Parameter yang diamati meliputi viskositas
dengan tekstur lebih kohesif (Ojo et al., puncak, viskositas breakdown, viskositas
2017). Nilai WAC kedua tepung komposit final, viskositas setback dan suhu
lebih tinggi dibandingkan WAC kontrol gelatinisasi. Data hasil pengukuran sifat
(pati ganyong/pati garut). Hasil uji Duncan amilografi tepung komposit dapat dilihat
menunjukkan bahwa penambahan tepung pada Tabel 3.
labu kuning meningkatkan kapasitas

58
Pembuatan Tepung Komposit dari Pati Ganyong…… (N. Indrianti, dkk.)

Tabel 3. Sifat Amilografi Tepung Komposit


Tepung Komposit
Sifat amilografi
A5 A10 A15 B5 B10 B15
Viskositas Puncak (cP) 2163a 2198b 2245c 861a 934b 1001c
Viskositas Breakdown (cP) 1002a 1062ab 1111b 467a 585b 608b
a a a a a
Viskositas Akhir (cP) 1851 1834 1771 570 543 545a
Viskositas Setback (cP) 745a 668ab 611b 201a 169b 137c
a a a a b
Suhu Gelatinisasi (°C) 78,83 79,33 79,30 79,95 80,50 80,52b
Keterangan: notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan signifikan

Viskositas puncak adalah labu kuning 5%. Pranoto et al. (2014)


kemampuan pati untuk mengembang melaporkan bahwa sifat pasta tepung
secara bebas sebelum terjadi kerusakan dengan viskositas breakdown rendah
fisik dan sebagai indikator kemudahan jika sesuai untuk produk mi karena granula pati
dimasak (Hamid et al., 2015 dan Aini et menjadi lebih stabil selama pemanasan
al., 2016). Ojo et al. (2017) menyatakan sehingga dihasilkan mi dengan cooking
bahwa viskositas puncak berkaitan dengan loss rendah.
derajat kerusakan pati. Kerusakan pati Peningkatan konsentrasi tepung labu
yang tinggi menyebabkan kenaikan kuning menurunkan viskositas setback,
viskositas puncak dan kapasitas pengikatan tetapi tidak berpengaruh signifikan pada
granula pati. Viskositas puncak tepung viskositas akhir tepung komposit (p<0,05).
komposit meningkat seiring dengan Hal ini dikarenakan kandungan lemak
peningkatan konsentrasi tepung labu yang tinggi dalam tepung komposit dapat
kuning (p<0,05). Hal ini dikarenakan membentuk kompleks dengan amilosa
viskositas puncak berkorelasi positif sehingga menghambat keluarnya amilosa
dengan kapasitas pengikatan air (WAC) dari granula pati dan menyebabkan
dan swelling power dari tepung kekentalan pati berkurang (Du et al.,
kompositnya yang menyebabkan 2013). Viskositas setback yang tinggi
peningkatan viskositas (Ocheme et al., berkaitan dengan kohesivitas produk
2018 dan Ariseet al., 2017). Berdasarkan karena pati menjadi lebih cepat mengalami
Pranoto et al. (2014), profil gelatinisasi retrogradasi sehingga tekstur mi menjadi
tepung yang sesuai untuk pembuatan lebih kohesif dan tidak lengket karena pada
produk mi adalah tepung dengan viskositas bagian luar mi terbentuk lapisan dari pati
puncak rendah karena granula pati yang sudah teretrogradasi (Hamid et al.,
mengalami pembengkakan terbatas dan 2015). Sifat gelanisasi pati yang memiliki
lebih stabil selama pemanasan sehingga viskositas akhir pasta pati yang rendah
menghasilkan tekstur mi yang lebih dibutuhkan dalam pembuatan produk mi.
kompak. Hal ini dikarenakan adanya korelasi positif
Viskositas breakdown antara viskositas akhir dengan swelling
menggambarkan kestabilan pasta pati power (Aprianita et al., 2014).
terhadap proses pemanasan (Kiin-Kabari et Suhu gelatinisasi merupakan suhu
al., 2015). Viskositas akhir menunjukkan minimum granula pati saat mulai
pengkristalan kembali molekul pati mengalami peningkatan viskositas karena
terutama amilosa selama pendinginan saat proses gelatinisasi pati (Parwiyanti et al.,
setelah gelatinisasi dan pembentukan 2016). Penambahan tepung labu kuning
jaringan gel (Julianti, Rusmarilin, & meningkatkan suhu gelatinisasi tepung
Yusraini, 2017). Viskositas setback komposit garut-labu kuning, tetapi tidak
digunakan untuk mengukur kecenderungan berpengaruh signifikan pada tepung
retrogradasi maupun sineresis dari pasta komposit ganyong-labu kuning (p>0,05).
(Pranoto et al., 2014). Nilai viskositas Berdasarkan Aini et al. (2016),
breakdown terendah dihasilkan oleh keberadaan lemak pada tepung komposit
tepung komposit dengan kosentrasi tepung menyebabkan suhu gelatinisasi meningkat,

