Anda di halaman 1dari 7

USULAN PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH JAMBU BIJI GETAS MERAH


(PSIDIUM GUAJAVA LINN) SEGAR DAN PRODUK
OLAHANNYA (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI MAKMUR
I, KECAMATAN PAGERUYUNG, KABUPATEN KENDAL)

Oleh
MUHAMMAD ISRO
NIM. 1603025064

Pembimbing I: Prof. Dr. XYZ, M.Si


Pembimbing II: Ir. Hj. WYZ, M.P.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
Mei 2019
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jambu biji merupakan buah yang cukup populer di kalangan masyarakat dan

tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia. Jambu biji memiliki rasa manis, aroma

harum dan nilai gizi tinggi sehingga digemari masyarakat banyak. Berdasarkan

penelitian, jambu biji mengandung berbagai gizi yang dapat digunakan sebagai obat

untuk menyembuhkan penyakit. Kandungan lengkap kadar gizi terdapat dalam 100g

jambu biji masak segar adalah protein sebanyak 0,9g; lemak 0,3g; karbohidrat 12,2g;

kalsium14mg; fosfor 28mg; besi 1,1mg; vitamin A25 SI; vitamin B1 0,02mg; vitamin

C87mg; dan air 86g. Jambu biji mengandung vitamin C yang cukup tinggi

(Parimin,2005).

Jambu biji memiliki beberapa jenis yang menghasilkan beragam varietas. Salah

satu varietas jambu biji yaitu jambu biji getas merah. Jambu biji getas merah memiliki

ukuran yang besar, daging buahnya tebal, teksturnya lunak, bijinya sedikit, manis,

segar ,dan aromanya harum. Selain itu, jambu biji dapat meningkatkan trombosit darah

sehingga dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit demam

berdarah. Jambu biji ini merupakan hasil silangan antara jambu pasar minggu dengan

jambu biji bangkok (Parimin,2005).

Kabupaten Kendal dikenal sebagai daerah penghasil jambu biji getas merah.

Jambu biji getas merah merupakan produk pertanian yang memiliki prospek besar

untuk dikembangkan di Kabupaten Kendal karena produktivitasnya tinggi, berbuah

setiap saat, dan perawatan mudah.

Pengembangan komoditas jambu biji getas merah berada di 4 kecamatan eks


2

Kawedanan Selokaton, yaitu : Kecamatan Sukorejo, Patean, Plantungan, dan

Pageruyung. Berikut adalah daerah penghasil jambu biji getas merah di

Kabupaten Kendal:

Tabel 1.1. Daerah Penghasil Jambu Biji Getas Merah Kabupaten Kendal

Kecamatan Jumlah Desa Luas (Ha) Pohon Produksi(ton)

Sukorejo 25 25700 280000 700

Patean 15 15200 20000 50

Platungan 10 10200 80000 200

Pageruyung 12 12600 240000 600

TOTAL 62 63700 620000 1550

Sumber: Website Pemerintah Kabupaten Kendal, 2014

Jambu biji getas merah di jual dalam bentuk segar dengan harga Rp.5.500,00 di

tingkat petani dan di tingkat pasar dalam negeri Rp.6.000,00Rp.10.000,00. Apabila

saat musim panen raya terjadi kelebihan produksi jambu biji getas merah sehingga

harganya menjadi turun menjadi Rp.700,00Rp.1.000,00 per kg. Oleh karena itu, umur

simpan buah harus diperpanjang sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Salah satu

upaya yang dilakukan masyarakat Kendal adalah proses pengolahan dan pengawetan

jambu biji getas merah segar menjadi produk olahan seperti sari buah, sirup, manisan,

dan dodol.

Hasil pengolahan jambu biji getas merah tersebut memiliki nilai tambah ganda

yaitu memperpanjang umur simpan jambu biji getas merah dan meningkatkan

nilai jualnya.
3

Saat ini sudah ada beberapa penelitian tentang jambu biji getas merah di

Kabupaten Kendal. Beberapa penelitian yang telah dilakukan yaitu pertama, penelitian

Anida (2013) tentang karakteristik mutu dan penentuan umur simpan produk sirup

jambu getas merah (Psidium guajava linn) menggunakan Metode Accelerated Shelf

Life Testing (ASLT) sehingga diketahui umur simpan sirup jambu biji getas merah

mutu baik adalah 152,23 hari dan mutu campuran memiliki umur simpan 120,55 hari.