59
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019: 49-63
: 1-13

sebab komplek amilosa-lemak cenderung Processing and Quality Evaluation. In


mencegah terjadinya pengembangan Proceedings of the Pakistan Academy of
granula pati secara berlebihan. Parwiyanti Sciences: B. Life and Environmental
et al. (2016) juga menyatakan bahwa kadar Sciences (Vol. 53, pp. 215–238).
protein yang tinggi mampu membentuk Ahmed, J., Al-foudari, M., Al-salman, F. &
kompleks dengan amilosa sehingga Almusallam, A. S. (2014). Effect of
menghasilkan endapan yang tidak larut dan particle size and temperature on
menghambat pengeluaran amilosa dari rheological, thermal, and structural
granula. Hal tersebut menyebabkan properties of pumpkin flour dispersion.
Journal of Food Engineering, 124, 43–
kebutuhan energi yang lebih besar untuk
53.
melepas amilosa sehingga suhu gelatinisasi https://doi.org/10.1016/j.jfoodeng.2013.0
yang dicapai akan lebih tinggi. 9.030

4. KESIMPULAN Aini, N., Wijonarko, G. & Sustriawan, B.


(2016). Sifat Fisik, Kimia dan Fungsional
Kenaikan konsentrasi tepung labu Tepung Jagung Yang Diproses Melalui
kuning berpengaruh signifikan terhadap Fermentasi. Acta Universitatis
kenaikan kadar abu, protein, lemak dan Cibiniensis Series E: Food Technology,
beta karoten tepung komposit. Swelling 36(2), 160–169.
power, kelarutan, WAC dan OAC kedua https://doi.org/10.22146/agritech.12860
jenis tepung komposit meningkat secara Ajani, A., Fasoyiro, S., Arowora, K., Popoola,
signifikan seiring dengan peningkatan C. & Zaka, K. (2016). Functional
konsentrasi tepung labu kuning. Kecerahan Properties of Composite Flour made
kedua jenis tepung komposit cenderung from Wheat and Breadfruit. Applied
mengalami penurunan dengan penambahan Tropical Agriculture, 21(2), 89–93.
tepung labu kuning. Tepung komposit Akajiaku, L., Nwosu, J., Kabuo, N.,
yang dihasilkan cenderung berwarna Odimegwu, E., Umelo, M. & Unegbu, V.
merah-kuning. Penambahan tepung labu (2017). Using sorghum flour as part
kuning pada tepung komposit dapat substitute of wheat flour in noodles
meningkatkan viskositas puncak dan making. MOJ Food Process Technology,
viskositas breakdown, tetapi menurunkan 5(2), 250–257.
viskositas setback. Tepung komposit https://doi.org/10.15406/mojfpt.2017.05.
dengan penambahan tepung labu kuning 00120
5% direkomendasikan sebagai bahan baku Akonor, P. T., Tortoe, C., Buckman, E. S. &
flat noodle karena memiliki swelling Hagan, L. (2017). Proximate composition
power rendah, viskositas puncak rendah, and sensory evaluation of root and tuber
breakdown rendah, viskositas akhir rendah composite flour noodles. Cogent Food &
dan setback tinggi. Agriculture, 45, 1–7.
https://doi.org/10.1080/23311932.2017.1
292586
UCAPAN TERIMA KASIH
AOAC. 2005. Official Methods of Analysis.
Penulis mengucapkan terima kasih Association of Official Analytical
kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Chemists. Benjamin Franklin Station,
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Washington.
melalui program Insentif Riset Sistem
Inovasi Nasional (INSINAS) 2018 atas Aprianita, A., Vasiljevic, T., Bannikova, A. &
Kasapis, S. (2014). Physicochemical
pendanaan penelitian dan kepada Pusat properties of flours and starches derived
Penelitian Teknologi Tepat Guna – from traditional Indonesian tubers and
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atas roots. Journal Food Science Technology,
penyediaan fasilitas penelitian. 51(December), 3669–3679.
https://doi.org/10.1007/s13197-012-
DAFTAR PUSTAKA 0915-5
Ahmed, I., Qazi, I. M., Li, Z. & Ullah, J. Arise, A. K., Dauda, A. O., Awolola, G. V. &
(2016). Rice Noodles : Materials , Akinlolu-ojo, T. V. (2017). Physico-

60
Pembuatan Tepung Komposit dari Pati Ganyong…… (N. Indrianti, dkk.)

chemical, functional and pasting Technology (An, 4(2), 753–758.


properties of composite flour made from https://doi.org/10.15680/IJIRSET.2015.0
wheat, plantain and bambara for biscuit 402097
production. Annals. Food Science and
Dhull, S. B. & Sandhu, K. S. (2018). Wheat-
Technology, 18(4), 616–624.
Fenugreek Composite Flour Noodles :
Asaam, E. S., Adubofuor, J., Amoah, I. & Effect on Functional, Pasting, Cooking
Apeku, O. D. (2018). Functional and and Sensory Properties. Current
pasting properties of yellow maize-soya Research in Nutrition and Food Science,
bean-pumpkin composite flours and 6(1), 174–182.
acceptability study on their breakfast https://doi.org/10.12944/CRNFSJ.6.1.20
cereals. Cogent Food & Agriculture,
Du, S., Jiang, H., Yu, X. & Jane, J. (2013).
4(1), 1–15.
Physicochemical and functional
https://doi.org/10.1080/23311932.2018.1
properties of whole legume flour. LWT -
501932
Food Science and Technology, 1–6.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2018). Produksi https://doi.org/10.1016/j.lwt.2013.06.001
Jagung dan Ubi Kayu di Indonesia.
Erezka, V. C., Muflihati, I., Nurlaili, E. P. &
www.bps.go.id
Ferdiansyah, M. K. (2018). Karakteristik
Badan Standarisasi Nasional (BSN). (1999). Pati Ganyong Termodifikasi Melalui
SNI 01-6057-1999 tentang Syarat Mutu Iradiasi UV-C (Ultraviolet C) dan
Tepung Garut Hidrolisis Asam Laktat. Jurnal Teknologi
Pertanian Andalas, 22(9), 139–149.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2006).
SNI 01-2975-2006 tentang Syarat Mutu Eriksson, E., Koch, K., Tortoe, C., Akonor, P.
Produk Bihun T. & Baidoo, E. (2014). Physicochemical
, Functional and Pasting Characteristics
Černiauskienė, J., Kulaitienė, J. danilčenko, H.,
of Three Varieties of Cassava in Wheat
Jarienė, E. & Juknevičienė, E. (2014).
Composite Flours. British Journal of
Pumpkin Fruit Flour as a Source for
Applied Science & Technology, 4(11),
Food Enrichment in Dietary Fiber
1609–1621.
Pumpkin Fruit Flour as a Source for
Food Enrichment in Dietary Fiber. Hamid, S., Muzzafar, S., Wani, I. A. &
Notulae Botanicae Horti Agrobotanici Masoodi, F. A. (2015). Physicochemical
Cluj-Napoca, 42(November 2015), 19– and functional properties of two cowpea
23. cultivars grown in temperate Indian
https://doi.org/10.15835/nbha4219352 climate. Cogent Food & Agriculture,
4(1), 1–11.
Chandra, S., Singh, S. & Kumari, D. (2015).
https://doi.org/10.1080/23311932.2015.1
Evaluation of functional properties of
099418
composite flours and sensorial attributes
of composite flour biscuits. Jornal of Hasanah, F. & Hasrini, R. F. (2018).
Food Science Technology, 52(6), 3681– Pemanfaatan Ganyong ( Canna edulis
3688. https://doi.org/10.1007/s13197- KERR ) sebagai Bahan Baku Sohun dan
014-1427-2 Analisis Kualitasnya. Warta IHP/Journal
of Agro-Based Industry, 35(2), 99–105.
Dabash, V., Buresova, I., Tokar, M.,
Zacharova, M. & Gal, R. (2017). The Indrianti, N., Kumalasari, R., Ekafitri, R. &
effect of added pumpkin flour on sensory Darmajana, D. A. (2013). Pengaruh
and textural quality of rice bread. Journal penggunaan pati ganyong, tapioka dan
of Microbiology, Biotechnology and mocaf sebagai bahan substitusi terhadap
Food Sciences, 6(June), 1269–1272. sifat fisik mie jagung instan. Agritech,
https://doi.org/10.15414/jmbfs.2017.6.6.1 33(4), 391–398.
269-1271
Jabeen, A., Hassan, S., Masoodi, L., Ajaz, N.
David, O., Arthur, E., Kwadwo, S. O., Badu, E. & Rafiq, A. (2018). Physico-Chemical
& Sakyi, P. (2015). Proximate Composition and Functional Properties
Composition and Some Functional of Blended Flour Obtained from Lentil,
Properties of Soft Wheat Flour. Pumpkin and Barley for Development of
International Journal of Innovative Extrudates. Journal of Food Processing
Research in Science, Engineering and & Technology, 9(1), 1–9.