Kedua, penelitian Murti (2013) tentang perubahan mutu produk sari buah jambu getas

merah selama penyimpanan dan pendinginan umur simpan menggunakan Metode

Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) sehingga diketahui umur simpan sari buah

jambu biji getas merah mutu baik adalah 37 hari dan mutu campuran memiliki umur

simpan 25 hari. Ketiga, penelitian Wahyuningsih (2013) tentang mutu pasca panen

buah jambu (Psidium guajava). Keempat, penelitian Ayuningtyas (2012) tentang

penyusunan atribut standar mutu produk dodol jambu berdasarkan sni dodol dan

pendugaan umur simpannya menggunakan Metode Accelerated Shelf Life Testing

(ASLT) sehingga diketahui umur simpan dodol jambu biji getas merah mutu baik

adalah 28 hari. Kelima,penelitian Yuniarti (2015) tentang perubahan karakteristik mutu

dan pendugaan umur simpan serta perhitungan nilai tambah produk olahan jambu biji

(Psidium guajava Linn) dalam sirup sehingga diketahui umur simpan manisan dalam

gelas kaca adalah 87,89 hari dan dalam kemasan gelas plastik memiliki umur

simpan42,77 hari.

Berbagai produk olahan dari jambu biji getas merah yang telah dibuat dan diteliti

bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah. Menurut Hayami (1987) nilai tambah

adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan
4

nilai yang digunakan selama proses berlangsung. Menurut Sudiyono (2001) besarnya

nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan

input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja.

Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja.

Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menggunakan Metode

Hayami untuk menghitung nilai tambah suatu produk. Menurut Hidayat (2012),

Metode Hayami menghitung nilai tambah dengan cara menggabungkan metoda nilai

tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Kelebihan metode ini

adalah pada kemudahan pemahaman dan

penggunaannya, serta memberikan informasi cukup lengkap untuk pelaku

maupun investor serta pekerja. Kelemahannya adalah menghitung nilai tambah untuk

satu siklus produksi atau musim tanam, satu jenis komoditas, dan satu pelaku usaha.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan di atas, maka perhitungan nilai tambah pada

penelitian ini tidak dapat menggunakan Metode Hayami karena objek pada penelitian

ini adalah jambu biji getas merah beserta dengan olahannya yang akan dianalisis nilai

tambahnya. Oleh karena itu, digunakan metode Value Analysis dalam perhitungan nilai

tambah. Menurut Miles (1989), Value Analysis adalah sebuah metode yang digunakan

untuk mengidentifikasi biaya (cost) yang tidak berkontribusi terhadap kualitas produk.

Value Analysis juga merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan nilai suatu

produk atau proses dengan memahami komponen penyusunnya dan biaya terkait.

Kemudian berusaha untuk menemukan perbaikan komponen dengan mengurangi biaya

atau meningkatkan nilai dari fungsi.


5

B. Rumusan Masalah

Pada penjualan jambu biji getas merah, Kelompok Tani Makmur 1 mempunyai

dua cara penanganan pasca panen yaitu dijual dalam bentuk segar atau dijual dalam

bentuk olahan. Masing-masing cara tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan.

Apabila dijual dalam bentuk segar, kelebihannya adalah tidak ada proses lanjutan

sehingga lebih praktis dan mudah tetapi kekurangannya adalah harga akan murah saat

panen raya. Dalam hal pemasaran, jambu biji getas merah segar dijual di daerah Kendal

dan ke beberapa kota yaitu Yogyakarta, Solo, Magelang, Semarang, Demak, Kudus

dan lain-lain. Namun, apabila dijual dalam bentuk olahan, kelebihannya harga jual

lebih tinggi tetapi terdapat biaya operasi selama pengolahan. Produk olahan,

penjualannya masih di daerah Kabupaten Kendal dan proses produksi yang dilakukan

jika ada pesanan dari konsumen.Oleh karena itu, dari kelebihan dan kekurangan

tersebut masyarakat harus memilih cara yang menguntungkan bagi mereka.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis dan membandingkan nilai tambah jambu biji getas merah segar dan

produk olahannya (sirup, manisan dalam botol, manisan dalam cup plastic, dan

sari buah).

2. Membandingkan produk yang memiliki nilai tambah tertinggi dengan produk

pesaing.

3. Menentukan strategi pemasaran pada produk yang memiliki nilai tambah rendah

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:


6

1. Memberikan informasi mengenai nilai tambah Berdasarkan jambu biji getas

merah segar dan produk olahannya kepada produsen

2. Memberikan informasi untuk pengambilan kebijakan dalam menentukan

prioritas produk yang akan diunggulkan.

Anda mungkin juga menyukai