61
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 49-63
: 1-13

https://doi.org/10.4172/2157- Minarovičová, L., Lauková, M., Kohajdová, Z.,


7110.1000713 Karovičová, J. & Kuchtová, V. (2017).
Effect of Pumpkin Powder Incorporation
Jagannadham, K., Parimalavalli, R., Babu, A.
on Cooking and Sensory Parameters of
S. & Rao, J. S. (2014). A study on
Pasta. Potravinarstvo Slovak Journal of
comparison between cereal ( wheat ) and
Food Sciences, 11, 373–379.
non cereal (chickpea) flour
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.5219/
characteristics. International Journal
743
Current Trend Research, 3(2), 70–76.
Mirhosseini, H., Farhana, N., Rashid, A.,
Julianti, E., Rusmarilin, H. & Yusraini, E.
Tabatabaee, B., Whye, K. & Kazemi, M.
(2017). Functional and rheological
(2015). Effect of partial replacement of
properties of composite flour from sweet
corn flour with durian seed flour and
potato , maize , soybean and xanthan
pumpkin flour on cooking yield, texture
gum. Journal of the Saudi Society of
properties , and sensory attributes of
Agricultural Sciences, 16(2), 171–177.
gluten free pasta. LWT - Food Science
https://doi.org/10.1016/j.jssas.2015.05.00
and Technology, 63, 184–190.
5
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2015.03.078
Kiin-Kabari, D., Eke-Ejiofor, J. & Giami, S.
Murdiati, A., Anggrahini, S. & Alim, A.
(2015). Functional and Pasting Properties
(2015). Peningkatan Kandungan Protein
of Wheat / Plantain Flours Enriched with
Mie Basah dari Tapioka Dengan
Bambara Groundnut Protein Concentrate.
Substitusi Tepung Koro Pedang Putih
International Journal of Food Science
(Canavalia ensiformis L.). Agritech,
and Nutrition Engineering, 5(2), 75–81.
35(3), 251–260.
https://doi.org/10.5923/j.food.20150502.
01 Nogueira, G. F., Fakhouri, F. M. & Augustus
de Oliveira, R. (2018). Extraction and
Koh, S. & Loh, S. (2018). In vitro
characterization of arrowroot (Maranta
bioaccessibility of β-carotene in pumpkin
arundinaceae L.) starch and its
and butternut squash subjected to
application in edible fi lms.
different cooking methods. International
Carbohydrate Polymers, 186(January),
Food Research Journal, 25(February),
64–72.
188–195.
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2018.01.
Kuchtová, V., Karovičová, J., Kohajdová, Z. & 024
Minarovičová, L. (2016). Chemical
Noorfarahzilah, M., Lee, J., Sharifudin, M.,
composition and functional properties of
Mohd Fadzelly, A. & Hasmadi, M.
pumpkin pomace-incorporated crackers.
(2014). Applications of composite flour
Acta Chimica Slovaca, 9(1), 54–57.
in development of food products.
https://doi.org/10.1515/acs-2016-0009
International Food Research Journal,
Kusumawati, D. H., Dwi, W., Putri, R. & 21(6), 2061–2074.
Koresponsdensi, P. (2013). Karakteristik
Ocheme, O. B., Adedeji, O. E., Chinma, E. C.,
Fisik Dan Kimia Edible Film Pati Jagung
Yakubu, C. M. & Ajibo, U. H. (2018).
Yang Diinkorporasi Dengan Perasan
Proximate composition, functional, and
Temu Hitam. Jurnal Pangan Dan
pasting properties of wheat and
Agroindustri, 1(1), 90–100.
groundnut protein concentrate flour
Kuswandari, M. Y., Anastria, O. & Wardhani, blends. Food Science & Nutrition, 6,
D. H. (2013). Karakterisasi Fisik Pati 1173–1178.
Ganyong (Canna Edulis Kerr) https://doi.org/10.1002/fsn3.670
Termodifikasi Secara Hidrotermal.
Ojo, M. O., Ariahu, C. C. & Chinma, E. C.
Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri,
(2017). Proximate , Functional and
2(4), 132–136.
Pasting Properties of Cassava Starch and
Menon, L., Majumdar, S. D. & Ravi, U. Mushroom (Pleurotus Pulmonarius)
(2015). Development and analysis of Flour Blends. American Journal of Food
composite flour bread. Journal Food Science and Technology, 5(1), 11–18.
Science Technology, 52(7), 4156–4165. https://doi.org/10.12691/ajfst-5-1-3
https://doi.org/10.1007/s13197-014-
Oke, M. O., Awonorin, S. O. & Workneh, T. S.
1466-8

62
Pembuatan Tepung Komposit dari Pati Ganyong…… (N. Indrianti, dkk.)

(2013). Effect of varieties on 030020-1–030020-6).


physicochemical and pasting https://doi.org/10.1063/1.5021213
characteristics of water yam flours and
Rosa, M., Lestario, L. N. & Hartini, S. (2016).
starches. African Journal of
Analisis Kandungan Gizi Tepung
Biotechnology, 12(11), 1250–1256.
Tersulaku Sebagai Bahan Dasar Roti
https://doi.org/10.5897/AJB12.1666
Tawar. In Seminar Nasional MIPA 2016
Parwiyanti, P., Pratama, F., Wijaya, A., (Vol. 2011, pp. 38–47).
Malahayati, N. & Lidiasari, E. (2016).
Rukmana, R. 2000. Garut, Budidaya dan
Sifat Fisik Pati Ganyong (Canna edulis
Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Kerr.) Termodifikasi dan Penambahan
Gum Xanthan untuk Rerotian. Agritech, Sozer, N., Dalgıc, A. & Kaya, A. (2007).
36(3), 335–343. Thermal, textural and cooking properties
of spaghetti enriched with resistant
Pranoto, Y., Rahmayuni, Haryadi & Rakshit, S.
starch. Jornal of Food Engineering, 81,
K. (2014). Physicochemical properties of
476–484.
heat moisture treated sweet potato
https://doi.org/10.1016/j.jfoodeng.2006.1
starches of selected Indonesian varieties.
1.026
International Food Research Journal,
21(January), 2031–2038. Sung, W. & Stone, M. (2003). Characterization
of Various Wheat Starch in Pasta
Praseptiangga, D., Tryas, A. A. & Affandi, D.
Development. Journal of Marine Science
R. (2018). Physical and chemical
and Technology, 11(2), 61–69.
characterization of composite flour from
canna flour (Canna edulis) and Lima Toan, N. Van & Thuy, N.T.T. (2018).
Bean Flour (Phaseolus lunatus). In The Production of high-quality flour and the
1st International Conference and made biscuits from Pumpkin.
Exhibition on Powder Technology International Journal of Food Science
Indonesia (ICePTi) (Vol. 1927, pp. and Nutrition, 3(5), 157–166.

63

Anda mungkin juga menyukai